Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM PENGANGKUTAN

PERANAN PENTING PENGANKUTAN LAUT

Disusun oleh :
YASIR ADI PRATAMA
(E1A012096)
KELAS B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
PURWOKERTO
2014

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengangkutan laut memegang peranan penting karena selain sebagai alat fisik
yang membawa barang-barang dari produsen ke konsumen, juga sebagai alat
penentu harga dari barang-barang tersebut. Disamping itu, jika ditinjau dari
beberapa segi pengangkutan banyak mempunyai manfaat berikut ini.
a. Dari kepentingan pengirim barang
Pengirim memperoleh manfaat untuk konsumsi pribadi maupun
keuntungan komersial.
b. Dari kepentingan pengangkut barang
Pengangkut memperoleh keuntungan material sejumlah uang atau
keuntungan immaterial berupa peningkatan kepercayaan masyarakat atau
jasa angkutan yang diusahakan oleh pengangkut.
c. Dari kepentingan penerima barang
Penerima barang memperoleh manfaat untuk konsumsi pribadi maupun
keuntungan komersial
d. Dari kepentingan masyarakat luas
Masyarakat memperoleh manfaat kebutuhan yang merata dan demi
kelangsungan pembangunan terlebih mendorong pertumbuhan bisnis
antarpulau dan/atau antarnegara.


B. Perumusan Masalah
1. Pengertian dan Pengaturan tentang Peraturan Laut?
2. Transportasi Tulang Punggung Perekonomian
3. Jenis-jenis Usaha Pengangkutan Laut
4. Pihak-pihak dalam Pengangkutan Laut
5. Sarana Penunjang Pengangkutan Laut
6. Pengertian Pengangkutan Barang
2
7. Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pengangkutan Laut

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Pengaturan tentang Peraturan Laut
Dalam PP No. 17 tahun 1988 pengertian pengangkutan laut yaitu
setiap kegiatan pelayaran dengan menggunakan kapal laut untuk
mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan untuk satu perjalanan atau
lebih dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain atau antara beberapa pelabuhan
(Pasal 1 Angka 1 PP No. 17 tahun 1988).
Pengaturan pengangkutan laut pada awalnya hanya diatur dalam
KUHD buku II Bab V karena KUHD ini merupakan warisan dari Hindia
Belanda, namun kemudian diganti dan disempurnakan pada tanggal 17
September 1992 dengan UU No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran.
Semua pengaturan pelaksanaan mengenai pelayaran dinyatakan tetap
belaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru
berdasarkan UU ini (Pasal 130 UU No. 21 Tahun 1992).

B. Transportasi Tulang Punggung Perekonomian
Pengertian Transportasi secara umum adalah Rangkaian kegiatan
memindahkan/ mengangkut barang dari produsen sampai kepada konsumen
dengan menggunakan salah satu moda transportasi, yang dapat meliputi moda
transportasi darat, laut/ sungai maupun udara. Rangkaian kegiatan yang
dimulai dari produsen sampai kepada konsumen lazim disebut rantai
transportasi (chain of transportation).
Tiap sektor disebut mata rantai (link) yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Kelancaran dan kecepatan arus transportasi ditentukan oleh
mata rantai yang terlemah dari rangkaian kegiatan transportasi tersebut,
sampai pada mata rantai yang terkuat.
Transportasi mempunyai peranan penting bagi industri karena
produsen mempunyai kepentingan agar barangnya diangkut sampai kepada
konsumen tepat waktu, tepat pada tempat yang ditentukan, dan barang dalam
kondisi baik.
4
Di Indonesia dikenal pula transportasi dalam arti mencakup sama
dengan pengertian distribusi dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KM. 10 tahun 1988 tanggal 26 Februari 1988 tentang Jasa pengurusan
Transportasi , pasal 1 berbunyi :
yang dimaksud dengan jasa pengurusan transportasi (Freight
Forwarding) dalam keputusan ini adalah usaha yang ditunjukan untuk
mewakili kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang
diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui
transportasi darat, laut, dan udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan,
penyimpanan, sortasi, pengepakan, penundaan, pengukuran, penimbangan,
pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen, perhitungan biaya
angkut, klaim, asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan
biaya biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang barang tersebut
sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya.
Transaksi perdagangan adalah proses pemindahan barang dari penjual
kepada pembeli dengan pembayaran yang dilakukan pembeli kepada penjual
Beralih atau perpindahan barang dagangan tersebut dapat terjadi
melalui :
Dari gudang (stock) yang dimiliki penjual, menuju gudang/ tempat yang
ditunjukan oleh pembeli
Dari pabrik dimana barang tersebut diproduksi menuju gudang/ tempat
yang ditunjuk oleh pembeli
Dari gudang/ daerah pertanian atau perkebunan dimana barang (hasil
pertanian) tersebut dihasilkan
Dari lokasi pertambangan (barang tambang) menuju gudang/ tempat
pabrik dimana hasil tambang tersebut dibutuhkan jadi bahan baku

