Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang terencana ditujukan kepada kelompok tertentu yang dapat diikuti
dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut. Program pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut biasanya ditujukan kepada kelompok yang
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut seperti anak pra sekolah, anak sekolah
dasar, ibu hamil maupun perorangan yang sedang mengalami sakit.
Seseorang yang sedang megalami pergeseran status kesehatan atau sakit
biasanya mengalami keterbatasan untuk melakukan hal-hal yang biasanya
dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Seringkali kebersihan diri sendiri
terabaikan. Keterbatasan seseorang yang sedang mengalami sakit merupakan
faktor utama bagi mereka untuk menjaga kebersihan, baik kebersihan dirinya
maupun lingkungannya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, karena
kebersihan diri dan lingkungan dapat memberikan rasanaya nyaman kepada
seseorangyang sedang sakit sehingga menurunkan tingkas stress dan
mempercepat proses pemulihan. Begitu juga dengan kebersihan gigi dan
mulut seseorang yang sedang mengalami sakit. Kebersihan gigi dan mulut
sangat diperlukan karena rongga mulut adalah gerbang dari berbagai kuman
dan virus dapan masuk ke dalam tubuh yang dapat memperparah sakit klien.
Disinilah peranan pelayan kesehatan khususnya perawat gigi diperlukan untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut klien, yang dimungkinkan melakukan
proses kebersihan gigi dan mulut baik secara mandiri maupun dibantu.




2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep dasar pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut?
2. Apakah yang dimaksud dengan konsep sakit?
3. Apakah yang dimaksud dengan pasien rawat inap?
4. Apakah yang dimaksud dengan alat perlindungan diri?
5. Apakah yang dimaksud dengan kebutuhan dasar manusia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang konsep dasar pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut.
2. Untuk mengetahui tentang konsep sakit.
3. Untuk mengetahui tentang pasien rawat inap.
4. Untuk mengetahui tentang alat perlindungan diri.
5. Untuk mengetahui tentang kebutuhan dasar manusia.


3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang terencana ditujukan kepada kelompok tertentu yang dapat diikuti
dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut. Program pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut biasanya ditujukan kepada kelompok yang
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut seperti anak pra sekolah, anak sekolah
dasar, ibu hamil maupun perorangan yang sedang mengalami sakit.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut ditujukan untuk seseorang
yang sedang sakit dikarenakan rentannya kelompok tersebut dalam
pelaksanakan oral hygiene atau kebersihan mulut secara baik dan benar.
Keterbatasan seseorang yang sakit adalah faktor utama yang menyebabkan
rendahnya tingkat kebersihan gigi dan mulut kelompok tersebut.

B. Konsep Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya
keadaan terjadinya proses penyakit.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992, Seseorang dikatakan sakit apabila ia
menderita penyakit menahun (kronis) atau gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang
sakit, istilah masuk angin, pilek tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya maka ia dianggap tidak sakit.



4

Menurut Parsors (1972), Sakit merupakan Sakit pada dasarnya merupakan
keadaan terganggunya seseorang dalam proses tumbuh kembang fungsi tubuh
secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses penyesuaian diri
manusia, sakit juga bisa dikatakan, sebagai gangguan dalam fungsi yang
normal dimana individu sebagai totalitas dari keadaan organisme sebagai
system biologis dan adaptasi social.
Menurut Bauman (1965), Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk
menentukan apakah mereka sakit:
1. Adanya gejala : naiknya temperature, nyeri.
2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, sakit adalah
penyimpangan dari status sehat yang bersifat totalitas atau menyeluruh yang
diderita selama menahun oleh seseorang dan mengganggu aktivitas sehari-
hari.

1. Rentang Sakit
Rentang sakit merupakan rangkaian dalam konsep sehat-sakit. Rentang
ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan kematian
(Alimun Hidayat, 2009).
Menurut model HOLISTIK HEALTH, tahapan sakit menurut
Suchman terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
a. Tahap Transisi
Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh, merasa dirinya
tidak sehat, merasa timbulnya berbagai gejala adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
1) Secara fisik : nyeri , panas tinggi.
2) Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
3) Respons emosi terhadap ketakutan / kecemasan.


