Anda di halaman 1dari 2

Statuta Roma

Pemerintah masih belum meratifikasi beberapa instrumen hak asasi manusia


internasional yang penting. Pemerintah dinilai masih berutang ratifikasi,
seperti yang menjadi komitmen pemerintah dalam Rencana Aksi Nasional
HAM tahun 2004-2009. Sejumlah ratifikasi yang belum dilakukan adalah
Statuta Roma akan Pengadilan Pidana Internasional (seharusnya diratifikasi
tahun 2008), Konvensi Perlindungan Hak Pekerja Migran dan Anggota
Keluarganya (seharusnya diratifikasi 2005),
Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida (seharusnya
diratifikasi 2007), Protokol Opsional Konvensi Anti Penyiksaan (seharusnya
diratifikasi 2008), dan Protokol Opsional Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (seharusnya diratifikasi 2005).
Hal ini tertuang dalam evaluasi penegakan HAM dan catatan peringatan 60
tahun Deklarasi Universal HAM yang dirilis Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (Kontras) di Jakarta, Rabu (10/12).Koordinator
Kontras Usman Hamid menyatakan, tahun 2008 adalah tahun terakhir bagi
pimpinan Indonesia yang terpilih dalam Pemilu 2004 untuk menuntaskan
pelanggaran HAM masa lalu, yang masih menggantung. Tahun 2009
dipastikan tak sempat lagi karena dipastikan politisi dan pemerintah akan
berkonsentrasi pada pemilu.Masih dimungkinkan adanya langkah
penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu. Tetapi, kesan yang timbul,
semua itu tidak lepas dari upaya membentuk citra politik. Apalagi,
menjelang Pemilu 2009, kata Usman.
Secara terpisah, Rabu, Pejabat Sementara Direktur Eksekutif Lembaga Studi
dan Advokasi HAM (Elsam) Asmara Nababan menyatakan, Elsam
merekomendasikan DPR dan pemerintah harus mengambil langkah sesegera
mungkin untuk melakukan harmonisasi seluruh UU dengan UU hasil ratifikasi
tentang Konvensi Hak Sipil dan Politik serta Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya. Jika pemerintah dan DPR tidak melakukannya, seluruh kebijakan
dalam bidang HAM hanya menjadi diplomasi semata.Penjelasan ini meralat
berita Kompas, Rabu lalu, yang menyatakan perlunya ratifikasi Konvensi
Sipol dan Ekosob.Secara terpisah, Ketua Badan Pengurus Setara Institute
Hendardi menagih komitmen Presiden Yudhoyono dalam penegakan HAM.
Masih berlakunya impunitas bagi pelaku pelanggaran HAM, dan tidak
berfungsinya institusi negara dalam penegakan HAM, harus menjadi
perhatian serius Presiden.
Koordinator Human Rights Working Group Rafendi Djamin mendesak
pemerintah untuk mempersiapkan berbagai infrastruktur implementasi
konvensi pokok dan kovenan utama HAM. DPR juga harus menjamin agar
penyusunan regulasi di daerah tidak melanggar norma HAM.Sedangkan
Direktur Program Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat Ricky Gunawan
menyesalkan dijadikannya pelanggaran HAM sebagai komoditas politik oleh
DPR dan pemerintah.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC)
Didirikan berdasarkan Statuta Roma tanggal 17 Juli 1998, ketika 120 negara
berpartisipasi dalam United Nations Diplomatic Conference on
Plenipotentiaries on the Establishment of an International Criminal Court
telah mensahkan Statuta Roma tersebut.
Peratifikasian Statuta Roma sangat diperlukan oleh Indonesia, apalagi ketika
kita melihat contoh-contoh kasus pelanggaran HAM yang berat yang terjadi
di Indonesia dan berakhir dengan kegagalan pengadilan untuk menemukan
dan menghukum "The most responsible person".Dengan meratifikasi ICC
berarti Indonesia terikat dengan komitmen yang kuat untuk memberikan
perlindungan HAM bagi warganegaranya, dan terikat untuk melaksanakan
kewajiban untuk menghukum pelaku pelanggaran HAM yang berat secara
serius agar tidak dinilai sebagai negara yang 'unwilling'.

Anda mungkin juga menyukai