Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam kondisi perekonomian yang mulai bangkit kembali,
perusahaan-perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan efisiensi
dan efktivitas kerja. Hal ini tidak lepas dari strategi dan kebijakan yang
digunakan oleh manajemen perusahaan tersebut.
Perusahaan membutuhkan manajemen yang baik dan profesional,
serta dapat diandalkan untuk perusahaan dapat terus berkembang
serta meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan. Pihak
manajemen membutuhkan suatu informasi yang relevan, akurat, dan
tepat waktu sehingga pihak manajemen dapat bertindak dan membuat
keputusan secara cepat dan tepat. Selain itu, manajemen dituntut
untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap
pencapaian tujuan perusahaan serta mempercepat perkembangan
perusahaan. Manajemen memerlukan suatu perencanaan untuk
perusahaan dalam mencapai tujuannya tersebut.
Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan
atau laba yang dapat di pergunakan untuk kelangsungan hidup.
Mendapatkan keuntungan atau laba dan besar kecilnya laba sering
menjadi ukuran kesuksesan suatu manajemen. Hal tersebut didukung
oleh kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan
kesempatan dimasa yang akan datang. Ukuran yang sering dipakai
2


untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah
dari laba yang diperoleh perusahaan. Pada perusahaan, siklus
pendapatan merupakan hal yang sangat kritikal karena merupakan
pusat bisnis dan penerimaan pendapatan terbesar yang diperoleh.
Pendapatan perusahaan sangat diperhitungkan mengingat
pendapatan sebagai tolak ukur manajemen untuk mengambil
keputusan apakah meneruskan usaha atau menghentikan usahanya.
Pendapatan maksimal merupakan tujuan yang sangat penting dan
harus dicapai. Hal ini disebabkan pendapatan yang mendorong
aktivitas dari kegiatan di perusahaan dan dengan perantaraannya
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan akan dicapai.
Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan mendayagunakan
seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan
efisien. Laba yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan dan beban selama proses kegiatan usaha yang
berlangsung, karena pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari
kegiatan usaha, sedangkan beban merupakan suatu alat yang
digunakan untuk memperoleh pendapatan. Pada prinsipnya besarnya
pendapatan yang diperoleh dan banyaknya beban antara suatu
perusahaan dengan perusahaan lain adalah berbeda-beda.
Pendapatan suatu perusahaan sering kali mengalami fluktuasi
sebagai akibat dari permintaan barang atau permintaan akan jasa
pelayanaan sedangkan di sisi lain manajemen berupaya keras untuk
3


terus dapat mengembangkan laba perusahaan sekalipun dalam
pelayanan jasa. Dengan semakin banyaknya permintaan dari
pelanggan (customer), maka pendapatan perusahaan dari produk
yang di jual (baik secara fisik maupun jasa) semakin meningkat, dari
pendapatan ini perusahaan dapat membuat selisihnya dengan biaya
operasional perusahaan. Pendapatan yang diperoleh perusahaan
diusahakan untuk ditingkatkan dari tahun ke tahun, sedangkan untuk
biaya yang dikeluarkan diusahakan untuk diminimalisasi.
Peningkatan pendapatan perusahaan erat kaitannya dengan biaya
produksi dan manajemen usaha. Hasil produksi perusahaan sapi
potong merupakan hasil gabungan dari berbagai faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan produksi daging. Produksi daging akan
optimal apabila penggunaan faktor-faktor produksi dapat dialokasikan
secara efisien dengan mengunakan input-input produksi secara
optimum. Efisiensi dimaksudkan agar daya guna input produksi rata-
rata maksimum sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum pula.
Upaya pencapaian efisiensi usaha dan profitabilitas usaha yang tinggi
pada pengembangan agribisnis sapi potong dapat dicapai dengan
cara melakukan perluasan usaha (Mandaka dan Hutagaol, 2005).
Perluasan usaha akan berdampak pada biaya input tetap dan biaya
total yang semakin menurun akibat kenaikan jumlah output yang
dihasilkan.
4


Peningkatan populasi sapi potong dapat dilakukan di suatu
wilayah jika didukung oleh potensi wilayah itu sendiri untuk
pengembangan sapi potong. Potensi wilayah yang dapat mendukung
pengembangan sapi potong antara lain ketersediaan pangan,
sumberdaya manusia, ternak, permintaan di wilayah tersebut,
pendapatan peternak, serta sarana dan prasarana pendukung seperti
instansi pemberi kredit dan kebijakan pemerintah setempat.
Tujuan utama dari usaha peternakan adalah untuk mencapai dan
memperoleh penerimaan yang maksimal dari setiap usaha yang
dijalankannya. Penerimaan perusahaan dipengaruhi oleh hasil
produksi. Perusahaan akan menambah hasil produksi bila setiap
tambahan produksi tersebut akan menaikkan jumlah penerimaan yang
akan diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil
penjualan outputnya (Budiono, 2002). Sedangkan menurut Soekartawi
(2003) penerimaan adalah banyaknya produksi total dikalikan harga
atau biaya produksi (banyaknya input dikalikan harga).
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran
yang dilakukan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-
bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan barang-barang
yang diproduksi tersebut (Sukirno, 2002). Menurut Riwayadi (2006)
Biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada fungsi produksi, dimana
fungsi produksi merupakan fungsi yang mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Sedangkan Hansen dan Mowen (2001) dalam
5


terjemahan Fitriasari dan Kwary juga menyatakan bahwa: Biaya
produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang
dan penyediaan jasa. Biaya dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu: Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak
habis dipakai dalam satu masa produksi. Biaya tidak tetap (variable
cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala
produksi.
Analisis pendapatan usahatani pada umumnya digunakan untuk
menevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam satu tahun.
Tujuannya adalah membantu pengelola usaha pertanian mengetahui
usahayang dijalankan masih menguntungkan atau sebaliknya
(Suratiyah, 2006). Akan tetapi PT. Berdikari United Livestock tidak
melakukan evaluasi secara periodik, sehingga keuntungan atau
pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut tidak terlihat
secara keseluruhan. Untuk itu, pendapatan menjadi sangat penting
sebagai tolak ukur keberhasilan suatu usaha, sehingga dalam
pelaksanaannya perlu adanya pengelolaan keuangan yang baik,
sehingga tercapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengkaji
lebih jauh lagi dengan mengadakan penelitian dengan judul Analisis
Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong PT. Berdikari United
Livestock di Kabupaten Sidenreng Rappang.
6


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan oleh peneliti adalah yaitu berapa
besar pendapatan usaha peternakan sapi potong pada PT. Berdikari
United Livestock di Kabupaten Sidenreng Rappang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui besarnya pendapatan
usaha peternakan sapi potong pada PT. Berdikari United Livestock di
Kabupaten Sidenreng Rappang.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, adapun yang menjadi
manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian
ilmiah pada bidang ilmu ekonomi akuntansi, khususnya
pengkajian dibidang pendapatan perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, diharapkan menjadi sumbang saran
kepada semua pihak khususnya kepada PT. Berdikari United
Livestock di Kabupaten Sidenreng Rappang.


