Manusia merupakan makhluk pembelajar. Manusia akan selalu belajar di sepanjang hidupnya dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Hal-hal yang dipelajari juga sangatlah beragam mulai dari hal-hal yang sederhana seperti bagaimana melakukan kegiatannya sehari-hari sampai hal-hal yang kompleks seperti mempelajari pengetahuan dan mengimplementasikannya sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Walaupun begitu banyak hal yang dipelajari, tidak semua hal dapat diklasifikasikan kedalam domain atau dimensi pembelajaran yang sama. Oleh karena itulah pembahasan ini dibuat, yakni untuk memberikan penjelasan mengenai berbagai domain/ dimensi belajar manusia yang terdiri atas domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Pembelajaran dapat dilihat dalam domain atau dimensi yang berbeda. Domain atau dimensi pembelajaran pada umumnya terdiri atas dimensi kognitif, dimensi afektif, dan dimensi psikomotor (Eldemen & Mandle, 2006: Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Masing-masing domain pun terdiri atas tingkatan berbeda yang bergantung pada tingkat kemampuan yang dapat ditampilkan. Tingkatan pembelajaran dari masing-masing domain ini diperkenalkan oleh Bloom pada tahun 1956 yang dikenal dengan Blooms taxonomy (Eldemen & Mandle, 2006)
1. Domain kognitif, merupakan domain belajar yang berkaitan dengan pemikiran rasional yang terkait fakta-fakta dan konsep-konsep. Domain kognitif merujuk kepada pengetahuan dan bergerak dari konsep yang sederhana menuju konsep yang kompleks (Rankin & Stallings, 2001). Domain kognitif inilah yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual pembelajar karena domain kognitif juga mencakup kemampuan mengingat kembali materi pembelajaran yang telah diberikan (Shah, Rafique, Shakir, & Zahid, 2014, p.2). Contoh dari dimensi kognitif ialah kemampuan memahami anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
Bloom membagi domain kognitif menjadi enam subkategori yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Subkategori pembelajaran pada masing-masing domain pun diurutkan dari tingkat sederhana sampai pada tingkat kompleks. Menurut Eldemen & Mandle dalam bukunya yang berjudul Health promotion throughout the life span menjelaskan mengenai tingkatan masing-masing domain seperti berikut, The level of learning to be achieved depends on how it is anticipated for the content to be used - Tingkatan dalam proses pembelajaran yang dicapai tergantung pada bagaimana tingkatan tersebut diantisipasi untuk konten yang akan digunakan. Tingkatan dari domain kognitif terdiri atas, a. Mengetahui (Know) Mengetahui meliputi kemampuan untuk mengenali dan mengingat kembali peristilahan, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metedologi, prinsip dasar, dll terkait hal yang baru diketahuinya. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja seperti mengidentifikasi, menentukan, merangkai, memasangkan dan seterusnya (Rankin & Stallings, 2001). b. Memahami (Comprehend) Memahami meliputi kemampuan untuk menangkap arti dari sesuatu hal yang telah dipelajari. Kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja seperti mendeskripsikan, mendiskusikan, menjelaskan, merangkum, dan seterusnya (Rankin & Stallings, 2001).
c. Aplikasi (Application) Pada tingkat pengaplikasian, seseorang sudah mampu untuk menerapkan kaidah atau teori dan teknik yang telah dipelajarinya untuk menyelesaikan masalah yang ada pada kehidupan nyata atau pada kasus atau problem yang ditemuinya. Bentuk hal yang diaplikasikan terdiri atas gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dll. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja seperti mendeskripsikan, mendiskusikan, menjelaskan, merangkum, dll (Rankin & Stallings, 2001). d. Analisis (Analysis) Dalam tingkat analisis, seseorang sudah mampu menjabarkan suatu materi atau objek yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana atau menyelesaikan sesuatu materi atau masalah yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja seperti mendeskripsikan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Kholid, 2012). e. Sintesis (Synthesis) Pada tingkat sintesis seseorang mampu mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran baru. Tahap sintesis ini ditandai dengan kemampuan untuk membuat sesuatu, mengintegrasikan ide-ide menjadi solusi atas masalah yang ditemui, merancang rencana tindakannya dan merumuskan sebuah skema klasifikasi baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk membuat pendapat mandiri berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Kriteria tersebut dapat berupa kriteria internal maupun eksternal. Tingkatan tertinggi ini ditandai dengan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan nilai, logika dan fungsinya sesuai dengan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja seperti membandingkan, membedakan, menguji, memberikan argument dan lainnya (Rankin & Stallings, 2001).
2. Domain afektif merupakan domain belajar dengan berkaitan dengan perasaan dan reaksi pembelajar terhadap hal-hal yang dipelajarinya dan akan memicu terjadinya perubahan perilaku dan nilai. Domain afektif merujuk kepada sikap/ perilaku pembelajar (Rankin & Stallings, 2001). Domain afektif menjelaskan secara singkat mengenai pengakuan niali, kepercayaan spiritual dan agama, dan sikap individu yang dapat mempengaruhi keputusan dan kemajuan dalam menyelesaikan masalah. (Eldemen & Mandle, 2006). Domain afektif dibagi menjadi lima subkategori ,yaitu a. Penerimaan (Receiving) Penerimaan meliputi kesediaan untuk menerima fenomena yang terjadi di lingkungannya. Contohnya ialah menerima pendapat orang lain. b. Pemberian Tanggapan (Responding) Tanggapan memberikan reaksi terhadap fenomena yang terjadi lingkungannya. Tanggapan tersebut dapat berupa persetujuan, dan kesediaan. Contohnya ialah memberikan reaksi terhadap suatu suatu pemicu yang diberikan baik secara verbal maupun nonverbal. c. Pemberian Nilai (Valuing) Pemberian nilai berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Contoh dari tahap memberi nilai adalah ketika seseorang memberikan nilai pada suatu objek atau perilaku yang ditunjukkan kepadanya. d. Pengorganisasian (Organization) Pengorganisasian bermakna kemampuan memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem untuk menyelesaikan masalah.
e. Karakterisasi (Characterization) Pengarakteristikan bermakna kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri. kemampuan ini juga didukung dengan mampu bereaksi dan merespon sistem nilai yang ditemuinya.
3. Domain psikomotor merujuk pada kemampuan motorik individu dalam mengaplikasikan pengetahuannya. Domain psikomotor merupakan domain belajar yang melibatkan perolehan keterampilan yang membutuhkan integerasi aktivitas otot dan pikiran seperti kemampuan berjalan atau kemampuan mengggunakan alat makan (Redman, 2007 dalam Potter & Perry, 2009). Tidak seperti kedua domain lainnya yang dibuat oleh Bloom, domain psikomotor ini dibuat oleh para ahli psikologi yang terdiri atas Dave (1967), Simpson (1972), dan Harrow (1972) (Widodo, Suryanti & Mintohardi). Berikut ialah kategori tingkatan dalam domain psikomotorik, a. Imitasi. Kategori ini merupakan tingkat pertama dari tingkat pembelajaran psikomotor. Tahap imitasi ini ditandai dengan proses peniruan hal yang dipelajari oleh pembelajar. Contoh kata kerja yang mencirikan tahap imitasi ini adalah mengamati, mencoba, mengikuti, mengulang dan lain-lain. b. Manipulasi. Tingkatan selanjutnya ialah manipulasi. melakukan keterampilan atau menghasilkan produk berdasarkan petunjuk umum yang diberikan bukan berdasarkan hasil observasi mandiri. Contoh kata kerja yang sesuai dengan kategori ini ialah mengikuti petunjuk, melengkapi, memainkan, dan lain-lain. c. Presisi. Kategori ini merupakan kategori mandiri dimana pembelajar sudah mampu melakukan keterampilan atau menghasilkan produk dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan yang sesuai. Contoh kata kerja yang sesuai dengan kategori ini ialah ahli, mahir, terampil, mengontrol, mempraktikkan dan lain-lain. d. Artikulasi. Kategori artikulasi merupakan kategori dimana pembelajaran mampu memodifikasi keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan situasi baru yang dihadapi atau menggabungkan beberapa keterampilan dalam bentuk dan urutan yang harmonis dan konsisten. Contoh kata kerja yang sesuai dengan kategori ini ialah membangun, mengembangkan, memodifikasi, meningkatkan, dan lain-lain. e. Naturalisasi. Tingkatan tertinggi dalam domain psikomotorik ini ditandai dengan kemampuan pembelajar untuk menyelesaikan satu atau lebih keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan otomatis dengan tenaga fisik atau mental yang dimiliki. Contoh kata kerja yang mencirikan kategori ini ialah mendesain, menentukan, mengatur, menemukan, mengelola, dan lain-lain.
Pembelajaran yang dilakukan manusia dalam kehidupannya pada dasarnya akan melibatkan ketiga dimensi tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak ada hal yang dipelajari hanya menggunakan satu atau dua saja melainkan mengombinasikan tiga domain sekaligus. Penggabungan ketiga domain ini bertujuan untuk tercapainya hasil pembelajaran maksimal yang diharapkan, yaitu sampai pada tahap mahir atau pada perubahan perilaku. Kemahiran/ keterampilan melakukan sesuatu atau perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dapat diperoleh kombinasi ketiga domain belajar yakni pengetahuan (kognitif), penggunaan sikap yang sesuai (afektif) dan perilaku atau pengaplikasian pengetahuan secara langsung (psikomotor).
Daftar Pustaka:
Eldemen, C.L. & Mandle C.L. (2006). Health promotion throughout the life span. St Louis: Mosby.
Kholid, A. (2012). Promosi kesehatan: Dengan pendekatan teori perilaku, media, dan aplikasinya (untuk mahasiswa dan praktisi kesehatan). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Kozier, Barbara et al. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Esti Wahyuningsih, dkk, Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice7 th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.
Shah, S. K., Rafique, S., Shakir, A., Zahid, S. (2014). Textbook evaluation of english for academic purpose by British Council. Reasearch on Humanities and Social Sciences, 4, 2.
Widodo, W., Suryanti, & Mintohari. Dimensi afektif dan psikomotor. www.pjjpgsd.unesa.ac.id Diunduh pada tanggal 7 September 2014 pukul 20.00 WIB.