PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH 2014
A. LATAR BELAKANG Jumlah penderita dermatitis kontak alergi (DKA) lebih sedikit dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan (DKI). Hal ini disebabkan karena dermatitis kontak alergi (DKA) hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). (fkui) Dalam suatu penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru di poliklinik alergi dimana 201 pasien (27,50 %) menderita dermatitis kontak. Walaupun demikian, kasus dermatitis sebenarnya diperkirakan 10-50 kali lipat dari data statistik yang terlihat karena adanya kasus yang tidak dilaporkan. Selain itu, perkiraan yang lebih besar tersebut juga diakibatkan oleh semakin meningkatnya perkembangan industri serta jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Penyebab dermatitis kontak alergik (DKA) adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia disebut hapten yang bersifat dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, derajat pajanan, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, pH, dan luasnya penetrasi di kulit. Selain itu, faktor individu yang juga berpengaruh, antara lain keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), dan status imunologik (sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari). Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul. Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari. Pada laporan ini akan dibahas kasus dermatitis kontak alergi dengan pendekatan utama edukasi personal sehingga mencegah terulangnya kembali kelainan kulit yang timbul pada pasien.
B. PERMASALAHAN I. Identitas Pasien No register : 330316 Nama : Ny. P Umur : 34 tahun Alamat : Semanggi 03/058 Pasar Kliwon Pekerjaan : Ibu rumah tangga Tanggal Periksa : 24 Agustus 2014
II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 24 Agustus 2014 1. Keluhan Utama Gatal di kedua kaki 2. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 6 bulan yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kedua kaki dan disertai gatal. Pasien sering menggaruk kakinya sepanjang hari karena gatal sehingga kulitnya menjadi mengelupas. Pasien mengaku sering memakai sandal jepit. Pasien juga mengaku memakai sandal jepit baru dua hari sebelum keluhan tersebut muncul. Pasien telah berobat ke balai pengobatan sebanyak dua kali sejak keluhan muncul. Di balai pengobatan tersebut pasien diberi salep dan obat minum sebanyak tiga macam. Namun, bercak kemerahan dan rasa gatal tidak kunjung berkurang. Pasien juga telah membeli salep sendiri di apotek. Namun keluhan dirasa tak kunjung membaik dan sering kumat. 3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat penyakit serupa : disangkal b. Riwayat alergi obat : disangkal c. Riwayat alergi makanan : (+) udang, ebi, dan ayam d. Riwayat hipertensi : disangkal e. Riwayat diabetes melitus : disangkal f. Riwayat asma : disangkal
4. Riwayat Kebiasaan Pasien mandi dua kali sehari dengan air sumur dan berganti pakaian 2x sehari. Pasien sering menggunakan sandal jepit dalam beraktivitas. Namun, dua hari sebelum keluhan timbul pasien mengaku menggunakan sandal jepit baru. 5. Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat sakit serupa : disangkal b. Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal c. Riwayat asma, bersin-bersin pagi hari : disangkal 6. Riwayat Gizi Pasien sehari hari makan dengan nasi sayur tiga kali sehari @ 1 piring dengan lauk tahu tempe, kadang telur, jarang makan buah dan tidak minum susu. 7. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Saat ini, biaya perawatan pasien menggunakan JKN.
III. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2014 1. Keadaan Umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup. 2. Tanda Vital a. Tensi : 110 / 70 mmHg b. Nadi : 68 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup. c. Pernapasan : 18 x/menit d. Suhu : afebris 3. Status Gizi BB = 60 kg TB = 157 cm BMI = 2 ) 57 , 1 ( 60 = 24,34 kg/m 2 (normoweight) 4. Status Dermatologis
Regio dorsum pedis dekstra et sinistra : Plakat eritema multipel membentuk gambaran bentuk tali sandal dengan erosi diatasnya, sebagian disertai krusta dan skuama.
5. Kepala bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut 6. Wajah Simetris, eritema (-) 7. Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-), strabismus (-/-), cowong (-/-) 8. Telinga Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-) 9. Hidung Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-) 10. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil lidah atropi (-) 11. Leher JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-). 12. Thoraks Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan abdominothorakal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-) Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan parasternal tidak tampak Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat. Perkusi : batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio clavicularis sinistra batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis dextra batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea sternalis dextra pinggang jantung :spatium intercostale III, linea parasternalis sinistra Kesan : batas jantung kesan tidak melebar Auskultasi : HR 120 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising (-), gallop (-) Pulmo Depan Inspeksi Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar. Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-). Palpasi Statis : simetris Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri Perkusi Kanan : sonor Kiri : sonor Auskultasi Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-), Wheezing (-) Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-), Wheezing (-) Belakang Inspeksi : Statis : punggung kanan kiri simetris Dinamis : pengembangan dada simetris Palpasi : fremitus raba simetris Perkusi : paru kanan sonor, paru kiri sonor Batas paru kanan bawah setinggi vertebre thoraks VI Batas paru kiri bawah setinggi vertebre thoraks VII Penanjakan diafragma : 5 cm kanan sama dengan kiri Auskultasi: Kanan: SDV (+), ST (-), Wheezing (-) Kiri: SDV (+), ST (-), Wheezing (-) 13. Abdomen Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-). Auskultasi : peristaltik (+) normal Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-) Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak teraba 14. Genitourinaria Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-) 15. Kelenjar getah bening inguinal tidak membesar 16. Ekstremitas : normal
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI 1. Diagnosis banding : a. Dermatitis Kontak Alergi b. Dermatitis Kontak Iritan c. Dermatitis Atopik 2. Diagnosis kerja : Dermatitis Kontak Alergi et causa sandal jepit 3. Penatalaksanaan : Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul. Terapi Non-farmakologis: Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu: a. Kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan dermatitis kontak alergi. Menjelaskan kepada pasien bahan alergen apa saja yang dapat memicu penyakit. Dugaan alergen yang menimbulkan dermatitis kontak alergik dalam kasus ini adalah bahan karet di sandal jepit. Namun untuk memastikan alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan untuk mengetahui riwayat kesehatan psien serta uji alergi pada kulit (skin prick test). b. Edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang penyakitnya. Setelah jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai berbagai cara untuk mencegah kekambuhan penyakitnya. Edukasi juga meliputi menghentikan pemakaian atau kontak dengan zat alergi (sandal jepit), meningkatkan kebersihan dan kelembapan kulit, terutama kulit kaki, dan cara penggunaan obat yang tepat. Terapi famakologis: Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksufatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal atau makrolaktam topikal. \ Terapi farmakologis yang diberikan pada kasus ini adalah: R/ CTM tab mg 4 No. X S 3 dd 1 tab R/ Dexametason tab mg 0,5 No. X S 3 dd 1 tab R/ Betametason zalf fl No. X S 2 dd ue (oles tipis di kulit) Edukasi yang diberikan kepada pasien: a. Menghindari faktor pemicu kekambuhan penyakit yakni menghentikan pemakaian atau kontak dengan zat alergi (sandal jepit). b. Edukasi pasien untuk tidak menggaruk lesi yang gatal. c. Edukasi untuk meningkatkan kebersihan dan kelembapan kulit, terutama kulit kaki. d. Kontrol ke puskesmas untuk mengetahui reaksi pengobatan.
D. MONITORING DAN EVALUASI Hal-hal yang perlu diawasi dan dievaluasi antara lain adalah bagaimana efek pengaruh obat terhadap lesi di kulit pasien. Selain itu bagaimana pasien menjaga higienitas tubuhnya sendiri serta bagaimana pasien menghindari paparan terhadap zat-zat alergen. Pada kunjungan kedua pasien mengatakan keluhan gatal dan perihnya telah berkurang, meskipun bekas lesi di kulitnya masih sedikit tampak.
Surakarta, 24 September 2014
Dokter Internsip Dokter Pendamping
dr. Christine Notoningtiyas S. dr. Heri Wijanarko, Msi.