b. Sudut diam
Menurut United State Pharmacopoeia
(5)
,
suatu granul memiliki sudut istirahat yang
sangat baik jika nilai (sudut istirahat) kurang
dari 30 maka mengalir bebas (free flowing).
Ketiga formula memiliki sudut istirahat kurang
dari 30
o
sehingga dapat dikatakan serbuk massa
fast disintegrating tablet ranitidin hidroklorida
memiliki sifat alir yang baik dan memiliki sifat
mengalir bebas.
Hasil yang didapat pada FI 23,36
o
, FII
12,01
o
, dan FIII 27,89
o
masuk pada rentang
dimana kurang dari 30
o
.
c. Indeks pengetapan
Besar kecilnya harga indeks pengetapan
ditentukan oleh kemampuan serbuk untuk
menata diri dalam mengisi ruang antar partikel
dan dalam kondisi paling mampat, tanpa terjadi
perubahan bentuk partikelnya. Indeks
pengetapan yang (% Tap) lebih besar dari 20%
maka sifat alirnya tergolong kurang baik.
Sebaliknya, semakin kecil harga persen tapnya
maka sifat alirnya semakin baik
(5)
. Hasil
formula I, II, dan III memiliki T% 23,334%,
22,334,67%, 23,334%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dari keempat formulasi
tersebut memiliki sifat alir yang cukup baik
(passable) dan menghasilkan karakteristik
pengompakkan yang diharapkan.
2. Sifat fisik fast disintegrating tablet
ranitidin hidroklorida
a). Organoleptis tablet
Sebagai pengenalan terhadap tablet maka
dilakukan pemeriksaan organoleptik terhadap
tablet. Pemeriksaan dilakukan dengan panca
indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna
dan bau. Fast disintegrating tablet ranitidin
hidroklorida yang dihasilkan mempunyai
karakter fisik yang seragam yaitu berbentuk
bulat pipih tanpa retakan, dan berwarna putih
kekuningan, warna ini yang berasal dari serbuk
ranitidin hidroklorida yang cenderung kuning.
Bau dari tablet tetap berbau khas ranitidin
hidroklorida. Sebagai pengenalan awal terhadap
FDT ranitidin hidroklorida maka dilakukan
pemeriksaan organoleptik terhadap tablet.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat
bentuk, warna, dan bau dari FDT ranitidin
hidroklorida yang dihasilkan.
Tabel III. Data hasil uji organoleptik FDT
ranitidin hidroklorida
Parameter Hasil
Warna Putih kekuningan
Bau Khas ranitidin
Bentuk Pipih bulat tanpa
retakan
6
Tabel IV. Sifat Fisik Fast Disintegrating Tablet
Ranitidin Hidroklorida
Sifat Fisik Formula I Formula II Formula III
Bobot tablet
(mg)
CV
148,900
0,912
0,612
147,550
0,945
0,640
149,550
1,234
0,825
Kekerasan (kg) 3,270
0,310
2,500
0,290
2,710
0,230
Kerapuhan (%) 0,190
0,051
0,319
0,084
0,110
0,052
Waktu
pembasahan
(detik)
22,620
3,050
26,980
7,932
18,52
3,452
Waktu hancur
(menit)
1,700
0,125
1,667
0,076
1,217
0,108
b). Keseragaman bobot
Keseragaman bobot ditujukan untuk
mengetahui bobot tablet yang seragam dan uji
ini dijadikan parameter produksi yang
merupakan pengukuran secara rutin untuk
mendapatkan bobot tablet yang diinginkan.
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasar
banyaknya penyimpangan bobot tablet rata-rata
yang masih diperbolehkan menurut persyaratan
yang ditentukan. Pada formula I, didapaatkan
nilai CV sebesar 0,612% dan bobot tablet 148,90
mg. pada formula II, didapatkan nilai CV
sebesar 0,640% dan bobot tablet 147,55 mg.
pada formula III, didapatkan nilai CV sebesar
0,825% dan bobot tablet 149,55 mg. Dari tabel
diatas dapat disimpulkan bahwa antara ketiga
formula tersebut telah memenuhi persyaratan
dimana nilai CV tidak melebihi 5% (5%).
c). Kekerasan tablet
Kekerasan merupakan parameter yang
menggambarkan kekuatan tablet terhadap
goncangan mekanik. Tablet FDT ranitidin
hidroklorida memerlukan kekuatan mekanik
yang berarti dalam proses pembuatannya,
pengepakan, pendisitribusian, hingga
penyerahan ke konsumen. Kekerasan tablet
dipengaruhi oleh tekanan kompresi mesin
pencetak tablet, kompresibilitas bahan dan
penggunaan bahan pengikat. Kekerasan tablet
FDT dibuat lebih rendah dari tablet
konvensional biasa, kekerasan yang baik untuk
tablet FDT berkisar antara 0,1 - 3 kg
(6)
. Hasil
yang didapatkan bahwa kekerasan yang paling
tinggi adalah formula I sebesar 3,27 0,313 kg,
sedangkan formula III 2,71 0,230 kg dan
kekerasan terendah terdapat pada formula II
yaitu sebesar 2,5 0,290 kg. Formula I tidak
sesuai dengan yang diharapkan, yaitu
seharusnya dikendalikan 3 kg untuk
menghindari pengaruh perbedaan kekerasan
tablet terhadap waktu hancur dan disolusi.
Gambar 1. Profil kekerasan fast disintegrating
tablet berdasarkan pendekatan
simplex lattice design
Berdasarkan persamaan pendekatan SLD
(tabel IX) yaitu 0,03300A + 0,02700B -
0,00020AB menunjukkan terdapat interaksi
antara kedua kombinasi croscarmellose sodium
dan crospovidone. Secara teori crospovidone
memiliki sifat kompresibilitas dan sifat alir
serbuk yang baik, serta ketika kelembapan (%
RH) meningkat maka persen absorpsi air juga
akan meningkat, sehingga menimbulkan ikatan
yang lebih kuat antar partikelnya secara
signifikan
(7)
. Namun, dikarenakan pada formula
I kekerasan tablet tidak dikendalikan, maka
croscarmellose sodium meningkatkan
kekerasan tablet.
d). Kerapuhan tablet
Uji kerapuhan ini bertujuan untuk
mengetahui kerapuhan dari tablet FDT ranitidin
hidroklorida sehingga dapat diketahui
kemampuan tablet dalam menahan guncangan
tanpa hancur selama proses manufaktur,
pengemasan, pengiriman, dan penggunaan oleh
konsumen. Jika nilai kekerasan tablet tinggi
maka ikatan antar partikel akan kuat sehingga
kerapuhan tablet akan rendah
(7)
. Menurut United
State Pharmacopoeia
(5)
, tablet yang baik
memiliki kerapuhan kurang dari 1%. Dari hasil
penelitian diperoleh kerapuhan tablet pada
7
formula I sebesar 0,19 %, formula II sebesar
0,32 %, formula III sebesar 0,11 %. Dari data
tersebut, kerapuhan tablet mempunyai nilai
dibawah 1%, sehingga dapat dikatakan ketiga
formula memiliki nilai kerapuhan yang
memenuhi persyaratan yang baik.
Gambar 2. Profil kerapuhan fast disintegrating
tablet berdasarkan pendekatan
simplex lattice design
Berdasarkan pendekatan SLD, y =
0,00200A + 0,00100B + 0,00007AB. Terdapat
interaksi antara croscarmellose sodium dan
crospovidone, namun sama sama memberikan
nilai positif yang kecil pada kerapuhan tablet.
Respon yang dimunculkan pada tingkat
kerapuhan tertinggi terdapat pada formula II.
Secara teori ketika suatu bahan memiliki daya
ikat yang baik, maka akan menghasilkan bentuk
tablet yang kompak. Crospovidone diketahui
cenderung memiliki daya ikat yang baik, namun
ketika kadarnya sama dengan croscarmellose
sodium yang daya ikatnya kurang, akan
menyebabkan peningkatan nilai kerapuhan
tablet.
e). Waktu Hancur
Dari hasil uji waktu hancur tablet diperoleh
waktu hancur formula I 1,70 menit, formula II
1,67 menit dan formula III 1,22 menit. Ketiga
formula tersebut masuk ke dalam rentang waktu
hancur tablet menurut European
Pharmacopoeia, dimana waktu hancur untuk
fast disintegrating tablet maksimal adalah 3
menit
(8)
.
Gambar 3. Profil waktu hancur fast
disintegrating tablet
berdasarkan pendekatan
simplex lattice design
Persamaan pendekatan SLD yaitu
0,01700A + 0,01200B + 0,00008 AB, dimana
menunjukkan bahwa croscarmellose sodium dan
crospovidone dapat meningkatkan waktu hancur
tablet. Kombinasi dari kedua bahan tersebut juga
menunjukkan adanya interaksi yang dapat
meningkatkan waktu hancur namun sangat kecil
efek yang didapatkan. Croscarmellose sodium
dapat meningkatkan waktu hancur lebih lama
dibandingkan dengan crospovidone. Mekanisme
keduanya antara lain wicking dan swelling.
Namun secara teori diketahui bahwa
crospovidone juga memiliki kemampuan
menyerap air dan mengembang namun tidak
membentuk jel, sehingga hal inilah yang dapat
mempercepat waktu hancur.
f). Waktu Pembasahan
Waktu pembasahan memiliki hubungan erat
dengan struktur bagian dalam tablet dan
hidrofilisitas dari eksipien. Diketahui bahwa
ukuran pori-pori menjadi lebih kecil dan waktu
pembasahan meningkat dengan peningkatan
gaya tekan atau penurunan porositas. Terdapat
hubungan linear antara waktu pembasahan dan
waktu hancur tablet. Tujuan dari uji pembasahan
adalah mengetahui seberapa cepat air akan
terserap kedalam tablet, sehingga waktu
pembasahan merupakan langkah penting untuk
proses disintegrasi secara langsung.
8
Gambar 4. Profil waktu pembasahan fast
disintegrating tablet berdasarkan
pendekatan simplex lattice design
Pendekatan persamaan SLD yaitu 0,22600A
+ 0,18500B + 0,00257AB, dimana menunjukkan
adanya interaksi positif dari masing-masing
superdisintegran dalam meningkatkan waktu
pembasahan. Waktu pembasahan tercepat terjadi
pada formula III dimana komposisi
croscarmellose sodium : crospovidone (2% :
8%).
Mekanisme crospovidone secara cepat
menunjukkan aktifitas kapiler yang tinggi dan
kapasitas hidrasi
(3)
. Ukuran partikel yang besar
menunjukkan disintegrasi lebih cepat
dibandingkan dengan partikel yang lebih kecil.
Crospovidone memiliki ukuran partikel lebih
besar dibandingkan dengan croscarmellose
sodium. Sehingga diketahui bahwa waktu
pembasahan yang dihasilkan pada formula III
lebih cepat dibanding dengan formula I yang
kandungan croscarmellose sodium :
crospovidone (8% : 2%). Waktu pembasahan
pada penelitian masuk pada rentang waktu yang
dibutuhkan, sehingga sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan untuk tablet hancur bila tetap
bergerak di lidah.
g). Disolusi Tablet
Tujuan dari uji disolusi ini adalah
penggambaran pelepasan obat secara in vitro
(tidak langsung). Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu larut tablet adalah
diameter, ketebalan, porositas tablet dan adanya
bahan penghancur dari superdisintegran. Dari
hasil penelitian waktu disolusi formula I adalah
84,73%, formula II 82,44, dan formula III
88,13%. Hasil ini diketahui masuk dalam
persyaratan menurut US Pharmacopoeia
(5)
yang
menyatakan bahwa dalam waktu 45 menit
ranitidin hidroklorida yang terdisolusi tidak
kurang dari 80%.
Gambar 5. Profil waktu disolusi pada t = 45
menit fast disintegrating tablet
berdasarkan pendekatan simplex
lattice design
Pendekatan persamaan SLD yaitu
0,79100A + 0,80800B - 0,00163AB. Diketahui
bahwa crospovidone lebih menunjukkan nilai
positif dalam meningkatkan % disolusi. Hal ini
dikarenakan tekanan sifat dari kompresi yang
diberikan, higroskopisitas dan kekerasan tablet
biasanya memberikan sedikit efek pada waktu
disintegrasi tablet. Ukuran partikel juga dapat
mempengaruhi waktu disolusinya, dimana
semakin besar luas permukaan partikel, akan
cenderung membuat permukaannya cepat
berinteraksi dengan media (kemampuan
menyerap air).
3. Penetapan Kadar
a). Penentuan panjang gelombang maksimal
ranitidin hidroklorida dalam aquadest
Penetapan panjang gelombang
menggunakan spektrometri UV penting
dilakukan untuk menganalisis secara kuantitatif
dan mengetahui persentase kadar dari ranitidin
hidroklorida. Larutan ranitidin hidroklorida
memiliki serapan maksimum pada panjang
gelombang 314 nm.
Dari penelitian ini dihasilkan panjang
gelombang maksimum dari ranitidin
hidroklorida dalam medium aquadest adalah 314
nm. Hasil penentuan panjang gelombang ini
digunakan untuk pembuatan kurva baku dan
penetapan kadar ranitidin hidroklorida pada uji
disolusi.
9
Gambar 6. Panjang gelombang serapan
maksimum ranitidin hidroklorida
b). Pembuatan kurva baku
Dari hasil pengukuran seri kadar ranitidin
hidroklorida dalam medium aquaest diperoleh
analisis regresi linier, y = 0, 0415x 0,0114.
Tabel V. Data hasil serapan seri kadar
ranitidin hidroklorida pada
panjang gelombang maksimum 314
nm
Seri Kadar (g/ml) Absorbansi
5,00 0,199
7,50 0,301
10,00 0,402
15,00 1,600
20,00 0,825
c) Penetapan kadar zat aktif
Uji ini bertujuan untuk menjamin bahwa
kandungan zat aktif dalam tiap tablet relatif
seragam. Persyaratan batas penerimaan dari
kandungan zat aktif dalam tablet ranitidin
hidroklorida adalah 90-110 %
(5)
.
Tabel VI. Hasil uji penetapan kadar Tablet
FDT ranitidin hidroklorida
Formula Kadar (%)
F-I 100,467 0,982
F-II 99,263 2,333
F-III 97,200 6,212
Dari penetapan kadar zat aktif pada tabel
XII, ketiga formula memenuhi rentang
persyaratan kandungan zat aktif menurut United
State Pharmacopeia (USP) 32 ranitidin
hidroklorida tidak kurang dari 90% dan tidak
lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada
etiket.
d) Penentuan Formula Optimum
Berdasarkan Simplex Lattice Design
Hasil perhitungan menggunakan design
expert 7 trial diperoleh formula optimum fast
disintegrating tablet dengan perbandingan
komposisi croscarmellose sodium 2 % dan
crospovidone 8 %.
Dengan penggunaan f(x) model quadratic
didapatkan gambar seperti berikut :
Gambar 7. Profil formula optimum fast
disintegrating tablet berdasarkan
pendekatan simplex lattice design
Tabel VIII. Prediksi Sifat Fisik FDT ranitidin
hidroklorida menurut SLD
Sifat Fisik Prediksi
Kekerasan (Kg) 2,71
Kerapuhan (%) 0,11
Waktu pembasahan (detik) 18,52
Waktu hancur (menit) 1,22
Disolusi (%) 80,81
Formula optimum yang diperoleh diluar
ketiga formula yang dibuat sebelumnya. Apabila
dilakukan verifikasi terhadap formula optimum
yang diperoleh berdasarkan simplex lattice
design, maka prediksi sifat fisik yang dihasilkan
dari formula optimum tersebut tersaji pada tabel
VIII.
C. KESIMPULAN DAN SARAN
Formula optimum fast disintegrating tablet
yang diperoleh dari mixture design simplex
lattice design dengan kombinasi variasi kadar
croscarmellose sodium dan crospovidone adalah
2 % dan 8 %.
10
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan memperbaiki rasa manis pada tablet.
Variasi kadar dari bahan penghancur perlu
diperhatikan lagi untuk mendapatkan waktu
disintegrasi yang lebih baik.
D. DAFTAR PUSTAKA
(1) Tack, J., and Lee, K.J., 2005,
Pathophysiology and Treatment of
Functional Dyspepsia, J Clin
Gastroenterol, Vol: 39: S211-S216
(2) Berardi, R.R., Welage, L.S., 2008, Peptic
Ulcer Disease, Dalam Dipiro, J.T., Talbert,
R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G.,
Posey, L.M., Pharmacotherapy : A
Pathophysiologic Approach, 7
th
Ed,
McGraw-Hill Inc, New York, 569.
(3) Kibbe, A.H, 2009, Crospovidone, Dalam
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Weeler, P.J.,
Handbook of Pharmaceutical Excipients,
6
th
Edition, The Pharmaceutical Press,
London and Washington DC, 208.
(4) Guest, R.T, 2009, Croscarmellose Sodium,
Dalam Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Weeler,
P.J., Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6
th
Edition, The Pharmaceutical
Press, London and Washington DC, 206.
(5) Anonim, 2007, US Pharmacopeia, USP30-
NF25 The Stationary Office on Behalf the
Medicine and Healthcare Product Regularly
Agency, United States of America, 3102.
(6) Izza, A. K., 2004. Fast Dissolving Tablet,
Jurnal, J.Pharm.USPatent.
(7) Buhler, V., 2004, Kollidon
:
Polyvinylpyrrolidone for The
Pharmaceutical Industry, 4
th
Edition, BASF,
Ludwighshafen, 129, 135.
(8) Anonim, 2005, European Pharmacopoeia,
5
th
Ed, Secretariat of The European
Pharmacopoeia Commission and European
Directorate for the Quality of Medicine,
Europe.