Anda di halaman 1dari 12

POLUSI AIR TANAH AKIBAT INDUSTRI DAN LIMBAH

RUMAH TANGGA SERTA PEMECAHANNYA August 20, 2011


Filed under: lingkungan Urip Santoso @ 11:55 pm
Tags: air tanah, limbah rumah tangga, polusi
GUSTEN SARI

ABSTRAK
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik
pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting
lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup
tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri
(semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus
semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan
output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan
industri tersebut sangat kurang, sehingga akan menyebabkan dampak kerusakan
lingkungan. Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain
oleh pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang
diakibatkan oleh perbuatan manusia. Ada tiga macam jenis pencemaran yaitu
pencemaran air, udara dan tanah, pencemaran udara disebabkan oleh asap
buangan seperti CO2, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok, pencemaran air terjadi
pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan air tanah yang
disebabkan olek aktivitas manusia. Sedangkan pencemaran tanah dapat terjadi
secara langsung, pencemaran tanah melalui air Dan pencemaran tanah melalui
udara. Pencemaran dapat ditangani dengan tindakan secara administratif, dengan
menggunakan teknologi, dan melalui edukatif/Pendidikan. Dengan tiga
pendekatan diatas diharapkan kerusakan lingkungan akibat pencemaran dapat
diminimalisisi.
I. PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Bahtiar (2007) menyatakan manusia merupakan komponen lingkungan alam yang
bersama-sama dengan komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola
lingkungan dunia. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran,
peranannya dalam mengelola lingkungan sangat besar. Manusia dapat dengan
mudah mengatur alam dan lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan melalui
pemanfaatan ilmu dan teknologi yang dikembangkannya. Akibat perkembangan
ilmu dan teknologi yang sangat pesat, kebudayaan manusia pun berubah dimulai
dari budaya hidup berpindahpindah (nomad), kemudian hidup menetap dan mulai
mengembangkan buah pikirannya yang terus berkembang sampai sekarang ini.
Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat manusia lupa akan tugasnya
dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin berubah dari zaman ke
zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan cenderung
merusak lingkungannya. Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting.
Daya dukung berarti kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan
sejumlah makhluk hidup agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar
didalamnya. Daya lenting berarti kemampuan untuk pulih kembali kepada keadaan
setimbang. Kegiatan manusia amat berpengaruh pada peningkatan atau
penurunan daya dukung maupun daya lenting lingkungan. Manusia dapat
meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena keterbatasan kemampuan
dan kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus ditingkatkan tanpa batas, sehingga
manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan ketidaksetimbangan atau
kerusakan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik
pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting
lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup
tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri
(semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus
semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan
output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan
industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan
telah menjadi topik hangat di berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk
Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit
yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut (Pranowo, 2005)
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh
pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang
diakibatkan oleh perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara lain letusan
gunung berapi. Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi seperti asap
dan awan panas dapat mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia. Lahar dan
batu-batu besar dapat merubah bentuk muka bumi. Pencemaran akibat manusia
adalah akibat dari aktivitas yang dilakukannya. Lingkungan dapat dikatakan
tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat
mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan itu
ada yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan oleh
keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai dari
meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad (Bahtiar, 2007)
Populasi manusia yang terus bertambah mengakibatkan kebutuhan manusia
semakin bertambah pula, terutama kebutuhan dasar manusia seperti makanan,
sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin banyak yang
diambil dari lingkungan. Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) memacu proses industrialisasi, baik di negara maju ataupun
negara berkembang. Untuk memenuhi kebutahan populasi yang terus
meningkatkan, harus diproduksi bahan-bahan kebutuhan dalam jumlah yang
besar melalui industri. Kian hari kebutuhan-kebutuhan itu harus dipenuhi. Karena
itu mendorong semakin berkembangnya industri, hal ini akan menimbulkan akibat
antara lain:
1. Sumber Daya Alam (SDA) yang diambil dari lingkungan semakin besar, baik
macam maupun jumlahnya.
2. Industri mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan. Populasi manusia
mengeluarkan limbah juga, seperti limbah rumah tangga yang dapat mencemari
lingkungan.
3. Muncul bahan-bahan sintetik yang tidak alami (insektisida, obat-obatan, dan
sebagainya) yang dapat meracuni lingkungan.
Akibat selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami pencemaran.
Pencemaran lingkungan terbagi atas tiga jenis, berdasarkan tempat terjadinya,
yaitu pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Di Indonesia,
kerusakan lingkungan akibat pencemaran udara, air dan tanah sudah sangat kritis.
Khususnya di daerah Bengkulu dan sekitarnya, pernah terjadi bencana lingkungan
seperti sampah, banjir dan masih banyak lagi (Bahtiar, 2007).
1. B. TUJUAN
Dalam Kajian pustaka ini akan dibahas tentang jenis-jenis pencemaran dan
penyebabnya serta solusi yang ditawarkan agar kerusakan lingkungan akibat
pencemaran dapat diminimalisisi.
II. ISI
A. JENIS JENIS PENCEMARAN
A.1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan seperti CO2, SO, SO2, CFC, CO,
dan asap rokok. Gas CO2 yang berasal dari pabrik, mesin-mesin yang
menggunakan bahan bakar fosil dan akibat pembakaran kayu. Kadar gas CO2 yang
semakin meningkat di udara tidak dapat segera di ubah menjadi oksigen oleh
tumbuhan karena banyak hutan dunia yang di tebang setiap tahunnya. Ini
merupakan masalah global. Bumi seperti di selimuti oleh gas dan debu pencemar.
Kandungan gas CO2 yang tinggi menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke
bumi tidak dapat di pantulkan lagi ke angkasa, sehingga suhu bumi semakin
memanas. Inilah yang disebut efek rumah kaca (Green House). Jika hal ini terus
berlangsung, maka es di kutub akan mencair dan daerah dataran rendah akan
terendam air. Gas CO dapat membahayakan orang yang mengisapnya. Jika proses
pembakaran tidak sempurna, maka akan menghasilkan karbon monoksid (CO).
Gas CO jika terhirup akan mengganggu pernapasan. Gas ini sangat reaktif
sehingga mengganggu pengingatan oksigen oleh hemoglobin dalam darah. Jika
berlangsung terus menerus, dapat mengakibatkan kematian.
Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak bereaks, tidak berbau,
tidak berasa dan tidak berbahaya. Banyak di gunakan untuk mengembangkan busa
kursi, untuk AC, pendingin lemari es dan penyemprot rambut. Tetapi, ternyata ada
juga keburukan dari gas ini. Gas CFC yang naik ke atas dapat mencapai stratosfer.
Di stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3), yang merupakan pelindung bumi dari
pengaruh radiasi ultra violet. Radiasi ultra violet dapat mengakibatkan kematian
organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebabkan
kanker kulit dan kanker mata. Jika gas CFC mencapai lapisan ozon, akan terjadi
reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut berlubang yang
disebut lubang ozon. Gas SO dan SO2 juga dihasilkan dari hasil pembakaran fosil.
Gas ini dapat bereaksi dengan gas NO2 dan air hujan dan menyebabkan terjadinya
hujan asam. Hujan ini mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati,
produksi pertanian merosot, besi dan logam mudah berkarat, serta bangunan-
bangunan jadi cepat (Bahtiar, 2007).
A.2. Pencemaran Air
Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan air
tanah yang disebabkan olek aktivitas manusia. Elyazar dkk. (2007) menyatakan
laut sama dengan ekosistem lainnya memiliki daya homeostatis yaitu kemampuan
untuk mempertahankan keseimbangan dan merupakan ekosisitem perairan yang
memiliki daya dukung (carrying capacity) untuk memurnikan diri (self purification)
dari segala gangguan yang masuk ke dalam badan-badan perairan tersebut. Pada
kenyataanya, perairan pesisir merupakan penampungan (storage system) akhir
segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Lestari dan Edward
(2004) menyatakan limbah akibat dari aktivitas manusia seperti limbah industri
baik padat, cair maupun gas limbah tersebut mengandung bahan kimia yang
beracun dan berbahaya masuk ke perairan laut yang dapat menimbulkan
pencemaran terhadap perairan.
Keracunan logam berat umumnya berawal dari kebiasaan memakan makanan yang
berasal dari laut terutama ikan, udang, dan tiram yang sudah terkontaminasi oleh
logam berat. Logam berat yang ada dalam air laut, selanjutnya dengan adanya
proses biomagnifikasi yang bekerja di lautan, kadar logam berat yang masuk akan
terus ditingkatkan, selanjutnya akan berasosiasi dengan sistem rantai makanan,
masuk ke tubuh biota perairan, dan akhirnya ke tubuh manusia yang
mengkonsumsinya. Dalam tubuh manusia akan terakumulasi, sampai pada kadar
tertentu, akan menimbulkan keracunan. Keberadaan logam berat di perairan laut
dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain adalah dari kegiatan
pertambangan, rumah tangga, limbah dan buangan industri dan aliran pertanian
(Ahmad, 2009).
Marwati dkk. (2008) menyatakan pencemaran dapat juga dikarenakan adanya
sumur gali. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah
dangkal dari zone tidak jenuh, oleh karena itu dengan mudah kena kontaminasi
melalui rembesan, sehingga berpotensi mengalami penurunan kualitas air.
Dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas air sumur akibat sanitasi yang
buruk, seperti adanya rembesan air limbah rumahtangga, limbah kimia, laundry
dan lainnya. Kontaminasi paling umum adalah karena limpasan air dari sarana
pembuangan kotoran manusia atau hewan, yang berasal dari septic tank WC yang
kurang permanen.
Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia, pathogen/bakteri dan perubahan
sifat Fisika dan kimia dari air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang
mencemari air. Patogen/bakteri mengakibatkan pencemaran air sehingga
menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang. Adapuan sifat fisika dan kimia
air meliputi derajat keasaman, konduktivitas listrik, suhu dan pertilisasi
permukaan air. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air
(air permukaan dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan kesehatan
manusia/penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih
dari 14.000 orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit yang ditimbulkan
oleh pencemaran air. Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah
sebagai berikut :
1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar,
tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun
dalam tanah)
2. Pengungangan lahan hijau/hutan akibat perumahan, bangunan
3. Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida)
4. Limbah pengolahan kayu
5. Penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut
6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti
plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah
organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran) (Bahtiar, 2007).
Pencemaran air juga dapat terjadi karena masuknya air hujan ke dalam timbunan
sampah akan menghanyutkan komponen-komponen sampah yang telah proses
dekomposisi yang menghasilkan air lindi sampah (leachate) kemudian merembes
keluar dari TPA Sampah sehingga menimbulkan pencemaran pada air tanah
dangkal dan badan air lainnya di sekitar TPA Sampah (Widyatmoko dkk,
2001 dalam Arbain dkk. 2008). Pencemaran air lindi sampah akibat air hujan
mencuci sampah yang sudah busuk serta segala kotoran yang terjerap di
dalamnya. Air lindi tersebut ada yang mengalir di permukaan tanah yang
dampaknya pada air permukaan dan menimbulkan bau dan penyakit, sedangkan
air lindi yang merembes ke dalam air tanah akan menimbulkan pencemaran air
tanah dangkal di sekitarnya (Sudradjat 2002 dalam Arbain dkk. 2008). Selain itu,
meningkatnya konsentrasi unsur-unsur pencemar pada kualitas air tanah dangkal
juga dipengaruhi oleh jenis tanah serta topografi
A.3. Pencemaran Tanah
Pohan (2004) menyatakan pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di
bawah ini, yaitu :
1. Pencemaran tanah secara langsung
Misalnya karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida, dan
pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti plastik, kaleng, botol, dan
lain-lainnya.
2. Pencemaran tanah melalui air
Air yang mengandung bahan pencemar ( polutan ) akan mengubah susunan kimia
tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah.
3. Pencemaran tanah melalui udara
Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar
yang mengakibatkan tanah tercemar juga. Bahan-bahan yang dapat mencemari
tanah atau pestisida dapat digolongkan menurut tujuan penggunaannya, yaitu :
1. Insektisida ialah chat pembasmi insekta atau serangga yang biasa mengganggu
tanaman.
2. Pestisida ialah obat pembasmi hama tanaman.
3. Herbisida ialah obat pembasmi tanaman yang tidak diharapkan tumbuh.
4. Fungisida ialah obat pembasmi jamur yang tidak di harapkan tumbuh .
5. Rodentisida ialah obat pemusnah binatang pengerat seperti tikus.
6. Akarisida ( Mitesida ) ialah pembunuh kutu.
7. Algisida ialah pembunuh ganggang.
8. Avisida ialah pembunuh burung.
9. Bakterisida ialah pembunuh bakteri.
10. Larvisida ialah pembunuh ulat.
11.Moleksisida ialah pembunuh siput.
12. Nematisida ialah pembunuh nematoda.
13.Ovisida ialah perusak telur.
14. Pedukulisida ialah pembunuh tuma.
15. Piscisida ialah pembunuh ikan
16. Predisida ialah pembunuh predator ( pemangsa ).
17. Silvisida yaitu pembunuh pahon atau pembersih pahon.
18. Termisida ialah pembunuh rayap atau hewan yang suka melubangi kayu.
19. Atraktan ialah penarik serangga melalui baunya.
20.Kemostrilan ialah pensterilan serangga atau vertebrata.
21. Defoliant ialah penggugur daun untuk memudahkan panen.
22. Desikan ialah pengering daun atau bagian tanaman lainnya.
23. Desinpektan ialah pembasmi mikro organisme
24. Repellan ialah penolak atau penghalau hama.
25. Sterilan ialah mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.
26. Surpaktan ialah untuk meratakan pestisida pada permukaan daun .
27. Stimulan ialah zat yang dapat mendorong pertumbuhan tetapi mematikan
terjadinya buah.
Dari daftar di atas, belum semua macam pestisida di sebutkan. Karena itu banyak
sekali banyak sekali bahan yang mengandung kimia dan membahayakan makhluk
hidup, termasuk manusia. Pestisida membantu manusia memberantas hama.
Disamping itu pestisida mencemari tanah, air, dan udara kita. Jadi, pestisida amat
membantu manusia jika dipakai dalam jumlah yang tepat, dan dapat merugikan
jika dipakai berlebihan. Demikian juga pupuk yang amat berguna memberikan
hara bagi tanaman, jika diberikan berlebihan menjadikan racun bagi tanaman.
Deterjen yang bersisa tidak dapat terurai juga akan mencemari tanah. Zat-zat
yang terdapat dalam deterjen itu masuk ke dalam tanah dan meracuni tanah .
Sampah padat yang bertumpuk banyak yang tidak dapat teruraikan oleh makhluk
pengurai dalam waktu yang lama juga akan mencemari tanah juga
1. B. SOLUSI PENANGANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pada prinsipnya ada tiga (3) hal yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian,
pencegahan, dan penanggulangan kerusakan lingkungan akibat pencemaran, yaitu
1. Tindakan secara administratif,
2. Tindakan dengan menggunakan teknologi,
3. Tindakan melalui edukatif/pendidikan.
B.1. Tindakan Secara Administratif
Penanggulangan secara administratif dilakukan oleh pemerintah, dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan undang-undang. Antara lain peraturan
pemerintahan yang disetujui DPR tanggal 25 februari 1982. Disahkan presiden
tanggal 11 Maret 1982 menjadi UU No. 4 tahun 1982 yang berisi ketentuan
pengelolaan lingkungan hidup ( UULH ). Sebelum membangun pabrik atau proyek
lainnya, para pengembang diharuskan melakukan analisis mengenai dampak
lingkungan ( AMDAL ).Analisis dampak dari berdirinya industri tersebut tujukan
kepada pengelolaan santasi secara luas terhadap lingkungan sekitarnya.
Pemerintah juga mengeluarkan baku mutu lingkungan, yaitu standar yang
ditetapkan untuk menentukan mutu lingkungan. Selain itu pemerintah juga
mengeluarkan program yang meliputi berbagai sektor dalam pembangunan
berkelanjutan sehingga di harapkan pembangunan dapat berlangsung lestari
dengan mempertahankan fungsi lingkungan lestari (Bahtiar, 2007).
Kurniawan (2006) menyatakan pemerintah juga memberikan penyuluhan terhadap
masyarakat dengan melakukan perlindungan terhadap tanah dengan cara
menanam rumput, membuat bendungan, lahan pertanian bertingkat, mencegah
perburuan dan konsumsi terhadap hewan liar, menghindari penebangan hutan
serta menanam jenis tanaman bergantian dalam satu lahan.
B.2. Tindakan dengan Menggunakan Teknologi
Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit
pengolahan limbah. Misalnya unit pengolah limbah yang mengolah limbah cair
sebelum dibuang ke lingkungan. Jika pengolahannya menggunakan mikroba maka
disebut pengolahan secara biologis dengan menggunakan bakteri pengurai
limbah. Inoguchi dkk. (2003), dan Nurhayani (2002) sepakat bahwa daur ulang
limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna sangat dianjurkan untuk mengurangi
akibat dan dampak terhadap lingkungan.
Maharani (2007), Wibowo (2010), sepakat bahwa teknik pengolahan sampah yang
pada awalnya menggunakan pendekatan kumpul-angkut buang, kini telah mulai
mengarah pada pengolahan sampah berupa reduce-reuse-
recycle (3R). Reduce berarti mengurangi volume dan berat sampah, reuse berarti
memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang sampah. Teknik pengolahan
sampah dengan pola 3R, secara umum adalah sebagai berikut:
1. Reduce (pengurangan volume)
Ada beberapa cara untuk melakukan pengurangan volume sampah, antara lain:
a. Incenerator (pembakaran)
Merupakan proses pengolahan sampah dengan proses oksidasi, sehingga menjadi
kurang kadar bahayanya, stabil secara kimiawi serta memperkecil volume maupu
berat sampah yang akan dibuang ke lokasi TPA.
b. Balling (pemadatan)
Merupakan sistem pengolahan sampah yang dilakukan dengan pemadatan
terhadap sampah dengan alat pemadat yang bertujuan untuk mengurangi volume
dan efisiensi transportasi sampah.
c. Composting (pengomposan)
Merupakan salah satu sistem pengolahan sampah dengan mendekomposisikan
sampah organik menjadi material kompos, sperti humus dengan memanfaatkan
aktivitas bakteri.
d. Pulverization (penghalusan)
Merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi volume, memudahkan
pekerjaan penimpunan, menekan vektor penyakit serta memudahkan terjadinya
pembusukan dan stabilisasi.
2. Reuse
Reuse adalah pemanfaatan kembali atau mengguanakan kembali bahan-bahan
dari hasil pembuangan sampah menjadi bahan yang dapat di pergunakan kembali.
Misalnya sampah konstruksi bangunan.
3. Recycle
Recycle adalah kegiatan pemisahan benda-benda anorganik (misalnya: botol-botol
bekas, kaleng, kardus dan lainnya) dari tumpukan sampah untuk diproses kembali
menjadi bahan baku atau barang yang lebih berguna.
Jana dkk. (2006) menyatakan limbah cair harus dibuatkan suatu instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) secara lengkap, sehingga tidak memberikan beban
tambahan terhadap pencemaran air, adapun metoda dasar penanganan limbah
domestik pada dasarnya terdiri dari: pengolahan pendahuluan, pengolahan
dasar (primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment) dan
pengolahan tersier (tertiary treatment).
B.3. Tindakan Melalui Edukatif/Pendidikan
Penanggulangan secara edukatif adalah dengan mengadakan kegiatan penyuluhan
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kelestarian alam.
Masyarakat rumah tangga mempunyai peranan yang cukup besar dalam
pencemaran lingkungan, khususnya air akibat sampah rumah tangga. Karena itu
perlu dipikirkan teknologi sederhana yang dapat diterapkan kepada masyarakat
untuk mengelola sampah rumah tangga secara swadaya. Sampah rumah tangga
secara umum dapat dibagi dua ada sampah anorganik seperti plastik, gelas dan
kaca serta botol kaleng dan sampah organik, seperti sisa makanan, sisa sayuran
dan lain-lain. Anonim (2008) menyatakan salah satu teknik pengolahan sampah
organik rumah tangga adalah menggunakan KERANJANG TAKAKURA. Keranjang
Takakura (Mr. Takakura adalah Profesor di Jepang yang sukses melakukan praktek
pengolahan limbah organik rumah tangga di Jepang) adalah media pengolahan
sampah secara biologi, karena menggunakan bakteri sebagai pengurai sampah.
Keranjang Takakura sendiri adalah keranjang wadah yang biasa digunakan tempat
pakaian kotor sebelum dicuci (rigen) yang umumnya berkapasitas 50 liter. Berikut
ini cara pengolahan sampah organik menggunakan metoda keranjang Takakura :
1. Cari keranjang berukuran 50 liter berlubang-lubang kecil (supaya tikus tidak
bisa masuk) dan tutupnya.
2. Cari doos bekas wadah air minum kemasan, atau bekas wadah super mi, asal
bisa masuk ke dalam keranjang. Doos ini untuk wadah langsung dari
bahanbahan yang akan dikomposkan.
3. Isikan ke dalam doos ini kompos yang sudah jadi. Tebarkan kompos ke dalam
doos selapis saja setebal kurang lebih 5 cm. Lapisan kompos yang sudah jadi ini
berfungsi sebagai starter proses pengomposan, karena di dalam kompos yang
sudah jadi tersebut mengandung banyak sekali mikroba-mikroba pengurai.
Setelah itu masukkan doos tersebut ke dalam keranjang plastik.
4. Bahan-bahan yang hendak dikomposkan sudah bisa dimasukkan ke dalam
keranjang. Bahan-bahan yang sebaiknya dikomposkan antara lain: Sisa makanan
dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-buahan. Sisa sayuran mentah dapur:
akar sayuran, batang sayuran yang tidak terpakai. Sebelum dimasukkan ke
dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil sampai ukuran 2 cm x 2
cm.
5. Setiap hari bahkan setiap habis makan, lakukanlah proses memasukkan
bahanbahan yang akan dikomposkan seperti tahap sebelumnya. Demikian
seterusnya. Aduk-aduklah setiap selesai memasukkan bahan-bahan yang akan
dikomposkan. Bilamana perlu tambahkan lagi selapis kompos yang sudah jadi.
Keuntungan metoda pengolahan sampah ini, doos dalam keranjang ini lama
tidak penuhnya, sebab bahan-bahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang
kompos ini beraroma jeruk, bila kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila
kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar,
maka kompos sudah dapat dimanfaatkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah
upayakan agar bekas sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang
mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos. Mengingat starter-nya
telah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak
digunakan.
1. III. KESIMPULAN
1. Persoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya di
Negara berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah
menghawatirkan. Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai
pencemaran lingkungan.
2. Pemerintah melalui kebijakan dan aturan harus mampu mengatur industi dalam
pengolahan limbah baik cair, kayu dan udara. Pihak industri pun harus
menyadari peranan pencemarannya yang sangat besar sehingga harus mau
membangun pengolahan limbah.
3. Masyarakat pun harus mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengolahan
limbah rumah tangga dan lingkungan sekitar sehingga kelestarian lingkungan
baik, udara, tanah maupun air dapat terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F. 2009. Tingkat pencemaran logam berat dalam air laut dan sedimen di
perairan pulau muna, Kabaena, dan Buton Sulawesi Tenggara. Jurnal Makara
Sains Volume 13 (2) hal: 117-124.http://ejournal.unud.ac.id (18 Februari 2011).
Anonim, 2008. Keranjang
Takakura. Diakses di http://keranjangtakakura.blogspot.com/ (7 Maret 2011).
Widyatmoko, H. Sintorini. 2001. Menghindari, Mengolah dan menyingkirkan
Sampah. Penerbit PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta Dalam Arbain.,
N.K Mardiana., I.B Sudana. 2008. Pengaruh air lindi tempat pembuangan akhir
sampah suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitarnya di kelurahan
pedungan kota Denpasar. Jurnal Ecotrophic 3 (2) hal: 61-
66.http://ejournal.unud.ac.id/ (21 Februari 2011)
Bahtiar, A. 2007. Polusi air tanah akibat limbah industri dan rumah tangga serta
pemecahannya. Makalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran. Bandung. http://www.pdfcari.com/Oleh:-Dr.-Ayi-
Bahtiar.html# (18 Februari 2011).
Elyazar, N., M.S. Mahendra dan I.N. Wardi. 2007. Dampak Aktivitas Masyarakat
Terhadap Tingkat Pencemaran Air Laut Di Pantai Kuta Kabupaten Badung Serta
Upaya Pelestarian Lingkungan. Jurnal Ecotrophic 2 (1) hal; 1-
18. http://ejournal.unud.ac.id/ (21 Februari 2011)
Inoguchi, T., E.Newman., G. Paoletto. 2003. Kota dan Lingkungan Pendekatan
Baru Masyarakat Berwawasan Ekologi. United Nations University Press. LP3ES.
Indonesia.
Jana, I.W., N.K. Mardani., I.W.B. Suyasa. 2006. Analisis karakteristik sampah dan
limbah cair pasar Badung dalam upaya pemilihan sistem pengelolaannya. Jurnal
Ecotrophic 1 (2) hal: 1-10. http://ejournal.unud.ac.id/ (21 Februari 2011).
Kurniawan, I. 2006. Lingkungan Hidup dan Polusi. Penerbit Nuansa. Bandung
Lestari dan Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air
laut dan sumberdaya perikanan(studi kasus kematian massal ikan-ikan di teluk
Jakarta). Jurnal Makara Sains 8 (2) hal: 52-58. http://journal.ui.ac.id/
upload/artikel /02_ Dampak% 20Pencemaran%20Logam%20BeratLestari.PDF (18
Februari 2011).
Maharani, S.E., I.W Suarna dan B. Suyasa. 2007. Karakteristik sampah dan persepsi
masyarakat terhadap pengelolaan sampah di kecamatan Banyuwangi Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Ecotrophic 2 (1) hal: 19 -27. http://ejournal.unud.ac.id/ (21
Februari 2011).
Marwati, N.M., N.K Mardani dan I.K. Sundra. 2008. Kualitas air sumur gali ditinjau
dari kondisi Lingkungan Fisik dan Perilaku Masyarakat di Wilayah Puskesmas I
Denpasar Selatan. Jurnal Ecotrophic 3 (2) hal: 68-73.
. http://ejournal.unud.ac.id/ (21 Februari 2011).
Nuryani, S., dan R. Sutanto. 2002. Pengaruh sampah kota terhadap hasil dan tanah
hara lombok. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 3(1) hal 24-
28. http://www.pdfcari.com/PENGARUH-SAMPAH-KOTA-TERHADAP-HASIL-DAN-
KESEHATAN-LOMBOK.html# (21 Februari 2011).
Pohan, N. 2004. Pengaruh Bahan-Bahan Kimia Buangan Industri Terhadap
Lingkungan. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Sumatra Utara.
Medan
Pranowo, G. 2005. Tentang limbah padat. Makalah Fakultas Sains Terapan Institut
Sains dan Teknologi AKPRIND.
Yogyakarta. http://gapra.files.wordpress.com/2009/01/makalah-limbah-
padatgapra.pdf(21 Februari 2011).
Wibowo, H.E. 2010. Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah pemukiman di
kampung Kamboja kota Pontianak. Tesis. Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Pembangunan Universitas Diponogoro, Semarang (Tidak Dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai