Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPERAWATAN GAWATDARURAT II

ASKEP GADAR DAN TEORI ACUTE DIGESTIVE BLEEDING


Dosen : Arif Adi Setiawan, S. Kep, Ns










Disusun Oleh:
Nama : Miftihayatun Nasihah Ummu Fitriani
Kelas : B/KP/VII
NIM : 04.11.2851


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2014





ASKEP GADAR DAN TEORI ACUTE DIGETIVE BLEEDING
UPPER GASTROINTESTINAL BLEEDING

A. DEFINISI
Perdarahan saluran cerna yaitu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di
sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa
ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala bisa juga
tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Saluran
perncernaan dibagi menjadi 2 yaitu, perdarahan saluran cerna bagian atas dan
saluran cerna bagian bawah. Saluran cerna bagian atas ( upper GI ) meliputi : mulut,
faring, esophagus dan lambung. Sedangkan saluran cerna bagian bawah ( lower GI)
meliputi : usus halus dan usus besar sampai anus.
Perdarahan saluran cerna bagian atas didefinisikan sebagai perdarahan yang
terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Sebagian
besar perdarahan saluran cerna bagian atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus
peptikum (PUD, peptic ulcer disease) yang disebabkan oleh H. Pylori, penggunaan
obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), alkohol. Robekan Mallory-Weiss,
varises esofagus, dan gastritis merupakan penyebab perdarahan saluran cerna bagian
atas yang jarang. (Dubey, S., 2008).
B. ETIOLOGI
PSCA secara umum dibagi menjadi dua, yaitu PSCA karena rupture varices
dan PSCA bukan karena varices. Pada PSCA karena varices, patofisiologi yang
mendasari adalah meningkatnya tekanan vena porta yang mengakibatkan vena-vena
esophagus, lambung melebar dan juga menyebabkan gastropati. Sedangkan PSCA
yang non varices, melibatkan perdarahan arteriel seperti ulkus dan rupture mukosa
yang dalam, atau perdarahan vena tekanan rendah seperti pada teleangiectasi dan
angioectasis.
Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama dapat menentukan
kira-kira lokasi PSCA. Riwayat penyakit hati kronis/alkohol bisa memperkirakan
perdarahan berasal dari gastropati hipertensi portal atau pecahnya varices
esophagus. Riwayat pemakaian obat antiinflamasi non steroid/obat-obat anti
rematik/penghilang nyeri yang berkaitan dengan cyclooxygenase-1 yang
menurunkan ketahanan mukosa terhadap asam lambung, bisa menuntun kita ke arah
ulkus lambung.
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas pada
buku The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., et al., 2008):
1. Duodenal ulcer (20 30 %)
2. Gastric atau duodenal erosions (20 30 %)
3. Varices (15 20 %)
4. Gastric ulcer (10 20 %)
5. Mallory Weiss tear (5 10 %)
6. Erosive esophagitis (5 10 %)
7. Angioma (5 10 %)
8. Arteriovenous malformation (< 5 %)
9. Gastrointestinal stromal tumors
Penyebab umum perdarahan saluran pencernaan bagian atas adalah :
1. Esofageal
a. Varises
b. Inflamasi
c. ulkus
2. Gaster
a. Ulkus
b. Gastritis
3. Usus halus : ulkus peptikum
Faktor risiko untuk UGIB
Populasi yang menua dengan kondisi terkait dan prognosis yang lebih buruk telah
membantu mempertahankan angka kematian konstan meskipun kemajuan dalam
pengobatan. Kematian adalah sekitar 7% pada pasien yang dirawat karena
pendarahan tetapi beberapa tiga kali lebih tinggi di antara mereka berkembang
UGIB sementara di rumah sakit.
[
3
]
Penyakit Ulkus peptikum adalah penyebab
paling umum dari UGIB. Faktor risiko untuk penyakit ulkus peptikum adalah:
Penyalahgunaan alkohol .
Gagal ginjal kronis .
Non-steroid anti-inflamasi (NSAID) digunakan.
Umur
Kelas sosial-ekonomi yang rendah.
Meskipun ulkus duodenum lebih umum daripada ulkus lambung, keduanya
memberikan kontribusi hampir sama dengan kejadian UGIB. Setelah awal berdarah
faktor risiko terjadinya pendarahan kembali, dengan terkait kematian yang lebih
tinggi, yaitu:
Usia lebih dari 60.
Kehadiran tanda-tanda syok saat masuk.
Koagulopati.
Pulsatile perdarahan.
Penyakit kardiovaskuler



C. MANIFESTASI KLINIS
Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering mengalami
perdarahan. Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber
perdarahannya berasal dari esofagus,gaster dan duodenum.
Manifestasi klinis pasien dapat berupa :
a. Hematemesis : Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan
saluran cerna atas, yang berwarna coklat merah atau coffee ground.
b. Melena : Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran
bercampur asam lambung, biasanya mengindikasikan perdarahan saluran
cerna bagian atas, atau perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bagian
kanan dapat juga menjadi sumber lainnya.
c. Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah anemia, sinkope,
instabilitas hemodinamikkarena hipovolemik dan gambaran klinis dari
komorbid seperti penyakit hati kronis,penyakit paru, penyakit jantung,
penyakit ginjal.
d. Denyut nadi yang cepat, TD rendah
e. Akral teraba dingin dan basah
f. Nyeri perut
g. Nafsu makan menurun
h. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya
anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.
D. PATOFISIOLOGIS
Penyebab terjadinya hematemesis melena salah satunya yaitu aspirin,
OAINS, stres, kortikosteroid, rokok, asam lambung, infeksi H.Pylori dapat
mengakibatkan erosi pada mukosa lambung sampai mencapai mukosa muskularis
disertai dengan kerusakan kemampuan mukosa untuk mensekresi mukus sebagai
pelindung. Hal ini akan menimbulkan peradangan pada sel yang akan menjadi
granulasi dan akhirnya menjadi ulkus, dan dapat mengakibatkan hemoragi
gastrointestinal.
Penyebab hematemesis melena yang lainnya adalah alkohol dan hipertensi
portal berat dan berkepanjangan yang dapat menimbulkan saluran kolateral bypass :
melalui vena koronaria lambung ke dalam vena esofagus subepitelial dan
submukosal dan akan menjadi varises pada vena esofagus. Vena-vena yang melebar
dan berkeluk-keluk terutama terlatak di submukosa esofagus distal dan lambung
proksimal, disertai penonjolan tidak teratur mukosa diatasnya ke dalam lumen.
Dapat mengalami ulserasi superficial yang menimbulkan radang, beku darah yang
melekat dan kemungkinan ruptur, mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.
Gagal hepar sirosis kronik, kematian sel dalam hepar termasuk penyebab
hematemesis melena yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta.
Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral pada dinding abdominal anterior.
Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi
mengembang oleh darah dan membesar. Pembuluh yang berdilatasi ini disebut
varises dan dapat pecah, mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.
Hemoragi gastrointestinal dapat menimbulkan hematemesis melena.
Hematemesis biasanya bersumber di atas ligamen Treitz (pada jungsi denojejunal).
Dari hematemesis akan timbul muntah darah. Muntah dapat berwarna merah terang
atau seperti kopi, tergantung dari jumlah kandungan lambung pada saat perdarahan
dan lamanya darah telah berhubungan dengan sekresi lambung. Asam lambung
mengubah hemoglobin merah terang menjadi hematin coklat dan menerangkan
tentang warna seperti kopi drainase yang dikeluarkan. Cairan lambung yang
berwarna merah marun atau merah terang diakibatkan dari perdarahan hebat dan
sedikit kontak dengan asam lambung. Sedangkan melena terjadi apabila darah
terakumulasi dalam lambung dan akhirnya memasuki traktus intestinal. Feses akan
seperti ter. Feses ter dapat dikeluarkan bila sedikitnya 60 ml darah telah memasuki
traktus intestinal.
E. KOMPLIKASI
a. Syok hipovolemik yang disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan
penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma
dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan
dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah,
yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan
13
:
a. Elektrokardiagram (terutama pasien berusia > 40 tahun)
b. BUN, kreatinin serum
c. Elektrolit (Na, K, Cl)
d. Pemeriksaan lainnya :
1) Endoskopi
Dalam prosedur diagnosis ini pemeriksaan endoskopi merupakan gold
standard. Tindakan endoskopi selain untuk diagnostik dapat dipakai pula untuk terapi.
Prosedur ini tidak perlu dilakukan segera( bukan prosedur emergensi), dapat dilakukan
dalam kurun waktu 12 - 24 jam setelah pasien masuk dan keadaan hemodinamik stabil.
Tidak ada keuntungan yang nyata bila endoskopi dilakukan dalam keadaan darurat.
Dengan pemeriksaan endoskopi ini lebih dari 95% pasien-pasien dengan hemetemesis,
melena atau hematemesis melena dapat ditentukan lokasi perdarahan dan penyebab
perdarahannya.
Lokasi dan sumber perdarahan
1. Esofagus : Varises, erosi, ulkus, tumor
2. Gaster : Erosi, ulkus, tumor, polip, angiodisplasia, varises, gastropati kongestif
3. Duodenum : Ulkus, erosi, tumor, divertikulitis
2) Angiography
Angiography dapat digunakan untuk mendiagnosa dan menatalaksana
perdarahanberat, khususnya ketika penyebab perdarahan tidak dapat ditentukan
dengan menggunakan endoskopi atas maupun bawah.
3) Conventional radiographic imaging
Conventional radiographic imaging biasanya tidak terlalu dibutuhkan pada
pasien dengan perdarahan saluran cerna tetapi adakalanya dapat memberikan
beberapa informasi penting. Misalnya pada CT scan; CT Scan dapat
mengidentifikasi adanya lesi massa, seperti tumor intra-abdominal ataupun
abnormalitas pada usus yang mungkin dapat menjadi sumber perdarahan.
Tabel 2.Perbedaan perdarahan SCBA dan SCBB
Perdarahan SCBA Perdarahan SCBB
Manifestasi klinik pada umumnya Hematemesis dan atau melena Hematokezia
Aspirasi nasogatrik Berdarah Jernih
Rasio (BUN/kreatinin) Meningkat > 35 < 35
Auskultasi Usus hiperaktif Normal

