bidang data dan perundang-undangan dinas pertambangan dan energi provinsi papua 2012 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Wilayah geologi Indonesia secara astronomis terletak antara 21 LU s/d 11 LS dan 9215BT sampai dengan 150 46 BT. Wilayah ini meliputi seluruh daerah Indonesia secara politis/ administratif ditambah dengan Andaman Nikobar, Filipina, Papua nugini, Jazirah Malaka, dan Kep. Krismast. Keadaan geologi/ geomorfologi Indonesia sangat kompleks yang ditandai oleh pengangkatan yang aktif dengan bentukan lahan yang sangat beragam. Keadaan tersebut disebabkan oleh proses endogen (pengangkatan dan penurunan) serta proses eksogen. Salah satu proses eksogen yang berpengaruh adalah iklim tropis basah yang mempercepat terjadinya proses erosi, pelapukan, gerakan masa batuan maupun denudasi. Dengan adanya kedua faktor tersebut (proses endogen dan eksogen) yang terjadi di Indonesia maka geomorfologinya relatif konstan..Salah satu wilayah yang menjadi kajian dalam geologi Indonesia yang sangat kompleks ini adalah Irian. Irian adalah salah satu pulau terbesar di indonesia yang memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari kenampakan yang ada di puylau tersebut sehingga menghasilkan potensi-potensi daerah yang sangat beragam. Daerah Jayapura merupakan bagian dari Pulau Papua dengan kondisi tektonik yang sangat unik dan rumit untuk dipelajari. Sehingga sangat tepat sekali untuk dijadikan sebagai Lab. Alam geologi untuk kegiatan praktikum bagi mahasiswa dan geologi wisata bagi para turis-turis asing yang berkunjun ke Jayapura. Data-data geologi yang bisa dipelajari berupa data Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Air Bawah Tanah, Geologi Kelautan, Sedimentologi dan Endapan Mineral. Semua data-data ini ada ditengah Kota dan Kabupaten Jayapura, Serat dijangkau dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan Tujuan melaksanakan prakatek kerja lapangan ini agar memenuhi kurikulum diklat pengenalan geologi dan sumber daya mineral yang diadakan pusdiklat geologi dan mengaplikasikan materi yang didapat selama mengikuti kegiatan diklat.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan Manfaat melaksanakan praktek kerja lapangan yaitu peserta diklat dapat mengetahui atau mendalami keadaan geologi (litologi, struktur dan morfologi) daerah Jayapura dan sekitarnya.
1.4 Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu dari tanggal 16 Oktober 2012 sampai dengan 17 Oktober 2012, mulai pukul 08.00 15.00 WIT.
BAB II HASIL KEGIATAN
2.1 Stasiun I Lokasi : Kali Klandeli Kampung Sere Kabupaten Jayapura Koordinat : 02 0 32 45,9 LS dan 140 0 30 52,2 BT Di lokasi ini terdapat batuan hasil rombakan dari Pegunungan Cyclops yang tertransport oleh proses eksogen yang tersebar di sepanjang Kali Klandeli Kampung Sere. Morfologi daerah ini berada pada daerah kaki gunung Cyclops dengan kemiringan 25 0 - 30 0 . Pada lokasi ini terdapat berbagai macam batuan rombakan antara lain Gabro, Skis, Kuarsit dan Geneis dengan ukuran pasir- bongkah (pTmc) menyudut-membulat tanggung. Perkiraan umur Pra Tersier. Foto Singkapan :
Litologi Batuan Deskripsi : No. Urut : 1 Warna : Hitam Gelap Jenis batuan : Batuan Beku Basa / Intermediat Struktur : Masive Tekstur : Derajat Kristalisasi : Hipokristalin Granularitas : Fanatik Bentuk Kristal : Subhedral Relasi : Inequigranular Komposisi : Biotit, Piroksin, Kuaras dan olivin Nama Batuan : Gabro
Foto Batuan :
No. Urut : 2 Warna : Abu Abu Jenis Batuan : Batuan Metamorf Regional Struktur : Schitose Tekstur : Heteroblaslik-Hipidioblastik Komposisi : Mika, Homblende dan Quarts Nama batuan : Schist Foto Batuan :
No. Urut : 3 Warna : Abu Abu Keputihan Jenis Batuan : Batuan Metamorf Regional Struktur : Gneissic Tekstur Heteroblastik-Hipidioblastik Komposisi : Hornblende, Kuarsa, Mika Nama Batuan : Gneiss
Foto Batuan :
No. Urut : 4 Warna : Putih Jenis Batuan : Batuan Metamorf Kontak Struktur : Granulose Tekstur : Granulose-Hipidoblastik Komposisi : Quartz Nama Batuan : Kuarsit Foto Batuan :
2.2 Stasiun II Lokasi : Jl. Abepura- Sentani, Paeria Kabupaten Jayapura Koordinat : 02 0 35 15,5 LS dan 140 0 35 54,0 BT Pada lokasi ini tersingkap batuan metamorf (pTmc). Singkapan ini terletak pada daerah morfologi perbukitan lemah. Pada batuan Metamorf terdapat zona zona rekahan dan hancuran yang di sebabkan dari struktur geologi yang bekerja pada waktu yang lampau. Pada rekahan-rekahan batuan metamorf terisi mineral silikat berupa kuarsit.
Foto Singkapan :
Litologi Batuan Deskripsi : Warna : Abu Abu Jenis Batuan : Batuan Metamorf Regional Struktur : Schitose Tekstur : Heteroblaslik-Hipidioblastik Komposisi : Mika, Homblende dan Quarts Nama Batuan : Schist Foto Batuan :
2.3 Stasiun III Lokasi : Kampung Yoka Koordinat : 02 0 36 19,6 LS dan 140 0 3752,7 BT Lokasi ini terletak di tepi jalan Yoka, dengan morfologi daerah perbukitan terjal. Merupakan bukit yang tersusun dari lithologi batuan metamorf dan Batuan Beku yang masih fresh dan sebagian lapuk (UM) dan (Tema). Dan didapati banyaknya rekahan rekahan pada tubuh batuan. Stasiun pengamatan ini merupakan lokasi galian pertambangan rakyat. Umur batuan di perkirakan Pra Tersier-Tersier. Foto Singkapan :
Litologi Batuan Deskripsi : No. Urut : 1 Warna : Abu Abu Jenis Batuan : Batuan Metamorf Regional Struktur : Schitose Tekstur : Heteroblaslik-Hipidioblastik Komposisi : Mika, Homblende dan Quarts Nama Batuan : Schist Foto Batuan :
No. Urut : 2 Warna : Abu - Abu Jenis batuan : Batuan Beku Intermediat Struktur : Masif Tekstur : Derajat Kristalisasi : Hipokristalin Granularitas : Fanerik Bentuk Kristal : Subhedral Relasi : Equigranular Komposisi : Plagioklas, Piroksen, Quartz dan Glass Nama Batuan : Andesit Foto Batuan :
2.4 Stasiun IV Lokasi : Jalan Baru Jayapura Abepura Distrik Abepura Koordinat : 02 0 35 58,9 LS dan 140 0 41 05,3 BT, Elevasi : 10m dpl Pada lokasi pengamatan ini kami mengamati pergerakan tanah pada lereng Bukit Mir, dengan kemiringan lereng 40 0 . Morfologi pada Stasiun ini merupakan perbukitan lereng terjal. Jenis pergerakan tanah pada lokasi ini termaksud dalam tipe slump. Tipe slump terjadi karena adanya dua atau lebih permukaan yang bergerak dimana permukaan tersebut sebenarnya berhubungan, pergerakan terjadi akibat adanya kesalahan pada tanah yang di pengaruhi oleh besarnya lereng, curah hujan, kurangnya vegetasi, dan tingkat erosi. Material yang tertransport berupa material lepas tanah dan lapukan batuan. Foto Lokasi :
2.5 Stasiun V Lokasi : Tepi Jalan Abe Pantai Koordinat : 02 0 37 20,2 LS dan 140 0 41 32,7 BT Elevasi : 9 meter dpl Pada stasiun ini ditemukan singkapan batuan napal (TMM). Morfologi daerah ini merupakan perbukitan, pada singkapan batuan napal terdapat struktur perlapisan, serta kondisi singkapan yang lapuk dan juga terdapat kekar retakan pada batuan napal. kedudukan lapisan batuan N 320 / 25 E. dengan perkiraan umur Miosen awal - akhir Foto Singkapan :
Litologi Batuan Deskripsi : Warna : Abu Abu Kecoklatan Jenis Batuan : Sedimen Klastik Struktur : Foliasi Tekstur : Ukuran Butir : < 1/16 mm Derajat Pemilahan : Pemilahan Baik Derajat Pembudaran : Pembundaran Baik Kemas : Tertutup Komposisi : Fragmen : - Matriks : Mineral Lempung Semen : Karbonat Nama Batuan : Batu Napal Foto Batuan
:
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan Geologi daerah penelitian tersusun oleh batuan ultramafik yang umurnya diperkirakan berkisar antara pra tersier yang kontan selama langsung dengan batuan mafin dan kelompok malihan Cycloop, Kemudian kelompok batuan ultra mafik ini mengalami proses deformasi / tekanan termetafortkan menjadi batuan batuan ekis dan gneis yang merupakan kelompok batuan anti stress, dan batuan ini juga termasuk kelompok malihan Cycloops, serta pada stasiun pengamatan lain juga dijumpai, kelompok batu gamping dan batuan andesit. Kedua kelompok batuan ini diperkirakan berasal dari Formasi Numbai (Tomm) dan Formasi Auwewa (Tema), kedua formasi ini diperkirakan umurnya berkisar antara Eosen Miosen Akhir dan terendap atau terbentuk selama beda fasies. Kemudian dijumpai batuan napal/ lempung yang merupakan kelompok formasi Mauts (TMM), umur formasi ini diperkirakan Miosen Tengah sampai Miosen Akhir dan terendapkan selama Tuk selaras dengan formasi Numbai dan Formasi Auwewa. 3.2 Saran a) Dari hasil pengamatan lapangan di temukan adanya zona lemah yang memungkinkan adanya pergerakan tanah dan berbahaya bagi penduduk, sehingga penulis menyarankan untuk tidak mendirikan bagunan dan kegiatan pada daerah daerah tersebut. b) Pada lokasi yang dijadikan kegiatan penambangan bahan galian c disarankan untuk memperhatikan kondisi keamanan dan keselamatan dalam menambang sesuai dengan UPL/UKL sebagaimana yang dikeluarkan Badan Lingkungan Hidup. c) Pada stasiun dua singkapan yang berada di pinggir jalan dengan melihat kondisi batuan yang lapuk disarankan untuk dilakukan pengatan pada dinding tebing.