C
1 Gas C1 C5 0 50
2 Bensin (gasoline) C6 C11 50 85
3 Kerosin C12 C20 85 105
4 Solar C21 C30 105 135
5 Minyak Berat C31 C40 135 300
6 Residu > C40 > 300
2. Konversi (cracking)
konversi adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar
menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Terdapat tiga cara untuk
proses konversi antara lain sebagai berikut :
a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan
yang rendah.
b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang
digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik
melalui mekanisme perengkahan ion karbonium.
c. Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk
menghasilkan senyawa yang jenuh.
3. Alkilasi
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul yang
lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam kuat
seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis).
4. Proses Pengolahan (treatment).
treatment Proses ini dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk
diolah lebih lanjut, juga untuk diolah menjadi produk akhir.
5. Formulasi dan Pencampuran (Blending)
Blending yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan
aditif untuk mendapatkan produk akhir dengan spesikasi tertentu.
6. Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses penghilangan
air asin (sour-water stripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery),
proses pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-
proses pendukung lainnya.
B. Macam-macam Bahan Bakar Minyak
1. Bensin
Bensin adalah hidrokarbon yang dibentuk oleh C
7
H
16
dan C
8
H
18
yang
mempunyai kemampuan untuk menguap pada suhu rendah. Bensin juga dikenal
dengan sebutan gasoline/petrol, yang efisien digunakan pada mesin dengan pengapian
busi dan juga dapat digunkan pada mesin kompressi tinggi pada kondisi biasa. Bensin
pada dasarnya adalah persenyawaan jenuh dari hidro karbon, dan merupakan
komposisi isooctane dengan normal-heptana.Serta senyawa molekulnya tergolong
dalam kelompok senyawa hidrokarbon alkana. Kualitas bensin dinyatakan dengan
angka oktan, atau octane number.
Angka octan adalah prosentase volume isooctane di dalam campuran antara
isooctane dengan normal heptana yang menghasilkan intensitas knocking atau daya
ketokan dalam proses pembakaran ledakan dari bahan bakar yang sama dengan bensin
yang bersangkutan. Bensin yang ada di pasaran di kenal ada tiga kelompok : (1)
Regulargrade, (2) Premiumgrade, dan (3) Third-grade Gassoline. Adapun di-
Indonesia pertamina mengelompokkanya menjadi : bensin, premium, aviation gas dan
super. Berdasarkan jumlah C
7
H
16
dan C
8
H
18
bensin dibedakan menjadi beberapa jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Premium ( 87 % C
8
H
18
dan 13% C
7
H
16
), memiliki rasio kompressi (7-9 :1)
2. Pertamax ( 92 % C
8
H
18
dan 8% C
7
H
16
), memiliki perbandingan kompressi ( 9-10 :
1)
3. Pertamax plus ( 95 % C
8
H
18
dan 5% C
7
H
16
), memiliki perbandingan kompressi (
10-11 :1 )
4. Untuk jenis bensin yang memiliki 100% C
8
H
18
sering digunakan pada kejuaraan F1
dan MOTO GP.
2. Solar
Solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah,
bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih. Minyak solar ini
biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel dan juga
sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung di dalam dapurdapur kecil yang
menghendaki hasil pembakaran yang bersih. Minyak ini sering disebut juga sebagai
gas oil, ADO, HSD, atau Dieseline. Pada temperatur biasa, artinya pada suhu kamar
tidak menguap, dan titik nyalanya jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar bensin.
Kualitas solar dinyatakan dengan angka setane atau cetane number (CN).
Bilangan setane yaitu besar prosentase volume normal cetane dalam campuranya
dengan methylnapthalene yang menghasilkan karakteristik pembakaran yang sama
dengan solar yang bersangkutan (Drs. Warsowiwoho : 1976). Secara umum solar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Light Diesel Fuel (LDF) mempunyasi CN
= 50, (2) Medium Diesel Fuel (MDF) mempunyasi CN = 50, dan (3) Heavy Diesel
Fuel (HDF) mempunyasi CN = 35.
C. Sifat dan Syarat Bahan Bakar Minyak
1. Bahan Bakar Bensin
Bensin mengandung hidrokarbon hasil sulingan dari produksi minyak mentah.
Bensin mengandung gas yang mudah terbakar, umumnya bahan bakar ini di
pergunakan untuk mesin dengan pengapian busi. Sifat yang di miliki bensin antara
lain:
a. Mudah menguap pada temperatur normal,
b. Tidak berwarna, tembus pandang dan berbau,
c. Titik nyala rendah (-10 sampai -15C),
d. Berat jenis rendah (0,60 s/d 0,78),
e. Dapat melarutkan oli dan karet,
f. Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 s/d 10,500 kcal/kg),
g. Setelah di bakar sedikit meninggalkan karbon.
Adapun syaratsyarat bensin yang baik dan memberikan kerja mesin yang lembut,
yaitu sebagai berikut:
a. Mudah terbakar, artinya mampu tercipta pembakaran serentak di dalam ruang
bakar dengan sedikit knocking atau dentuman,
b. Mudah menguap, artinya bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah
untuk memberikan campuran udara dengan bahan bakar yang tepat saat
menghidupkan mesin yang masih dingin,
c. Tidak beroksidasi dan bersifat pembersih, artinya sedikit perubahan kualitas dan
perubahan bentuk selama di simpan. Selain itu juga bensin harus mencegah
pengendapan pada sistem intake,
d. Angka octane, adalah suatu angka untuk mengukur bahan bakar bensin terhadap
daya anti knock characteristic. Bensin dengan nilai oktan yang tinggi akan tahan
terhadap timbulnya engine knocking.
2. Bahan bakar solar
Bahan bakar Diesel biasa juga di sebut dengan light oil atau solar, yaitu suatu
campuran dari hidro karbon yang telah di destilase setelah bensin dan minyak tanah
dari minyak mentah pada temperatur 200C sampai 340C. Bahan bakar jenis ini atau
biasa disebut sebagai bahan bakar solar sebagian besar digunakan untuk
menggerakkan mesin Diesel. Bahan bakar Diesel mempunyai sifat utama yaitu
sebagai berikut :
a. Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berbau,
b. Encer dan tidak menguap di bawah temperatur normal,
c. Titik nyala tinggi (40C sampai 100C),
d. Terbakar spontan pada 350C, sedikit di bawah bensin,
e. Berat jenis 0,82 s/d 0,86,
f. Menimbulkan panas yang besar (10,500 kcal/kg), dan
g. Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar di banding dengan bensin.
Syaratsyarat pengunaan solar sebagai bahan bakar harus memperhatikan kualitas
solar, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Mudah terbakar, artinya waktu tertundanya pembakaran harus pendek/singkat,
sehingga mesin mudah dihidupkan. Solar harus memungkinkan kerja mesin yang
lembut dengan sedikit knocking,
b. Tetap encer pada suhu dingin (tidak mudah membeku), menunjukan Solar harus
tetap cair pada suhu rendah sehingga mesin akan mudah di hidupkan dan berputar
lembut,
c. Daya pelumasan, artinya Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa
injeksi dan nossel. Oleh karena itu harus mempunyai sifat dan daya lumas yang
baik,
d. Kekentalan, berkait dengan syarat melumas dalam arti Solar harus memiliki
kekentalan yang baik sehingga mudah untuk dapat di semprotkan oleh injektor,
e. Kandungan sulfur, karakteristik Sulfuir yang dapat merusak pemakaian komponen
mesin sehingga mempersyaratkan kandungan sulfur solar harus sekecil mungkin
(< 1 %), dan
f. Angka cetane, Yaitu suatu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam
kemampuan untuk mencegah terjadinya knocking, tingkat yang lebih besar
memiliki kemampuan yang lebih baik.
D. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak
Cara penyimpanan yang aman untuk bahan bakar yaitu sebagai berikut.
1. Selama penyimpanan pada tangki, kualitas bahan bakar dapat meningkat karena
kotoran yang bercampur selama proses dan pengeringan dapat berpisah, disamping
itu, air yang ada dalam bahan bakar mengendap sehingga bahan bakar menjadi lebih
murni.
2. Timbulnya oksidasi apabila penyimpanannya terlalu lama. Untuk mengatasinya
dilakukan pembungkusan dengan gas nitrogen. Oksidasi berbahaya karena dapat
menghasilkan kotoran dan bensin mudah terbakar apabila temperature naik.
E. Proses Pembakaran Bensin dan Solar Di Dalam Mesin
Pembakaran adalah reaksi antara bahan bakar dengan udara ( oksigen/O
2
) yang
terjadi pada suhu yang merupakan titik bakar bahan bakar untuk menghsilkan panas serta
panas dan nyala. Pada proses pembakaran bensin, ada tiga syarat yang harus dipenuhi
agar proses pembakaran dapat terjadi yaitu adanya bahan bakar( bensin ), oksigen dan
nyala api. Untuk mendapatkan pembakaran sempurna, maka campuran bahan bakar dan
udara yang ideal adalah 15 kg udara dengan 1 kg bensin atau setara dengan 900 liter
udara dengan 1 liter bensin. Untuk reaksi pembakaran bensin dapat dituliskan sebagai
berikut.
C + O
2
CO
2
2C + O
2
2CO
2H
2
+ O
2
2H
2
O
S + O
2
SO
2
C
8
H
18
+ 12,5O
2
+ N
2
9H
2
O + 8CO
2
+ N
2
+ ENERGI
Sedangkan proses pembakran pada bahan bakar solar adalah udara yang diisap ke
dalam ruang bakar akan dikompresi oleh gerakan piston. Bahan bakar diinjeksikan pada +
150 sebelum TMA pada langkah kompresi hingga + 100 setelah TMA ke udara tekan dan
bersuhu tinggi. Akibatnya, bahan bakar terbakar dengan sendirinya oleh udara kompresi.
Suhu udara kompresi harus di atas 500 C0 (9320 F).
KESIMPULAN
Berdasar uraian di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahan bakar adalah bahanbahan yang diperlukan untuk proses pembakaran.
2. Bahan bakar yang di pakai di masyarakat beraneka macam, maka harus pandai
memilih bahan bakar yang baik dan tepat untuk proses pembakaran.
3. Bahan bakar yang sering di pakai adalah bensin dan solar. Untuk mengetahui bensin
yang baik dengan melihat angka octan-nya, sedangkan solar yang baik dapat di lihat
dari angka cetan-nya.
DAFTAR PUSTAKA
http://j4ngandibuk4.blogspot.com/p/proses-pengolahan-minyak-bumi.html diakses pada hari
kamis 9 Oktober 2014 pukul 20:30 WITA.
supmwaiheru.kkp.go.id/Uploaded/BAHAN%20BAKAR.pdfDiktat ilmu bahan, bahan bakar dan
pelumas file pdf. diakses pada hari kamis 9 Oktober 2014 pukul 20:30 WITA.
BAHAN BAKAR MINYAK
(Bensin dan Solar)
Oleh :
NAMA : SUPRIADI
NIM : D211 12 002
PRODI : TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014