G. PENATALAKSANAAN
Manajemen Awal Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (ORDER)
(Konsensu PGI, 2003)
a. Oksigenasi
b. Restore Circulating Volume
c. Drug Therapy
d. Evaluate Response to Therapy
e. Remedy Underlying Cause
Penatalaksanaan perdarahan saluran cerna bagian atas dapat dibagi atas:
1. Penatalaksanaan umum atau suportif
Penatalaksanaan ini memperbaiki keadaan umum dan tanda vital. Yang paling
penting pada pasien perdarahan SCBA adalah memberikan resusitasi pada waktu
pertama kali datang ke rumah sakit. Harus secepatnya memasang infus untuk
pemberian cairan kristaloid (seperti NaCL 0.9% dan lainnya) ataupun koloid
(plasma expander) sambil menunggu darah dengan/tanpa komponen darah lainnya
bila diperlukan. Selang nasogastrik perlu dipasang untuk memonitor apakah
perdarahan memang berasal dari SCBA dan apakah masih aktif berdarah atau tidak
dengan melakukan bilasan lambung tiap 6 jam sampai jernih.
Pasien harus diperiksa darah perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit dan
trombosit) tiap 6 jam untuk memonitor aktifitas perdarahan. Sebaiknya bila
dicurigai adanya kelainan pembekuan darah seperti Disseminated Intravascular
Coagullation (DIC) dan lainnya, harus dilakukan pemeriksaan pembekuan darah
seperti masa perdarahan, masa pembekuan, masa protrombin, APTT, masa trombin,
Burr Cell, D dimmer dan lainnya. Bila terdapat kelainan pembekuan darah harus
diobati sesuai kelainannya. Pada penderita dengan hipertensi portal dimana
perdarahan disebabkan pecahnya varises esofagus dapat diberikan obat somatostatin
atau oktreotide. Pada perdarahan non varises yang masif, dapat juga diberikan
somatostatin atau oktroetide tetapi jangka pendek 1-2 hari saja. Pada prinsipnya,
urutan penatalaksanaan perdarahan SCBA dapat mengikuti anjuran algoritme
penatalaksanaan dari Konsensus Nasional Indonesia atau Palmer atau
Triadapafilopoulos.Selain pengobatan pada pasien perdarahan perlu diperhatikan
pemberian nutrisi yang optimal sesegera mungkin bila pasien sudah tidak perlu
dipuasakan lagi , dan mengobati kelainan kejiwaan/psikis bila ada dan memberikan
edukasi mengenai penyakit pada pasien dan keluarga misal memberi tahu mengenai
penyebab perdarahan dan bagaimana cara-cara pencegahaan agar tidak mengalami
perdarahan lagi.
2. Penatalaksanaan khusus
Penatalaksanaan khusus merupakan penatalaksanaan hemostatik perendoskopik atau
terapi embolisasi arteri. Terapi hemostatik perendoskopik yang diberikan pada
pecah varises esofagus yaitu tindakan skleroterapi varises perendoskopik (STE) dan
ligasi varises perendoskopik (LVE). Pada perdarahan karena kelainan non varises,
dilakukan suntikan adrenalin di sekitar tukak atau lesi dan dapat dilanjutkan dengan
suntikan etoksi-sklerol atau obat fibrinogen-trombin atau dilakukan terapi koagulasi
listrik atau koagulasi dengan heat probe atau terapi laser, atau koagulasi dengan
bipolar probe atau yang paling baik yaitu hemostatik dengan terapi metal clip.
Bila pengobatan konservatif, hemostatik endoskopik gagal atau kelainan berasal
dari usus halus dimana skop tak dapat masuk dapat dilakukan terapi embolisasi
arteri yang memperdarahi daerah ulkus. Terapi ini dilakukan oleh dokter spesialis
radiologi intervensional.

