Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya beraneka ragam. Budaya yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu kesenian. Seni pertunjukan merupakan hiburan rakyat tradisional. Seni pertunjukan tradisional adalah seni yang hidup dan berkembang dalam suatu daerah berdasar kesepakatan bersama antar masyarakat pendukungnya yang terjadi secara turun menurun. Seni pertunjukan tradisional pada umumnya memiliki ciri yang tetap pada bentuk seninya yang menjadi kekhasan dalam pertunjukannya. Seni pertunjukan tradisional saat ini telah dipengaruhi oleh masuknya budaya modern yang memberikan pengaruh terhadap unsur seninya. Sehingga keaslian terhadap kesenian tradisional tersebut semakin berkurang. Jika keadaan ini terus dibiarkan, maka kesenian tradisional akan menjadi punah. Haris Supratno (1996) menjelaskan bahwa faktor kepunahan seni pertunjukan disebabkan oleh: (1) semakin berkembangnya kebudayaan atau kesenian populer, (2) semakin banyaknya hiburan melalui televisi dan video, (3) seni pertunjukan tidak dapat beradaptasi dengan kebudayaan modern (hanya begitu-begitu saja), (4) masyarakat sudah semakin maju dan sangat sibuk sehingga tidak sempat menonton hiburan seni pertunjukan tradisional, dan (5) masyarakat jarang mau menangkap seni pertunjukan tradisional karena pada umumnya sudah berpikir secara praktis dan hemat. Melihat kenyataan akan kecanggihan teknologi dan perkembangan budaya masyarakat, perhatian terhadap seni pertunjukan tradisional perlu ditingkatkan. Pengidentifikasian dan pengkajian terhadap seni merupakan salah satu bentuk pelestarian. Melalui pengidentifikasian dengan cermat akan diperoleh data tentang jenis seni pertunjukan yang ada di daerah-daerah dengan melihat eksistensinya. Eksistensi seni pertunjukan tradisional akan semakin lengkap jika dikaji unsur seninya baik melaui bentuk, fungsi, makna, nilai budaya atau bentuk kajian lainnya. Hal tersebut akan bermanfaat jika budaya lokal bisa dilestarikan dengan benar. Jika berbicara pelestarian budaya lokal, maka berkaitan dengan generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Generasi muda mempunyai peran penting dalam pelestarian budaya lokal Indonesia. Jika hanya beradu opini maka tidak akan mendapatkan hasil yang sesuai keinginan, oleh karena itu perlu adanya tindakan dari generasi muda. Ada beberapa tindakan atau peran generasi muda dalam meningkatkan dan memajukan budaya atau kesinian derah, antara lain: memperkuat akidah, meningkatkan intelektualitas, generasi muda sebagai aset masa depan, kesadaran melestarikan budaya, dan cinta terhadap budaya lokal. Pemerintah daerah memiliki kewenangan penting terhadap budaya lokal Indonesia, hal tersebut dijelaskan pada Pasal 96 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya yang berbunyi: (1) menetapkan etika Pelestarian Cagar Budaya, (2) mengkoordinasikan Pelestarian Cagar Budaya secara lintas sektor dan wilayah, (3) menghimpun data Cagar Budaya, (4) menetapkan peringkat Cagar Budaya, (5) menetapkan dan mencabut status Cagar Budaya, (6) membuat peraturan Pengelolaan Cagar Budaya, (7) menyelenggarakan kerja sama Pelestarian Cagar Budaya, (8) melakukan penyidikan kasus pelanggaran hukum, (9) mengelola Kawasan Cagar Budaya, (10) mendirikan dan membubarkan unit pelaksana teknis bidang pelestarian, penelitian, dan museum, (11) mengembangkan kebijakan sumber daya manusia di bidang keepurbakalaan, (12) memberikan penghargaan kepada setiap orang yang telah melakukan Pelestarian Cagar Budaya, (13) memindahkan dan/atau menyimpan Cagar Budaya untuk kepentingan pengamanan, (14) melakukan pengelompokan Cagar Budaya berdasarkan kepentingan menjadi peringkat nasional, peringkat provinsi, dan peringkat kabupaten/kota, (15) menetapkan batas situs dan kawasan, dan (16) menghentikan proses pemanfaatan ruang atau proses pembangunan yang dapat menyebabkan rusak, hilang, atau musnahnya Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya. Setelah budaya lokal tersebut berhasil dilestarikan, ada dampak positif dan negatif terhadap budaya lokal itu. Dampak positif mempertahankan budaya lokal diantaranya: (1) semakin majunya budaya bangsa, (2) memiliki eksistensi budaya yang semakin tinggi di masyarakat, (3) memberikan nilai lebih terhadap bangsa Indonesia, (4) bangga karena budaya lokal merupakan identitas dan kehormatan bangsa, dan (5) dapat mempertahankan ketahanan budaya lokal terhadap gempuran budaya luar. Sedangkan dampak negatif tidak mempertahankan budaya lokal diantaranya: (1) lunturnya nilai-nilai budaya Indonesia, (2) budaya lokal Indonesia direbut negara lain, (3) budaya Indonesia banyak terkontaminasi oleh budaya luar, (4) turunnya ketahanan budaya nasional, dan (5) lebih mudahnya budaya luar untuk masuk dan bersaing dengan budaya lokal. Jawa Timur merupakan provinsi terbesar kedua di Indonesia memiliki kekayaan ragam seni tradisional. Kabupaten Lumajang adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki kebudayaan kesenian Jaran Kencak Ngadeg. Jaran kencak ngadeg adalah kuda kencak berdiri, kesenian tersebut merupakan kesenian asli Kabupaten Lumajang. Sesuai dengan nama keseniannya, kesenian ini menjadikan kuda sebagai pemeran utama. Kuda dalam kesenian ini adalah kuda yang sudah dilatih menari, berdiri menggunakan dua kaki dan menuruti perintah sang pemegang kuda. Kuda kencak ngadeg diiringi musik gamelan jawa dan lagu yang dinyanyikan menggunakan bahasa madura. Lagu yang dinyanyikan diantaranya kenong sangak, palotan tarnyak, gunong togel dan lain-lain. Kesenian kuda kencak ngadeg merupakan hiburan favorit masyarakat Kabupaten Lumajang, hal tersebut terbukti dengan banyaknya masyarakat yang mengundang kesenian ini pada acara syukuran, khitanan, dan nikahan. Antusias masyarakat untuk menonton kesenian kuda kencak ngadeg sangat besar, banyaknya warga yang menonton terkadang membuat tempat atraksi kuda menjadi sempit dan kurang leluasa. Pertunjukan yang disajikan oleh kesenian kuda kencak ngadeg diantaranya lantunan lagu dengan syair madura, lawak madura, kuda penari tunggal, kuda penari kelompok, dan penari berpakaian adat. Sedangkan untuk pakaian yang digunakan kuda yaitu hiasan kain warna-warni yang dilengkapi dengan aksesoris, bulu burung merak dan lampu led yang warnanya bermacam-macam. Hari jadi kabupaten Lumajang (HARJALU) pada bulan Desember merupakan kegiatan rutin yang ditungu-tunggu masyarakat Kabupaten Lumajang dan sekitarnya, karena pada acara tersebut selalu diadakan kirab budaya kuda kencak se-Kabupaten Lumajang. Acara tersebut memberikan kesempatan kepada paguyuban atau pecinta kuda kencak untuk menunjukkan keunikan tarian kudanya dan sebagai wadah untuk mempromosikan kesenian kuda kencak ngadeg kepada masyarakat lokal maupun nasional. Penonton acara tersebut juga datang dari mancanegara, terbukti pada kirab budaya kuda kencak se-Kabupaten Lumajang 2013 ada pengunjung dari Turki dan Australia (data wawancara dengan panitia HARJALU 2013). Kesenian kuda kencak ngadeg merupakan kesenian tradisional asli Indonesia, oleh karena itu perlu dijaga dan dilestarikan dengan baik. Kesenian ini termasuk aset emas Negara Indonesia, karena kesenian ini hanya ada di Indonesia. Kesenian ini juga bisa dijadikan sebagai objek wisata yang memiliki daya jual tinggi dan bisa memberikan pemasukan devisa negara dari sektor pariwisata. Demi menjaga kelestarian dan keaslian kesenian kuda kencak ngadeg dari gempuran budaya asing yang terus menggerus keaslian budaya asli Indonesia perlu adanya langkah pelestarian yang baik. Pelestarian memiliki tiga unsur, anatara lain: perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. Perlindungan adalah unsur terpenting dalam sistem pelestarian cagar budaya, unsur ini mempengaruhi unsur-unsur lain yang pada akhirnya diharapkan menghasilkan umpan balik pada upaya perlindungan. Unsur ini langsung berhubungan langsung dengan fisik cagar budaya yang menjadi bukti masa lalu. Sebaliknya, unsur pengembangan lebih banyak berhubungan dengan potensi-potensi yang menyatu dengan benda, bangunan, struktur atau situs yang dipertahankan. Kegiatannya bukan dalam bentuk konservasi, restorasi, atau pemeliharaan objek, melainkan upaya pengembangan informasi, penyusunan buku edukasi atau sebagai objek wisata. Hal ini berbeda dengan kegiatan pada unsur pemanfaatan yang juga menyentuh fisik dari cagar budaya seperti halnya pelindung, bedanya ialah pada unsur ini kegiatannya terbatas pada upaya revitalisasi atau adaptasi untuk menyesuaikan kebutuhan baru dengan tetap mempertahankan keaslian objek. Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sudah selayaknya dan sudah menjadi kewajiban kita para pemuda untuk terus berusaha dan berupaya untuk terus melestarikan peninggalan sejarah nenek moyang kita yang telah ditinggalkan dalam bentuk budaya kesenian. Sebagai penerus bangsa sudah seharusnya jika para pemuda menggali potensi dirinnya dan berupaya untuk mengaktifkan lagi kebudayaan daerah yang sebagian besar sudah tergeserkan oleh budaya asing. Pemerintah bersama masyarakat dan khususnya generasi muda sekaligus penerus budaya lokal perlu menjaga, melestarikan dan mengangkat kearifan budaya lokal yang sebenarnya lebih bagus dan lebih bernilai dari pada budaya asing. Dengan menjaga dan melestarikan budaya lokal, maka nilai jual kesenian kuda kencak ngadeg akan meningkat dan akan memberikan masukan visa Negara Indonesia di bidang pariwisata. Oleh karena itu, marilah kita semua untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan kesenian kuda kencak ngadeg Kabupaten Lumajang dan menjadikan kesenian tersebut sebagai aset emas bangsa Indonesia yang dikenal oleh kancah Internasional.
Dedik Hariyanto-Universitas Negeri Malang-RAN CANG BANGUN MESIN TEPUNG PISANG UNTUK MEMANFAATKAN PISANG "KIRANA" SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG TERIGU KHAS KABUPATEN LUMAJANG