7


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Siregar (2009) dengan judul Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi)
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pendapatan peternak
sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak, motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga
dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap
pendapatan peternak sapi potong.
Arbi (2009) dengan judul Analisa Kelayakan dan Strategi
Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Studi Kasus : Desa Jati
Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa usaha ternak sapi potong di daerah
penelitian secara ekonomi layak dikembangkan, karena dari hasil
penelitian yang dilakukan pada usaha ternak sapi potong di Desa Jati
Kesuma diperoleh rataan per peternak sapi potong selama satu tahun
sebesar Rp. 42.177.866,66 dan rataan pendapatan per peternak
selama satu tahun sebesar Rp. 10.622.123,33 dan rataan nilai ROI
yang diperoleh lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku
yakni sebesar 36,77% dengan tingkat suku bunga pinjaman sebesar
8,25%.
8


Fahrul (2011) dengan judul Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong Di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan peternak sapi potong yang ada di
Kecamatan Tanete Rilau menguntungkan dengan rata-rata
pendapatan per tahun yang diperoleh peternak pada stratum A
dengan kepemilikan sapi 7-10 ekor sebesar Rp. 3.705.159/Tahun,
stratum B dengan kepemilikan sapi 11-15 ekor sebesar Rp.
6.131.045/Tahun dan stratum C dengan kepemilikan sapi 15 ekor ke
atas sebesar Rp. 9.140.727/Tahun.
B. Biaya Produksi
Biaya merupakan sejumlah uang yang dinyatakan dari sumber-
sumber (ekonomi) yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan produksi menunjukkan kepada upaya pengubahan input
atau sumber daya menjadi output berupa barang atau jasa
(Herlambang, 2002). Untuk mengubah itu semua diperlukan adanya
biaya. Dalam setiap usaha apapun dibutuhkan biaya untuk melakukan
operasi dari usaha tersebut baik itu usaha perorangan dalam skala
kecil sampai usaha perusahaan dalam skala besar.
Ada beberapa pengertian biaya produksi menurut beberapa para
ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurut Miller (2000) mengatakan bahwa: Biaya produksi adalah
biaya yang dikeluarkan saat perusahaan memproduksi suatu
komoditi. Menurut Rosyidi (2011) mengatakan bahwa: Biaya
9


produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk
dapat menghasilkan output. Sedangkan Menurut Sugianto, et al,
(2000) mengatakan bahwa: Biaya produksi adalah sejumlah uang
yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input yaitu secara
akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat.
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa biaya produksi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Atau biaya
produksi adalah sejumlah biaya/uang yang dikeluarkan untuk dapat
melakukan kegiatan produksi barang.
Biaya produksi dibagi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost).
1. Biaya Tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk beberapa kali
proses produksi bahkan harus dikeluarkan walaupun tidak
berlangsung proses produksi.
Biaya tetap terdiri dari:
a. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan terdiri dari penyusutan ternak, penyusutan
kandang, dan penyusutan peralatan. Perhitungan penyusutan
dengan menggunakan metode straight line, yaitu dengan
rumus harga awal dikurangi harga akhir kemudian dibagi daya
tahan.
10


b. Pajak dan Bunga Modal
Pajak yaitu kewajiban yang harus dibayar oleh suatu usaha.
Bunga modal dihitung dengan menjumlahkan modal tetap dan
modal tidak tetap kemudian dikalikan bunga modal.
2. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya operasional artinya biaya yang
berubah tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan.
Biaya tidak tetap meliputi biaya variabel yang teratur setiap hari
seperti biaya pakan dan biaya variabel yang tidak teratur setiap
hari seperti obat-obatan, listrik, gaji, Inseminasi Buatan (IB),
perbaikan, transportasi, biaya penjualan, biaya pegawai, dan lain-
lain.
Unsur-unsur Biaya Produksi menurut Kholmi dan Yuningsih (2004)
yaitu:
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah semua biaya yang dikeluarkan
untuk penggunaan bahan mentah untuk proses produksi selama
periode yang akan datang. Bahan baku merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi, bahan baku yang
diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari
pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri.
Transaksi pembelian lokal bahan baku melibatkan bagian-
bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang, dan
11


asuransi. Dokumen sumber dan dokumen pendukung yang dibuat
dalam transaksi pembelian lokal bahan baku terdiri dari prosedur
permintaan pembelian lain, prosedur order pembelian, prosedur
penerimaan barang digudang dan prosedur pencatatan utang.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang
dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja
adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja
tersebut.
Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah yang akan
dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode
yang akan datang.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung atau semua biaya
produksi tak langsung. Biaya overhead pabrik mencakup biaya
produksi lainnya seperti bahan tak langsung, upah tak langsung,
listrik, air, sewa gedung pabrik, penyusutan bangunan pabrik
peralatan/mesin-mesin pabrik, reparasi dan pemeliharaan, pajak
bumi dan bangunan pabrik, dan asuransi pabrik.
Macam-Macam Biaya Produksi yaitu :
Secara sederhana biaya produksi dapat dicerminkan oleh jumlah
uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input. Jenis-jenis
12


biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Biaya produksi jangka pendek
Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi produksi
jangka pendek. Dengan demikian biaya produksi jangka pendek
juga dicirikan oleh adanya biaya tetap.
2. Biaya produksi jangka panjang
Biaya produksi jangka panjang biaya yang dapat disesuaikan
untuk tingkat-tingkat produksi tertentu. Sebagai contoh jika capital
atau mesin-mesin tidak dapat diubah sesuai dengan perubahan
produksi maka dikatakan biaya jangka pendek dan sebaliknya jika
mesin dapat disesuaikan untuk tingkat-tingkat produksi tertentu
maka dikatakan biaya jangka panjang.
C. Penerimaan
Penerimaan usaha ternak sapi potong terdiri dari penjualan daging
ternak, penjualan karung, dan jumlah daging yang dikonsumsi oleh
rumah tangga. Jumlah penerimaan yang akan diperoleh dari suatu
proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil
produksi dengan harga produk bersangkutan pada saat itu.
Penerimaan adalah total hasil produksi yang dihasilkan dan total
hasil kotoran ternak yang dinilai dengan rupiah dengan kata lain
merupakan perkalian antara total produksi dan hasil kotoran ternak
yang diperoleh dengan harga jual. Revenue atau penerimaan adalah
penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Penerimaan dari
13


usaha sapi potong terdiri dari penjualan sapi yang tidak produktif,
penjualan anak sapi yang tidak digunakan sebagai peremajaan,
penjualan pupuk kandang dan sumber penerimaan terbesar adalah
dari hasil penjualan daging ternak.
Tujuan utama dari usaha pertanian khususnya di bidang
peternakan adalah untuk mencapai dan memperoleh penerimaan
yang maksimal dari usaha yang dijalankannya. Untuk memahami
pengertia penerimaan, berikut ini akan dikemukakan pengertian
penerimaan menurut beberapa ahli.
Menurut Sukirno (2000) penerimaan adalah sejumlah uang yang
diterima dari penjualan produknya kepada padagang atau langsung
kepada konsumen. Sedangkan Dumairi (2007) penerimaan sebuah
perusahaan dari hasil penjualan barangnya merupakan fungsi dari
jumlah barang yang terjual. Semakin banyak barang yang diproduksi
dan terjual semakin besar pula penerimaannya.
Menurut Ritonga dalam Rustan (2011) membagi 3 (tiga) konsep
penerimaan sebagai berikut:
1. Penerimaan Total adalah hasil yang diterima oleh seseorang
dalam penjualan hasil produksinya. Penerimaan total ini dapat
dihitung dengan rumus:
TR=Qy . Py
Dimana:
TR= Total Penerimaan
14


