Pemimpin yang Cerdas Banyak, tapi yang Bijak Sedikit
Oleh : Giorgio Babo Moggi Pemimpin yang cerdas belum tentu bijaksana. Tetapi pemimpin yang bijaksana pasti cerdas Tulisan berikut hendak mengangkat perspektif kecerdasan dan kebijaksanaan dalam ranah kepemimpinan. Banyak buku mengupas dan mengklafikasikan tentang kecerdasan, di antaranya IQ (kecerdasan inteletual), EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual). Mengadalkan kecerdasan intelektual semata menjadi pincang, tanpa keseimbangan dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Demikian sebaliknya. Tiga kecerdasan ini harus seimbang. Satu dan yang lainnnya saling mendukung. Bagaimana dengan kaitan kategori kecerdasan ini dengan kepemimpinan? Untuk menjadi pemimpin harus memiliki tiga kecerdasan di atas, yakni IQ, EQ dan SQ. Gabungan ketiga kecerdasan ini diramu menjadi LQ (kecerdasan kepemimpinan). Pemimpin yang memiliki LQ pasti pemimpin yang bijaksana. Ia mengandalkan nalar, budi dan Tuhan. Merindukan pemimpin yang cerdas pasti mudah didapat. Ada banyak pemimpin yang memiliki tipikal smart negeri ini. Itu bisa ditunjukkan dengan gelarnya yang lebih panjang daripada namanya. Orang memiliki banyak gelar pasti orang cerdas. Radius pengetahuan di bidangnya sangat luas. Meskipun kenyataan pemimpin yang memiliki gelar masih dalam tanda petik, karena di negeri ini juga ada lembaga yang masih jual beli gelar. Mendambakan pemimpin yang bijak tidak mudah. Dari seribu calon pemimpin mungkin hanya ada satu yang bijak.
2
Pemimpin yang cerdas belum tentu bijaksana. Tetapi pemimpin yang bijaksana pasti pemimpin yang cerdas. Pemimpin yang cerdas banyak, tetapi pemimpin yang bijak sedikit. Itu sulitnya mencari figur pemimpin sejati! Sejauh yang bisa kita lakukan mencari atau memilih figur yang mendekati tipe pemimpin yang bijaksana. Salomo sendiri merasa diri belum cukup menjadi pemimpin. Karena itu Salomo berdoa kepada Tuhan untuk memberinya hikmat kebijaksanaan (1 Raja-raja:3:5- 14). Mengandalkan kecerdasan dan kekuasaan sebuah keniscayaan. Ia memerlukan hikmat kebijaksanaan. Semoga pelajaran Salomo mewabah kepada para pemimpin. Sekalipun kekuasaan sudah dalam genggaman, tidak boleh lupa mminta hikmat kebijaksanaan dari-Nya. Ya, ia mungkin CERDAS, tetapi belum tentu BIJAKSANA! Di situ pula KEWIBAWAAN sang pemimpin yang dirindukan.***
Tips Menjadi Pemimpin Yang Sukses - Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Salah bertindak Anda malah bisa dicap sebagai atasan yang menyebalkan. Ada beberapa tips untuk menjadi atasan yang berhasil, juga disukai oleh seluruh bawahan. Pensaran 1. Dapat Mensejajarkan Diri Dengan Pimpinan Lain Jika Anda membawahi sebuah divisi, ada kalanya Anda harus bertemu dengan pemimpin divisi yang lain. Anda harus memposisikan diri secara tepat. Mengetahui visi dan misi divisi secara total adalah salah satu hal yang akan membuat posisi Anda diakui dengan yang lain. Para pemimpin lain akan melihat Anda sebagai seorang atasan yang smart dan tahu betul 'isi perut' divisi yang Anda tekuni. 2. Belajar Mendengarkan Bawahan
3
Menjadi pemimpin bukan berarti Anda bisa memutuskan segala hal secara sepihak. Ada kalanya bawahan Anda lebih mengetahui keadaan yang terjadi dalam suatu proyek. Tak ada salahnya untuk mendengarkan masukan dari mereka. Sehingga Anda bisa membuat keputusan yang paling bijak. 3. Membumi Menjadi atasan bukan berarti Anda harus bersikap angkuh dan sombong. Semakin banyak Anda mengenal bawahan, akan semakin baik. Anda pun lebih mengenal bawahan secara personal sehingga lebih mudah dalam hal komunikasi. Ketika Anda dianggap sebagai atasan yang baik, maka anak buah pun tak segan untuk bersikap loyal.
4. Kenali Kelebihan dan Kekurangan Sendiri Pemimpin yang baik adalah yang bisa mengakui kekurangannya, namun menonjolkan kelebihannya. Tak ada orang yang sempurna dan sepenuhnya benar walaupun ia telah menjadi seorang pemimpin. Jika Anda terlalu angkuh untuk mengakui kesalahan, bahkan menunjuk kambing hitam untuk itu, tak akan ada bawahan yang menghormati sikap Anda tersebut. 5. Mengenali Kelebihan dan Kekurangan Bawahan Sebagai pemimpin, Anda juga harus mengenali potensi dan kekurangan bawahan. Hal itu bertujuan agar Anda bisa menyusun jadwal pelatihan bagi tiap-tiap bawahan untuk mendongkrak potensinya. Ini juga bisa membantu Anda untuk membentuk sebuah tim kerja menurut potensi tiap-tiap karyawan.
4
SOLUSI DAN STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK DALAM ORGANISASI Jika konflik semakin berat karena lama terpendam maka penting bagi perusahaan untuk menemukan konflik atau sumbernya sedini mungkin. Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan dapat diatasi dengan komunikasi. Komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan dan bawahan tidak lancar maka bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo. Pemimpin harus dapat membuat keputusan yang terbaik dan efektif guna menyelesaikan permasalahan yang ada. Sehingga untuk mensiasati masalah ini biasa dilakukan dengan berbagai cara: 1. Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman. 2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancar dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan. 3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi. 4. Observasi langsung. Tidak semua konflik disuarakan oleh para karyawan. Karena itu ketajaman observasi dari pimpinan akan bisa mengetahui ada tidaknya suatu (sumber) konflik. 5. Kotak Saran. Cara semacam ini banyak digunakan oleh perusahaan atau lembaga-lembaga lain. Cara ini efektif karena para pengadu tidak perlu bertatap muka dengan pimpinan. Bahkan bisa merahasiakan identitasnya.
5
Konflik tidak bisa dihindari tetapi dapat diatasi! Untuk dapat mengatasi konflik maka seorang pemimpin perlu memiliki kreativitas dalam mencari pemecahaan dari suatu masalah. Contoh kasus yaitu dalam rapat mingguan sebuah perusahaan pastilah masing-masing individu memiliki argumen dan pendapat yang berbeda- beda. Perbedaan pendapat tersebut terkadang dapat memicu adanya suatu perdebatan yang apabila dibiarkan dapat berujung pada konflik. Dan tentunya hal ini dapat menghambat lahirnya suatu keputusan bersama. Untuk itu pimpinan perusahaan atau pimpinan rapat harus bersikap bijak dalam menyelesaikan konflik tersebut. Cara-cara yang dpat dilakukan antara lain yaitu : a. Memanggil karyawan yang terlibat untuk diberikan arahan. Seorang pemimpin harus berhasil mengeluarkan masalah-masalah yang membuat konfklik yang terjadi pada karyawan tersebut, untuk dicarikan solusinya melalui musyawarah bersama. b. Melakukan evaluasi terhadap berbagai kemajuan atau kemunduran yang diperoleh. Dengan memperlihatkan bahwa dengan konflik telah merugikan TIM secara menyeluruh. c. Membuat peraturan bersama dengan karyawan agar ketika konflik yang mengacu pada dampak negatif sehingga mengakibatkan hancurnya organisasi tersebut, maka bisa dipertanggung jawabkan oleh pihak yang terlibat karena adanya peraturan yang sudah disepakati bersama.