3. Usaha menghilangkan faktor agresif
Usaha yang diperlukan untuk menghilangkan faktor agresif pada perdarahan SCBA
karena kelainan non varises antara lain :
a. Memperbaiki/menghindari faktor predisposisi atau risiko seperti gizi, stres,
lingkungan, sosioekonomi
b. Menghindari/menghentikan paparan bahan atau zat yang agresif seperti asam,
cuka, OAINS, rokok, kortikosteroid dan lainnya
c. Memberikan obat yang dapat mengurangi asam lambung seperti antasida,
antimuskarinik, penghambat reseptor H2 (H2RA), penghambat pompa proton (PPI).
PPI diberikan per injeksi bolus intra vena 2-3 kali 40 mg/hari atau bolus intra vena
80 mg dilanjutkan kontinu infus drip 8 mg/jam selama 12 jam kemudian intra vena
4 mg/jam sampai 5 hari atau sampai perdarahan berhenti lalu diganti oral 1-2 bulan.
Alasan mengapa PPI diindikasikan pada perdarahan non varises, karena PPI dapat
menaikkan pH diatas 6 sehingga menyebabkan bekuan darah yang terbentuk tetap
stabil, tidak lisis
d. Memberikan obat eradikasi kuman Helicobacter pylori dapat berupa terapi tripel
dan terapi kuadrupel selama 1- 2 minggu :
Terapi tripel :
1. PPI + amoksisilin + klaritromisin
2. PPI + metronidazol + klaritromisin
3. PPI + metronidazol + tetrasiklin
Terapi kuadrupel, bila tripel gagal :
1. Bismuth + PPI + amoksisilin + klaritromisin
2. Bismuth + PPI + metronidazol + klaritromisin
3. Bismuth + PPI + tetrasiklin + metronidazole (untuk daerah resistensi tinggi
klaritromisin)

4. Usaha meningkatkan faktor defensif
Usaha ini dilakukan dengan memberikan obat-0bat yang meningkatkan faktor
defensif selama 4 8 minggu antara lain :
a. Sukralfat 3 kali 500-1000 mg per hari
b. Cetraxate 4 kali 200 mg per hari
c. Bismuth subsitrat 2 kali 2 tablet per hari
d. Prostaglandin eksogen 2-3 kali 1 tablet per hari
e. Tephrenone 3 kali 50 mg per hari
f. Rebamipide 3 kali 100 mg per hari
5. Penatalaksanaan bedah/operatif
Penatalaksanaan bedah/operatif merupakan penatalaksanaan yang cukup penting
bila penatalaksanaan konservatif dan khusus gagal atau memang sudah ada
komplikasi yang merupakan indikasi pembedahan. Biasanya pembedahan dilakukan
bila pasien masuk dalam :
a. Keadaan gawat I sampai II
b. Komplikasi stenosis pilorus-duodenum, perforasi, tukak duodenum refrakter
Yang dimaksud dengan gawat I adalah bila perdarahan SCBA dalam 8 jam pertama
membutuhkan darah untuk transfusi sebanyak 2 liter, sedangkan gawat II adalah
bila dalam 24 jam pertama setelah gawat I pasien masih membutuhkan darah untuk
transfusi sebanyak 2 liter.
H. KONSEP ASKEP ADB
1. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin (bisa laki-laki
maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, dan
Diagnosa medis
b. Keluhan utama
biasanya keluhan utama kx adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara
tiba-tiba.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama kx adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-
tiba .
2. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya kx mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatitis, hepatoma,
ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal :
DM), riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya
hidup / kebiasaan makan).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan yang
dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi anggota
keluarga yang lain
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat ulserogenik
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah, kembung, dan
nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus daam bentuk makanan yang lunak yang
mudah dicerna
3. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein (hydroprotein) yang
dapat menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan
kelelahan, sehingga aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus
berhenti bekerja
4. Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda BAB terjadi
konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi
pekat. Sedangkan pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
5. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut
membesar karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.
6. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam menjalankan
perannya seperti semula.
7. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan estrogen, bila
terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila
terjadi pada wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi
aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien sebagai pasangan suami dan istri.
8. Pola penaggulangan stres
Biasanya kx dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi masalahnya namun
sebaliknya bagi kx yang tidak bagus kopingnya maka kx dapat destruktif lingkungan
sekitarnya.
9. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak seimbangan nutrisi
akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna, mual, muntah,
kembung.
2. Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia,
ascites.
3. Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan
gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S
3
, S
4
).
4. Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.
5. Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat tak
jelas.
6. Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites), penurunan / tak
adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.
Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut, penggantian cepat
volume dengan cairan kristaloid.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas angkut oksigen
dan faktor-faktor resiko aspirasi.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena
4) Ansietas berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun
kerusakan bentuk tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial atau ketidakmampuan
yang permanen.
Intervensi :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut, penggantian cepat
volume dengan cairan kristaloid.
Tujuan : Pasien akan tetap stabil secara hemodinamik
Intervensi :
Pantau vs setiap jam
Pantau nilai-nilai hemodinamik
Ukur output urine tiap jam
Ukur I dan O dan kaji keseimbangan
Berikan cairan pengganti dan produk darah sesuai instruksi. Pantau adanya reaksi yang
merugikan terhadap komponen terapi.
Tirang baring total, baringkan pasien terlentang dg kaki ditinggikan untuk
meningkatkan preload jika pasien mengalami hipotensi. Jika terjadi normotensi
tempatkan tinggi bagian kepala tempat tidur pada 45 derajat untuk mencegah aspirasi isi
lambung.
Pantau Hb dan Ht
Pantau elektrolit
Periksa feses terhadap darah untuk 72 jam setelah masa akut.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas angkut oksigen
dan faktor-faktor resiko aspirasi.
Tujuan : Pasien akan mempertahankan oksigenasi dan pertukran gas yang adekuat
Intervensi :
Pantau SaO2 dengan menggunakan oksimetri atau ABGs
Pantau bunyi nafas dan gejala-gejala pulmoner
Gunakan suplemen O2 sesuai instruksi
Pantau suhu tubuh
Pantau adanya distensi abdomen
Baringkan pasien pada bagian kepala tempat tidur yang ditinggikan jika segalanya
memungkinkan
Pertahankan fungsi dan patensi NGT dengan tepat
Atasi segera mual
Pertahankan kestabilan selang intravena.
Ukur suhu tubuh setiap jam
Pantau sistem intravena terhadap patensi, infiltrasi, dan tanda-tanda infeksi
Ganti letak intravena setiap 48-72 jam dan jika perlu
Ganti larutan intravena sedikitnya tiap 24 jam
Letak insersi setiap shift
Gunakan tehnik aseptik saat mengganti balutan dan selang. Pertahankan balutan bersih
dan steril
Ukur sel darah putih
I. DAFTAR PUSTAKA
http://www.patient.co.uk/doctor/upper-gastrointestinal-bleeding-includes-rockall-
score
http://www.healthgrades.com/symptoms/gastrointestinal-bleeding
http://www.docstoc.com/docs/71720140/PERDARAHAN-SALURAN-CERNA-
(Arief-Darmawan)





J. MIND MAP



NSAIAD, alcohol,
H. Phylori kafein
Inflamasi
hepar
Menghancurkan
mukosa lambung
Penurunan fungsi
bikarbonat
Melekat di mukosa
lambung
perdarahan
Penurunan barier lambung
terhadap asa dan pepsin
Proses regenarasi sel
hepar terganggu
asites
Erosi ukosa lambung
Ruang paru
menyempit
TD meningkat Varises esofagus
Hipertention
portal
Diafragma
tertekan
Pembuluh
darah pecah
Gangguan pola nafas
Gangguan rasa nyaman nyeri
Melena, hematemesis, sakit perut
sesak
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
ansietas
Resiko syok
Penurunan
curah jantung
Deficit volume
cairan
Perfusi
jaringan tidak
efektif
Manajemen Awal Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (ORDER) (Konsensu PGI, 2003)
Oksigenasi, Restore Circulating Volume (resusitasi cairan), Drug Therapy, Evaluate Response
to Therapy, Remedy Underlying Cause

Anda mungkin juga menyukai