I. KEADAAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA PUUPI Berdasarkan tabel hasil pendataan di atas, maka dapat dikemukakan berbagai fenomena tentang hasil kesehatan masyarakat di Desa Puupi Kec. Kolono, yaitu sebagai berikut: 1. Data Riwayat Kejadian Penyakit Berdasarkan tabel hasil pendataan di atas, menunjukkan bahwa jumlah responden menurut jenis penyakit yang pernah diderita selama enam bulan terakhir adalah malaria 2. Masalah Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Masalah- masalah kesehatan lingkungan yang sempat kami teliti di lapangan, dalam hal ini di Desa Puupi Kecamatan Kolono yaitu : a. Jamban keluarga Jamban merupakan tempat pembuangan tinja. Dilihat dari kesehatan masyarakat, masalah pembungan kotoran manusia merupakan masalah pokok yang perlu diatasi sedini mungkin. Karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feses dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Peranan tinja dalam menyebarkan penyakit sangat besar. Disamping dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air, tanah dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang ditularkan melalui tinja. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja yaitu tipus, disentri, kolera dan sebagainya. Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan , maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran manusia harus disuatu tempat tertentu yaitu jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: - tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut - tidak mengotori air permukaan disekitarnya - tidak mengotori air tanah disekitarnya - tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat,kecoak dan binatang-binatang lainnya. - Tidak menimbulkan bau - Mudah digunakan dan dipelihara - Sederhana Desainnya, murah, dapat di terima oleh pemakainya Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain hal-hal lain sebagai berikut: - Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang- binatang lain, terlindung dari pandangan orang dan sebagainya - Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya - Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan baud an sebagainya. - Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih Didesa Wawatu masyarakat yang memiliki kebiasaan buang air besar (BAB) di kakus atau WC sangat minim. Dari 246 responden yang membuang air besar di kakus/WC sebanyak 36 KK atau sekitar (14,64%), sedangkan 210 KK lainnya (85,36%) tidak membuang kotoran di kakus/WC. Faktor-faktor yang mempengaruhi minimnya kepemilikan jamban pada masyarakat Desa Puupi yaitu: - Perilaku
- pengetahuan
- Ekonomi Masyarakat Desa Puupi memiliki tingkat pendapatan dengan kategori ekonomi menengah ke bawah, dalam artian rata-rata masyarakat Desa memiliki pendapatan kurang dari Rp 1.000.000,00-/perbulan. Hal ini disebabkan mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah Nelayan yang tidak memiliki pendapatan yang tetap. Apalagi dengan banyaknya jumlah tanggungan dalam satu keluarga dan ditambah dengan cuaca buruk. Kondisi ini menyebabkan masyarakat sulit untuk membuat jamban keluarga yang sehat, dikarenakan faktor biaya. b. Sarana dan Kualitas Jamban Keluarga Berdasarkan tabel hasil pendataan di atas, menunjukkan bahwa jumlah responden menurut adanya SPAL, dimana semua responden tidak memiliki SPAL, dengan jumlah 97 (100 %), dimana persebaran observasi SPAL nya yang memenuhi syarat tidak ada, dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 97 (100 %). Sanitasi lingkungan tidak hanya memperhatikan kebutuhan sehari-hari yang kita pakai, tetapi harus pula diperhatikan hal-hal dalam kehidupan yang tidak lagi dimanfaatkan, yang merupakan sisa dari hasil buangan rumah tangga yaitu limbah cair. Sanitasi lingkungan sangatlah penting untuk memelihara derajat kesehatan dengan baik. Orang menjadi jatuh sakit perlu diperhatikan dan ditelusuri awal dari timbulnya penyakit tersebut. Maka perlu suatu usaha sanitasi dalam perilaku kehidupan manusia. Jadi, usaha sanitasi bertujuan untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat dalam lingkungan fisik manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan manusia dapat terpelihara dengan sempurna. Yang dimaksud dengan air limbah (sewage) adalah hasil ekskresi manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi dari WC, termasuk pula air kotor dari permukaan tanah dan air hujan. Salah satu aspek sanitasi lingkungan adalah terkait keberadaan SPAL. SPAL yang memenuhi syarat kesehatan bertujuan untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga dan menghindari pengotoran tanah permukaan. Dengan adanya sarana SPAL yang tidak mmenuhi syarat, akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat mempengaruhi kesehatan msyarakat yang ada di sekitarnya. Sehingga selokan tersebut perlu dibersihkan agar tidak terjadi genangan air yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Intinya, maksud pengaturan pembuangan air limbah adalah: 1) Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga 2) Menjaga makanan kita misalnya : sayuran yang dicuci dengan air permukaan 3) Perlindungan terhadap ikan yang hidup dalam kolam ataupun di kali 4) Menghindari pengotoran tanah permukaan 5) Perlindungan air untuk ternak 6) Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit-bibit penyakit (cacing dan sebagainya) dan vektor penyebar penyakit (nyamuk, lalat, dan sebagainya) 7) Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tidak sedap. Oleh karena itu, manajemen pengelolaan limbah cair rumah tangga perlu mendapat perhatian serius khususnya oleh masyarakat itu sendiri. Sedemikian pentingnya SPAL, maka masyarakat dianjurkan untuk memiliki SPAL yang memenuhi syarat. Faktor-faktor yang mempengaruhi minimnya kepemilikan SPAL pada masyarakat Desa Wawatu yaitu: - Pendidikan Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki, termasuk pengetahuan tentang pentingnya kesehatan. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan khususnya dalam pembuanagan air limbah masih sangat kurang. Pengetahuan tersebut mempengaruhi sikap bahkan tindakan mereka. - Ekonomi Masyarakat Desa Wawatu memiliki tingkat pendapatan dengan kategori ekonomi menengah ke bawah, dalam artian rata- rata masyarakat Desa memiliki pendapatan kurang dari Rp 1.000.000,00-/perbulan. Hal ini disebabkan mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah Wiraswasta yang notabenenya tidak memiliki pendapatan yang tetap. Apalagi dengan banyaknya jumlah tanggungan dalam satu keluarga. Kondisi ini menyebabkan masyarakat belum bisa memiliki SPAL dengan alasan biaya. - Kebiasaan/budaya Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah kebiasaan. Prilaku masyarakat yang selalu ingin lebih praktis menyebkan mereka lebih suka membuang sampahnya langsung ke laut atau ke halaman rumah. Hal ini akhirnya membudaya dalam suatu masyarakat sehingga sulit untuk dirubah.
1. Masalah PHBS Tatanan Rumah Tangga PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok atau masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, menolong dirinya sendirinya dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Menerapkan PHBS dalam tatanan rumah tangga atas kesadaran sendiri dan secara sukarela sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif. Dengan PHBS setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit sehingga produktivitas kerja anggota keluarga juga meningkat. Anak-anak akan tumbuh sehat dan cerdas. Karenanya pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga. Ada beberapa indikator yang digunakan dalam PHBS tatanan rumah tanggga antara lain, Perilaku anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan, anggota keluarga tidak merokok, Kebiasaan mandi keluarga dalam sehari 2 (dua) kali. Gambaran PHBS tatanan rumah tangga di desa Wawatu berdasarkan hasil identifikasi yang kami lakukan yaitu sebagai berikut: a. Perilaku anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan adalah sebesar 99,59% b. Sebagian rumah tangga masih kurang menerapkan prilaku tidak merokok yaitu hanya sebesar 27,23% c. Kebiasaan mandi keluarga dalam sehari 2 (dua) kali sangat rendah hanya 23,77% Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat perilaku anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan sangat tinggi karena penggunaan air untuk mencucui tangan tidak terlalu banyak sehingga masyarakat yang mencucui tangan sebelum makan sudah sangat banyak. Sebagian rumah tangga masih kurang menerapkan prilaku tidak merokok salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan , tingkat pendidikan berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki, termasuk pengetahuan tentang pentingnya kesehatan. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan khususnya bahaya dari rokok. Kebiasaan mandi keluarga dalam sehari 2 (dua) kali sangat rendah hal ini disebabkan karena sarana air bersih di Desa Wawatu masih sangat kurang. 2. PELAYANAN KESEHATAN Berdasarkan tabel hasil pendataan di atas, menunjukkan bahwa jumlah responden menurut pendapat tentang pelayanan puskesmas, dimana seluruh responden berpendapat baik dengan jumlah 246 (100 %). Untuk pendapat tentang pelayanan pustu, dimana seluruh responden berpendapat baik dengan jumlah 246 (100 %). Untuk pendapat tentang pelayanan polindes, dimana seluruh responden berpendapat baik dengan jumlah 246 (100 %). Untuk pendapat tentang pelayanan posyandu, dimana seluruh responden berpendapat baik dengan jumlah 90 (100 %). Dan untuk kepemilikan kartu jaminan pemeliharaan kesehatan Askes PNS/ABRI/POLRI sebanyak 0, Jamkesmas sebanyak 118 (47,97 %), Bahteramas sebanyak 0 dan Tidak memiliki kartu jaminan pemeliharaan kesehatan sebanyak 128 (52,03 %). Pelayanan kesehatan yang bermutu sangatlah diperlukan guna menjamin kepuasan pasien akan pelayanan yang diberikan oleh institusi pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pelayanan kesehatan yang baik sangatlah menunjang tercapainya derajat kesehatan kesehatan masyarakat yang optimal. II. MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI DESA PUUPI Berdasarkan hasil pendataan, ditemukan 2 macam masalah kesehatan yang terdapat di Desa Puupi, yaitu pembuangan tinja tidak memenuhi syarat dan pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat Dalam analisis penyebab masalah perlu dipertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi, salah satunya dapat dikemukakan dengan konsep atau pendekatan Blum (Inputs for Health), dimana dijelaskan bahwa masalah atau derajat kesehatan ditentukan oleh 4 faktor (determinant) utama, yaitu sebagai berikut : a. Lingkungan Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan. Secara spesifik, aspek lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan dapat dikategorikan dalam aspek : 1) Lingkungan Fisik Termasuk dalam kategori lingkungan fisik adalah suhu udara, kelembaban, penyinaran matahari, kebisingan, dan lain- lain. Semua aspek di atas mempengaruhi terjadinya penyakit dan tingkat kesehatan masyarakat. Indikator yang digunakan sangat bervariasi tergantung dari jenis data yang digunakan.
2) Lingkungan Biologis Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi, kuman penyakit, vektor binatang ternak, dan lain-lain. Ada berbagai jenis indikator yang dapat digunakan dalam menganalisis lingkungan biologis seperti akses terhadap air bersih, jumlah jamban, tempat pembuangan sampah, dan keberadaan vektor penyakit. 3) Lingkungan Sosial Ekonomi Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Tingkat ekonomi masyarakat juga dapat menjadi indikator dari kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. b. Perilaku Perilaku kesehatan yang mempengaruhi derajat kesehatan juga sangat diperlukan dalam analisis penyebab masalah. Yang dimaksud dengan analisis perilaku kesehatan adalah konsep sehat-sakit dan juga kepercayaan tentang kesehatan yang ada di masyarakat. c. Pelayanan Kesehatan Analisis terhadap pelayanan kesehatan merupakan analisis untuk melihat adanya kesenjangan upaya kesehatan yang sedang berjalan. Kesenjangan tersebut dapat terjadi pada input, proses, dan output. Analisis ini umumnya meliputi aspek ketenagaan, pembiayaan, dan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan. Input dalam upaya kesehatan adalah tenaga, dana, sarana, kebijaksanaan, teknologi, dan lain-lain. d. Genetik Dalam praktek sering diganti dengan faktor kependudukan. Data faktor keturunan / hereditas yang mempengaruhi status kesehatan biasanya sulit didapat. Oleh karena itu, faktor kependudukan dilakukan dengan analisis demografi. Data demografis penting untuk menentukan besarnya masalah dan juga besaran target program. Manfaat dari pendekatan Blum adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian suatu masalah dari berbagai aspek yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas (kependudukan). Dari hasil pendataan, ditemukan 2 macam masalah kesehatan di Desa Puupi, tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat dan sarana pembuanagan air limbah yang tidak memenuhi syarat. Adapun jika ditinjau dengan teori atau pendekatan Blum, dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 47. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Blum Masalah Kesehatan Determinan Faktor Lingkungan Perilaku Pelayanan Kesehatan Kependudukan Pembuanga n tinja tidak memenuhi syarat Kurangnya tempat pembuangan tinja yang memenuhi syarat Rumah yang berada dipesisir menjadikan laut sebagai tempat pembuangan tinja
Kesadaran masyarakat yang masih kurang akan pentingnya tempat pembuanga n tinja yang memenuhi syarat Pengetahu an yang masih kurang Masih kurangnya tenaga kesehatan Petugas kesehatan kurang mensosialisasika n tentang cara pembuangan tinja yang memenuhi syarat Budaya / kebiasaan masyarakat membuang tinja di laut Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menyebabkan mereka kurang mampu membuat tempat pembuangan tinja yang memenuhi syarat Srana pembuanga n air limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat Kurangnya SPAL yang memenuhi syarat Lahan pekarangan belakang yang masih luas dijadikan sarana pembuangan air limbah Kesadaran masyarakat yang masih kurang akan pentingnya SPAL yang memenuhi syarat Pengetahua n yang masih kurang Masih kurangnya tenaga kesehatan Petugas kesehatan kurang mensosialisasikan tentang cara pembuangan sampah yang memenuhi syarat Budaya / kebiasaan masyarakat membuang sampah di sembarang tempat Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menyebabkan mereka kurang mampu membuat SPAL yang memenuhi syarat
Data di atas diperoleh berdasarkan hasil survei lapangan dengan menggunakan instrumen kuesioner responden di Desa Wawatu. Setelah dilakukan brainstorming (curah pendapat) dengan tokoh-tokoh masyarakat di Desa Wawatu, maka dapat disimpulkan akar penyebab masalah, yang dalam hal ini menjadi masalah kesehatan itu sendiri, yaitu sebagai berikut: Masalah 1 : Kurangnya tempat pembuangan tinja yang memenuhi syarat Masalah 2 : Kurangnya Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat
III. PRIORITAS MASALAH Pada penentuan prioritas masalah kesehatan masyarakat yang ditemukan selama melakukan Pengalaman Belajar Lapangan 1 (PBL 1) ini, khususnya di Desa Puupi Kec. Kolono, maka metode yang di gunakan untuk memprioritaskan masalah kesehatan tersebut adalah metode MCUA. Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang digunakan untuk membantu dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penentuan prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas masalah. Untuk menyaring alternatif masalah yang sesuai dengan kebutuhan dibutuhkan suatu batasan atau kriteria. Kriteria itu sendiri adalah suatu batasan yang digunakan untuk menyaring alternatif masalah yang sesuai dengan kebutuhan. Kriteria yang digunakan dalam metode MCUA adalah sebagai berikut: 1. Besarnya masalah 2. Keseriusan masalah 3. Kemampuan Sumber Daya Manusia dan Non Sumber Daya Manusia 4. Kerawanan politik. Tabel 48. Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode MCUA Kriteria Bobot Masalah 1 Masalah 2 S BS S BS Besarnya Masalah 35 4 140 3 105 Keseriusan Masalah 25 4 100 3 75 Kemampuan SD 20 3 60 3 60 Kerawanan Politik 20 3 30 3 30 Total 100 330 270 Rangking 1 2
Skor : 5 = Sangat tinggi 4 = Tinggi 3 = Cukup 2 = Rendah 1 = Sangat rendah Ket. : Masalah 1 = Kurangnya jamban keluarga Masalah 2 = Kurangnya saluran pembuangan air limbah Dengan menggunakan metode MCUA pada prioritas masalah sebagaimana yang diungkapkan di atas, maka yang menjadi prioritas masalah adalah yang memiliki total serta rangking tertinggi, yaitu kurangnya jamban keluarga yang memenuhi syarat. Setelah diperoleh prioritas masalah dengan menggunakan metode MCUA, maka diperoleh masalah yang paling diprioritaskan untuk diintervensi. Namun, pada beberapa masalah ini diberikan suatu alternatif pemecahan masalah, maka digunakan metode CARL. Dan selanjutnya akan diprioritaskan kembali untuk memperoleh prioritas pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang telah ada. Metode CARL merupakan suatu cara untuk menentukan pemecahan masalah dari berbagai alternatif pemecahan masalah. Dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability, Accesibility, Readiness, dan Leverage (CARL). Semakin besar skor maka semakin menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Dari prioritas masalah yang telah ditentukan dengan menggunakan metode MCUA, maka untuk memperoleh pemecahan masalah dari berbagai alternatif pemecahan masalah, maka digunakan metode CARL yaitu sebagai berikut: Tabel 49. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah dengan Metode CARL No. Alternatif Pemecahan Masalah Skor Hasil CxAxRxL Rangking C A R L 1 Pembuatan jamban percontohan 5 5 4 5 500 1 2 Penyuluhan tentang PHBS 5 5 4 4 400 2 3 melakukan kesepakatan dengan masyarakat mengenai larangan membuang sampah dan tinja di laut. 5 4 3 3 180 3 4 Memberikan hukuman / sanksi kepada masyarakat yang membuang tinja di sembarang laut. 4 3 3 4 144 4
Dengan menggunakan metode CARL diatas, maka yang menjadi prioritas dari alternatif pemecahan masalah adalah : 1. Pembuatan jamban percontohan percontohan (intervensi fisik). Penyuluhan tentang pentingnya PHBS serta pentingnya jamban keluarga yang memenuhi syarat (intervensi nonfisik). IV. POA Dari tabel Plan Of Action (POA) di atas, maka untuk meningkatkan angka kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat di Desa Puupi, maka ditentukan dua bentuk intervensniya, intervensi fisik meliputi pembuatan sarana pembuangan air limbah percontohan dan intervensi nonfisik meliputi penyuluhan tentang PHBS. Adapun yang bertanggung jawab terhadap kedua program ini adalah Kepala Desa Puupi, dimana waktu pelaksanaannya pada pekan ke 2013, dan bertempat di Desa Puupi. Pelaksananya adalah masyarakat bersama mahasiswa, serta sasarannya adalah masyarakat Desa Puupi itu sendiri. Target dari kegiatan ini adalah meningkatnya angka kepemilikan tempat pembuangan tinja yang memenuhi syarat dari 13,59 % bulan 2013 menjadi 70 % bulan 2014. Kegiatan ini memerlukan dana sebesar Rp untuk pembuatan sarana pembuangan jamban percontohan serta penyuluhan tentang PHBS dengan biaya Rp , . Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah adanya sarana pembuangan jamban percontohan (sebanyak unit). Kegiatan ini dievaluasi pada bulan 2013 oleh Kepala Desa Puupi dan Tim dari Puskesmas Kolono dengan melihat pertambahan jumlah sarana jamban keluarga yang memenuhi syarat, dengan mengacu pada format rencana operasional. V. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
1. Faktor Pendukung Adapun faktor pendukung selama melaksanakan PBL I di Desa Puupi ini adalah sebagai berikut: a. Masyarakat desa yang ramah-ramah, sehingga memudahkan dalam proses pendataan b. Masyarakat yang mau membaur dengan para mahasiswa c. Adanya kerja sama yang baik antara aparat desa, tokoh-tokoh agama, masyarakat, dan mahasiswa sehingga memudahkan dalam mendapatkan informasi tentang keadaan desa d. Jarak rumah yang saling berdekatan sehingga memudahkan dalam melakukan pendataan. 2. Faktor Penghambat Adapun faktor penghambat selama melaksanakan PBL I di Desa Wawatu ini adalah sebagai berikut: a. Masyarakat yang kurang terbuka / cenderung menutup-nutupi fakta yang terjadi di lapangan seperti kejadian penyakit yang pernah diderita. b. Adanya kesibukan masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, sehingga sulit ditemui pada saat pendataan.