Qy= Jumlah Barang
Py= Harga Barang
2. Penerimaan Rata-rata adalah penerimaan untuk tiap-tiap satuan
produksi yang dijual. Dapat dihitung dengan rumus:
AR = TR
Q
Dimana:
AR = Penerimaan
TR = Penerimaan Total
Q = Jumlah Barang
3. Penerimaan Marginal adalah perubahan penerimaan total akibat
perubahan jumlah barang yang dijual. Dapat dihitung dengan
rumus:
MR = TR
Q
Dimana:
MR = Marginal Revenue
TR = Selisih antara penerimaan hasil produksi yang lalu dengan
penerimaan sekarang
Q = Selisih hasil produksi barang yang lalu dengan sekarang
Penerimaan dapat dibedakan menjadi penerimaan tunai dan
penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai berupa hasil
penjualan produk baik berupa susu atau ternak, sedangkan
penerimaan yang diperhitungkan adalah nilai tambah ternak.
15


Penerimaan terdiri dari penjualan ternak, susu yang dikonsumsi
oleh pemilik dan tenaga kerja, perubahan nilai ternak serta penjualan
susu. Perhitungan penerimaan dan biaya yang benar akan membantu
perusahaan agar dapat membuat kebijakan sehingga perusahaan
berjalan dengan baik, bertahan lama dan memperluas usahanya.
D. Pendapatan
Pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap
perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat
penghasilan. Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai
hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Ditinjau dari segi
rumah tangga perusahaan, maka pendapatan pada prinsipnya
mempunyai sifat menambah atau menaikkan nilai kekayaan pemilik
perusahaan, baik dalam bentuk penerimaan maupun tagihan. Pada
intinya, pendapatan merupakan arus masuk sumber daya yang
berasal dari kegiatan-kegiatan usaha perusahaan dan umumnya
diakibatkan oleh penyelesaian pertukaran ekonomi. Pendapatan
merupakan hasil selisih antara penerimaan dan biaya atau
pengeluaran.
PSAK 23 (Revisi 2010), mendefinisikan pendapatan adalah arus
kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
16


penanaman modal. Pendapatan hanya boleh diakui jika memang
pendapatan tersebut diterima oleh perusahaan itu sendiri.
Menurut kriteria pengakuan pendapatan yang terdapat dalam
PSAK 23, suatu entitas dapat mengakui pendapatan jika memenuhi
kriteria di bawah ini:
a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kepada pembeli.
b. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan
pengendalian efektif atas barang yang dijual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal.
d. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan
transaksi tersebut mengalir ke entitas.
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan
transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara handal.
PSAK 23 (Revisi 2010) menyatakan bahwa pendapatan diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jumlah
pendapatan yang dapat diakui perusahaan biasanya sesuai dengan
persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau konsumen.
Sedangkan menurut IAS 18, pendapatan dapat diakui oleh entitas
ketika risiko yang melekat pada barang atau jasa telah berpindah ke
pembeli atau pengguna jasa. Hal ini agaknya sedikit lebih longgar
dibandingkan dengan ketentuan yang diterapkan oleh US-GAAP
17


sebelumnya dimana pendapatan diakui ketika sudah memenuhi dua
kriteria yaitu earned dan realized selama kedua kriteria tersebut belum
terpenuhi maka entitas belum dapat mengakui pendapatan, tetapi
tetap harus mengakui beban yang timbul dari usaha memperoleh
pendapatan tersebut.
Prinsip pendapatan menurut Jusup (2005) mengatur tentang :
1. Kapan pendapatan dicatat.
2. Jumlah pendapatan yang dicatat.
Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan
dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan
diri dan pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang
menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning
process. Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat
yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan pengaruh
negatif atau beban dan kerugian.
Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba atau income dan rugi
atau less. Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang
berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang bukan
berasal dari kegiatan normal perusahaan.
Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh
dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan
kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang bukan berasal dari
kegiatan normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama
18


perusahaan yang sering disebut hasil non operasi. Pendapatan non
operasi biasanya dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain, misalnya
pendapatan bunga dan deviden.
Menurut Kasmir dan Jakpar (2007), ada dua konsep tentang
pendapatan, yaitu:
1. Konsep pendapatan yang memusatkan pada arus masuk aktiva
sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan.
2. Konsep pendapatan yang memusatkan perhatian kepada
penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau
produsen lainnya.
Menurut Simamora (2000), Pendapatan (revenues) adalah
kenaikan aktiva perusahaan atau penurunan kewajiban perusahaan
(atau kombinasi dari keduanya) selama periode tertentu yang berasal
dari pengiriman barang-barang, penyerahan jasa, atau kegiatan-
kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan sentral perusahaan.
Menurut Putong (2002) Pendapatan adalah semua jenis pendapatan,
termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu
kegiatan apa pun yang diterima oleh penduduk suatu negara.
Menurut Kuswadi (2006) Pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan
selama satu periode, arus kas masuk itu mengakibatkan kenaikan
modal (ekuitas) dan tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Arus kas adalah hasil dari penjualan produk perusahaan. Menurut
19


Soekartawi (2003), menyatakan bahwa pendapatan dibagi menjadi
dua bagian, yaitu: Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diterima
dari seluruh hasil penjualan barang dan produksi. Pendapatan bersih
yaitu selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran atau biaya
produksi. Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya
selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, atau
tahunan. Sedangkan menurut Kasmir dan Jakpar (2007), pendapatan
adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa
dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga,
dividen, royalti dan sewa.
Sedangkan menurut Partadiredja (2001), menyatakan bahwa
pendapatan adalah faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai
balas jasa yang sempurna yang berbentuk sewa, upah, dan gaji.
Pengertian tersebut menekankan bahwa pendapatan sebagai
perwujudan balas jasa atau partisipasi dimana tergambar melalui
sumbangan dalam bentuk-bentuk faktor- faktor produksi, yang
mendapatkan balas jasa tertentu.
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pendapatan merupakan hasil selisih dari biaya yang
dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan
produksi. Pendapatan usaha peternakan sapi potong PT. Berdikari
United Livestock diperoleh dari total penerimaan dikurang total biaya.
20