5

b. Tahap Asumsi Terhadap Peran Sakit (Sick Rok)
Penerimaan terhadap sakit .individu mencari kepastian sakitnya
dari keluarga atau teman: menghasilkan peran sakit. mencari
pertolongan dari profesi kesehatan yang lain mengobati sendiri,
mengikuti nasihat teman atau keluarga. Pada tahap ini menimbulkan
perubahan emosional, seperti menarik diri atau depresi dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau
sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan
dan perkiraan lama sakit. Akhir tahap ini dapat ditentukan bahwa
gejal telah berubah dan merasa lebih buruk. Individu masih mencari
penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Akan tetapi jika gejala itu
menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan
kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi
seorang klien.
c. Tahap Kontak dengan Pelayanan Kesehatan
Individu yang sakit meminta nasehat dari profesi kesehatan atas
inisiatif sendiri. Ada 3 tipe informasi, yaitu:
1) Validasi sakit.
2) Penjelasan gejala yang tidak dimengerti.
3) Keyakinan bahwa mereka akan baik.
Jika tidak ada gejala individu mempersepsikan dirinya sembuh,
jika ada gejala kembali maka individu akan mengulangi pemeriksaan
atas dirinya.
d. Tahap Ketergantungan
Jika profesi kesehatan menetapkan bahwa seseorang sakit maka
yang menjadi pasien akan ketergantungan untuk memperoleh bantuan.
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya.


6

e. Tahap Penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan bantuan pelayan
kesehatan. Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang
klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal,
misalnya pada penyakit kronis.
2. Batas Pelayanan Kesehatan
Menurut Teori Sistem Keperawatan Orem, identifikasi dalam sistem
pelayanan keperawatan, adalah:
a. Sistem Bantuan Secara Penuh (Wholly Compensatory System)
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan
bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan
pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang
memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi
serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan secara penuh ini
biasa dilakukan untuk pasien yang sedang koma atau pasien yang
sadar tetapi tidak dapat malakukan perawatan secara mandiri.

b. Sistem Bantuan Sebagian (Partially Compensatory System)
Merupakan sistem dalam perawatan diri secara sebagian saja dan
ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal.

c. Sistem Suportif dan Edukatif
Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang
membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu
melakukan perawatan secara mandiri.





7

Menurut Rochimah dkk (2011), batas pelayanan kesehatan pada
pemeliharaan gigi dan mulut terbagi atas:
a. Total dependent
Pelayanan kesehatan melengkapi seluruh prosedur.

b. Moderately dependent
Pelayanan kesehatan menyediakan alat sikat, mencuci mulut klien
dan mengatur posisinya.

c. Semi dependent
Pelayanan kesehatan menyediakan alat dan perlengkapan, klien
mengerjakan sendiri tugasnya.

Pelayanan asuhan kesehatan dilakukan sesuai kebutuhan pasien agar
lebih efektif dan efisien. Pelayanan asuhan juga harus terencana agar dapat
dilakukan secara berkesinambungan dan optimal.

C. Pasien Rawat Inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses
perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu,
di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Pasien rawat inap
adalah klien yang sedang mangalami sakit dan harus dilakukan perawatan di
rumah sakit untuk menghindari adanya kejadian fatal seperti kematian.

D. Alat Perlindungan Diri
Alat perlindungan diri adalah alat yang digunakan operator untuk
meminimalisir terjadinya infeksi silang yang terjadi saat melaksanakan
tindakan perawatan terhadap pasien.
Tenaga pelayanan kesehatan harus mengenakan alat perlindungan diri
seperti sarung tangan bersih atau steril, gaun, masker, dan pelindung mata,
sesuai resiko pemajanan terhadap materi yang berpotensi menyebarkan infeksi
(Kozier dkk, 2010).


8

Alat perlindungan diri yang sering digunakan pada saat melaksanakan
tindakan perawatan diantaranya, yaitu:
1. Sarung Tangan
Rasional penggunaan sarung tangan ada tiga, yaitu:
1. Sarung tangan melindungi tangan jika terdapat kemungkinan perawat
kontak dengan cairan tubuh, misalnya urine, darah, feses, sputum,
membrane mukosa, dan kulit yang tidak utuh.

2. Sarung tangan mengurangi kemungkinan perawat menyebarkan
mikroorganisme mereka kepada individu yang menerima asuhan.
Perawat yang memiliki luka terbuka atau goresan pada tangan harus
menggunakan sarung tangan sebagai perlindungan diri.

3. Sarung tangan mengurangi kemungkinan tangan perawat menyebarkan
mikroorganisme dari satu klien atau dari benda tercemar kepada klien
lain.

Pada semua situasi, sarung tangan harus diganti setelah kontak dengan
satu klien dan sebelum kontak dengan klien lain. Saat pergantian sarung
tangan, perawat harus mencuci tangan.
a. Jenis Sarung Tangan
Menurut pendapat Rohani dan Hingawati (2010), jenis-jenis sarung
tangan antara lain sebagai berikut:
1) Sarung tangan bedah
Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan.

2) Sarung tangan pemeriksaan
Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin.





9

3) Sarung tangan rumah tangga
Dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan-bahan
tercemar, dan membersihkan permukaan yang tercemar.

Gambar sarung tangan bedah dan sarung tangan pemeriksaan


Gambar sarung tangan rumah tangan dan sarung tangan tahan
panas

b. Cara memakai sarung tangan steril
Menurut pendapat Rohani dan Hingawati (2010), cara pemakaian
sarung tangan steril antara lain sebagai berikut:
1) Cuci tangan dan keringkan tangan secara steril.
2) Ambil sarung tangan dan tempatnya lalu letakkan pada tempat
yang bersih, kering, dan rata setinggi di atas pinggang.
3) Buka pembungkus sebelah luar secara hati-hati dengan hanya
menyentuh bagian luarnya. Tentukan sarung tangan kanan dan
kiri.

10

4) Menggunakan tangan yang tidak dominan, ambil ujung sarung
steril di bagian ujung pergelangan dan angkat dengan hati-hati
menggunakan ujung jari, sarung tangan menghadap kebawah.
Hindarkan sarung tangan bersentuhan dengan tangan yang tidak
steril.
5) Masukkan tangan yang dominan kedalam sarung tangan secara
hati-hati, masukkan semua jari pada masing masing bagian jari
dan tarik sampai pergelangan tangan. Biarkan lipatan sarung
tangan sampai tangan yang lain memakai sarung tangan juga.
6) Masukkan jari-jari tangan (kecuali ibu jari) yang bersarung ke
dalam lipatan dan ibu jari di sebelah luar sarung tangan yang
belum terpasang dan angkat ke atas.
7) Masukkan tangan yang tidak dominan kedalam sarung tangan.
Rapikan hanya dengan menyentuh daerah yang steril.


Gambar cara meakai sarung tangan steril

c. Cara melepas sarung tangan (pemeriksaan maupun steril)
Menurut pendapat Rohani dan Hingawati (2010), cara melepas
sarung tangan steril maupun sarung pemeriksaan yang baik dan benar,
yaitu:

11

1) Gunakan tangan yang dominan, pegang ujung pergelangan tangan
sarung tangan luar tangan yang tidak dominan, tarik hingga sarung
tangan terlepas dalam posisi terbalik.
2) Letakkan sarung tangan yang sudah terlepas di kepalan tangan
kedua, lalu lepaskan sarung tangan kedua dengan memasukkan
satu jari di bawah ujung sarung tangan dengan menarik ke bawah
dan keluar sehingga sarung tangan menjadi terbalik dan sarung
tangan pertama di dalamnya.
3) Buang kedua sarung tangan tersebut di tempat limbah infeksius,
bukan disamping tempat tidur.
4) Cuci tangan.


Gambar melepas sarung tangan



2. Gaun
Gaun bersih atau gaun tahan air sekali pakai atau apron plastic
digunakan selama prosedur jika seragam perawat kemungkinan akan
terkotori. Teknik gaun sekali pakai (menggunakan gaun hanya jika
sebelum gaun tersebut dibuang atau dicuci) merupakan tindakan praktik
yang biasa dilakukan dirumah sakit. Setelah gaun dikenakan, perawat
membuangnya (jika terbuat dari kertas khusus) atau meletakkannya

12

dikeranjang cucian. Penggunaan gaun steril diindikasikan saat perawat
mengganti balutan klien yang memiliki luka yang sangat luas.

3. Masker Wajah
Masker digunakan untuk menurunkan resiko penyebaran organisme
melalui kontak dengan droplet, lewat udara, serta lewat cipratan cairan
tubuh. Keefektifan filtrasi dan kesesuaian ukuran berbagai jenis masker
berbeda-beda. Masker bedah sekali pakai efektif digunakan ketika perawat
memberi asuhan kepada kebanyakan klien, tetapi harus diganti jika masker
tersebut basah atau kotor.
a. Fungsi masker diantaranya sebagai berikut:
1) Melindungi kulit petugas dari kontak dengan bahan infeksius yang
berasal dari pasien (sekresi saluran pernafasan, percikan darah,
atau cairan tubuh lainnya).
2) Menahan percikan lendir/ludah yang keluar sewaktu petugas
bebicara, batuk atau bersin ( penularan melalui percikan).
3) Mencegah penularan melalui udara.

Gambar cara memakai masker





13

E. Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan manusia sehari-hari, baik
kebutuhan jasmani maupun rohani. Kebutuhan dasar manusia merupakan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Alimun Hidayat, 2008)

Menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:

1. Kebutuhan Fisiolongis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki
Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang
belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebuthuhan fisiologisnya
dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang
yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha
memenuhi kebutuhan kan maknanan sebelum memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia
untuk bertahan hidup. Manusia memeiliki delpan macam kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan kesehatan temeratur tubuh
h. Kebutuhan seksual







14

2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman
dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi:
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi.
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Bebasdari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing.

3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiiki( Love and Belonging
Needs)
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang.
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain .
c. Kehangatan.
d. Persahabatan.
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
lingkungan social.
4. Kebutuhan Harga Diri (Self-Esteem Needs)
Kebutuhan ini meliputi:
a. Perasaan tidak bergantung pada orang lain.
b. Kompeten.
c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi:
a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami
potensi diri)
b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri.


15

c. Tidak emosional.
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi.
e. Kreatif.
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.
1. Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelahara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah,
2010).
Pada kehidupan sehari-hari, kebersihan sangat diperlukan bagi
perorangan baik yang sehat secara jasmani dan rohani maupun yang
sedang mengalami gangguan jasmani atau sakit. Kebersihan ini haruslah
dijaga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama
kebersihan pada seseorang yang sakit. Pada seseorang yang sakit
kebersihan harus diperhatikan karena mempengaruhi kesehatan secara
umum orang tersebut. Sebagai pelayan kesehatan, hendaknya membantu
pasien untuk menjaga kebersihan dirinya agar keadaanya tidak semakin
memburuk.
a. Macam-macam Personal Hygiene
Menurut pendapat Tarwoto dan Wartonah (2010), macam-macam
personal hygiene, meliputi:
1) Perawatan kulit kepala dan rambut.
2) Perawatan mata.
3) Perawatan hidung.
4) Perawatan telinga.
5) Perawatan kuku kaki dan tangan.
6) Perawatan genitalia.
7) Perawatan kulit seluruh tubuh.
8) Perawatan tubuh secara keseluruhan.

16

b. Tujuan Perawatan Personal Hygiene
Menurut pendapat Tarwoto dan Wartonah (2010), tujuan dari
perawatan Personal hygiene adalah:
1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.
2) Memelihara kebersihan diri seseorang.
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
4) Pencegahan penyakit.
5) Meningkatkan percaya diri seseorang.
6) Menciptakan keindahan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut pendapat Tarwoto dan Wartonah (2010), factor yang
mempengaruhi personal hygiene, yaitu:
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat memengaruhi
kebersihan diri.Misalnya,karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2) Praktik social
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan
diri,maka kemungkinan akan terjadi peruhan pola personal
hygiene.

3) Status sosio-ekonomi
Personal higiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, sampo dan alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.


17

4) Pengetahuan
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkn kesehatan.Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus yang harus selalu menjaga
kebersihan kakinya.

5) Budaya
Disebagian masyarakat,jika individu memiliki penyakit tertentu
tidak boleh dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri,seperti penggunaan sabun,sampo dan lain-lain.

7) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

d. Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Higiene
Menurut pendapat Tarwoto dan Wartonah (2010), dampak yang
akan timbul apabila personal hygine tidak dijaga adalah:
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan
fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta
gangguan fisik pada kuku.






18

2) Dampak psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

e. Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri dan lingkungan merupakan
bagian dari kebutuhan dasar manusia. Ini berarti bahwa setiap
manusia membutuhkan kenyamanan pada diri dan lingkungan (Aziz
dan Musrifatul, 2004).
Kebutuhan kebersihan diri serta lingkungan sangat penting karena
dapat berdapak pada proses penyembuhan. Lingkungan yang nyaman
akan berdampak pada menurunnya tingkat stress yang dialami pasien
dan mempercepat pemulihan pada tubuhnya. Pelaksanaan pemenuhan
kebersihan diri dan lingkungan pada klien dilakukan pada pasien yang
tidak mampu secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan kebersihan
diri dan lingkungannya. Prosedur pemenuhan kebutuhan dasar pasien,
diantaranya:
1) Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka dan Tertutup
Menyiapkan tempat tidur merupakan prosedur pemenuhan
kebutuhan diri dan lingkungan dengan memberikan tempat tidur
yang sesuai dengan kebutuhan klien. Dikatakan tempat tidur
terbuka apabila tempat tidur dalam keadaan terbuka atau tidak di
tutup dengan sprei besar setelah dipasang sprei, perlak, selimut,
dan sarung bantal. Dapat juga dijelaskan bahwa tempat tidur
terbuka merupakan tempat tidur setelah dipasang sprei, perlak,
selimut, dan sarung bantal yang di tutup secara keseluruhan oleh
sprei besar (dalam kondisi terbuka). Tempat tidur tertutup adalah
tempat tidur yang setelah dipasang seperangkat alat seperti, sprei,

19

perlak, dan selimut kemudian ditutup secara keseluruhan dengan
sprei besar sehingga semuanya dalam kondisi tertutup.
a) Tujuan
Pemenuhan kebutuhan ini untuk memberi kenyaman pasien
dalam memenuhi kebutuhan dirinya.

b) Alat dan Bahan
1. Tempat tidur, kasur, dan bantal.
2. Sprei besar.
3. Sprei kecil.
4. Sarung bantal.
5. Perlak.
6. Selimut.

c) Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Atur tempat tidur, kasur dan bantal.
3. Pasang sprei besar dengan garis tengah lipatan tepat di
tengah kasur atau tempat tidur, bagian atas sprei
dimasukkan di bawah kasur kemudian di bawah nya.
4. Atur posisi kedua samping sprei atau tempat tidur dengan
sudut 90 , lalu masukkan kebawah kasur.
5. Pasang perlak di tengah tempat tidur.
6. Pasang sprei di atas perlak.
7. Lipatkan selimut menjadi 4 secara terbalik dan pasang
bagian bawah, ujung selimut masukkan kedalam bawah
kasur.
8. Pasang sarung bantal.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

20


Gambar tempat tidur pasien


Gambar menyiapkan tempat tidur pasien



21

2) Merawat Kulit Pada Daerah Tertekan
Perawatan kulit daerah tertekan merupakan tindakkan
keperawatan untuk memepertahankan intergritas kulit untuk
mencegah kerusakkan jaringan lebih lanjut. Daerah yang sering
terjadi luka tekan (dekubitus) anytara lain tonjolan tulang dan
daerah mana saja yang mendapat atau mengalami tekanan.
a) Tujuan
Mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat
tekanan lama dan tidak hilang.

b) Alat dan Bahan
1. Baskom cuci
2. Sabun
3. Air
4. Agens pembersih
5. Balutan
6. Pelindung kulit
7. Plester
8. Sarung tangan

c) Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Tutup pintu ruangan.
4. Atur posisi pasien (manusia coba) dengan miring kanan
atau kiri.
5. Kaji luka/ kulit tertekan dengan memperhatikan warna
kelembapan, penampilan sekitar kulit, ukur diameter kulit
dan ukur kedalaman.
6. Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci
secara menyeluruh.

22

7. Dengan perlahan, keringkan kulit secara menyeluruh
dengan masase.
8. Bersihkan luka secara menyeluruh dengan cairan normal
atau agens pembersih, gunakan senprit irigrasi luka pada
luka yang dalam.
9. Stelah selesai berikan obat atau agents topical.
10. Catat hasil.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.


3) Merawat Rambut
Merawat rambut merupakan tindakkan keperawtan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
untuk mencuci dan menyisir rambut.
a) Tujuan
1. Menghilangkan mikroorganisme kulit kepala.
2. Menambah rasa nyaman.
3. Membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit.
4. Memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.

b) Alat dan Bahan
1. Handuk secukupnya.
2. Perlak atau pengalas.
3. Baskom berisi air hangat.
4. Sampo atau sabun dalam tempatnya.
5. Kasa dan kapas.
6. Sisir.
7. Bengkok.
8. Gayung dan ember kosong.





23

c) Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Tutup jendela atau pasang sampiran.
4. Atur posisi pasien (manusia coba) setengah duduk atau
tidur.
5. Setelah posisi tidur lalu letakkan perlak/ pengalas di bawah
kepala pasien dan perlak/ pengalas diarahkan ke bawah
dengan digulung bagian tepi menuju tempat penampung
baskom.
6. Letakkan baskom di bawah tempat tidur tepat di bawah
kepala pasien.
7. Tutup teinga dengan kapas.
8. Tutup dada dengan handuk sampai ke leher.
9. Kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air
hangat selanjutnya menggunakan sampo dan bilas dengan
air hangat sambil di pijat.
10. Setelah selesai keringkan rambut dan sisir.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.


Gambar Mencuci rambut pasien


24

4) Merawat Kuku
Merawat kuku merupakan tindakkan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang tidak mampu merawat kuku secara
mandiri.
a) Tujuan
Menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka
atau infeksi akibat kuku yang panjang.

b) Alat dan Bahan
1. Alat pemotong kuku.
2. Handuk.
3. Baskom berisi air hangat.
4. Bengkok.
5. Sabun.
6. Kapas.
7. Sikat kuku.

c) Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba) duduk atau tidur.
4. Tentukan kuku yang akan di potong.
5. Rendam kuku dalam air hangat kurang lebih 2 menit dan
sikat dengan air sabun bila kotor.
6. Keringkan tangan dan kaki dengan handuk.
7. Letakkan tangan di atas bengkok dan lakukan pemotong
kuku.
8. Cuci tangan stelah prosedur dilakukan.




25

5) Hygiene Vulva
Hygiene vulva merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang tidak mampu mandiri dalam
membersihkan vulva.
a) Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi pada vulva.
2. Mejaga kebersihan vulva.

b) Alat dan Bahan
1. Kapas sublimat atau desinfektan
2. Pinset
3. Bengkok
4. Pispot
5. Tempat cebok berisi larutan
6. Desinfektan sesuai dengan kebutuhan
7. Pengalas
8. Sarung tangan.

c) Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba) dorsal recumbent.
4. Pasang pengalas dan pispot diletakkan di bawah bokong
pasien.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Lakukan tindakkan higiene vulva dengan tangan kiri
membuka vulva memakai kapas sublimat dan tangan kanan
menyiram vulva dengan larutan desinfektan.
7. Kemudian, ambil kapas sublimat dengan pisnet lalu
bersihkan vulva dari atas ke bawah dan kapas kotor di
buang ke bengkok. Lakukan hingga bersih.


26

8. Setelah selesai, ambil pispot dan atur posisi pasien.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

6) Memandikan Pasien
Memandikan pasien merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara mandiri
atau memerlukan bantuan.
a) Tujuan
1. Mempertahankan kebersihan kulit.
2. Mencegah infeksi kulit.
3. Memperlancar peredaran darah.
4. Mempertahankan kenyamanan pasien.

b) Alat dan Bahan
1. Baskom mandi dua buah yang berisikan air dingin dan air
hangat.
2. Pakaian pengganti.
3. Kain penutup.
4. Handuk dan waslap.
5. Tempat untuk pakaian kotor.
6. Skrin (sampiran).
7. Sabun.

c) Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba) menjadi posisi tidur
telentang/ setengah duduk.
4. Bentangkan handuk di bawah kepala dan bersihkan bawah
kepala dan bersihkan wajah, telinga, dan leher dengan air
hangat/ sabun dengan waslap lalu keringkan dengan
handuk.

27

5. Kain penutup (pakaian) diturunkan, bentangkan handuk di
atas dada pasien dan kedua tangan ada di atas handuk
tersebut. Basahi kedua tangan dengan air bersih dan
bersihkan dengan menggunkan sabun dan bilas dengan
menggunakan sabun dan bilas dengan air hangat lalu
keringkan dengan handuk.
6. Setelah kedua tangan dikeataskan, handuk di pindahkan ke
sisi pasien dan bersihkan daerah dada ke sisi pasien dan
bersihkan daerah dada dan perut dengan sabun. Bilas
dengan air hangat lalu keringkan dengan handuk.
7. Kemudian pasien di miringkan ke kiri. Handuk di
bentangkan di bawah punggung sampai glutea. Lalu basahi
punggung dengan sabun dan air hangat hingga glutea.
Keringkan punggung dengan handuk kemudian miring ke
kanan. Setelah itu pasien kembali ke posisi telentang dan
pakaian atas di pasangkan dengan rapi.
8. Letakkan handuk di bawah lutut dan kemudian lutut di
bersihkan dengan sabun dan air hangat. Kaki yang paling
jauh didahulukan dan dikeringkan dengan handuk.
9. Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian
bawah perut di buka lalu dibersihkan dengan sabun dan air
hangat pada daerah lipatan paha dan genetalia. Srtelag
selesap, semua dirapikan.
10. Cuci tangan stelah prosedur dilakukan.



28


Gambar memandikan pasien

2. Oral Hygiene
Oral hygiene (kebersihan mulut) penting untuk dilakukan untuk
memenuhi personal hygine. Mulut merupakan gerbang awal kesehatan
tubuh. Kebersihan mulut dapat dilakukan dengan menggosok gigi 2 kali
sehari, akan tetapi pada seseorang yang sedang sakit, biasanya kebersihan
mulutnya kurang diperhatikan karena keterbatasan seseorang untuk
bergerak dan melakukan hal tersebut. Tugas ini merupakan tanggung
jawab perawat gigi untuk menjaga kebersihan mulut pasiennya untuk
memenuhi kebutuhan oral hygine pasien tersebut.
Merawat gigi dan mulut merupakan tindakkan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang di hospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan
oleh pasien yang sadar secara mandiri dengan bantuan perawat. Untuk
pasien yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi
secara mandiri harus di bantu sepenuhnya oleh perawat (Aziz dan
Musrifatul, 2004).
a. Tujuan
1. Mencegah infeksi gusi dan gigi.
2. Mempertahankan kenyamanan rongga mulut.




29

b. Alat dan Bahan
1. Handuk dan kain pengalas.
2. Gelas kumur berisi
3. Air masak/ NaCl
4. Obat kumur
5. Borax gliserin
6. Spatel lidah yang telah di bungkus dengan kain kasa.
7. Kapas lidi.
8. Bengkok.
9. Kain kasa.
10. Pinset atau arteri klem
11. Sikat gigi dan pasta gigi.
c. Prosedur kerja
1. Untuk pasien tidak sadar
a) Jelaskan prosedur pada klien.
b) Cuci tangan.
c) Atur posisi tidur miring kanan/kiri.
d) Pasang handuk di bawah dagu/ pipi pasien.
e) Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang di basahi air
hangat/ masak.
f) Gunakan tong spatel (sudip lidah) untuk membuka mulut pada
saat membersihkan gigi/ mulut.
g) Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi,
gigi dan lidah.
h) Keringkan dengan kasa steril yang kering.
i) Setelah bersih, oleskan borax gliserin.
j) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.



30







Gambar merawat gigi pasien yang tidak sadar






31

2. Untuk pasien sadar, tetapi tidak mampu melakukan sendiri
a) Jelaskan prosedur pada klien.
b) Cuci tangan.
c) Atur posisi duduk.
d) Pasang handuk di bawah dagu.
e) Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang di basahi air
hangat/ masak.
f) Kemudian bersihkan pada daerah mulut mulai rongga mulut,
gusi, gigi dan lidah. Lalu bilas dengan larutan NaCl.
g) Setelah bersih, oleskan borax gliserin.
h) Untuk perawatan gigi lakukan penyikatan dengan gerakam
naik-turun.
i) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.


Gambar merawat pasien sadar tetapi tidak dapat melakukan
Sikat gigi secara mandiri






32

3. Membersihkan Mulut Khusus (Hygiene Oral Khusus)
a) Tujuan
1) Meningkatkan daya tahan tubuh
2) Mencegah timbulnya penyakit infeksi, baik local maupun
penularan melalui mulut
3) Menghindari bau mulut
4) Memberikan perasaan senang dan segar pada klien
5) Melaksanakan kebersihan perorangan

b) Dilakukan pada:
1) Klien yang tidak dapat menggunakan sikat gigi, misalnya:
stomatitis hebat, penyakit tertentu dan lain-lain.
2) Klien yang sakit parah atau tidak sadar.
3) Klien sesudah operasi mulut atau patah tulang rahang.

c) Alat dan Bahan
1) Handuk dan pelak
2) Galas kumur berisi air masak atau NaCl 1% atau air garam
3) Baskom kecil berisi boraks gliserin/gentian violet
secukupnya
4) Bak steril tertutup berisi kapas lidi, kasa, pinset dan sudip
lidah.
5) Sarung tangan bersih
6) Bengkok 2 buah
7) Perlak kecil dan alasnya

d) Prosedur Kerja
1) Bawa alat ke dekat klien
2) Jelaskan kepada klien tujuan dan prosedur yang akan
dilaksanakan (pada klien yang sadar)
3) Cuci tangan
4) Pasang alas atau handuk dibawah dagu dan pipi klien
5) Pakai sarung tangan

33

6) Jepit kasa dengan ujung pinset dan basahi dengan air masak
atau NaCl atau air garam
7) Buka mulut klien dengan sudip lidah yang sudah dibungkus
kasa (bila klien tidak sadar)
8) Bersihkan rongga mulut mulai dari dinding, gusi, gigi, dan
terakhir gigi bagian luar dengan hati-hati.
9) Kain kasa yang sudah kotor dibuang ke dalam bengkok.
10) Ulangi tindakan sampai bersih
11) Selanjutnya, olesi bibir dengan boraks gliserin jika terdapat
stomatitis, olesi dengan gentian violet atau obat lainnya
menggunakan kapas lidi.
12) Angkat bengkok yang berisi kain kasa, kapas lidi, pinset
yang kotor dan letakkan diatas baki/meja dorong.
13) Angkat perlak atau alas
14) Lepaskan sangng tangan dan masukkan kedalam bengkok
15) Rapikan klien
16) Bawa alat-alat ke tempat cucian untuk dibersihkan, lalu
simpan pada tempatnya masing-masing.
17) Cuci tangan.

4. Memelihara Mulut Pada Klien Patah Tulang Rahang
a) Tujuan
1) Meningkatkan daya tahan tubuh
2) Menncehgah timbulnya penyakit infeksi baik local maupun
penularan melalui mulut
3) Menghindari bau mulut
4) Memberikan perasaan senang dan segar pada klien
5) Merupakan suatu usaha pengobatan
6) Melaksanakan kebersihan perorangan






34

b) Alat dan Bahan
1) Handuk
2) Mangkuk atau gelas berisi larutan garam atau NaCl 0, 9%
atau betadine Cargel (betadine kumur)
3) Bak steril berisi kapas lidi atau kasa, pincet, spuit 10cc
4) Sarung tangan
5) Tissu.

c) Prosedur Kerja
1) Bawa alat kedekat klien
2) Beritahu klien tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan
3) Cuci tangan, lalu pakai sarung tangan
4) Pasang handuk atau alas diatas dada sampai dibawah dagu
5) Letakkan bengkok dibawah dagu atau pipi klien
6) Bersihkan gigi dengan menyemprotkan NaCl berulang kali
sampai bersih dan anjurkan agar air kotor dibuang kedalam
bengkok
7) Bersihkan gigi atau kawat pengikat dengan kapas lidi atau
kain kasa yang dibasahi dengan NaCl berulang kali dengan
hati-hati sampai bersih
8) Keringkan atau bersihkan mulut dan sekitarnya dengan
handuk atau tisu
9) Singkirkan bengkok kotor keatas baki meja kotor
10) Rapikan klien dan lepas sarung tangan
11) Bereskan alat, cuci, dan simpan ketampatnya masing-
masing
12) Cuci tangan







35

5. Memelihara Gigi Palsu
a) Tujuan:
1) Menjaga supaya gigi palsu tetap bersih dan terpelihara
2) Mencegah infeksi pada jaringan mulut
3) Dilakukan pada:
4) Klien mempunyai gigi palsu tapi tidak mampu merawatnya

b) Alat dan Bahan
1) 2 gelas plastic berisi air bersih
2) Sikat gigi dan pasta gigi
3) Bengkok dan sarung tangan bersih
4) Baskom berisi 1-2 potong kasa

c) Prosedur Kerja
1) Bawa alat kedekat klien
2) Jelaskan kepada klien tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan
3) Cuci tangan dan pakai sarung tangan
4) Tampung gigi palsu dalam gelas jika klien mampu
menanggalkannya. Jika klien tidak dapat menanggalkan
gigi palsu, perawat yang melakukannya dengan
menggunakan kain kasa kemudian dimasukkan kedalam
gelas dan kasa kotor dimasukkan kedalam bengkok.
5) Bersihkan gigi palsu dengan sikat gigi yang telah dibubuhi
pasta gigi dibawah air mengalir
6) Masukkan gigi palsu yang sudah bersih kedalam gelas yang
berisi air
7) Beikan gigi palsu kepada klien untuk dipasang kembali jika
klien dapat memasangnya sendiri. Jika klien tidak dapat
memasang sendiri, perwat yang memasangkan gigi palsu
dengan menggunakan kain kas secara cepat kemudian kasa
dimasukan kedalam bengkok .

36

8) Rapikan klien kemudian buka sarung tangan.
9) Bereskan alat dan bawa keruang pembersihan untuk di cuci
bersih/kering,lalu simpang di tempatnya.
10) Cuci tangan.


37

BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Konsep dasar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terencana ditujukan kepada
kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu tertentu
diselenggarakan secara berkesinambungan untuk mencapai kesehatan gigi dan
mulut yang optimal.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut bagi seseorang baik yang sehat
maupun seseorang yang sedang mengalami sakit penting untuk dilakukan.
Klien yang sedang dirawat di rumah sakit juga harus mendapatkan perhatian
khusus untuk menjaga kebersihan diri, maupun kebersihan gigi dan mulutnya
karena kebersihan mulut dilaksanakan untuk menghindari pertumbuhan
bakteri dan jamur dimulut yang dapat masuk ke dalam tubuh dan
memeperparah penyakit klien. Peranan perawat gigi diperlukan untuk
membantu klien menjaga kebersihan gigi dan mulut baik secara mandiri
maupun dengan cara dibantu oleh perawat.


38

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Aziz, A dan Uliyah, M. (2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Iqbal, W dan Chayatin, N. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori
dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Kozier, B dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Kusyati, E dkk. (2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Jakarta: EGC.
Rochimah, N dkk. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: TIM.
Rohani dan Setio, H. (2010). Panduan Praktik Keperawatan. Klaten: PT. Intan
Sejati.
Setyo, A. (2012). Definisi Sehat dan Sakit. [Online]. Tersedia:
http://icecreamcocholate.blogspot.com/2012/11/definisi-sehat-dan-
sakit.html. [10 September 2014].
Tarwoto dan Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wikipedia. (2005). Rawat Inap. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Rawat_inap. [10 September 2014].

Anda mungkin juga menyukai