Anda di halaman 1dari 7

Jenis Domain Belajar Manusia

Oleh: Roma Radiah (1306464612)





Manusia merupakan makhluk pembelajar. Manusia akan selalu belajar di
sepanjang hidupnya dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Hal-hal yang
dipelajari juga sangatlah beragam mulai dari hal-hal yang sederhana seperti
bagaimana melakukan kegiatannya sehari-hari sampai hal-hal yang kompleks
seperti mempelajari pengetahuan dan mengimplementasikannya sebagai solusi
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Walaupun begitu banyak hal
yang dipelajari, tidak semua hal dapat diklasifikasikan kedalam domain atau
dimensi pembelajaran yang sama. Oleh karena itulah pembahasan ini dibuat,
yakni untuk memberikan penjelasan mengenai berbagai domain/ dimensi belajar
manusia yang terdiri atas domain kognitif, domain afektif, dan domain
psikomotor.
Pembelajaran dapat dilihat dalam domain atau dimensi yang berbeda.
Domain atau dimensi pembelajaran pada umumnya terdiri atas dimensi kognitif,
dimensi afektif, dan dimensi psikomotor (Eldemen & Mandle, 2006: Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2010). Masing-masing domain pun terdiri atas tingkatan
berbeda yang bergantung pada tingkat kemampuan yang dapat ditampilkan.
Tingkatan pembelajaran dari masing-masing domain ini diperkenalkan oleh
Bloom pada tahun 1956 yang dikenal dengan Blooms taxonomy (Eldemen &
Mandle, 2006)

1. Domain kognitif, merupakan domain belajar yang berkaitan dengan
pemikiran rasional yang terkait fakta-fakta dan konsep-konsep. Domain
kognitif merujuk kepada pengetahuan dan bergerak dari konsep yang
sederhana menuju konsep yang kompleks (Rankin & Stallings, 2001).
Domain kognitif inilah yang biasa digunakan untuk mengukur
kemampuan intelektual pembelajar karena domain kognitif juga mencakup
kemampuan mengingat kembali materi pembelajaran yang telah diberikan
(Shah, Rafique, Shakir, & Zahid, 2014, p.2). Contoh dari dimensi kognitif
ialah kemampuan memahami anatomi dan fisiologi tubuh manusia.

Bloom membagi domain kognitif menjadi enam subkategori yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Subkategori pembelajaran pada masing-masing domain pun diurutkan dari
tingkat sederhana sampai pada tingkat kompleks. Menurut Eldemen &
Mandle dalam bukunya yang berjudul Health promotion throughout the
life span menjelaskan mengenai tingkatan masing-masing domain seperti
berikut, The level of learning to be achieved depends on how it is
anticipated for the content to be used - Tingkatan dalam proses
pembelajaran yang dicapai tergantung pada bagaimana tingkatan tersebut
diantisipasi untuk konten yang akan digunakan. Tingkatan dari domain
kognitif terdiri atas,
a. Mengetahui (Know)
Mengetahui meliputi kemampuan untuk mengenali dan mengingat
kembali peristilahan, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metedologi,
prinsip dasar, dll terkait hal yang baru diketahuinya. Tahap ini dapat
ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan melaksanakan
pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja seperti
mengidentifikasi, menentukan, merangkai, memasangkan dan
seterusnya (Rankin & Stallings, 2001).
b. Memahami (Comprehend)
Memahami meliputi kemampuan untuk menangkap arti dari sesuatu
hal yang telah dipelajari. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan. Tahap ini dapat ditandai
pembelajar yang dapat menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau
kegiatan yang menggunakan kata kerja seperti mendeskripsikan,
mendiskusikan, menjelaskan, merangkum, dan seterusnya (Rankin &
Stallings, 2001).


c. Aplikasi (Application)
Pada tingkat pengaplikasian, seseorang sudah mampu untuk
menerapkan kaidah atau teori dan teknik yang telah dipelajarinya
untuk menyelesaikan masalah yang ada pada kehidupan nyata atau
pada kasus atau problem yang ditemuinya. Bentuk hal yang
diaplikasikan terdiri atas gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dll.
Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan
melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja
seperti mendeskripsikan, mendiskusikan, menjelaskan, merangkum,
dll (Rankin & Stallings, 2001).
d. Analisis (Analysis)
Dalam tingkat analisis, seseorang sudah mampu menjabarkan suatu
materi atau objek yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana atau
menyelesaikan sesuatu materi atau masalah yang kompleks ke bagian
yang lebih sederhana. Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat
menjawab dan melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang
menggunakan kata kerja seperti mendeskripsikan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Kholid, 2012).
e. Sintesis (Synthesis)
Pada tingkat sintesis seseorang mampu mengumpulkan komponen
yang sama guna membentuk satu pola pemikiran baru. Tahap sintesis
ini ditandai dengan kemampuan untuk membuat sesuatu,
mengintegrasikan ide-ide menjadi solusi atas masalah yang ditemui,
merancang rencana tindakannya dan merumuskan sebuah skema
klasifikasi baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk membuat pendapat mandiri
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Kriteria tersebut dapat
berupa kriteria internal maupun eksternal. Tingkatan tertinggi ini
ditandai dengan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan nilai, logika
dan fungsinya sesuai dengan pengetahuan yang telah diketahui
sebelumnya.
Tahap ini dapat ditandai pembelajar yang dapat menjawab dan
melaksanakan pertanyaan atau kegiatan yang menggunakan kata kerja
seperti membandingkan, membedakan, menguji, memberikan
argument dan lainnya (Rankin & Stallings, 2001).

2. Domain afektif merupakan domain belajar dengan berkaitan dengan
perasaan dan reaksi pembelajar terhadap hal-hal yang dipelajarinya dan
akan memicu terjadinya perubahan perilaku dan nilai. Domain afektif
merujuk kepada sikap/ perilaku pembelajar (Rankin & Stallings, 2001).
Domain afektif menjelaskan secara singkat mengenai pengakuan niali,
kepercayaan spiritual dan agama, dan sikap individu yang dapat
mempengaruhi keputusan dan kemajuan dalam menyelesaikan masalah.
(Eldemen & Mandle, 2006). Domain afektif dibagi menjadi lima
subkategori ,yaitu
a. Penerimaan (Receiving)
Penerimaan meliputi kesediaan untuk menerima fenomena yang terjadi
di lingkungannya. Contohnya ialah menerima pendapat orang lain.
b. Pemberian Tanggapan (Responding)
Tanggapan memberikan reaksi terhadap fenomena yang terjadi
lingkungannya. Tanggapan tersebut dapat berupa persetujuan, dan
kesediaan. Contohnya ialah memberikan reaksi terhadap suatu suatu
pemicu yang diberikan baik secara verbal maupun nonverbal.
c. Pemberian Nilai (Valuing)
Pemberian nilai berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan
pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Contoh dari tahap
memberi nilai adalah ketika seseorang memberikan nilai pada suatu
objek atau perilaku yang ditunjukkan kepadanya.
d. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian bermakna kemampuan memadukan nilai-nilai yang
berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem untuk
menyelesaikan masalah.

e. Karakterisasi (Characterization)
Pengarakteristikan bermakna kemampuan untuk menghayati nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri.
kemampuan ini juga didukung dengan mampu bereaksi dan merespon
sistem nilai yang ditemuinya.

3. Domain psikomotor merujuk pada kemampuan motorik individu dalam
mengaplikasikan pengetahuannya. Domain psikomotor merupakan domain
belajar yang melibatkan perolehan keterampilan yang membutuhkan
integerasi aktivitas otot dan pikiran seperti kemampuan berjalan atau
kemampuan mengggunakan alat makan (Redman, 2007 dalam Potter &
Perry, 2009). Tidak seperti kedua domain lainnya yang dibuat oleh Bloom,
domain psikomotor ini dibuat oleh para ahli psikologi yang terdiri atas
Dave (1967), Simpson (1972), dan Harrow (1972) (Widodo, Suryanti &
Mintohardi). Berikut ialah kategori tingkatan dalam domain psikomotorik,
a. Imitasi.
Kategori ini merupakan tingkat pertama dari tingkat pembelajaran
psikomotor. Tahap imitasi ini ditandai dengan proses peniruan hal
yang dipelajari oleh pembelajar. Contoh kata kerja yang
mencirikan tahap imitasi ini adalah mengamati, mencoba,
mengikuti, mengulang dan lain-lain.
b. Manipulasi.
Tingkatan selanjutnya ialah manipulasi. melakukan keterampilan
atau menghasilkan produk berdasarkan petunjuk umum yang
diberikan bukan berdasarkan hasil observasi mandiri. Contoh kata
kerja yang sesuai dengan kategori ini ialah mengikuti petunjuk,
melengkapi, memainkan, dan lain-lain.
c. Presisi.
Kategori ini merupakan kategori mandiri dimana pembelajar sudah
mampu melakukan keterampilan atau menghasilkan produk
dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan yang sesuai. Contoh kata
kerja yang sesuai dengan kategori ini ialah ahli, mahir, terampil,
mengontrol, mempraktikkan dan lain-lain.
d. Artikulasi.
Kategori artikulasi merupakan kategori dimana pembelajaran
mampu memodifikasi keterampilan yang dimilikinya sesuai
dengan situasi baru yang dihadapi atau menggabungkan beberapa
keterampilan dalam bentuk dan urutan yang harmonis dan
konsisten. Contoh kata kerja yang sesuai dengan kategori ini ialah
membangun, mengembangkan, memodifikasi, meningkatkan, dan
lain-lain.
e. Naturalisasi.
Tingkatan tertinggi dalam domain psikomotorik ini ditandai
dengan kemampuan pembelajar untuk menyelesaikan satu atau
lebih keterampilan dengan mudah dan membuat keterampilan
otomatis dengan tenaga fisik atau mental yang dimiliki. Contoh
kata kerja yang mencirikan kategori ini ialah mendesain,
menentukan, mengatur, menemukan, mengelola, dan lain-lain.

Pembelajaran yang dilakukan manusia dalam kehidupannya pada dasarnya
akan melibatkan ketiga dimensi tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak ada hal
yang dipelajari hanya menggunakan satu atau dua saja melainkan
mengombinasikan tiga domain sekaligus. Penggabungan ketiga domain ini
bertujuan untuk tercapainya hasil pembelajaran maksimal yang diharapkan, yaitu
sampai pada tahap mahir atau pada perubahan perilaku. Kemahiran/ keterampilan
melakukan sesuatu atau perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dapat
diperoleh kombinasi ketiga domain belajar yakni pengetahuan (kognitif),
penggunaan sikap yang sesuai (afektif) dan perilaku atau pengaplikasian
pengetahuan secara langsung (psikomotor).




Daftar Pustaka:

Eldemen, C.L. & Mandle C.L. (2006). Health promotion throughout the life span.
St Louis: Mosby.

Kholid, A. (2012). Promosi kesehatan: Dengan pendekatan teori perilaku, media,
dan aplikasinya (untuk mahasiswa dan praktisi kesehatan). Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Kozier, Barbara et al. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik (Esti Wahyuningsih, dkk, Penerjemah.). Jakarta: EGC.

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of nursing: Concepts, process,
and practice7
th
Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Rankin, S.H. & Stallings, K.D. (2001). Patient education: Principles & practice.
4
th
Ed.

Shah, S. K., Rafique, S., Shakir, A., Zahid, S. (2014). Textbook evaluation of
english for academic purpose by British Council. Reasearch on
Humanities and Social Sciences, 4, 2.

Widodo, W., Suryanti, & Mintohari. Dimensi afektif dan psikomotor.
www.pjjpgsd.unesa.ac.id Diunduh pada tanggal 7 September 2014 pukul
20.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai