Anda di halaman 1dari 14

1

Pembahasan

I. Pengertian Hujan asam
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida
(CO
2
) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.
Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan pada
dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan
terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta
bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5,
disebut dengan hujan asam.
Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi
kota penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert A.Smith
menemukan hubungan antara hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan
asam tersebut mulai digunakannya pada tahun 1872. Ia mengamati bahwa
hujan asam dapat mengarah pada kehancuran alam. Hujan asam adalah suatu
masalah lingkungan yang serius yang benar-benar difikirkan oleh manusia. Ini
merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi
kehidupan manusia.
Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an
para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai
fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat
meningkat di tahun 1990-an setelah di New York Times memuat laporan dari
Hubbard Brook Experimental Forest di New Hampshire tentang banyaknya
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.



2

II. Penyebab Hujan asam
Dalam konteks ilmu kimia, derajat keasaman diukur dengan pH yang
menunjukkan kadar ion H+ yang terdapat dalam sebuah larutan yang
dinyatakan dalam -log kadar H+. Karena pH menggunakan skala logaritma, tiap
skala berarti kelipatan 10. Misalnya, pH 3 adalah 10 kali lebih asam dari pada
pH 4 dan 100 kali asam dari pH 5. Sedangkan hujan yang normal, yaitu hujan
yang tidak tercemar, mempunyai pH sekira 5,6. Jadi, bersifat agak asam. Hal ini
disebabkan gas CO
2
didalam air hujan. Asam karbonat itu bersifat asam yang
tercemar oleh asam yang kuat, pH air hujan turun dibawah 5,6. Hujan inilah
yang merupakan hujan asam.
Hal ini bisa terjadi di daerah perkotaan, karena adanya pencemaran udara
dari lalu lintas yang berat dan daerah yang langsung terkena udara yang
tercemar dari pabrik. Dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang terkena
angin yang membawa udara yang mengandung asam. Secara alami hujan asam
dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di
tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan
bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang
dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.









3












Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO
2
) dan nitrogen oxides (NO
x
) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Akan tetapi sekitar 50% SO
2
yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara
alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara
alami. Sedangkan 50% lainnya adalah antropogenik, yaitu berasal dari aktivitas
manusia, misalnya akibat pembakaran bahan-bahan fosil (BBF), peleburan logam
dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengandung belerang antara 0,1% sampai
3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut
beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO
2
) dan lepas di udara. Oksida belerang
itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Hujan asam disebabkan oleh
belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta
nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida
dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air
untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga
jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan
kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi
kehidupan ikan dan tanaman.
4

Namun, di daerah yang banyak mempunyai industri dan lalu lintas berat,
SO
2
yang antrofogenik lebih tinggi.Kadar SO
2
tertinggi terdapat pada pusat
industri di Eropa, Amerika Utara dan Asia Timur. Di Eropa Barat, 90% SO
2
adalah
antrofogenik. Di Inggris, 2/3 SO
2
berasal dari pembangkit listrik batu bara, di
Jerman 50% dan di Kanada 63%.
Emisi terbesar SO
2
di dunia adalah pabrik pelebur tembaga dan nikel di
Sundbury, Ontario, Kanada yang mengemisikan SO
2
632.000 ton/tahun. Adapun
pembentukan asam sulfat dalam fase gas oleh emisi SO
2
di udara terjadi dengan
bantuan radikal hidroksil (OH), sehingga terbentuklah kembali radikal OH.
Oleh sebab itu selama masih terdapat NO di atmosfer, dapatlah terbentuk
asam sulfat tanpa mengurangi kadar OH. Dengan demikian semakin banyak SO
2

makin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
Kemudian, seperti halnya SO
2
, 50% NO
x
dalam atmosfer adalah alamiah dan
50% antrofogenik. Pembakaran BBF juga merupakan sumber terbesar NO
x

sehingga di negara dengan industri maju NO
x
yang antrofogenik lebih besar dari
pada yang alamiah. Emisi NO
x
dalam tahun 1980 diperkirakan sebesar 9,2 juta
ton di Eropa, 19,3 juta ton di Amerika Serikat, dan 1,8 juta ton di Kanada.
Instalasi pembangkit listrik dan kendaraan bermotor merupakan sumber utama
NO
x
. No
x
juga berasal dari aktivitas jasad renik tanah, di mana untuk
kehidupannya menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N
itu merupakan hasil sampingan dari aktivitas jasad renik tersebut. Pupuk N
dalam tanah yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami perombakan kimia
fisik dan biologi yang menghasilkan oksida N. Semakin banyak digunakan
pupuk N, semakin tinggi pula produksi oksida tersebut. Sebagian dari oksida N
tersebut di udara berubah menjadi asam nitrat.
Sumber asam nitrat yang lain ialah amonia (NH
3
). NH
3
sebenarnya bersifat
basa, tetapi keberadaannya di udara menetralisasi asam dengan pembentukan
garam (NH
4
)
2
dan NH
4
NO
3
kemudian dioksidasi menjadi asam nitrat. Sumber
utama NH3 ialah pertanian dan peternakan, yaitu pupuk dan kotoran ternak.

5

Untuk emisi yang berasal dari transportasi (pencemaran udara akibat
aktivitas transportasi besarnya 33-50% dari pencemaran total pada udara)
dengan menggunakan metode pengubah katalik (catalytic converter). Namun,
alat ini hanya dapat dipergunakan pada kendaraan dengan bahan bakar minyak
(BBM) bensin dan tidak pada mesin diesel. Alat ini pun juga tidak dapat
dipergunakan pada bensin yang mengandung timbal (Pb), sehingga tidak dapat
dipergunakan di negara yang masih mempergunakan bensin jenis ini, seperti di
Indonesia.
Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di
Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya.
Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah
merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik
ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.














6

III. Pembentukan hujan asam



S






ecara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:

Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub.
Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi
4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom
yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme
yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam.
Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah
diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH
secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan
nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan
7

bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya
oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri kadang-kadang tercatat
hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh
transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan
populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan
cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam
penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke
sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan
asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah
pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan
di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya
populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan
untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan
populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva
ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi
alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan
mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit
bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga
dihambat oleh tingginya kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan
lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak
tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi
lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral
penting menjadi hilang.Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam
menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada
timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat
menyebabkan penyakit Alzheimer.

8

VI. Dampak Hujan Asam

Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan
bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam
memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain :

1. Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling
pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau
memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim,
2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan
berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang
terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis
batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.

2. Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang
akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh
tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran,
selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti
halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan
asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil
fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun.
Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di
tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut.
Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daun
pun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan
hama. Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya
aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan
9

mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini
menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya
tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini
akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa
keragaman hayati tanaman juga semakin menurun.
















Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada
permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
10

menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari
analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang
rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi
tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari
tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian
magnesium di daun.








Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap
hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH
tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan
rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain
juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit.
Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air
dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
3.Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun
belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara
khususnya oleh senyawa No
x
dan SO
2
. Kesulitan yang dihadapi dikarenakan
banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor
kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang
11

berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan
asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya
partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-
paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat
mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat
mengalami kontak langsung dengan kulit.

4. Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa
material seperti batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada diding beton serta
logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument
termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan
melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.









12

V. Upaya Pengendalian Deposisi Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat
pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas
buangan dan penghematan energi.

- Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai
saat ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara,
sedangkan minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan
belerang yang tinggi.Penggunaan gas alam akan mengurangi emisi zat
pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan.
Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-belerang misalnya
metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini
haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan masalah
yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua sampai lima kali
formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat
karsinogenik (pemicu kanker).

- Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,
dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang
sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
Teknologi yang digunakan juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi
mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan teknologi yang lebih baik dan
bersifat ramah lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup,
kita sering kali berlomba membeli kendaraan pribadi, padahal transportasilah
yang merupakan penyebab tertinggi pencemaran udara. Oleh karena itu kita
harus memenuhi kadar baku mutu emisi, baik di industri maupun transportasi.


13

Kesimpulan

Dari keseluruhan pembahasan telah kita ketahui bahwa hujan asam
merupakan masalah lingkungan yang serius seiring meningkatnya kegiatan
manusia di bidang Industri secara global. Hujan asam menimbulkan efek yang
berbahaya bagi lingkungan. Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat
semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut.
Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan
pertanian (terutama amonia). Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2
polutan udara, Sulfur Dioxide (SO
2
) dan nitrogen oxides (NO
x
) yang keduanya
dihasilkan melalui pembakaran. Terjadinya hujan asam harus diwaspadai
karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu
keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada
lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik.Pada manusia,hujan
asam dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Pada tanaman,akan
menurunkan tingkat keanekaragamn hayati. Usaha yang dapat kita lakukan
untuk mengendalikan hujan asam setidaknya adalah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemar.















14

Daftar Pustaka

id.wikipedia.org/wiki/Hujan_asam -

www.g-excess.com/.../dampak-hujan-asam-terhadap-danau-tumbuhan-hewan -
dan-manusia.html -

wawan-junaidi.blogspot.com KIMIA -

klipingut.wordpress.com/.../mengungkap-proses-terjadinya-hujan-asam/ -

anafio.multiply.com/reviews/item/5 - Filipina -

Anda mungkin juga menyukai