E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini mengenai analisis
pendapatan usaha peternakan sapi potong pada PT. Berdikari United
Livestock dengan mengelola input produksi yang tersedia dengan
segala pengetahuan dan kemampuan untuk memperoleh hasil
(produksi). Perusahaan tersebut terus berupaya dalam meningkatkan
produktivitas yang dihasilkan terkait permintaan dari para konsumen
maupun pelanggannya. Oleh karena itu, produktivitas yang dihasilkan
oleh perusahaan tersebut harus diketahui. Berdasarkan kondisi
tersebut, pendapatan menjadi sangat penting sebagai tolak ukur
keberhasilan suatu usaha, sehingga usaha yang dijalankan dapat
mencapai keuntungan yang maksimal. Salah satu cara untuk
mendapatkan informasi pendapatan yang diterima oleh PT. Berdikari
United Livestock dengan melihat beberapa aspek finansial dengan
beberapa perhitungan seperti perhitungan biaya, penerimaan, dan
pendapatan.
Suatu perusahaan peternakan sapi potong merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan
besarnya total revenue yang diterima oleh perusahaan. Biaya produksi
yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Biaya tetap, terdiri dari biaya kantor, biaya administasi dan
umum, dan biaya depresiasi, amortisasi dan penyisihan. Sedangkan
biaya tidak tetap terdiri dari biaya penjualan, biaya pegawai, dan biaya
21


lain-lain. Dari biaya-biaya tersebut barulah dilakukan perhitungan
penerimaan yang diperoleh dari perkalian volume produksi dengan
biaya yang dikeluarkan dari penjualan ketiga produknya. Jumlah
produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan
perusahaan, dimana besarnya produksi tersebut ditentukan oleh
produktivitas usaha peternakan sapi potong. Biaya produksi dan total
penerimaan yang didapat maka dapat diketahui besarnya pendapatan
yang diterima oleh perusahaan. Pendapatan yang diterima
perusahaan PT. Berdikari United Livestock merupakan jumlah
penerimaan dari usaha peternakan sapi potong yang dikurangi oleh
total biaya produksi.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka konsep pemikiran
penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:










22
















Skema : Gambar Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi
hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bahwa pendapatan usaha
Peternakan Sapi Potong PT. Berdikari United Livestock sudah tinggi.



BAB III
Usaha Peternakan
Sapi Potong

Biaya Tetap :
- Biaya Kantor
- Biaya Administrasi
dan Umum
- Biaya Depresiasi,
Amortisasi, dan
Penyisihan
Penerimaan
PT. Berdikari
United Livestock

Keuntungan
(Pendapatan)
Biaya
Produksi
Biaya Tidak Tetap :
- Biaya Penjualan
- Biaya Pegawai
- Biaya Lain-lain

PT. Berdikari United Livestock
23


METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret - Juni 2014.
2. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Usaha Peternakan Sapi Potong
PT. Berdikari United Livestock di Kabupaten Sidenreng Rappang.
B. Desain Penelitian
Sesuai dengan judul yang diangkat penulis yaitu Analisis
Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong PT. Berdikari United
Livestock di Kabupaten Sidenreng Rappang maka jenis penelitian
yang diangkat adalah deskriptif yang berupa menemukan,
mengungkapkan, dan menjelaskan suatu peristiwa atau gejala yang
ada pada PT. Berdikari United Livestock di Kabupaten Sidenreng
Rappang. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis pendapatan usaha perusahaan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
24


PT. Berdikari United Livestock yang terdapat di Kabupaten
Sidenreng Rappang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling
(penunjukan langsung) dengan pertimbangan bahwa PT. Berdikari
United Livestock merupakan perusahaan yang bergerak dalam
usaha peternakan yang terbesar di Kabupaten Sidenreng
Rappang.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi-definisi yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memberikan
arah dan batasan dalam penyelesaian masalah. Adapun definisi
operasional variabel dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Biaya Produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk
menghasilkan output dalam suatu proses produksi yang dinilai
dalam satuan rupiah. Biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan
biaya tidak tetap.
2. Penerimaan adalah total hasil produksi yang dihasilkan dan total
hasil kotoran ternak yang dinilai dengan rupiah dengan kata lain
25


merupakan perkalian antara total produksi dan hasil kotoran
ternak yang diperoleh dengan harga jual.
3. Pendapatan usaha peternakan sapi potong PT. Berdikari United
Livestock diperoleh dari total penerimaan dikurang total biaya.
Pendapatan merupakan hasil selisih dari biaya yang dikeluarkan
dengan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan produksi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data dan keterangan yang diperlukan
dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data
yang relevan untuk menganalisa masalah tersebut, teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan yaitu :
1. Teknik Observasi adalah mengadakan pengamatan secara
langsung pada perusahaan lokasi penelitian.
2. Teknik Interview atau wawancara mengadakan serangkaian
wawancara dengan pimpinan dan karyawan yang ada
relevansinya dengan objek penelitian.
3. Teknik Dokumentasi adalah pengambilan data yang sehubungan
dengan penyiapan data yang diperlukan atau melalui keterangan-
keterangan secara tertulis yang merupakan dokumen yang ada
hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
F. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penulisan
ini adalah sebangai berikut :
26


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Data kuantitatif yaitu data berbentuk angka. Data ini berasal
dari dalam perusahaan baik informasi secara lisan maupun
tulisan.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan
berupa dokumen, data tertulis seperti sejarah singkat
perusahaan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Person adalah data diperoleh dari individu yang ada dalam
perusahaan, baik itu dari pimpinan maupun staf dari
perusahaan tersebut.
b. Place adalah sumber data yang diperoleh dari tempat
penelitian.
c. Paper adalah sumber data yang berupa dokumen-dokumen
atau catatan-catatan yang dimiliki oleh perusahaan yang
dapat menjadi data dalam mendukung penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
27


1. Analisis deskriptif yang meliputi karakteristik usaha peternakan
sapi Potong dan keadaan umum usaha peternakan sapi Potong di
Kabupaten Sidenreng Rappang.
2. Analisis ekonomi untuk mengetahui komposisi biaya produksi,
penerimaan, dan pendapatan usaha peternakan sapi Potong.
Untuk menghitung biaya dalam usaha ternak sapi Potong di
Kabupaten Rappang yang dikemukakan oleh dalam Rustam
(2011) mengemukakan rumus sebagai berikut :
TC = TFC +T VC
Keterangan: TC = Total Biaya (Rp/th)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp/th)
TVC = Total Biaya Variabel ( Rp/th)
Penerimaan adalah hasil yang diterima peternak dari
penjualan output produksi. Penulisan matematisnya menurut
Riyanto (2001) adalah sebagai berikut :
TR = P x Q
Keterangan:
TR=Total Revenue atau total penerimaan usaha sapi potong
(Rp/th)
P =Price of Quantity atau harga sapi potong (Rp/th)
Q= Quantity atau jumlah sapi potong (kg/th)
28


Pendapatan adalah hasil selisih dari biaya yang dikeluarkan
dengan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan produksi.
Penulisan matematisnya adalah :
Pd=TR TC
(Soekartawi, 2002)
Dimana :
Pd = Pendapatan (Rp/Periode)
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp/Periode)
TC = Total Cost atau Total Biaya (Rp/Periode)