C. Jenis-jenis Usaha Pengangkutan Laut
Ada empat macam penyelenggaraan pengangkutan laut, baik menurut PP 17
Tahun 1988 tentang Penyelenggaraan dan Pengangkutan Laut maupun
menurut UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.
1. Pelayaran Dalam Negeri
5
Menurut PP No. 17 tahun 1988, pelayaran dalam negeri merupakan
kegiatan angkutan laut antarpelabuhan di Indonesia yang dilakukan secara
tetap dan teratur dengan menggunakan semua jenis kapal.
Selanjutnya pasal 73 UU No. 21 Tahun 1992 menyatakan bahwa
penyelenggaraan angkutan laut dalam negeri ini dilakukan dengan
menggunakan kapal berbendera Indonesia dan kapal berbendera asing
yang dioperasikan oleh badan hukum Indonesia dalam keadaan tertentu
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Pelayaran Rakyat
Menurut PP No. 17Tahun 1988, pelayaran rakyat merupakan kegiatan
angkutan laut khusus untuk barang atau hewan antar pelabuhan di
Indonesia dengan menggunakan kapal layar motor sesuai dengan
persyaratan di antaranya:
a. Dilakukan oleh perusahaan dalam satu badan usaha, termasuk
koperasi
b. Memiliki unit perahu layar atau kapal motor dengan ukuran sampai
dengan 850 m
3
isi kotor atau kapal motor dengan ukuran sampai
dengan 100m
3

Sementara itu pasal 77 UU No. 21 Tahun 1992 mengatakan pelayaran
rakyat sebagai usaha rakyat yang bersifat tradisional merupakan bagian
dari usaha angkutan di perairan, mempunyai peranan yang penting dan
karakteristik tersendiri.
3. Perairan Perintis
Menurut Pasal 84 UU No. 21 Tahun 1992, pelayaran perintis ini berupa
angkutan perairan yang menghubungkan daerah-daerah terpencil dan
belum berkembang. Adapun sebagai penyelenggaranya adalah
pemerintah. Mengenai pelayaran perintis ini, PP No. 17 Tahun 1988
menyatakan bahwa pelayaran perintis merupakan kegiatan angkutan laut
yang dilakukan secara tetap dan teratur.

4. Pelayaran Luar Negeri
6
Pelayaran luar negeri merupakan pelayaran samudra sebagai kegiatan
angkutan laut ke atau dari negeri yang dilakukan secara tetap dan teratur
atau dengan pelayaran tidak tetap dan tidak dengan menggunakan semua
jenis kapal (Pasal 9 ayat 5 PP No. 17 Tahun 1988).
Pelayaran luar negeri ini, menurut UU No. 21 Tahun 1992 dilakukan oleh
badan hukum Indonesia yang menurut UU No. 1 Tahun 1985 berbentuk
perseroan terbatas dan atau perusahaan asing.

D. Pihak-pihak dalam Pengangkutan Laut
1. Pengangkut
Mengenai pengangkut tidak dijumpai definisinya dalam KUHD. Namun
menurut HMN. Poerwosutjipto (1985: 4), pengangkut adalah orang yang
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau
orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.
2. Pengirim Barang
Pengirim barang adalah orang yang mengikatkan diri untuk mengirim
suatu barang dengan membayar uang angkutan. Pengirim belum tentu
pemilik barang, biasanya dalam praktik pengirim adalah ekspeditur atau
perantara lain dalam bidang pengangkutan.
Pasal 86 ayat (1) KUHD menyatakan bahwa ekspenditur adalah orang
yang pekerjaannya menyuruh orang lain untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang-barang.
Ada dua jenis perjanjian yang perlu di buat oleh expenditur, yaitu:
a. Perjanjian yang dibuat antara ekspenditur dengan pengirim disebut
perjanjian ekspedisi.
b. Perjanjian antara ekspenditur atas nama pengirim dengan pengangkut
disebut perjanjian pengangkutan.
Dari dua jenis perjanjian tersebut maka hubungan hukum, hak dan
kewajiban ekspenditur adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pemegang kuasa
b. Sebagai komisioner
c. Sebagai penyimpan barang
7
d. Sebagai penyelenggara urusan (Zaakwarneming)
Selain ekspenditur dalam pengangkutan laut di kenal pula pihak-pihak
terkait lainya yaitu sebagai berikut:
3. Pengatur Muatan
Pengatur muatan atau juru padat adalah orang yang tugasnya menetapkan
tempat dimana suatu barang harus disimpan dalam ruangan kapal.
Pengatur muatan ini merupakan perusahaan tersendiri dan mempunyai hak
anak buah tersendiri. Dengan demikian pengatur muatan terlepas dari
perusahaan pengangkut/pemilik kapal. Namun dalam pelaksanaan
tugasnya pengatur muatan harus tunduk dengan peraturan yang ada di
kapal (Pasal 321 KUHD).

4. Per-Veem-An/Ekspedisi Muatan Laut
Per-Veem-An dan ekspeditur muatan laut adalah dua jenis perusahaan
yang biasa terkait dalam proses pengangkutan barang dan lazim dan ada
dalam praktik pengangkutan laut di Indonesia. Kedua jenis perusahaan ini
diatur dalam PP No. 2 Tahun1969 tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Laut. Persyaratan usaha Per-Veem-An dan
ekspediturdi tetapkan oleh Menteri Perdagangang dengan Surat Keputusan
No. 122/Kp/VI?1970 tanggal 8 Juni 1970 tentang Persyaratan dan
Prosedur Memperoleh Izin Usaha. Surat Keputusan Menteri
Perdagangan ini dikeluarkan sebagai pelaksanaan pasal 28 (1) PP No. 2
Tahun 1969.
Menurut pasal 1 PP No. 2 Tahun 1969 yang dimaksudkan denganPer-
Veem-An adalah:
usaha yang di tunjukan kepada penampungan dan penumpukan barang-
barang yang dilakukan dengan mengusahakan gudang-gudang, lapangan-
lapangan, dimana dikerjakan dan disiapkan untuk diserahkan kepada
perusahaan pelayaran untuk dikapalkan, yang meliputi antara lain
kegiatan ekspedisi muatan, pengepakan, pengepakan kembali, sortasi,
penyimpanan, pengukuhan, penandaan dan lain-lain pekerjaan yang
bersifat teknis ekonomis yang diperlukan perdagangan dan pelayaran.
8
Dari ketentuan pasal tersebut diatas dapat di uraikan tugas Per-Veem-
An diantaranya adalah:
a. Pengurusan dokumen-dokumen dan pekerjaan-pekerjaan yang
menyangkut penerimaan dan penyerahan barang-barang muatan yang
diangkut melaui lautan untuk diserahkan kepada perusahaan
pengangkutan.
b. Pengepakan atau pengepakan kembali, penandaan barang-barang untuk
kepentingan pemilik barang dan pengiriman selanjutnya barang yang
dimaksud dengan angkutan laut.
c. Penerimaan dan penyimpanan barang dalam gudang-gudang, lapangan-
lapangan yang diusahakan untuk itu tanpa mengerjakan perubahan yang
bersifat teknis kepada barang-barang.
d. Sortasi barang-barang untuk kepentingan pemilik barang.

5. Penerima
Kedudukan penerima dalam pengangkutan barang adalah sebagai pihak
yang menerima barang-barang, yang tercantum dalam konosemen. Dua
kemungkinan mengenai penerima yaitu:
a. Penerima adalah juga pengirim barang
b. Penerima adalah orang lain yang ditunjuk
Ketentuan pasal 491 KUHD tentang kewajiban penerima barang yaitu
setelah barang angkutan itu ditentukan di tempat tujuan, maka si
penerima wajib membayar uang angkutan dan semua yang wajib
dibayarnya menurut dokumen-dokumen atas dasar mana barang tersebut
diterimakan kepadanya.
Namun ketentuan itu bukan bersifat pemaksaan dengan kata lain masalah
pembayaran tergantung pada perjanjian dagangnya (perjanjian jual beli
dalam eskpor impor).

E. Sarana Penunjang Pengangkutan Laut
Adapun beberapa sarana penunjang pengangkutan laut adalah:
1. Kapal
9
Menurut pasal 1 sub 2 UU NO.21 Tahun 1992 tentang pelayaran, yang
dimaksud dengan kapal adalah: kendaraan air dengan bentuk dan jenis
apapun yang digerakakan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau
kudatermasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di
bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapungyang
tidak berpindah-pindah.
Berdasarkan konstruksi bangunan dan sifat muatan yang harus diangkut,
kapal dapat dibedakan atas jenis-jenis berikut.
a. Kapal barang (Cargo Vessel) yaitu kapal yang dibangun khusus untuk
tujuan mengangkut barang menurut jenis barang.
b. Kapal penumpang (Passenger Vessel) yaitu kapal yang khusus
dibangun untuk mengangkut orang atau penumpang.
c. Kapal barang-penumpang (Cargo-Passenger Vessel) yaitu kapal yang
dibangun untuk mengangkut barang-barang dan penumpang sekaligus.
d. Kapal barang yang mempunyai akomodasi penumpang terbatas (Cargo
Vessel with Limited Accomodation for Passenger) yaitu kapal barang
biasa yang dizikan membawa penumpang dalam jumlah terbatas, yaitu
dua belas orang.
2. Pelabuhan
Menurut pasal 1 sub 4 UU No. 21 Tahun 1992 pelabuhan adalah: tempat
yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
diperlukan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan/atau pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
tempat perpindahan intra dan antramoda transportasi
Jenis pelabuhan dibedakan dalm dua jenis yaitu pelabuhan umum dan
pelabuhan khusus. Pelabuhan umum di pergunakan untuk masyarakat
umum dan pelabuhan khusus dipergunakan untuk kepentingan-
kepentingan tersendiri.
Selain itu dalam UU No. 21 Tahun 1992 diatur juga tentang pelabuhan
terbuka bagi perdagangan luar negeri (bisnis internasional).

10
3. Prasarana Pelayaran
Dalam rangka menunjang kelancaran kegiatan di pelabuahn maka
diperlukan adanya sarana pelabuhan seperti:
a. Perairan pelabuhan tempat kapal-kapal berlabuh agar dapat melakukan
pekerjaan dengan aman
b. Jembatan pendarat dan dermaga yang cukup kuat, tempat kapal-kapal
merapat dan tertambat sedemikian rupa sehingga dapat melakukan
pekerjaan yang aman, tenang dan cepat
c. Pelampung-pelampung untuk kapal tertambat
d. Gudang dan lapangan tempat barang-barang yang akan dimuat ke
dalam kapal dan di bongkar dari dalam kapal, ditimbun dengan baik,
aman serta terjamin keutuhan mutunya
e. Pandu-pandu (pilot) untuk memandu kapal dan menjaga keselamatan
sewaktu memasuki atau meninggalkan pelabuhan
f. Kapal-kapal tarik (tugboat) untuk menarik kapal-kapal sewaktu
memasuki atau meninggalkan pelabuhan
g. Peralatan bongkar muat di pelabuhan, antara lain kran (crane), kereta-
kereta barang, perahu-perahu (lighters), fork lift truck, dan lain-lain
h. Pekerja/buruh yang cukup tersedia
i. Alat-alat telekomunikasi dipergunakan untuk hubungan intern, lokal,
dan hubungan internasional yang cukup tersedia dan dapat digunakan
dengan baik.

F. Pengertian Pengangkutan Barang
Pengertian pengangkutan barang tercantum dalam Pasal 466 KUHD adalah
sebagai berikut:
Barang siapa baik dengan suatu carter menurut waktu maupun carter
menurut perjalanan, baik dengan suatu persetujuan lain, mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangangkutan barang, yang seluruhnya atau
sebagian melalui lautan.
11
Dalam pengangkutan laut tentu ada suatu perjanjian di antara pengangkut dan
para pemakai jasa angkutan. Perjanjian ini disebut dengan perjanjian
pengangkutan.
Dalam perjanjian pengangkutan (barang), dikenal adanya suatu dokumen
yang disebut surat muatan atau konosemen (Bill of Leadding). Dokumen ini
berfungsi sebagai alat bukti adanya perjanjian pengangkutan antara
pengangkut dan pengirim.
Pejabat yang berwenang menerbitkan konosemen adalah :
1. Pengangkut (pasal 504 KUHD)
2. Nakhoda (pasal 505 KUHD)
Bentuk Konosemen pada prinsipnya berbentuk standar atau baku yang
diantaranya berisi:
1. Rute perjalanan dari kapal yang angkat mengangkut barang
2. Tempat pemuatan barang dalam kapal
3. Keterangan tentang muatan yang berkaitan dengan merek, jumlah, jenis
ukuran/berat barang
4. Apakah pembongkaran barang di tempat tujuan akan dilakukan sendiri
oleh pengangkut atau penerima, atau dengan bantuan pihak ketiga
5. Tentang penerima barang
Selain konosemen dalam pengangkutan laut juga harus ada dokumen-
dokumen berikut ini:
1. Manifes
Manifes kapal (ships manifest) merupakan daftar dari semua barang yang
ada di dalam kapal untuk diangkut ke suatu pelabuhan tujuan
2. Surat Mualim (Mates Receipt)
3. Tanda Terima Gudang (Resi Gudang)
4. Perintah Penyerahan (Deliveri Order)
5. Pemberitahuan (Notice)
6. Perintah Mendaratkan (Landing Order)
Kemudian dari pihak pengirim barang dokumen yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
12
1. Faktur Penjualan (Commercial Invoice) adalah suatu nota yang diberikan
penjual kepada pembeli yang berisi jumlah barang, harga satuan, harga
total dan perhitungan pembayaran.
2. Daftar Pengemasan (Packing List) adalah daftar yang berisi perincian
lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang terdapat dalam
setiap peti.
3. Sertifikat Asal (Certificate of Origin) adalah sertifikat yang dibuat oleh
Kamar Dagang (Chamber of Commerce) dari negara produsen yang
menyatakan bahwa barang-barang tersebut benar-benar hasil dari produk
negara tersebut.
4. Sertifikat Pemeriksaan (Certificate of Inspection) adalah sertifikat yang di
buat oleh independent surveyor mengenai barang-barang yang dikirim oleh
eksportir.
5. Sertifikat pemuatan (Certificate of Lading) adalah sertifikat yang
menyatakan bahwa barang-barang tersebut benar-benar dimuat.
6. Polis Asuransi (Insurance Polis)
Kelayakan suatu kapal dalam hal pengangkutan laut ditentukan pula oleh
dokumen-dokumen yang tergolong dokumen kapal, termasuk juga dokumen
legalitas pelayaran kapal niaga yaitu sebagai berikut:
1. Surat tanda kebangsaan, yang menyatakan kebangsaan suatu
kapal/pemilik kapal
2. Surat ukur, yairu surat yang menyebutkan ukuran-ukuran terpenting dari
kapal.
3. Sertifikat layak laut, surat yang menyatakan kapal tersebut layak
melakukan pelayaran
4. Sertifikat lambung timbul, yaitu sertifikat yang menetapkan lambung
kapal yang boleh timbul di permukaan air laut minimum dan maksimum.
5. Daftar anak buah kapal
6. Petikan dari daftar kapal, yaitu menyebutkan siapa pemilik kapal, surat
jual beli kapal
7. Sertifikat keamanan radio (alat komunikasi)
13
8. Sertifikat keamanan baik keamanan pelayaran maupun keamanan
penumpang
9. Sertifikat kesehatan
10. Surat tikus (bebas tikus)

G. Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pengangkutan Laut
Dalam pengangkutan laut yang berkedudukan sebagai pengangkut adalah
pemilik kapal, sedangkan nakhoda dan anak buah kapal adalah pekerja yang
di pekerjakan oleh pemilik kapal. Pasal 321 KUHD menyebutkan tanggung
jawab pengusaha kapal:
1) Pengusaha kapal terikat oleh perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan
oleh mereka yang dalam dinas tetap atau sementara dari kapal itu di dalam
pekerjaanya dalam lingkungan kewenangannya.
2) Ia bertanggung jawab kepada kerugian yang ditimpakan kepada pihak
ketiga karena perbuatan-perbuatan yang melawan hukum dari mereka yang
dalam dinas tetap atau sementara pada kapal karena jabatannya atau karena
kegiatannyaada di kapal melakukan pekerjaan untuk kapal atau
muatannya.
1. Timbulnya dan Batas-batas Tanggung Jawab Pengengkut
Segala kerugian yang terjadi di kapal menjadi tanggung jawab pengusaha
kapal (pengangkut), kecuali bila kerugian itu timbul karena:
a. Keadaan memaksa (overmacht, force majeur) yang terjadi bukan karena
kesalahan pengangkut, yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat
terduga akan terjadi pada saat membuat perjanjian. Untuk membuktikan
ada tidaknya ovemacht dapat dilakukan dengan:
1) Apakah benar-benar sama sekali tidak terjadi kesalahan atau
kelalaian pada pengangkut? (cara objektif)
2) Apakah dalam keadaan kongkret pengangkut telah berusaha sejauh
mungkin untuk mencegah datangnya kerugian? (cara subjektif)
b. Cacat pada barang it sendiri, dimana barang cacat bukan karena
kesalahan anak buah kapal selama proses pengangkutan
14
c. Kesalahan atau kelalaian pengirim, misalnya pengepakan yang tidak
sempurna sehingga mudah masuk air laut.
2. Kewajiban Pergantian Kerugian
Pasal 1244 KUHPerdata menentukan bahwa pengangkut bila cukup
alasan, dapat dituntut untuk membayar ganti rugi, biaya dan bunga.
Namun bila kerugian yang terjadi bukan karena kesalahannya dan dia
dapat membuktikanya maka pengangkut terbebas dari tanggung jawab atas
kerugian itu.
Berkaitan dengan tanggung jawab pengangkut, pasal 470 (1) KUHD
melarang pengangkut untuk memperjanjikan:
a. Dia sama sekali tidak bertanggung jawab; atau
b. Hanya mau memberikan ganti kerugian hanya terbatas pada suatu
jumlah tertentu terhadap kerugian yang disebabkan karena:
1) Kurang diusahakannya pemeliharaan, perlengkapan, atau kurang
anak buah kapal
2) Kurang di usahakan kelayakan kapal pengangkutan; dan
3) Salah memperlakukan atau kurangnya penjagaan barang yang
diangkut kapal.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayaran laut sangat memegang peranan penting dalam kegiatan
bisnis terutama dalam bidang ekspor-impor. Proses pelayaran laut bukan
hanya sebagai penunjang tapi merupakan kebutuhan primer dalam proses
perdagangan barang maupun jasa akan alat angkutan. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pelayaran laut memiliki kelemahan daripada proses
pengangutan lainnya (pengangkutan darat dan udara) yaitu segi kecepatan dan
kemudahan proses pengangkutan.
Walaupun demikian secara konkret di lapangan, pengangkutan laut
menjadi sarana yang lebih bayak dipergunakan karena selain dapat
mengangkut lebih banyak barang atau jasa juga dikarenakan harga yang
ditawarkan jauh lebih murah. Hal ini dapat megurangi cost yang di keluarlan
dan akan berdampak pada harga barang atau jasa itu sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://duniabirulaut.blogspot.com/2012/02/pengangkutan-laut-dalam-kegiatan-
bisnis.html diakses tanggal 25 Desember 2013
http://mayhamsah-makalah.blogspot.com/2011/06/makalah-transportasi.html
tanggal 25 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai