Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (GAGAL GINJAL KRONIK)


DENGAN TERAPI CAPD
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai.
Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap
sangat lamban dan menunggu beberapa tahun.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESR! merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit"menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah!. Gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya berlangsung beberapa tahun.
#K merupakan kondisi kerusakan ginjal yang pr ogr es i f yang t i dak
dapat pul i h kembal i " di mana gi nj al t i dak mampu memelihara metabolisme dan
gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa dalah
darah ( $imby % Smith" &''(!.
B. ETIOLOGI
Penyebab #K termasuk glomerulonefritis" infeksi kronis" penyakit vaskuler
(nefrosklerosis!" proses obstruksi (kalkuli!" penyakit kolagen (luris sutemik!" agen nefrotik
(amino glikosida!" penyakit endokrin (diabetes!.
Penyebab GGK menurut Price ()**&! dibagi menjadi delapan kelas" antara lain+
,nfeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna" nefrosklerosis maligna"
stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik" poliarteritis
nodosa"sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik"asidosis tubulus
ginjal
Penyakit metabolik misalnya -" gout" hiperparatiroidisme" amiloidosis
.efropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik" nefropati timbale
.efropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas+ kalkuli neoplasma" fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian ba/ah+ hipertropi prostat" striktur uretra" anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Pada /aktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus! diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh!. .efron0nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
/alaupun dalam keadaan penurunan G1R. -etode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai 2 dari nefron 0 nefron rusak. 3eban bahan yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai
retensi produk sisa. $itik dimana timbulnya gejala0gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala0gejala khas kegagalan ginjal bila kira0kira fungsi ginjal telah hilang 4'5 0
*'5. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai )(
ml6menit atau lebih rendah itu. 1ungsi renal menurun" produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin! tertimbun dalam darah. $erjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala
akan semakin berat. 3anyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu+
Stadium ) (penurunan cadangan ginjal!
itandai dengan kreatinin serum dan kadar 3lood 7reum .itrogen (37.! normal dan
penderita asimtomatik.
Stadium & (insufisiensi ginjal!
8ebih dari 9(5 jaringan yang berfungsi telah rusak. Pada tahap ini 3lood 7reum
.itrogen mulai meningkat di atas normal" kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal" a:otemia ringan" timbul nokturia dan poliuri.
Stadium ; (Gagal ginjal stadium akhir6uremia!
$imbul apabila *'5 massa nefron telah hancur" nilai glomerulo filtration rate )'5 dari
normal" kreatinin klirens (0)' ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum
dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
Stadium <
$idak terjadi hemostasis" keluhan pada semua system" fungsi ginjal residu kurang dari (5
dari normal.
D. MANIFESTASI KLINIS
). -anifestasi klinik menurut (8ong" )**=! antara lain+
a. Gejala dini+ lethargi" sakit kepala" kelelahan fisik dan mental" berat badan berkurang"
mudah tersinggung" depresi.
b. Gejala yang lebih lanjut + anoreksia" mual disertai muntah" nafas dangkal atau sesak
nafas baik /aktui ada kegiatan atau tidak" udem yang disertai lekukan" pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
&. -anifestasi klinik menurut (Smelt:er" &'')! antara lain+ hipertensi (akibat retensi cairan
dan natrium dari aktivitas sisyem renin 0 angiotensin > aldosteron!" gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan! dan perikarditis (akibat iriotasi
pada lapisan perikardial oleh toksik" pruritis" anoreksia" mual" muntah" dan cegukan"
kedutan otot" kejang" perubahan tingkat kesadaran" tidak mampu berkonsentrasi!.
;. -anifestasi klinik menurut Suyono (&'')! adalah sebagai berikut+
a. Sistem kardiovaskuler
?ipertensi
Pitting edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
1riction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
Krekel
.afas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
@noreksia" mual dan muntah
Perdarahan saluran G,
7lserasi dan pardarahan mulut
.afas berbau ammonia
d. Sistem musculoskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
1raktur tulang
e. Sistem ,ntegumen
Aarna kulit abu0abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
@menore
@trofi testis
E. Klasifikasi Gaal Gi!"al K#$!ik
Pada tahun &''&" KDOQI menerbitkan klasifikasi tahapan penyakit gagal ginjal kronis"
sebagai berikut+
$ahap )+ Kerusakan ginjal dengan G1R normal atau meningkat (B *' m86min6).9; m&!
$ahap &+ penurunan ringan pada G1R (='04* m86min6).9; m&!
$ahap ;+ penurunan moderat pada G1R (;'0(* m86min6).9; m&!
$ahap <+ penurunan berat pada G1R ()(0&* m86min6).9; m&!
$ahap (+ Gagal ginjal (G1R C)( m86min6).9; m& atau dialisis!
Pada tahap ) dan tahap & penyakit ginjal kronis" G1R saja tidak dapat dilakukan
diagnosis. $anda lain dari kerusakan ginjal" termasuk kelainan dalam komposisi darah atau
urin atau kelainan pada studi pencitraan" juga harus ada dalam menetapkan diagnosis tahap )
dan tahap & penyakit ginjal kronis.
Pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium )0; umumnya asimtomatik" manifestasi
klinis biasanya muncul dalam tahap <0(. iagnosis dini" pengobatan dan penyebab atau
institusi tindakan pencegahan sekunder sangat penting pada pasien dengan penyakit ginjal
kronis. ?al ini dapat menunda" atau menghentikan kemungkinan atau kemajuan gagal ginjal.
Pera/atan medis pasien dengan penyakit ginjal kronis harus fokus pada hal0hal berikut+
-enunda atau menghentikan perkembangan penyakit ginjal kronis.
-engobati manifestasi patologis dari penyakit ginjal kronis.
Perencanaan yang tepat untuk terapi jangka panjang pengganti ginjal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-enurut Suyono (&'')!" untuk menentukan diagnosa pada #K dapat dilakukan cara
sebagai berikut+
). Pemeriksaan laboratorium
-enentukan derajat kega/atan #K" menentukan gangguan sistem dan membantu
menetapkan etiologi.
&. Pemeriksaan 7SG
7ntuk mencari apakah ada batuan" atau massa tumor" juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
;. Pemeriksaan EKG
7ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri" tanda0tanda perikarditis" aritmia
dan gangguan elektrolit.
Rumus 3alance #airan + ,nteake 6 cairan masuk D Eutput 6 cairan keluar F ,A8
Rumus ,A8 ,A8 D ()( G 33 !
&< jam
Rumus menghitung kebutuhan #airan6&< jam
Rumus umum+
)'' ml6 kg > )' kg pertama
(' ml6 kg > )' kg kedua
&' ml6 kg > berat B &' kg
-isalnya anak dengan 33 &( kg" memerlukan+
)'' ml6 kg G )' kg D )''' cc > )' kg (,!
(' ml6 kg G )' kg D ('' cc > )' kg (,,!
&' ml6 kg G ( kg D )'' cc > ( kg (sisa!
$otal D &( kg D )='' cc6 &< jam
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kepera/atan pada pasien dengan #K dibagi tiga yaitu +
a! Konservatif
0 ilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
0 Ebservasi balance cairan
0 Ebservasi adanya odema
0 3atasi cairan yang masuk
b! ialysis
0 Peritoneal ialysis
biasanya dilakukan pada kasus > kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah #@P ( #ontinues @mbulatori
Peritonial ialysis !
0 ?emodialisis
Haitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada a/alnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan +
0 @I fistule + menggabungkan vena dan arteri
0 ouble lumen + langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung !
c! Eperasi
0 Pengambilan batu
0 transplantasi ginjal
H. TERAPI
J%!is Renal Replacement Therapy RRT
@da beberapa jenis RR$" yaitu hemodialisis" peritoneal dialisis" dan transplantasi ginjal.
ari beberapa pilihan terapi tersebut" transplantasi ginjal berhasil meningkatkan kualitas hidup
yang tertinggi. ?al ini karena tehnik dialisis hanya menggantikan )' sampai )(5 dari fungsi
ginjal normal pada tingkat small-solute removal dan kurang efisien pada pembuangan solute
yang lebih besar. Kriteria secara umum untuk memasukkan pasien dengan dialisis meliputi
adanya sindrom uremik" adanya hiperkalemia yang tidak respon dengan terapi konservatif"
peningkatan volume ekstraseluler" asidosis yang refrakter terhadap terapi medikamentosa"
bleeding diathesis" dan klirens kreatinin kurang dari )' m86menit per )"9; m&. @da consensus
yang mengatakan bah/a pasien dengan ESR seharusnya dia/ali dengan dialysis sejak dini.
Pilihan terapi yang tersedia untuk pasien gagal ginjal tergantung pada onsetnya" akut atau
kronik. Pada gagal ginjal kronik atau ESR pilihan terapi meliputi hemodialisisJ peritoneal
dialisis seperti continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) intermitten peritoneal
dialysis (IPD)" dan continuous cyclic peritoneal dialysis (CCPD)J atau dengan transplantasi.(
-eskipun terdapat variasi geografik" hemodialisis masih merupakan modalitas terapi yang paling
umum untuk ESR. Pilihan antara hemodialisis dan peritoneal dialisis melibatkan peran serta
dari beberapa faktor yang meliputi umur pasien" adanya kondisi komorbid" kemampuan untuk
mengadakan prosedurnya" dan pengertian pasien sendiri tentang terapi. Pada peritoneal dialisis
tidak dibutuhkan heparin seperti pada hemodialisis" oleh karena itu peritoneal dialisis merupakan
pilihan yang baik pada pasien dengan bleeding diathesis. Kelebihan #@P yang lain lebih
fleksibel" mudah digunakan dan tehniknya sederhana" toleransi hemodinamik lebih baik" dan
hanya membutuhkan sedikit pembatasan diet.
&. D%fi!isi CAPD
Peritoneal dialisis merupakan suatu proses dialisis di dalam rongga perut yang bekerja
sebagai penampung cairan dialisis dan peritoneum sebagai membrane semipermeabel yang
berfungsi sebagai tempat yang dile/ati cairan tubuh yang berlebihan dan solute yang berisi
racun ureum yang akan dibuang. Peritoneal dialysis ini secara prinsip mirip dengan
hemodialisis. Keduanya sama0sama tergantung pada pergerakan pasif dari air dan solute
mele/ati membrane semipermeabel. Proses ini disebut sebagai difusi. @rah dari aliran solute
ini ditentukan oleh konsentrasi masing masing sisi membrane" sehingga solute bergerak dari
sisi dengan konsentrasi tinggi ke sisi yang konsentrasinya lebih rendah. Pada :aman dulu
peritoneal dialisis dilakukan secara intermiten" dimana pasien harus melakukan pergantian
cairan secara rutin setiap 4 jam atau lebih (biasanya sepanjang malam!" ; atau < kali
seminggu. Sejumlah mesin otomatis telah dikembangkan untuk membantu agar proses
dialisis menjadi lebih sederhana dan lebih mudah. Kemudian pada tahun )*9= diperkenalkan
salah satu tehnik peritoneal dialysis yaitu continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)"
dan langsung dapat diterima sebagai terapi alternative untuk pasien dengan gagal ginjal.
Continuous pada #@P ini berarti bah/a cairan dialisat selalu berhubungan dengan
membrane peritoneum" kecuali pada saat penggantian cairan dialisat.
'. P#i!si( )a! T%*!ik CAPD
$ehnik dari #@P ini lebih sederhana dan sudah ada beberapa alat yang dikembangkan
untuk mempermudah proses penggantian cairan dialisat. Pada #@P ini" rongga
abdomen6peritoneum pasien selalu terisi cairan dialisat yang merupakan cairan khusus yang
terdiri dari elektrolit dan dekstrosa. #airan dialisat ini perlu diganti secara periodik ketika
konsentrasi dari produk buangan (!aste product) meningkat. "aste product ini berdifusi dari
darah pasien mele/ati membrane peritoneum dan masuk ke rongga abdomen. ekstrosa atau
gula pada cairan dialisat akan menarik air melalui proses osmosis dari tubuh menuju ke
rongga peritoneum. Karena sejumlah dekstrosa diserap melalui proses difusi masuk ke dalam
tubuh pasien dan karena konsentrasi dekstrosa di dalam rongga peritoneum menurun karena
penambahan air" maka pergerakan cairan juga menurun dan pada saat inilah diperlukan
penggantian cairan dialisat.
Proses penggantian cairan dialisat ini diulang ; sampai ( kali sehari" pada umumnya <
kali sehari. Proses penggantian cairan dialisat ini harus menggunakan tehnik aseptik untuk
mencegah terjadinya kontaminasi cairan dialisat. 7ntuk mencapai akses ke peritoneum
digunakan alat berupa tube kecil atau kateter yang dimasukkan secara bedah ke dalam rongga
abdomen. Karena menggunakan insisi yang kecil dan prosedur pemasangan yang cepat"
maka lebih baik dan lebih aman menggunakan anestesi lokal daripada anestesi umum.
Kateter harus keluar dari abdomen di sisi samping pasien dan jauh dari belt line. @da
beberapa metode untuk memasukkan kateter peritoneal dialisis" yaitu open dissection" blind
percutaneus placement dengan trokar $enckhoff" blind percutaneus placement dengan
guide!ire (tehnik Seldinger!" penempatan minitrokar dengan peritoneoskopi (H0$E#! atau
laparoskopi" tehnik -oncrief0Popovich" dan kateter presternal (merupakan modifikasi #!an
nec$ %issouri coil catheter yang terdiri dari & tube silikon!. -eskipun ada beberapa tehnik
pemasangan kateter peritoneal dialisis" tetapi hampir tidak ada perbedaan dari masing0masing
tehnik tersebut dalam hal insiden terjadinya komplikasi peritonitis. ,SP )**4 mengeluarkan
International &uidelines mengenai prinsip pemasangan kateter peritoneal dialisis" yaitu
kateter harus dipasang oleh operator yang berpengalaman dan kompetenJ tempat masuk
peritoneal harus di sebelah lateral atau paramedian untuk fiksasi yang baik dan mencegah
terjadinya hernia dan kebocoran cairan dialisatJ deep cu'' sebaiknya berada dalam otot dari
dinding abdomen depan atau ruang peritonealJ subkutaneus cu'' diletakkan dekat dengan
permukaan kulit dan jaraknya minimal & cm dari e(it siteJ dan selalu cek patensi dari kateterJ
bagian kateter intra abdominal harus diletakkan di antara lapisan viseral dan parietal
mengarah ke kavum auglas.
+. P%,asa!a! Ka-%-%# P%#i-$!%al Dialisis
Keberhasilan penempatan kateter adalah hal yang paling utama" karena alat tersebut
bersifat permanen. Komplikasi yang berhubungan dengan kateter termasuk infeksi e(it site
dan tunel telah diidentifikasi sebagai kegagalan tehnik yang diperkirakan )6; dari kegagalan
peritoneal dialisis dan harus kembali ke hemodialisa. Penanganan yang baik" penempatan
kateter yang tepat dan pera/atan kateter a/al akan mengurangi komplikasi tersebut. Sehari
sebelum operasi pasien menjalani hemodialisis terlebih dahulu. 8etak e(it site sebaiknya
ditentukan lebih dulu serta diberi tanda. 8etak e(it site sebaiknya pada posisi lateral dan
ditempatkan di atas atau di ba/ah garis pinggang dan sebaiknya tidak pada bekas luka atau
di ba/ah lipatan lemak. Satu jam sebelum operasi disarankan pemberian antibiotika ) gram
cephalosporin generasi pertama dan &G'"( gram yang masing0masing diberikan 4 jam dan )&
jam kemudian. @lternatif lain dapat juga diberikan ) gram vancomycin intra vena &< jam
sebelum operasi. @nestesi diberikan secara lokal dengan lidocain &5 subkutan tanpa
epinefrin.
-eskipun anestesi lokal sudah cukup" namun perlu menghubungi dokter anestesi untuk
mencegah komplikasi. Karak & cm dari ba/ah umbilikus arah ke kanan atau ke kiri dibuat
insisi transverse paramedian ; cm sampai ke rektus fascia anterior. Kemudian rektus fascia
anterior disayat secara transversal untuk mendapatkan otot rektus. Setelah didapatkan rektus
fascia posterior dan menyayatnya akan didapatkan selaput peritoneum dimana selaput
peritoneum ini harus dijaga agar tidak terjadi robekan. Kemudian ditempatkan & klem di atas
rectus fascia posterior pada daerah sayatan sehingga terbentuk lobang selebar diameter
kateter. Kateter dimasukkan secara kaudal ke arah pelvik minor untuk memungkinkan
terjadinya gravitasi pada /aktu drain. Pergerakan kateter selama dialisa sangat diharapkan
karena posisi tersebut mengoptimalkan pada /aku cairan masuk atau keluar. #uff internal
ditempatkan di dalam setara dengan otot rektus. engan tehnik Purse string peritoneum
ditutup dengan pas menggunakan benang yang dapat diserap di ba/ah cuff. 7ntuk
mengurangi insiden terjadinya infeksi dibuat tunnel dengan mengunakan tunneller" dimana
sebaiknya tunel ini berada di dinding abdomen di ba/ah kulit. Selanjutnya kateter akan
melalui tunel dan keluar pada e(it site dan mengarah ke ba/ah. #uff eksternal sebaiknya
ditempatkan sedalam jaringan lemak di ba/ah fascia scarpa minimal & cm di ba/ah e(it site.
Penempatan ini akan membantu mencegah infeksi serta ekstrusi cuff eksternal. Setelah
kateter keluar pada e(it site" luer lock adaptor dipasang dan dihubungkan dengan ekstension
line dan dicek fungsi kateter yaitu dengan mencoba memasukkan sejumlah cairan dialisat
untuk mengetahui posisi kateter serta ada tidaknya kebocoran. Kika kateter telah terpasang
dengan tepat" pemasukan cairan tidak akan memberikan rasa sakit serta cairan dapat keluar
dengan lancar. Setelah letak kateter dianggap tepat" luka operasi dijahit lapis demi lapis.
7ntuk meminimalkan pergerakan kateter dari e(it site sebaiknya difiksasi ?al ini juga
berguna untuk mencegah ekstrusi cuff eksternalserta mempercepat proses penyembuhan.
Pemberian antibiotika pada e(it site tidak diperlukan karena dikha/atirkan akan terjadi
resistensi. Pera/atan luka operasi yang tepat merupakan metode terbaik pencegahan infeksi.
-eskipun proses dialisa dapat segera dilakukan" namun lebih baik menundanya untuk )0;
hari dengan tujuan agar terjadi proses penyembuhan luka operasi yang lebih baik. Kika dialisa
mendesak untuk dilakukan" dapat dikerjakan pada pasien dengan posisi terlentang serta
volume minimal (('' m8!. ,dealnya #@P ditunda sampai )'0)< hari setelah pemasangan
kateter. Pada masa ini pasien perlu dilakukan hemodialisa atau intermiten peritoneal dialisa.
.. Cai#a! Dialisa-
@da ; macam konsentrasi cairan dialisat dalam #@P" yaitu dekstrose )"(5" dekstrose &"(5
(hipertonik!" dan dekstrose <"&(5 (hipertonik!. ekstrose )"(5 dapat menarik cairan
sebanyak &''0<'' m8 dan digunakan untuk pasien dehidrasi atau pasien dengan berat badan
turun. ialisat ini mengandung ))' kalori. ekstrose &";5 yang mengandung )4' kalori
dapat menarik cairan sebanyak <''0='' m8 dan umumnya digunakan pada pasien overload
atau kelebihan cairan" sedangkan dekstrose <"&( 5 dapat menarik cairan sebanyak =''04''
m8 dan juga digunakan untuk pasien overload. ialisat dengan konsentrasi <"&(5 ini
mengandung &(' kalori.)' Komposisi cairan dialisat terdiri dari natrium );& meL68" kalium '
meL68" klorida *= meL68" kalsium ;"( meL68" magnesium '"( meL68" laktat <' meL68 dan p?
berkisar ("&. Sebelum digunakan sebaiknya cairan dialisat dihangatkan terlebih dahulu secara
pemanasan kering misalnya dengan cara diletakkan di atas bantalan atau selimut listrik atau
dibungkus di dalam selimut dengan tujuan agar mencapai suhu normal atau sama dengan suhu
tubuh pasien.
/. P%!a!-ia! Cai#a! Dialisa-
Pada saat proses penggantian cairan dialisat pasien harus ditempatkan pada tempat yang
tenang dan bersih untuk mencegah kemungkinan kontaminasi. Setelah cuci tangan dengan
bersih dan menyiapkan beberapa alat" pasien mulai untuk mengalirkan solute lama yang
sudah berada di rongga peritoneum secara gravitasi keluar dari rongga abdomennya. Proses
ini disebut sebagai drain dan biasanya membutuhkan /aktu )' sampai &' menit. 8angkah
selanjutnya adalah melepas tube dari kantong dialisat lama dan menghubungkan tube ke
kantong dialisat yang baru. Proses ini dapat dilakukan secara )' manual dimana dibutuhkah
koordinasi yang baik antara mata dan tangan dan juga fisik yang kuat. Setelah tube terhubung
ke kantong dialisat yang baru" kantong tersebut harus diletakkan di atas abdomen pasien
sehingga dialisat yang baru dapat mengalir ke dalam rongga peritoneum pasien secara
gravitasi. Proses ini dikenal dengan istilah in'usion) Setelah semua cairan dialisat masuk ke
rongga peritoneum pasien melepaskan tube dari kantong dialisat tersebut dan pasien bisa
beraktifitas seperti biasa. Keseluruhan proses penggantian cairan dialisat ini membutuhkan
/aktu sekitar &' sampai ;' menit. Penggantian cairan dialisat ini pada umumnya
berlangsung < kali sehari" yaitu pada pagi hari" kemudian siang hari" sore hari dan sebelum
/aktu tidur. 7ntuk efisiensi yang maksimum" d!ell time yaitu /aktu saat cairan dialisat
berada di abdomen" sebaiknya paling sedikit < jam. Selama dialisat berada dalam abdomen"
pasien selalu dalam kondisi didialisis. Eleh karena itu" pembuangan !aste product dan air
berlangsung secara gradual dan kontinu. Proses ini hampir mendekati fungsi ekskresi dari
ginjal normal.
0. K$,(likasi )a! P%!a!a!a!!1a
Komplikasi yang berhubungan dengan #@P secara umum dapat dibagimenjadi ;
kategori yaitu mekanik" medis" dan infeksi. Komplikasi mekanik terdiri dari aspek tehnik
sistem dialisat. Komplikasi yang berhubungan dengan kateter dapat terjadi. -isalnya nyeri
pada e(it site yang disebabkan karena gerakan yang berlebiha dari kateter karen perlekatan
yang tidak adekuat pada dinding abdomen. ?al ini juga dapat mengakibatkan kebocoran
cairan dialisat di sekitar e(it site dan memungkinkan terjadinya infeksi di jaringan sekitarnya.
.yeri intra abdomen juga dapat disebabkan karena instilasi cairan dialisat yang terlalu
cepat sehingga menyebabkan *et e''ect. Komplikasi mekanik lainnya meliputi sumbatan atau
tertekuknya kateter. ?al ini dapat diperbaiki dengan melakukan revisi atau repair dari kateter.
Komplikasi medis dapat berupa gatal" gangguan elektrolit" malnutrisi" edema akibat
kelebihan cairan" dehidrasi" konstipasi" fibrosis peritoneal" perdarahan" dan efusi pleura
akibat kebocoran cairan dialisat melalui diafragma. 3eberapa penyakit juga dapat menyertai
#@P seperti gagal jantung kongestif akibat kelebihan cairan. 3ila pasien mengalami
kelebihan cairan yang ditandai dengan edema" sesak" dan peningkatan berat badan serta
tekanan darah maka perlu pembatasan jumlah cairan dengan mengurangi minum" dan
menggunakan cairan dialisat berkonsentrasi lebih tinggi. Sebaliknya bila terjadi dehidrasi"
pasien perlu edukasi untuk banyak minum dan hindari penggunaan cairan dialisat dengan
konsentrasi tinggi. Peningkatan kadar glukosa akibat kandungan dekstrose dari cairan dialisat
juga dapat mencetuskan diabetes mellitus. alam hal ini diperlukan insulin untuk regulasi
gula darah pada pasien diabetes. Konstipasi yang terjadi pada pasien #@P umumnya
disebabkan karena obat pengikat fosfat. alam hal ini pasien perlu diatur dietnya agar lebih
banyak makan makanan berserat dan bila perlu dapat diberikan laksatif.<")& ?ernia juga
dapat terjadi pada pasien #@P karena peningkatan tekanan intra abdomen yang disebabkan
karena adanya cairan dialisat. 3enjolan dapat muncul pada lipat paha atau pada tempat bekas
insisi abdomen. 3atuk juga dapat meningkatkan risiko timbulnya hernia. Eleh karena itu
anestesi umum pada /aktu operasi pemasangan kateter sebaiknya dihindari untuk mencegah
batuk yang muncul post operatif yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia di tempat
dimana kateter keluar dari peritoneum.
3ila timbul hernia" maka harus dilakukan repair secara bedah dan #@P dapat
dilanjutkan setelah repair tetapi volume dialisat dikurangi sampai terjadi penyembuhan luka
yang sempurna. Komplikasi infeksi dapat berupa infeksi pada e(it site dan tunnel serta
peritonitis. Kedua jenis infeksi ini merupakan komplikasi #@P yang cukup sering terjadi.
,nfeksi e(it site dan tunnel ditandai dengan kemerahan" indurasi" dan mungkin adanya cairan
purulen di sekitar e(it site. Pada umumnya infeksi pada e(it site dan tunnel disebabkan oleh
Staphilococcus aureus. Pilihan terapinya meliputi topikal dan antibiotik sistemik" pera/atan
topikal yang dapat dilakukan dengan povidon iodin" dan revisi tunel. 3ila terapi tersebut
gagal maka kateter harus dilepas dan dipasang kembali (revisi!. Peritonitis merupakan
penyebab utama kegagalan #@P. -eskipun insiden dari komplikasi ini sangat bervariasi"
namun angka kejadiannya meningkat pada pasien diabetes dan usia tua. Risiko komplikasi
ini juga dipengaruhi ras pasien" pendapatan" dan tingkat pendidikan pasien.< Gejala
peritonitis ini pada a/alnya dapat ringan tetapi jika diabaikan dapat menjadi sangat berat.
Pasien mengeluh nyeri atau rasa tidak nyaman pada daerah abdomen" mual" muntah" atau
diare bisa disertai dengan demam atau tidak" sedangkan cairan yang keluar dari rongga
peritoneum biasanya keruh.= Peritonitis karena #@P ini biasanya disebabkan oleh kokus
gram positif yang berasal dari flora normal kulit pasien. $etapi bila terjadi infeksi peritoneal
yang berat biasanya disebabkan karena perforasi organ visera yang akan mengakibatkan
infeksi polimikrobial meliputi bakteri anaerobik dan aerobik gram negatif. Peritonitis karena
infeksi bakteri anaerobik tanpa perforasi usus jarang terjadi. ,nfeksi karena jamur juga jarang
terjadi" namun bila ada biasanya disebabkan oleh kandida" dapat juga disebabkan 1usarium"
@spergillus" atau rechslera. $erapi empirik harus berdasarkan hasil pulasan Gram dari
cairan dialisat peritoneal atau dari kultur dan tes sensitifitas. $etapi bila tidak memungkinkan
dilakukan pemeriksaan tersebut" terapi inisial harus berupa antibiotika yang dapat mencakup
bakteri gram positif dan negatif.
2. I!)ikasi CAPD
a! pasien yang tidak mampu atau yang tidak mau menjalani hemodialisa
b! Pasien yang rentan terhadap perubahan cairan" elektrolit dan metabolic yang
cepat (hemodinamik yang tidak stabil!
c! Penyakit ginjal stadium terminal yang terjdai akibat penyakit diabetes
d! Pas i en yang ber i s i ko mengal ami ef ek s ampi ng pember i an heparin secara
sistemik
e! Pasien dengan akses vascular yang jelek (lansia!
f! @danya penyakit #I yang berat
g! isamping itu" hipertensi berat" gagal jantung kongestif dan edema pulmonary
yang tidak responsive terhadap terapi dapat juga diatasi dengan dialysis peritoneal.
3. K$!-#ai!)ikasi CAPD
a! Ri/ayat pembedahan abdominal sebelumnya (kolostomi" ileus" nefrostomi!
b! @dhesi abdominal
c! .yeri punggung kronis yang terjadi rekuren disertai ri/ayat kelainan pada discus
intervertebalis yang dapat diperburuk dengan adanya tekanan cairan dialis dalam
abdomen yang kontinyu
d! Pasien dengan imunosupresi
4. T5" 5a! CAPD
$er api #@P i ni adal ah unt uk mengel uar kan :at 0 :at t oks i k s er t a
l i mbah met abol i k" mengembal i kan kes ei mbangan cairan yang normal
dengan mengeluarkan cairan yang berlebihan dan memulihkan keseimbangan
elektrolit.
I. DIAGNOSA KEPERA6ATAN
iagnosa kepera/atan yang muncul pada pasien #K adalah+
). Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
&. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder+
volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi .a dan ?&E.
;. Perubahan nutrisi+ kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia" mual"
muntah.
<. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder" kompensasi melalui
alkalosis respiratorik.
(. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai E& ke jaringan menurun.
=. ,ntoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat"
keletihan.
J. INTER7ENSI
). Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
$ujuan+
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil+ mempertahankan curah
jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal" nadi
perifer kuat dan sama dengan /aktu pengisian kapiler
,ntervensi+
a. @uskultasi bunyi jantung dan paru
R+ @danya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R+ ?ipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron0renin0angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal!
c. Selidiki keluhan nyeri dada" perhatikanlokasi" rediasi" beratnya (skala '0)'!
R+ ?$ dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas" respon terhadap aktivitas
R+ Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
&. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder+
volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi .a dan ?&E!
$ujuan+
-empertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil+ tidak ada
edema" keseimbangan antara input dan output.
,ntervensi+
a. Kaji status cairan dengan menimbang 33 perhari" keseimbangan masukan dan
haluaran" turgor kulit tanda0tanda vital
b. 3atasi masukan cairan
R+ Pembatasan cairan akn menentukan 33 ideal" haluaran urin" dan respon terhadap
terapi
c. Kelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R+ Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d. @njurkan pasien 6 ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan
dan haluaran
R+ 7ntuk mengetahui keseimbangan input dan output
;. Perubahan nutrisi+ kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia" mual" muntah
$ujuan+
-empertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil+ menunjukan 33
stabil.
,ntervensi+
a. @/asi konsumsi makanan6cairan
R+ -engidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R+ Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c. 3erikan makanan sedikit tapi sering
R+ Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. $ingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R+ -emberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. 3erikan pera/atan mulut sering
R+ -enurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut
yang dapat mempengaruhi masukan makanan
<. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder+ kompensasi melalui
alkalosis respiratorik
$ujuan+
Pola nafas kembali normal6stabil
,ntervensi+
a. @uskultasi bunyi nafas" catat adanya crakles
R+ -enyatakan adanya pengumpulan sekret
b. @jarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R+ -embersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran E&
c. @tur posisi senyaman mungkin
R+ -encegah terjadinya sesak nafas
d. 3atasi untuk beraktivitas
R+ -engurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
(. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
$ujuan+
,ntegritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil+
-empertahankan kulit utuh
-enunjukan perilaku 6 teknik untuk mencegah kerusakan kulit
,ntervensi+
a. ,nspeksi kulit terhadap perubahan /arna" turgor" vaskuler" perhatikan kadanya
kemerahan
R+ -enandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus 6 infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R+ -endeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi
dan integritas jaringan
c. ,nspeksi area tergantung terhadap udem
R+ Karingan udem lebih cenderung rusak 6 robek
d. 7bah posisi sesering mungkin
R+ -enurunkan tekanan pada udem " jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan
iskemia
e. 3erikan pera/atan kulit
R+ -engurangi pengeringan " robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R+ -enurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. @njurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan
tekanan pada area pruritis
R+ -enghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h. @njurkan memakai pakaian katun longgar
R+ -encegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
=. ,ntoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat"
keletihan
$ujuan+
Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
,ntervensi+
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. @njurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA
3raun/ald E" 1auci @S" Kasper 8" et al. Principles of internal medicine. )(
th
edition. ,ndia.
&'';.
#larke -. 1resenius fundamentals in peritoneal dialysis. Po/er point presentation. ,ndonesia+
1resenius medical care. Kuni &''< ?ttp+66///.diabetic.com6education6 pubs6esrd6capd.gif
eIore IS. #ontinuous ambulatory peritoneal dialysis (#@P! and its complication. 7S
pharmacist+ &''=. ?ttp+66///.renalresource.com6booklets6intropd.php
Pemasangan kateter peritoneal dialisa. ,ndonesia+ 1resenius medical care.
Prosedur0prosedur untuk pasien #@P6P-3. ,ndonesia+ 1resenius medical care.
?ttp+66///.kidneydoc.co.:a6capd.html
Sciner RA. iseases of the kidney and urinary tract. Iolume three. Seventh edition. 7S@+
8ippincott /illiams % /ilkins. &'').
Sciner RA. -anual of nephrology. SiGth edition. 7S@+ 8ippincott /illiams % /ilkins. &''(
$rouble shooting on peritoneal dialysis. ,ndonesia+ 1resenius medical care.
$simoyiannis E#" Siakas P" Glant:ounis G et al. $echniLue of insertion of peritoneal dialysis
catheter in 8aparoscopic placement of the $enckhoff catheter for peritoneal dialysis. Surg
8aparosc Endosc Percutan $ech+ &)40&). &'''
?ttp+66A//.Kevuska.#om6&')&6)'6&96Gagal0Ginjal0Kronik0@tau0#kd6 . i unggah pada tanggal
& @gustus &')< " Kam )=.;' A,3

Anda mungkin juga menyukai