29


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Berdikari United Livestock berdiri pada tanggal 27
Agustus 1971 tepatnya di Bila Riase Kecamatan Pitu Riase
Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan dan
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah
satu anak dari Perusahaan PT. Berdikari Persero yang bergerak
dibidang peternakan khususnya ternak sapi potong dan sapi bibit.
PT. Berdikari United Livestock pada awal berdirinya, ternak
sapi yang dipelihara sebanyak 175 ekor yang didatangkan dari
Australia dengan jenis sapi Limosin, Brahman Cross, dan Bali
yang sebagian besar adalah potong penggemukan. Sedangkan
potensi luas lahan yang dimiliki oleh PT. Berdikari United
Livestock sekitar 6.623,10 Ha.
Sekarang ini populasi ternak yang dimiliki oleh PT. Berdikari
United Livestock sekitar 5000 ekor yang terdiri dari 2100 ekor
induk sedang sisanya merupakan sapi Pedet, Dara dan Pejantan.
Dalam menjalankan aktivitas dan manajemen perusahaan PT.
Berdikari United Livestock dipimpin oleh dua direktur produksi dan
direktur pemasaran yang berkedudukan di kotamadya Pare-Pare,
di Raneh dipimpin oleh seorang manajer.
30


PT. Berdikari United Livestock memiliki Paddock sebanyak 32
buah kandang yang dilengkapi sungai atau cekdaun sebagai
tempat minum sapi, maksud dan tujuan dibangun paddock adalah
tempat mengatur perkawinan dan tempat pengelompokan sapi,
baik itu sapi bunting maupun yang melahirkan serta tempat
pemeriksaan kesehatan sapi.
2. Perkembangan Usaha
Jenis-jenis kegiatan yang ada di PT. Berdikari United
Livestock adalah :
a. Breading (Perkembangbiakan)
Breading atau perkembangbiakan mengelola unit
reproduksi yang mana kegiatan produksi ini meliputi :
1) Perkawinan
2) Pembuntingan
3) Kelahiran, dan
4) Seleksi
Dalam sistem perkawinan digunakan dua cara yaitu kawin
alami dengan perbandingan sex ratio 1 jantan : 25 betina dan
kawin buatan (transfer embrio).
Setelah terjadi pembutingan, sapi-sapi dikelompok. Sapi
yang berumur 4 bulan dilakukan penyapihan atau pemisahan
dengan induk. Selanjutnya masuk ke paddock untuk
31


digemukkan selama 12 bulan sampai mencapai berat kisaran
350 375 kg setiap ekor.
Seleksi dilakukan untuk melihat calon induk, calon
pejantan yang baik, adapun sapi induk yang telah melahirkan
5 kali selanjutnya di apkir.
b. Fattening (Penggemukan)
Setelah melalui unit produksi breading tahap berikutnya
adalah fattening (penggemukan). Pemberian pakan yang
diberikan pada fattening tersebut 30% hijauan berupa rumput
gajah, Brachiaria tambah jerami dan 70% konsentrasi dengan
kandungan protein 14%.
Komposisi konsentrat terdiri dari :
1) Dedak padi
2) Dedak gandung
3) Bungkil
4) Mineral
5) Garam
6) Urea
7) Molasses
b. Pengelolaan Hijauan Makanan Ternak
Dalam pemeliharaan sapi potong, ketersediaan hijauan
makan ternak mutlak ada. Hal ini untuk mendukung sistem
penggemukan Pasture Fattening yang mengendalikan padang
32


rumput sebagai tempat pengembalaan. Ada dua golongan
hijauan makanan ternak yang ada di PT. Berdikari United
Livestock yaitu :
1) Golongan graminae seperti Rumput Gajah, Bricharia
Dekambents, Bricharia Brisanta, Rumput Benggala dan
Kolonjono.
2) Golongan Leguminosa seperti Kalopogonium, Sentrosema
Dekambest, Silatro dan Stylocentis Guyanensis.
c. Pembuatan Kompos
Untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi, PT. Berdikari
United Livestock juga memproduksi pupuk kompos yang
dikelola oleh koperasi. Komposisi pupuk kompos terdiri dari :
1) Kotoran sapi 80%
2) Abu sekam 10%
3) Kalsit 10%
4) Serbuk gergaji 7%
5) Kapur 2%
6) Stardek 0,2%
d. Pemasaran
Sistem pemasaran yang diterapkan oleh PT. Berdikari
United Livestock adalah pemasaran bebas dan tidak terikat.
Pada umumnya pemasaran dilakukan antar pulau dan di
daerah-daerah Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan dan
33


sekitarnya sedangkan harga untuk betina Apkir berkisar Rp.
8.000.000,- dan jantan RP. 10.000.000,-
Transfer Embrio
Kegiatan transfer embrio merupakan bagian dari kegiatan
breeding. Transfer embrio merupakan perkawinan buatan
melalui rekayasa teknologi dimana sapi bunting umur satu
minggu diambil embrionya kira-kira 40 embrio, kemudian
disuntikkan ke sapi betina yang siap menerima embrio.
Adapun persyaratan sapi yang dijadikan sapi ovulasi
antara lain :
1) Sapi yang bertindak sebagai sapi ovulasi minimal satu kali
melahirkan
2) sapi ovulasi dalam keadaan birahi
3) Sapi ovulasi memenuhi persyaratan secara fisik.
Keunggulan kegiatan transfer embrio yaitu :
1) Sapi yang akan dilahirkan adalah jenis unggul
2) Bisa memilih jenis kelamin sapi yang diinginkan
3) Tingkat keberhasilan kelahiran sangat tinggi
4) Sapi bisa melahirkan kembar.
3. Visi dan Misi
a. Visi
1. Menjadi perusahaan peternakan berorientasi ekspor

34


b. Misi
1. Melaksanakan kegiatan produksi peternakan selaras
upaya pelestarian lingkungan.
2. Melaksanakan kegiatan penunjang pertanian sesuai
kompetensi dan sumberdaya.
3. Meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan
stakeholders seiring peningkatan kinerja perusahaan
melalui penerapan corporate governance dan
pemanfaatan teknologi informasi
4. Perkembangan Ragam Usaha
5. Perkembangan Keuntungan
4. Nilai Perusahaan
a. Bersih
Anti Korupsi, Anti Kolusi, Anti Nepotisme, Anti Gratifikasi
b. Unggul
Unggul Input, Unggul Proses, Unggul Output
c. Lugas
Cermat, Tegas
d. Inovatif
Cerdas, Kreatif



35




36

B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Biaya
Analisis biaya merupakan salah satu upaya untuk mengetahui
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam suatu
proses produksi. Analisis biaya yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah analisis biaya tetap dan biaya variabel atau biaya tidak
tetap.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya pasti dikeluarkan
oleh perusahaan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh
produksi yang dihasilkan. Komponen dalam biaya tetap yang
dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock, antara lain
adalah:
1) Biaya Pegawai
Adapun yang termasuk biaya pegawai antara lain biaya
gaji, biaya honorarium, biaya tunjangan hari raya, biaya
premi asuransi, biaya pelayanan kesehatan, biaya
pendidikan dan sdm, biaya insentif dan tantiem, biaya
pensiun/pesangon, biaya tunjangan pendidikan, biaya
pakaian dinas, biaya tunjangan PPH Pasal 21, biaya
penyisihan pesangon, biaya lembur, biaya tunjangan
jabatan, dan biaya pegawai lainnya. Berikut disajikan tabel
37


4.1 biaya pegawai yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari
United Livestock selama tahun 2013.
Tabel 4.1 Total Biaya Pegawai PT. Berdikari United
Livestock Tahun 2013

NO. Biaya Pegawai
Jumlah
(Rp/Th)
1. Biaya Gaji 3.782.062.531,-

2. Biaya Honorarium 204.350.000,-
3. Biaya Tunjangan Hari Raya 331.775.000,-
4. Biaya Premi Asuransi 131.714.964,-
5. Biaya Pelayanan Kesehatan 67.932.949,-
6. Biaya Pendidikan dan SDM 0
7. Biaya Insentif dan Tantiem 0
8. Biaya Pensiun / Pesangon 0
9. Biaya Tunjangan Pendidikan 0
10. Biaya Pakaian Dinas 24.820.000,-
11. Biaya Tunjangan PPH Pasal 21 0
12. Biaya Penyisihan Pesangon 0
13. Biaya Lembur 29.526.000,-

14. Biaya Tunjangan Jabatan 79.250.000,-
15. Biaya Pegawai Lainnya 0
Total 4.651.431.444,-
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
38


Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa biaya
pegawai yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United
Livestock selama tahun 2013 sebesar Rp. 4.651.431.444,-.
Biaya pegawai terbesar dikeluarkan untuk biaya gaji sebesar
Rp. 3.782.062.531,-, biaya tunjangan hari raya sebesar Rp.
331.775.000,-, biaya honorarium sebesar Rp. 204.350.000,-,
biaya premi asuransi sebesar Rp. 131.714.964,-, biaya
tunjangan jabatan sebesar Rp. 79.250.000,-, biaya
pelayanan kesehatan sebesar Rp. 67.932.949,-, biaya
lembur sebesar Rp. 29.526.000,-, serta biaya pakaian dinas
sebesar Rp. 24.820.000,-. Hal tersebut dikarenakan biaya
gaji dikeluarkan untuk membayar gaji pegawai setiap bulan
dalam perusahaan.
2) Biaya Administrasi dan Umum
Adapun yang termasuk biaya administrasi dan umum
antara lain biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), biaya
perjalanan dinas, biaya rekreasi dan olahraga, biaya
akuntan/konsultan/notaris, biaya bina lingkungan, biaya
rapat, biaya representasi, dan biaya administrasi dan umum
lainnya. Berikut disajikan tabel 4.2 mengenai biaya
administrasi dan umum yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari
United Livestock selama tahun 2013.

39


Tabel 4.2 Total Biaya Administrasi dan Umum PT. Berdikari
United Livestock Tahun 2013

NO. Biaya Administrasi dan Umum
Jumlah
(Rp/Th)
1. Biaya PBB 173.013.418,-
2. Biaya Perjalanan Dinas 298.940.081,-
3. Biaya Rekreasi dan Olahraga 335.000,-
4. Biaya Akuntan/Konsultan/Notaris 13.030.819,-
5. Biaya Bina Lingkungan 4.000.000,-
6. Biaya Rapat 25.099.550,-
7. Biaya Representasi 78.830.000,-
8. Biaya Administrasi dan Umum Lainnya 69.180.082,-
Total 862.428.950,-
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh bahwa biaya administrasi
dan umum yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United
Livestock selama tahun 2013 sebesar Rp. 862.428.950,-.
Biaya administrasi dan umum terbesar dikeluarkan untuk
biaya perjalanan dinas sebesar Rp. 298.940.081,-, biaya
PBB sebesar Rp. 173.013.418,-, biaya representasi sebesar
Rp. 78.830.000,-, biaya administrasi dan umum lainnya
sebesar Rp. 69.180.082,-, biaya rapat sebesar Rp.
25.099.550,-, biaya Akuntan/Konsultan/Notaris sebesar Rp.
13.030.819,-, biaya bina lingkungan sebesar Rp. 4.000.000,-
40


, serta biaya rekreasi dan olahraga sebesar Rp. 335.000,-.
Hal tersebut dikarenakan biaya perjalanan dinas sangat
penting untuk kelancaran suatu perusahaan.
3) Biaya Depresiasi, Amortisasi, dan Penyisihan
Adapun yang termasuk biaya depresiasi, amortisasi, dan
penyisihan antara lain biaya depresiasi bangunan, biaya
depresiasi kendaraan, biaya depresiasi inventaris, biaya
depresiasi mesin dan instalasi, biaya penyisihan piutang, dan
biaya penyisihan persediaan barang. Berikut disajikan tabel
4.3 mengenai biaya depresiasi, amortisasi, dan penyisihan
yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock selama
tahun 2013.
Tabel 4.3 Total Biaya Biaya Depresiasi, Amortisasi, dan
Penyisihan PT. Berdikari United Livestock Tahun
2013

NO.
Biaya Depresiasi, Amortisasi, dan
Penyisihan
Jumlah
(Rp/Th)
1. Biaya Depresiasi Bangunan 429.574.663,-

2.
Biaya Depresiasi Kendaraan
45.521.026,-

3.
Biaya Depresiasi Inventaris
43.925.425,-

4.
Biaya Depresiasi Mesin dan Instalasi
227.101.554,-

5.
Biaya Penyisihan Piutang
0
6. Biaya Penyisihan Persediaan Barang 0
Total 746.122.668,-
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
41


Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa biaya
depresiasi, amortisasi, dan penyisihan yang dikeluarkan oleh
PT. Berdikari United Livestock selama tahun 2013 sebesar Rp.
746.122.668,-. Biaya depresiasi, amortisasi, dan penyisihan
terbesar dikeluarkan untuk biaya depresiasi bangunan sebesar
Rp. 429.574.663,-, biaya depresiasi mesin dan instalasi
sebesar Rp. 227.101.554,-, biaya depresiasi kendaraan
sebesar Rp. 45.521.026,-, serta biaya depresiasi inventaris
sebesar Rp. 43.925.425,-. Hal tersebut dikarenakan biaya
depresiasi bangunan dikeluarkan untuk memperbaiki bangunan
yang sebelumnya.
Selanjutnya, data pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 dapat
diketahui biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari
United Livestock. Berikut disajikan tabel 4.4 mengenai biaya
tetap yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock
selama tahun 2013.
Tabel 4.4 Biaya Tetap PT. Berdikari United Livestock Tahun
2013

No. Komponen Biaya Tetap
Jumlah Biaya
(Rp/Th)
1. Biaya Pegawai 4.651.431.444,-
2. Biaya Administrasi dan Umum 862.428.950,-
3. Biaya Penyusutan dan Penyisihan 746.122.668,-
TOTAL 6.259.983.062,-
42


Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa bahwa total
biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh PT. Berdikari United
Livestock pada tahun 2013 sebesar Rp. 6.259.983.062,-.
b. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap atau disebut juga biaya variabel
merupakan biaya yang biasanya berubah-ubah mengikuti
ukuran serta tingkat output suatu kegiatan. Biaya tidak tetap
yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock antara
lain:
1) Biaya Penjualan
Adapun yang termasuk biaya penjualan antara lain biaya
transport penjualan, biaya perijinan, biaya selektor, biaya
tindak karantina, biaya RBT, biaya makanan ternak, biaya
kleder, biaya survey, biaya komisi penjualan, dan biaya
penjualan lainnya. berikut disajikan tabel 4.5 mengenai biaya
penjualan yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United
Livestock selama tahun 2013.
Tabel 4.5 Total Biaya Penjualan PT. Berdikari United
Livestock Tahun 2013

NO. Biaya Penjualan
Jumlah
(Rp/Th)
1. Biaya Transport Penjualan 1.437.755.531,-
2. Biaya Perijinan 0
43


3. Biaya Selektor 0
4. Biaya Tindak Karantina 0
5. Biaya RBT 0
6. Biaya Makanan Ternak 0
7. Biaya Kleder 0
8. Biaya Survey 3.763.500,-
9. Biaya Komisi Pejualan 0
10. Biaya Penjualan Lainnya 137.950.726,-
Total 1.579.469.757,-

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa biaya
penjualan yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United
Livestock selama tahun 2013 sebesar Rp. 1.579.469.757,-.
Biaya penjualan terbesar dikeluarkan untuk biaya transport
penjualan sebesar Rp. 1.437.755.531,-, biaya penjualan
lainnya sebesar Rp. 137.950.726,-, serta biaya survey
sebesar Rp. 3.763.500,-. Hal tersebut dikarenakan biaya
transport penjualan dikeluarkan untuk membantu
perusahaan.
2) Biaya Kantor
Adapun yang termasuk biaya kantor adalah biaya
komunikasi, biaya air dan listrik, biaya cetakan dan foto copy,
biaya alat tulis kantor, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan
44


kantor, biaya pemeliharaan gudang, biaya inventaris, biaya
inventaris kantor, biaya pemeliharaan kendaraan dinas,
biaya pengiriman, biaya perangko dan materai, dan biaya
kantor lainnya. Berikut disajikan tabel 4.6 mengenai biaya
kantor yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock
selama tahun 2013.
Tabel 4.6 Total Biaya Kantor PT. Berdikari United Livestock
Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2013

NO. Biaya Kantor
Jumlah
(Rp/Th)
1. Biaya Komunikasi 10.608.927,-

2. Biaya Air dan Listrik 85.778.737,-
3. Biaya Cetakan dan Foto Copy 436.400,-
4. Biaya Alat Tulis Kantor 17.960.580,-
5. Biaya Konsumsi 182.711.330,-
6. Biaya Pemeliharaan Kantor 830.000,-
7. Biaya Pemeliharaan Gudang 59.403.705,-
8. Biaya Inventaris 11.737.200,-
9. Biaya Inventaris Kantor 15.029.000,-
10. Biaya Pemeliharaan Kendaraan Dinas 360.214.938,-
11. Biaya Pengiriman 0
12. Biaya Perangko dan Materai 0
13. Biaya Kantor Lainnya 37.523.000,-
Total 782.233.817,-
45


Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa biaya
kantor yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock
selama tahun 2013 sebesar Rp. 782.233.817,-. Biaya kantor
terbesar dikeluarkan untuk biaya pemeliharaan kendaraan
dinas sebesar Rp. 360.214.938,-, biaya konsumsi sebesar
Rp. 182.711.330,-, biaya air dan listrik sebesar Rp.
85.778.737,-, biaya pemelioharaan gudang sebesar Rp.
59.403.705,-, biaya kantor lainnya sebesar Rp. 37.523.000,-,
biaya alat tulis kantor sebesar Rp. 17.960.580,- biaya
inventaris sebesar Rp. 11.737.200,-, biaya komunikasi
sebesar Rp. 10.608.927,-, biaya pemeliharaan kantor
sebesar Rp. 830.000,-, serta biaya cetakan foto copy
sebesar Rp. 436.400,-.dan Hal tersebut dikarenakan biaya
biaya pemeliharaan kendaraan dinas
3) Biaya Lain-lain
Adapun yang termasuk biaya lain-lain meliputi biaya
administrasi bank, biaya pajak dan denda, rugi selisih kurs,
biaya penghapusan piutang, pos luar biasa, dan biaya
lainnya. Berikut disajikan tabel 4.7 mengenai biaya lain-lain
yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock selama
tahun 2013.
Tabel 4.7 Total Biaya Lain-lain PT. Berdikari United
Livestock Tahun 2013
46



NO. Biaya Lain-lain
Jumlah
(Rp/Th)
1. Biaya Administrasi Bank 16.795.317,-
2. Biaya Pajak dan Denda 265.214.700,-
3. Rugi Selisih Kurs 0
4. Biaya Penghapusan Piutang 0
5. Pos Luar Biasa 0
6. Biaya Lainnya 26.345.065,-
Total 308.355.082,-
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa biaya lain-
lain yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock
selama tahun 2013 sebesar Rp. 308.355.082,-. Biaya lain-
lain terbesar dikeluarkan untuk biaya pajak dan denda
sebesar Rp. 265.214.700,-, biaya lainnya sebesar Rp.
26.345.065,-, serta biaya admionistrasi bank sebesar Rp.
16.795.317.,-. Hal tersebut dikarenakan biaya pajak dan
denda
Selanjutnya, data pada tabel 4.5, 4.6, dan 4.7 dapat
diketahui biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh PT.
Berdikari United Livestock. Berikut disajikan Tabel 4.8
mengenai Biaya Tidak Tetap yang dikeluarkan oleh PT.
Berdikari United Livestock selama tahun 2013.
47


Tabel 4.8 Biaya Tidak Tetap PT. Berdikari United Livestock
Tahun 2013

No. Komponen Biaya Tidak Tetap
Jumlah Biaya
(Rp/Th)
1. Biaya Penjualan 1.579.469.757,-
,-
2. Biaya Pegawai 4.651.431.444,-
3. Biaya Lain-lain 308.355.082,-
TOTAL 6.539.256.283,-
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa bahwa total
biaya tidak tetap yang harus dikeluarkan oleh PT. Berdikari
United Livestock pada tahun 2013 sebesar 6.539.256.283,-.
c. Total Biaya
Total biaya merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan
biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United
Livestock selama tahun 2013. Berikut total biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan tersebut selama tahun 2013 yang
dapat disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Total Biaya Produksi PT. Berdikari United Livestock
Tahun 2013

No. Komponen Biaya
Jumlah Biaya
(Rp)
1. Biaya Tetap 6.259.983.062,-
2. Biaya Tidak Tetap 6.539.256.283,-
TOTAL 12.799.239.345,-

48


Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa total biaya
produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Berdikari United
Livestock pada tahun 2013 sebesar Rp. 12.799.239.345,-.
2. Penerimaan Usaha Peternakan Sapi Potong PT. Berdikari
United Livestock
Penerimaan dari PT. Berdikari United Livestock berasal dari
penerimaan penjualan Ternak BX, Ternak Brahman, Ternak Bali,
dan Non Ternak selama tahun 2013.
a. Penerimaan Usaha Ternak BX
Adapun yang termasuk dalam penerimaan Usaha Ternak BX
PT. Berdikari United Livestock yaitu Ternak BX Induk, Ternak
BX Heifers, Ternak BX Anak, Ternak BX Pejantan Muda,
Ternak BX Pejantan, Ternak BX Finisher, Ternak BX Grower,
dan Ternak BX Starter. Berikut tabel mengenai penerimaan
usaha ternak BX pada tahun 2013.
Tabel 4.10 Penerimaan Usaha Ternak BX Tahun 2013
NO. Ternak BX
Jumlah
(Rp/Th)
1. Ternak BX Induk 5.751.470.500,-
2. Ternak BX Heifers 847.262.500,-
3. Ternak BX Anak 1.912.000,-
4. Ternak BX Pejantan Muda 8.430.000,-
49


5. Ternak BX Pejantan 232.942.000,-
6. Ternak BX Finisher 0
7. Ternak BX Grower 3.429.988.000,-
8. Ternak BX Starter 32.600.000,-
Total 10.304.605.000,-

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui bahwa penerimaan
ternak BX yang diperoleh oleh PT. Berdikari United Livestock
pada tahun 2013 sebesar Rp. 10.304.605.000,-.
b. Penerimaan Usaha Ternak Brahman
Adapun yang termasuk dalam penerimaan Usaha Ternak
Brahman meliputi Ternak Brahman Induk, Ternak Brahman
Heifers, Ternak Brahman Anak, dan Ternak Brahman Pejantan
Muda. Berikut tabel mengenai penerimaan usaha ternak
Brahman pada tahun 2013.
Tabel 4.11 Penerimaan Usaha Ternak Brahman Tahun 2013
NO. Ternak Brahman
Jumlah
(Rp)
1. Ternak Brahman Induk 0
2. Ternak Brahman Heifers 0
3. Ternak Brahman Anak 0
4. Ternak Brahman Pejantan Muda 0
Total 0
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
50


Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa penerimaan
ternak Brahman yang diperoleh oleh PT. Berdikari United
Livestock pada tahun 2013 sebesar Rp. 0,-.
c. Penerimaan Usaha Ternak Bali
Adapun yang termasuk dalam penerimaan Usaha Ternak
Bali yaitu Ternak Bali Induk, Ternak Bali Heifers, Ternak Bali
Anak, Ternak BaliPejantan Muda, Ternak Bali Pejantan, Ternak
Bali Weaner, Ternak Bali Grower, Ternak Bali Bibit Betina,
Ternak Bali Bibit Jantan. Berikut tabel mengenai penerimaan
usaha ternak BX pada tahun 2013.
Tabel 4.12 Penerimaan Usaha Ternak Bali Tahun 2013
NO. Ternak BX
Jumlah
(Rp)
1. Ternak Bali Induk 0
2. Ternak Bali Heifers 0
3. Ternak Bali Anak 0
4. Ternak Bali Pejantan Muda 0
5. Ternak Bali Pejantan 0
6. Ternak Bali Weaner 0
7. Ternak BX Grower 0
8. Ternak Bali Bibit Betina 22.679.984.000

9. Ternak Bali Bibit Jantan 3.611.175.000

Total 26.291.159.000,-

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
51


Berdasarkan tabel 4.12, dapat diketahui bahwa penerimaan
Ternak Bali yang diperoleh oleh PT. Berdikari United Livestock
pada tahun 2013 sebesar Rp. 26.291.159.000,-.
d. Penerimaan Usaha Non Ternak
Adapun yang termasuk dalam penerimaan Usaha Non
Ternak yaitu semua hasil produksi selain produksi sapi potong.
Jumlah penerimaan yang diperoleh oleh PT. Berdikari United
Livestock pada tahun 2013 sebesar Rp. 2.180.518.135,-.
e. Total Penerimaan Usaha Peternakan Sapi Potong PT. Berdikari
United Livestock Tahun 2013
Total penerimaan usaha peternakan sapi potong diperoleh
dari banyaknya daging per kg/ekor ternak sapi potong yang
terjual dalam satu tahun dengan harga ternak sapi pada saat
itu. Berikut dijabarkan total penerimaan usaha yang diperoleh
Potong PT. Berdikari United Livestock selama tahun 2013.
Tabel 4.13 Total Penerimaan Usaha Peternakan Sapi Potong
PT. Berdikari United Livestock Tahun 2013

No. Jenis Produk Ternak
Penerimaan
(Rp)
1. Ternak BX 10.304.605.000,-
2. Ternak Brahman 0
3. Ternak Bali 26.291.159.000.-
4. Non Ternak 2.180.518.135,-

TOTAL 38.776.282.135,-
52


Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa total
penerimaan yang diperoleh PT. Berdikari United Livestock pada
tahun 2013 sebesar Rp. 38.776.282.135,-, dengan penerimaan
terbesar diperoleh dari Ternak Bali sebesar Rp.
26.291.159.000.-, lalu Ternak BX sebesar Rp. 10.304.605.000,-
Non Ternak sebesar Rp. 2.180.518.135,-, dan Ternak Brahman
sebesar Rp. 0,-.
3. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong PT. Berdikari
United Livestock
Pendapatan usaha merupakan hasil dari penerimaan dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan suatu
produksi. Berikut dijabarkan pendapatan usaha PT. Berdikari
United Livestock selama tahun 2013.
Tabel 4.14 Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong pada PT.
Berdikari United livestock Tahun 2013

No. Uraian
Nilai
(Rp)
1. PENERIMAAN
a. Penjualan Ternak BX
b. Penjualan Ternak Brahman
c. Penjualan Ternak Bali
d. Penjualan Non Ternak
TOTAL PENERIMAAN

10.304.605.000,-
0,-
26.291.159.000.-
2.180.518.135,-
38.776.282.135,-
53


2. BIAYA
a. Biaya Tetap
b. Biaya Tidak Tetap
TOTAL BIAYA

6.259.983.062,-
6.539.256.283,-
12.799.239.345,-
3. PENDAPATAN 25.977.042.790,-
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat dilihat besarnya
pendapatan usaha peternakan sapi potong yang diperoleh PT.
Berdikari United Livestock di Kabupaten Sidenreng Rappang
selama tahun 2013 sebesar Rp. 25.977.042.790,-. Data diatas
menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh PT. Berdikari
United Livestock memiliki nilai positif yang berarti usaha peternakan
sapi potong yang dilakukan oleh PT. Berdikari United Livestock
menguntungkan.









54


BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLKASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian penjelasandalam hasil dan pembahasan
mengenai Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Potong PT.
Berdikari United Livestock di Kabupaten Sidenreng Rappang, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Besarnya pendapatan Usaha pada PT. Berdikari United Livestock
pada tahun 2013 sebesar Rp. 25.977.042.790,-, yang berasal dari
penjualan Ternak BX, Penjualan Ternak Brahman, dan Penjualan
Non Ternak.
b. Pendapatan yang diperoleh PT. Berdikari United Livestock
memiliki nilai positif yang berarti usaha peternakan sapi potong
yang dilakukan oleh PT. Berdikari United Livestock
menguntungkan.
c. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT. Berdikari United Livestock
dalam menjalankan usahanya selama tahun 2013 meliputi total
dari biaya tetap sebesar 6.259.983.062,-, dan total biaya tidak
tetap sebesar Rp. 6.539.256.283,-.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat
diberikan oleh penulis sebagai berikut:
55


a. Menjaga kestabilan kapasitas produksi pada tiap-tiap produk
untuk menjaga tingkat pendapatan perusahaan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna
bagi peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai