Anda di halaman 1dari 6

A.

Pendahuluan

Makna merupakan kajian utama dalam ilmu Semantik dan makna selalu melekat pada apa
saja yang kita tuturkan. Beberapa ahli bahasa mendefinisikan makna dengan beragam. Al-Khuli
mengatakan makna dalam bahasa Arab adalah:

1
:
Sementara itu Lyons menyatakan bahwa Meaning are ideas or concept with can be
transferred from the mind of the speaker to the mind of hearer to embodying them as it were in the
forms of one language or another.
2
Dia berpendapat bahwa makna merupakan ide atau konsep yang
dapat dialihkan dari pemikiran penutur ke pikiran pendengar yang mewujudkannya sebagaimana
adanya dalam suatu bentuk bahasa atau yang lainnya.
Sedangkan menurut Kridalaksana dalam bukunya Kamus Linguistik yang dimaksud dengan
makna adalah: Maksud pembicara, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku
manusia atau kelompok manusia, hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara
bahasa dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, atau cara
menggunakan lambang-lambang bahasa.
3
(1993: 132)
Dalam pemakaian sehari-hari kata makna digunakan dalam berbagai bidang maupun
konteks pemakaian. Makna juga disejajarkan pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan,
pesan, informasi, firasat, isi dan pikiran (1985: 50). Aminuddin juga menjelaskan bahwa makna yang
terdapat pada kata ternyata memiliki hubungan erat dengan:
1. Sistem sosial budaya maupun realitas luar yang diacu.
2. Pemakai dan penutur.
3. Konteks sosial situasional dalam pemakaian.
4


1
Al-Khuli, Muhammad Ali. A Dictionary of Theoretical Linguistic (English-Arabic). Libanon: Librairie Du Liban
1982:166
2
Lyons, John. 1981, Language and Linguistics, London: Cambridge Universitty136
3
Kridalaksana, Harimurti, 1993, Kamus Linguistik, Gramedia: Jakarta.132
4
Aminuddin, 1985, Semantik : Pengantar Studi Tentang Makna, Bandung: Sinar Baru
Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat dikatakan bahwa makna merupakan gagasan atau
ide yang berasal dari penutur, yang mana bisa berbentuk ucapan maupun tulisan dan makna itu sendiri
sangat erat hubungannya dengan unsur lingkungan diluar bahasa. Karena bahasa itu digunakan untuk
berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itupun bisa
menjadi bermacam-macam jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Diantara berbagai macam
jenis makna, yang sering digunakan dalam keseharian adalah makna literal dan tak literal dan makna
tekstual dan kontekstual.
B. Pembahasan
a. Makna Tekstual (Literal)
Makna tekstual (literal) adalah makna kata atau kalimat yang sebagaimana aslinya baik lisan
maupun tulisan. Makna tekstual (literal) disebut juga dengan makna tersurat yang mana merupakan
makna yang belum mengalami perpindahan penerapan kepada referen yang lain (Wijana&Rohmadi,
2011:16). Atau bisa dikatakan makna literal adalah makna yang berasal dari kamus.
Makna sebuah kata juga ditentukan oleh hubungannya dengan unit-unit lain pada sebuah teks.
Suryawinata (2003) mangatakan bahwa makna tekstual adalah makna yang timbul dari stuasi atau
konteks di mana frasa, kalimat atau ungkapan tersebut dipakai. Bahkan perbedaan genre suatu teks
pun ikut menentukan makna seperti yang dikatakan Nababan (2003) bahwa makna tekstual berkaitan
dengan isi suatu teks atau wacana dan perbedaan jenis teks dapat pula menimbulkan makna suatu kata
menjadi berbeda.
Contoh:
a) Adya memetik bunga di halaman rumahnya.
b) Fateema itu bunga desa di desanya.
Kata bunga pada contoh (a) tidak memiliki makna lain selain bermakna bagian tumbuhan yang akan
menjadi buah dan biasanya berwarna elok dan harum baunya. Bunga juga berarti kembang .
5

Sedangkan kata bunga pada contoh (b) sudah tidak bermakna sama dengan makna bunga sebagaimana
pada kamus, kata bunga pada contoh (b) ini mengacu pada Fateema, yang bermakna Fateema itu
perempuan tercantik di desanya. Makna pada contoh (a) itulah yang disebut dengan makna tekstual
(literal) karena kata bunga disana tidak bisa dimaknai selain bunga yang sebenarnya. Adapun pada
contoh (b) kata bunga tidak dapat dipahami jika dimaknai secara tekstual (literal).


5
KBBI. ( Departemen Pendidikan Nasional. 2001 )

Contoh lain dalam Al-Quran:
W-O1g~4 E_OUO-
W-O>-474 E_OEEO- ^j@....
Ayat ini bermakna Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, ayat ini tidak bisa dimaknai
keluar dari makna asli teksnya. Ayat tersebut tetap menuntut pemahaman sesuai dengan apa yang
tertulis atau tekstual. Karena ayat ini merupakan perintah Allah untuk mendirikan sholat dan
menunaikan zakat yang tidak perlu konteks untuk memahaminya.

b. Makna Kontekstual (Tak Literal)
Kata kontekstual berasal dari konteks yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengandung dua arti: 1. bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah
kejelasan makna; 2. situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.
6
Adapun pengertian makna
kontekstual menurut Tajuddin adalah makna yang didasarkan pada konteks bahasa yaitu hubungan
semua unsur bahasa yang mengelilingi kata dan kalimat. Begitu pula bersandar pada konteks hal
(keadaan) yaitu situasi dan kondisi yang mengelilinginya.
7

Contoh makna kontekstual dalam konteks kalimat, perhatikan makna kata mengambil pada
kalimat-kalimat berikut.
1 a). Budi mengambil pensil saya.
1 b). Semester ini saya ingin mengambil kuliah Semantik.
1 c). Kabarnya Pak Taufik akan mengambil pemuda itu sebagai menantunya.
1 d). Dalam hal itu kami harus pandai-pandai mengambil kesempatan.
kata mengambil pada kalimat (1a) adalah masih dalam makna tekstualnya yaitu menjemput
sesuatu lalu membawanya, pada kalimat (1b) kata mengambil bermakna kotekstual mengikuti, pada
kalimat (1c) bermakna menjadikan, pada kalimat (1d) bermakna menggunakan.


6
(Tim Penyusun Kamus: 1989: 458)
7
Tajuddin (2008)
Makna kontekstual berlandaskan pada kondisi sosial, situasi, atau tempat serta keadaaan dan
kesempatan dimana kata atau kalimat itu diucapkan dengan segala unsurnya, baik dari pembicara
ataupun pendengar. K. Ammer membagi makna kontekstual menjadi 4 jenis sebagaimana dikutip oleh
Umar,
8
seperti berikut ini:
a. Konteks Kebahasaan (al-siyaq al-lughawi)
Yang dimaksud konteks kebahasaan adalah kumpulan suara, kata-kata, dan kalimat yang
dapat mengantarkan pada suatu makna tertentu, atau seluruh keadaan, kondisi, dan unsur-unsur
kebahasaan yang melingkupi sebuah bahasa.
Contoh:
1) Para murid belajar bahasa Arab.
2) Tidak adanya kesatuan bahasa antar sesama anggota dewan.
Kata bahasa pada contoh pertama sebagai alat komunikasi yang dalam hal ini
adalah bahasa Arab, sedangkan pada contoh kedua kata bahasa berarti tidak
adanya kesatuan pandangan atau pendapat.
1)
2)
Kata pada kalimat pertama secara semantik berbeda dengan kata pada kalimat
kedua. Kata pada kalimat pertama mengacu pada salah satu hari dari ketujuh hari dalam
seminggu yaitu hari Jumat. Pemaknaan kata sebagai hari Jumat didukung oleh konteks
bahasa, yakni oleh frase sebelum dan sesudahnya, yaitu frase dan
. Makna kata pada kalimat kedua bukan lagi mengacu pada salah satu hari
dalam seminggu, melainkan mengacu pada hari kiamat atau hari akhir. Kata atau frase kunci yang
membentuk konteks sehingga kata pada kalimat kedua dimaknai seperti itu adalah frase
dan . Dengan demikian meskipun kata pada kedua kalimat tersebut makna
literalnya sama, akan tetapi makna konteksnya berbeda.




8
, ,: ( . 8991 ) 99 .
b. Konteks Emosional (al-siyaq al-athifi)
Yang dimaksud konteks emosional adalah kumpulan perasaan dan interaksi yang dikandung
oleh makna kata-kata, dan hal ini terkait dengan sikap pembicara dan situasi pembicaraan.
Contoh:
1. Aisyah merajuk karena tidak dibelikan sepeda ayahnya.
2. Bapak Presiden marah kepada anggota dewan yang terlambat datang.
3. Pencopet itu mendapat amukan warga.
4. Allah murka kepada orang yang mendustakan firmanNya.
Pada contoh diatas terdapat kata merajuk, marah, amuk, dan murka, kata-kata tersebut secara
konteks emotif memiliki makna yang berbeda, meskipun keempatnya berasal dari makna dasar yang
sama, yaitu ekspresi ketidaksukaan. Perbedaan maknanya terletak pada kadar ketidaksukaan dari
keempat kata tersebut.
Kata merajuk pada contoh pertama bermakna tidak suka, tetapi lebih mengacu kepada
ekspresi diam, ini menunjukkan bahwa kata merajuk dalam konteks emotif memiliki tingkat
ketidaksukaan yang paling rendah. Kata marah pada contoh yang kedua memiliki kadar
ketidaksukaan lebih tinggi dari pada kata merajuk, kata marah biasanya diekspresikan dengan
kata-kata seperti memaki, menghardik, atau membentak.
Kata amukan pada contoh ketiga mengandung makna ketidaksukaan dan biasanya
diekspresikan bukan hanya dengan perkataan tetapi juga dengan kekerasan fisik. Sehingga kata
amukan lebih tinggi kadar kebenciannya daripada kata marah. Sedangkan pada contoh yang
terakhir yaitu kata murka menduduki tingkat yang tertinggi. Biasanya digunakan oleh yang
memiliki kedudukan tertinggi, seperti Allah kepada hambanNya, dan diekspresikan dengan hukuman
atau siksaan.

c. Konteks Situasional (siyaq al-mauqif)
Konteks situasional adalah situasi eksternal yang mungkin biasa dikandung oleh makna
sebuah kata, dan hal itu menuntut untuk mempunyai makna tertentu. Seperti contoh dalam konteks
situasional tempat dan waktu.
Sebagai contoh situasional tempat kata masuk! memiliki berbagai variasi makna tergantung
pada tempat ketika kata tersebut diujarkan. Jika di dalam kelas, kata masuk berarti hadir. Sedangkan
dalam situasi yang lain, kata masuk pada permainan bulu tangkis berarti di dalam garis.
Sedangkan konteks situasional juga dapat disebabkan oleh waktu ketika komunikasi dilakukan.
Sebagai contoh, ketika orang tua mengatakan pada anaknya kenapa tidak pulang pagi saja?
ketika anaknya pulang malam padahal orang tua tersebut tidak mengatakan maksud asli dari kalimat
tersebut. Terdapat makna implisit yang terkandung dalam pernyataan tersebut yang berupa seruan
untuk anak mereka sehingga anak mereka dapat pulang lebih cepat atau sindirin untuk pulang ke
rumah.

d. Konteks Kultural (siyaq al-tsaqafi)
Yang dimaksud konteks kultural adalah nilai-nilai kultural dan sosial yang dikandung oleh
sebuah kata atau kalimat. Hal ini terkait dengan kebudayaan dan masyarakat tertentu. Karena itulah,
perbedaan lingkungan budaya pada suatu masyarakat akan mengakibatkan perbedaan makna kalimat
pada lingkungan budaya masyarakat yang lain.
Contoh:
1) awak tak tau dimano rumahnyo..!
2) awak ku pada loro kabeh
Kata awak pada contoh pertama maknanya berbeda dengan kata awak pada contoh
kedua. Pada contoh pertama kata awak berasal dari bahasa Minang yang bermakna saya, sementara
pada contoh kedua berasal dari bahasa Jawa yang bermakna badan. Sebab perbedaan makna dari
kedua kata terletak pada lingkungan budaya masyarakat yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai