masyarakat sehat, sebagaimana yang dicanangkan Presiden RI, BJ Habibi, pada tanggal 1
Maret 1999, Indonesia Sehat 2010. Mungkinkah cita-cita luhur ini terwujud? Semuanya ini
kembali kepada kita, bila kita berpegang dengan mutiara Bung Hatta, “Berikan saya 10
orang pemuda, niscaya akan saya goncangkan dunia ini”. Makna yang terkandung dalam
pemikiran saya, dengan potret pendekatan sistem secara benar dan utuh, beliau memiliki
dan masyarakat untuk membangun negeri ini. Sebelumnya, keterampilan MBO hanya
mengaplikasiannya karena takut dengan benturan yang tajam, sehingga terasa sulit untuk
Demikian juga, paradigma sehat yang ditopang dengan empat pilar strategi yakni,
optimal. Karena kondisi di Indonesia sekarang dilaporkan angka kematian Ibu masih
tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Brunai dan Thailan.
diperlukan peran petugas kesehatan untuk membimbing ibu berperilaku hidup kesehatan.
Akan tetapi sampai sekarang jumlah tenaga kesehatan belum sesuai dengan harapan
misalnya Bidan termasuk Bidan PTT, idealnya untuk menurunkan kondisi di atas
diperlukan seorang Bidan melayani seribu penduduk, namun kenyataannya melayani 2000
penduduk. Begitu juga Sarjana Kesehatan Masyarakat standarnya seorang SKM melayani
5000 penduduk, namun nyatanya masih melayani diatas seratus ribu jiwa. Kondisi seperti
ini dari tahun ketahun tidak menunjukkan perubahan yang bermakna. Ironisnya, seoalah-
olah pemerintah lepas tangan, termasuk tenaga kesehatan yang lain. Karena hal ini
membudaya.
Selama paradigma sehat belum dipahami secara benar dan utuh, kemampuan dan
keterampilan memahami kesenjangan data dan fakta yang akurat belum trampil, jelas
sangat mempengaruhi kinerja kelembagaan. Oleh karena itu diperlukan aparatur yang
mampu dan terampil, berorientasi pada permasalahan yang actual (problems based
approach).
paradigma sehat secara benar melalui model keterampilan manajemen aspiratif. Pertama,
Memiliki kemampuan menetapkan sasaran pokok dengan tepat, jelas, terukur, objektif dan
menetapkan kerangka sasaran pokok pembangunan yang terpadu antara dinas/instansi dan
tersebut, tetapi masih terpragmentasi walau berorientasi paradigma lintas sector tetapi
hanya bersifat kordinasi. Padahal tujuan atau sasaran pokok pemerintah bila dirumuskan
dalam kerangka pembangunan yang terpadu dan terarah mampu melahirkan program yang
efisien, efektif produktif sinergis dan komparatif yang significans. Kedua, Memiliki
(problems based approach) yang mengedepankan cara pikir menelusuri sistem, mampu
mengidentifikasi persoalan dan penyebabnya secara benar dan utuh, memberikan alternatif
pemecahan persoalan yang baik. Ketiga, monitoring. Merupakan aspek yang selama ini
menjadi kelemahan, karena monitoring hanya bersifat pemantauan dan pelaporan tanpa ada
tindak lanjut. Ironisnya berbagai kendala atau kesalahan pun terus bergulir tanpa ada upaya
ditindak lanjuti.
Ketiga keterampilan inilah yang harus dimiliki aparatur untuk mengatur dan
masyarakat dalam membangun negeri ini akan terwujud, karena ringan sama dijinjing dan
berat sama dipikul untuk menggapai tujuan yang telah disepakati bersama dengan demikian
Penulis,
PNS Dinkes Kab Musi Rawas dan
Aktivis LSM Sosial di Kab/Kota Lubuk Linggau