Anda di halaman 1dari 113

PERILAKU PROFESIONAL TENAGA KESEHATAN

DAERAH PESISIR PADA PELAYANAN KESEHATAN


PRIMER PUSKESMAS SUNGAI SEMBILAN KOTA DUMAI
TAHUN 2014



SKRIPSI


Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Strata Satu
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Riau






Oleh :


DICKY PANGESTU SANDJAYA
NIM. 1008151775




FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

2


ABSTRACT
PROFESSI ONAL BEHAVI OUR OF HEALTH-CARE WORKERS
I N THE COASTAL REGI ON ON PROVI DI NG PRI MARY HEALTH CARE
BY PUSKESMAS SUNGAI SEMBI LAN DUMAI CI TY
2014

By
Dicky Pangestu Sandjaya
Professional behaviour of health-care workers is one of important aspect
to support the improvement of health services, especially in coastal region. It is
due to the low level of public health in the most of the coastal region in Indonesia.
In addition, primary health care become as the first strata to give health-care
services by the health-care workers. The aim of this research is to discover the
professional behavior of health-care workers of Sungai Sembilan Community
Health Care (Puskesmas), Dumai, that was reflected by the six elements of
professionalism. Exploration method with qualitative approaches was applied as
the research design. Seven health care workers of Puskesmas Sungai Sembilan
Dumai were selected as responden by using snowball sampling method. Data
were collected by using interview method recorded with an audio recorder. The
result of this research showed that all the informants possess altruism,
accountability, excellence, honor and integrity. duty and respect for other.
Key word : professional behavior, health-care workers.










3

ABSTRAK
PERILAKU PROFESIONAL TENAGA KESEHATAN DAERAH PESISIR
PADA PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PUSKESMAS SUNGAI SEMBILAN
KOTA DUMAI TAHUN 2014

Oleh
Dicky Pangestu Sandjaya

Perilaku profesional tenaga kesehatan merupakan salah satu aspek penting
untuk mendukung peningkatan pelayanan kesehatan, terutama di daerah pesisir.
Hal itu dikarenakan masih rendahnya derajat kesehatan mayarakat di sebagian
besar daerah pesisir Indonesia. Selain itu, pelayanan kesehatan primer
(puskesmas) menjadi lini terdepan sebagai strata pertama dalam memberikan
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan Puskesmas Sungai
Sembilan Kota Dumai yang dinilai berdasarkan enam unsur perilaku
profesional. Desain penelitian menggunakan metode eksplorasi dengan
pendekatan kualitatif pada tujuh tenaga kesehatan di Puskesmas Sungai
Sembilan Kota Dumai yang dipilih dengan metode snowball sampling. Data
dikumpulkan dengan cara wawancara yang direkam dengan alat perekam
suara. Hasil penelitian menunjukkan seluruh informan memiliki unsur altruisme,
akuntabilitas, keunggulan, tugas atau kewajiban, kehormatan, serta menghormati
orang lain dalam melaksanakan profesinya sebagai tenaga kesehatan.
Kata kunci : perilaku profesional, tenaga kesehatan.






4


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Perilaku Profesional Tenaga Kesehatan Daerah Pesisir Pada Pelayanan
Kesehatan Primer Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai Tahun 2014.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
program Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
turut mendukung dan membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan
terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau sekaligus pembimbing I
bapak Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, Sp.F yang selalu bersemangat ditengah
kesibukannya membagi waktu, perhatian, bimbingan, ilmu, petunjuk,
nasehat serta kesabarannya dalam membimbing penulis.
2. Ibu Fifia Chandra SKM, MKM selaku pembimbing II yang telah
memberikan perhatian, waktu, bimbingan, ilmu, petunjuk, nasehat serta
kesabarannya dalam membimbing penulis selama ini.
3. dr. Huriatul Masdar, M.Sc selaku penasehat akademis sekaligus penguji II
penulis, yang tidak lelah membantu penulis, memberikan perhatian,
bimbingan, dan nasehat yang bermakna kepada penulis selama menuntut
ilmu, serta staf pengajar yang telah memberikan nasehat dan bimbingan
kepada penulis selama perkuliahan.

5

4. dr. Ismawati, M.Biomed selaku penguji I, dan dr. Siti Mona Amelia,
M.Biomed selaku supervisi penulis, yang telah memberikan perhatian,
masukan, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Terkhusus dan teristimewa kepada Ayahanda Prof.DR.Damsar,MA,
Ibunda Indrayani,SE,MM,Ph.D, yang senantiasa mendoakan,
mencurahkan kasih sayang dalam membesarkan dan mendidik penulis,
berbagi keluh-kesah dan memberikan nasehat serta dukungan kepada
penulis baik dalam pembuatan skripsi, penididikan dan kehidupan.
Terimakasih atas motivasi besarnya. Kepada kakak penulis Anggia
Fraselia Putri, S.Ked, abang M. Oscar Anandhika Wibisono, S.Psi yang
selalu hadir menolong penulis selama ini.
6. Sahabat-sahabat serta teman sejawat dan seperjuangan penulis Tiara,
Lana, Venni, Ririn, Ibeng, Ninud, Tere, Atun, Eka, Yolanda. Terimakasih
telah menjadi penyemangat dan penghibur setia di saat penulis lelah
selama proses perkuliahan dan skripsi. Semoga kesuksesan selalu
menyertai kita. Terimakasih juga kepada keluarga besar angkatan FK UR
2010, juga Harani Fitriyan, Phivi, Poe, Nene, Mba Pipit, juga Agik, Reza,
Beryl, Wandi, teman-teman yang tidak tertuliskan namanya disini, namun
penulis yakin kalian adalah bagian yang turut andil dalam mewarnai
kehidupan penulis selama ini. terima kasih banyak atas loyalitas
pertemanan luar biasa.
7. Seluruh pihak Puskesmas Sungai Sembilan atas dukungan dan fasilitas
yang telah diberikan, serta semua pihak yang karena jasa ikhlasnya telah

6

sangat membantu dan mendoakan penulis yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu. Terimakasih, semoga Allah membalas kebaikan anda semua.
Amin.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
dan penyusunan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi perluasan pengetahuan dan referensi penelitian selanjutnya.

Pekanbaru, 20 Mei 2014


Penulis













7


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT ............................................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan penelitian... ............. 4
1.3.1 Tujuan umum .................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 4
1.4 Manfaat penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku profesional .................................................................... 6
2.2 Tenaga kesehatan ........................................................................ 15
2.3 Pelayanan kesehatan daerah pesisir ............................................ 16
2.4 Kerangka teori ............................................................................ 20
2.5 Kerangka konsep ........................................................................ 21

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian ........................................................................ 22
3.2 Waktu dan tempat penelitian ...................................................... 22
3.3 Populasi dan sampel ................................................................... 22
3.3.1 Populasi ............................................................................. 22
3.3.2 Sampel ............................................................................... 22
3.3.3 Cara pemilihan dan besar sampel ...................................... 22
3.4 Defenisi operasional ................................................................... 23
3.5 Alat dan bahan ............................................................................ 26
3.6 Cara kerja .................................................................................... 26
3.7 Validitas dan reabilitas data ........................................................ 27
3.8 Pengumpulan dan pengolahan data ............................................ 28
3.8.1 Pengumpulan data ............................................................. 28
3.8.2 Pengolahan data ................................................................. 28
3.9 Penyajian dan analisis data ......................................................... 29

8

3.10 Etika penelitian ........................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi umum lokasi penelitian .............................................. 30
4.2 Unsur-unsur profesionalisme ...................................................... 32
4.2.1 Nilai altruisme ................................................................... 32
4.2.2 Nilai akuntabilitas ............................................................. 34
4.2.3 Nilai keunggulan ............................................................... 35
4.2.4 Nilai tugas atau kewajiban ................................................ 37
4.2.5 Nilai kehormatan dan Integritas ........................................ 38
4.2.6 Nilai menghormati orang lain ........................................... 39
..
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan penelitian ............................................................... 42
5.2 Perilaku profesional tenaga kesehatan ........................................ 42
5.2.1 Altruisme ........................................................................... 42
5.2.2 Akuntabilitas ..................................................................... 44
5.2.3 Keunggulan ....................................................................... 46
5.2.4 Tugas atau kewajiban ........................................................ 47
5.2.5 Kehormatan dan Integritas ................................................ 48
5.2.6 Menghormati orang lain .................................................... 49

BAB VI SIMPULAN SARAN
6.1 Simpulan ....................................................................................... 52
6.2 Saran ........................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
LAMPIRAN ........................................................................................................... 61


9


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka teori ........................................................................... 20
Gambar 2.2 Kerangka konsep ....................................................................... 21
Gambar 4.1 Peta wilayah sungai sembilan ................................................... 32

10


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Informasi penelitian ................................................................ 61
Lampiran 2 Informed consent .................................................................... 63
Lampiran 3 Panduan pertanyaan untuk informan ...................................... 64
Lampiran 4 Panduan pertanyaan untuk pasien (crosscheck)..................... 67
Lampiran 5 Panduan pertanyaan untuk tenaga kesehatan lain
(cross check).......................................................................... . 68
Lampiran 6 Transkrip wawancara .............................................................. 70
Lampiran 7 Surat keterangan lolos kaji etik .............................................. 85
Lampiran 8 Surat keterangan unggah karya ilmiah ................................... 86
Lampiran 9 Daftar riwayat hidup ............................................................... 87













11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia masih terus diupayakan
oleh Pemerintah Indonesia. Salah satu aspek penting untuk mendukung
peningkatan pelayanan kesehatan yang optimal adalah ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) kesehatan yang mengacu kepada tenaga kesehatan.
1

Tenaga kesehatan adalah orang yang bekerja secara aktif dan profesional
dalam bidang kesehatan.
1
Profesional sendiri diartikan sebagai tindakan yang
dapat dipertanggung jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten, tepat atau taat
asas, cermat, intelektual atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas kemampuan,
optimistik, bermoral, dan bersikap serta berpikir positif.
2

American Board Council of Internal Medicine lebih lanjut lagi
menyatakan bahwa perilaku profesional tenaga kesehatan dicerminkan dari
profesionalismenya. Enam unsur profesionalisme yang harus dimiliki tenaga
kesehatan adalah alturisme (alturism), akuntabilitas (accountability), keunggulan
(exellence), tugas atau kewajiban (duty), kehormatan dan integritas (honor and
integrity) serta menghormati orang lain (respect to others).
3

Perilaku profesional penting dimiliki oleh seluruh tenaga kesehatan dalam
melaksanakan profesinya. Hal itu dikarenakan profesi tenaga kesehatan
berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang menyangkut kehidupan manusia.

12

Selain itu setiap tindakan yang di ambil oleh tenaga kesehatan memiliki tanggung
jawab besar terhadap diri sendiri, pasien, terhadap Tuhan, terhadap kolega profesi
kesehatan mereka, juga terhadap pihak ketiga seperti pusat pelayanan kesehatan
diantaranya puskesmas maupun rumah sakit dan keluarga pasien.
4

Dampak akibat tidak di implementasikan perilaku profesional seperti pada
profesi dokter, adalah dengan makin tingginya angka pengaduan pasien ke
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dari tahun ke
tahun. Sekitar 70 % dari pengaduan masyarakat atas praktik kedokteran itu
menyangkut perilaku profesional seperti proses komunikasi antara dokter dan
pasien yang tidak berlangsung dengan baik.
5
Permasalahan lain yang dihadapi terkait tenaga kesehatan di Indonesia
yaitu dibutuhkannya peranan tenaga kesehatan yang profesional untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama di daerah pesisir. Hal itu
dikarenakan masih rendahnya derajat kesehatan mayarakat di sebagian besar
daerah pesisir Indonesia.
6
Indonesia memiliki 8.090 desa pesisir yang tersebar di
300 kabupaten/kota, dimana hampir semua daerah pesisir di Indonesia memiliki
permasalahan yang sama. Permasalahan yang ditemukan di daerah pesisir ialah
sebagian besar masyarakatnya memiliki tingkat pendapatan dan derajat kesehatan
yang rendah, dengan karakteristik masyarakat yang tidak terlalu memperhatikan
kesehatan disebabkan karena ketidaksediaan fasilitas, rendahnya pengetahuan dan
kurangnya penyuluhan dari pemerintah melalui tenaga kesehatan.
1,6,7

Kebutuhan akan ketersediaan tenaga kesehatan profesional tersebut
diperlukan terutama di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer (puskesmas). Hal ini

13

dikarenakan kedudukan puskesmas adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan
strata pertama sehingga menjadi lini terdepan dalam memberikan pelayanan yang
profesional demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
8

Kota Dumai merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Provinsi
Riau. Puskesmas Sungai Sembilan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan
Kota Dumai berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2012) terdiri
dari satu puskesmas, dan tujuh puskesmas pembantu.
9

Kecamatan Sungai Sembilan merupakan kecamatan terbesar di Kota
Dumai dengan luas wilayah 975,38 km
2
dengan jumlah penduduk 33.530 jiwa.
Lokasi Puskesmas Sungai Sembilan cukup jauh dari rumah sakit yang berada di
pusat Kota Dumai, selain itu akses jalan penghubung antar kelurahan yang sulit
untuk dilalui dan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah,
sehingga peranan tenaga kesehatan yang profesional di Puskesmas Sungai
Sembilan sangat penting bagi masyarakat pesisir Kecamatan Sungai Sembilan,
terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan dan memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal. Tenaga medis yang dimiliki oleh Puskesmas Sungai
Sembilan dalam memberikan pelayanan terdiri dari tujuh dokter umum, satu
dokter gigi, 24 perawat, 26 bidan.
9,10

Penelitian mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan daerah pesisir
ini belum banyak dilakukan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
meneliti perilaku profesional tenaga kesehatan pada pelayanan primer Puskesmas
Sungai Sembilan Kota Dumai.


14

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
bagiamana gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan daerah pesisir
Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai tahun 2014.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas
Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mendapatkan gambaran unsur altruisme (alturism) pada perilaku
profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai
Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
b. Mendapatkan gambaran unsur akuntabilitas (acountability) pada perilaku
profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai
Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
c. Mendapatkan gambaran unsur keunggulan (excellence) pada perilaku
profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai
Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.

15

d. Mendapatkan gambaran unsur tugas atau kewajiban (duty) pada perilaku
profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai
Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
e. Mendapatkan gambaran unsur kehormatan dan integritas (honor and
intagrity) pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir
Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota
Dumai.
f. Mendapatkan gambaran unsur menghormati orang lain (respect to others)
pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau
Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Bagi peneliti, sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu
yang telah didapat serta menambah wawasan terutama mengenai perilaku
profesional tenaga kesehatan.
b. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan instansi pendidikan
lainnya, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi
tambahan mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan.
c. Bagi peneliti lain, dapat menjadi masukan, referensi dan ide bagi peneliti
selanjutanya yang berhubungan dengan perilaku profesional tenaga
kesehatan di daerah pesisir.
d. Bagi instansi terkait, Dinas Kesehatan, diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat menjadi informasi tambahan dan bahan pertimbangan dalam
penentuan kebijakan.

16

e. Bagi pusat pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, dengan
didapatkannya data terkait penelitian ini diharapkan dapat mengerti
tentang perilaku profesional tenaga kesehatan sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara memperbaiki atau
mempertahankan perilaku profesional tenaga kesehatan yang telah ada.










17



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku profesional
Perilaku dapat didefenisikan sebagai tindakan atau reaksi dari suatu obyek
atau organisme yang biasanya memiliki kaitan dengan lingkungan, baik sadar atau
tidak sadar, terbuka atau terselubung, dan sukarela atau tidak. Notoadmojo lebih
jauh menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar.
11
Profesional atau profesionalisme berasal dari kata profesi. Profesi adalah
suatu pekerjaan yang berlandaskan suatu ilmu pengetahuan dan diperoleh melalui
program pendidikan yang khas atau spesifik dengan standar kualitas tertentu dan
terukur, dan dapat melakukan profesi dengan mandiri dengan imbalan jasa dari
klien yang dilayani dan dengan kode etik dan aturan yang berlaku yang telah
disusun dan disepakati oleh organisasi profesinya.
2
Yusoff, MS dalam tulisannya yang berjudul "Professional Behaviour: What
Does It Means?", mendefenisikan perilaku profesional sebagai tindakan seseorang
yang memiliki kesesuaian, baik sengaja atau tidak sengaja terhadap perubahan
lingkungan atau kondisi yang merefleksikan kualitas diri dan sikap tanggung

18

jawabnya. Dengan kata lain, perilaku profesional merupakan refleksi dari
profesionalisme.
11
Seseorang dikatakan memiliki pekerjaan yang profesional apabila syarat-
syarat atau ciri-ciri berikut terpenuhi, memiliki pengetahuan dan teknologi yang
hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja karena proses pendidikan dan atau
pelatihan.

Dalam menjalankan profesinya, seorang profesional diberikan otonomi
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dari proses
pendidikan dan pelatihan tersebut. Selain itu, mereka mendapat izin dari negara
atau organisasi profesi untuk melakukan suatu tindakan tertentu, seperti sertifikasi
dan akreditasi.

Selain itu juga memiliki dan menjadi anggota organisasi profesi
yang sama-sama mempunyai hak dan suara yang menyebarkan standar atau cita-
cita perilaku serta saling mendisiplinkan diri sesuai dengan standar tersebut.
Seorang profesional juga di muka publik mengucapkan sumpah atau janji untuk
memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, dan memiliki komitmen
moral serta kesanggupan untuk melayani klien.
2

Seorang profesional dituntut menguasai ilmu/kompetisi dan teknik, dan juga
memanfaatkan ilmu dan tekniknya secara arif, peduli serta mengembangkan
secara inovatif dan berkesinambungan. Sehingga dalam bekerja dilakukan dengan
keyakinan penuh percaya diri, semangat tinggi, dan dengan rendah hati sebagai
anggota masyarakat di tengah lingkungannya serta dengan sikap tanggung jawab
yang tinggi.
2
Terdapat 6 unsur dari profesionalisme tenaga kesehatan yang didefinisikan
oleh American Board of Internal Medicine
3
:

19

a. Altruisme (Alturism)
Menurut Baron dan Byrne (1996) altruisme merupakan bentuk khusus
dalam penyesuaian perilaku yang ditujukan demi kepentingan orang lain,
biasanya merugikan diri sendiri dan biasanya termotivasi terutama oleh hasrat
untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain agar lebih baik tanpa
mengaharapkan penghargaan.
12
Sementara itu Myers (dalam Sarwono, 2002)
altruisme dapat didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa
memikirkan kepentingan diri sendiri.
13
Altruisme diartikan sebagai perilaku yang lebih mengutamakan kepentingan
pasien dibanding kepentingan pribadi tenaga kesehatan. Altruisme juga diartikan
sebagai perilaku menolong tanpa pamrih. Seseorang yang altruis memiliki
motivasi altruistik, keinginan untuk selalu menolong orang lain.
14,15
Indikator tingkah laku altruisme meliputi empati, interpretasi, tanggung
jawab sosial, inisiatif, dan rela berkorban. Indikator empati seseorang yang altruis
dilihat dari kemampuan merasakan perasaan yang sama sesuai dengan situasi
yang terjadi. Indikator terhadap interpretasi adalah seseorang yang altruis mampu
mengiterpretasikan dan sadar terhadap situasi-situasi yang membutuhkan
pertolongan. Indikator tanggung jawab sosial adalah saat seseorang yang altruis
merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang ada disekitarnya. Indikator
inisiatif dimana seseorang yang altruis memiliki kemampuan berfikir untuk
melakukan tindakan menolong dengan cepat dan tepat. Indikator rela berkorban
adalah dimana seseorang yang altruis sadar bahwa ada hal yang harus rela
dikorbankan dari dirinya untuk melakukan tindakan menolong.
13,14

20

Hakikatnya semua manusia adalah baik, yang memiliki kekuatan
(strength) dan memiliki kebaikan hati (kidness). Kebaikan hati merupakan sifat
dermawan (generosity), kepedulian (care), rasa kasih (compassion), serta
pemeliharaan (nurturance).
16
b. Akuntabilitas (Accountability)
Oakerson (1989) mengungkapkan bahwa menjadi akuntabel artinya mampu
memberikan pertanggung jawaban, baik menyangkut segala tindakan yang
diambil (action) maupun yang tidak diambil (inaction), dan mampu bertanggung
jawab terhadap segala konsekuensi.
17

Menurut Galway menjelaskan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertindak sebagai pelayan yang bertanggung jawab dari informasi pribadi orang
lain. Selain itu, bertanggung jawab untuk perlindungan dan penggunaan yang
tepat dari informasi tersebut serta siap bertanggung jawab atas penyalahgunaan
informasi tersebut.
18

Hubungan profesi tenaga kesehatan dan masyarakat merupakan suatu
kontrak sosial, dimana seorang tenaga kesehatan dalam praktik profesinya
berupaya meyakinkan masyarakat dengan memberikan jaminan profesionalisme
dan akuntabilitas profesi dalam upaya pelayanan kesehatan. Hal ini berkaitan
dengan Pasal 12 ayat (1) UU No 18 tahun 2002 tentang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi menyatakan bahwa Untuk menjamin tanggung jawab dan
akuntabilitas profesionalisme, organisasi profesi wajib menentukan standar,
persyaratan, dan sertifikasi keahlian, serta kode etik profesi.
19


21

Berdasarkan uraian di atas, maka profesi sebagai tenaga kesehatan bukan
hanya pekerjaan melainkan sebuah pengabdian. Tenaga kesehatan dikatakan
akuntabel jika memenuhi standar kompetensi, yang selanjutnya menjadi acuan
mendapatan kewenangan material dan formil untuk melakukan praktik profesi
sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi.
19
Profesi tenaga kesehatan
dianggap masyarakat merupakan profesi yang mulia dan tenaga kesehatan
dianggap masyarakat merupakan profesi yang memiliki pengetahuan yang luas,
sebab profesi tersebut berhubungan secara langsung dengan manusia.
20

c. Keunggulan (excellence)
Keunggulan berasal dari kata unggul berarti kualitas yang luar biasa atau
sangat baik. Kualitas diri dari suatu profesi dapat diukur dengan standar
kompetensi. Belajar sepanjang hayat (long life learning) merupakan keunggulan
tenaga kesehatan dalam rangka komitmen dalam menjalankan profesi. Seorang
tenaga kesehatan dalam rangka menjadikan dirinya unggul harus mampu
mempraktikan belajar sepanjang hayat, mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan
yang baru, berperan aktif dalam program pendidikan dan pelatihan dan
pengalaman belajar lainnya, menunjukan sikap kritis terhadap praktik kesehatan
berbasis bukti (Evidence-Based Medicine).
2,15,21

Belajar sepanjang hayat merupakan sarana edukatif memperbarui,
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam
menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan profesi. Sebagai contoh, setiap tenaga kesehatan mengikuti pendidikan
dan pelatihan serta seminar atau workshop yang diselenggarakan oleh institusi
pendidikan atau lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi profesi dalam

22

rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang.
21
d. Tugas atau Kewajiban (Duty)
Tugas dapat diartikan sebagai sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang
ditentukan untuk dilakukan. Tugas sebagai profesional medis dalam hal ini adalah
melakukan pelayanan kesehatan.
22,27

Untuk memenuhi standar dalam menjalankan tugas dan kewajiban, tenaga
kesehatan harus memiliki sikap berkomitmen untuk melayani dalam menjalankan
tugas dan kewajiban. Salah satu bentuk lain dalam menjalankan tugas atau
kewajibannya tenaga kesehatan adalah dengan merujuk pasien ke dokter atau atau
dokter gigi lain yang memiliki keahlian, atau kemampuan yang lebih baik apabila
tidak mampu melakukan penanganan atau pengobatan terhadap pasien.
15

e. Kehormatan dan Integritas (Honor and Integrity)
Integritas merupakan kepatuhan yang teguh terhadap prinsip prinsip etika
atau standar profesional, kejujuran, keadilan, melakukan apa yang dikatakan
bahwa itu akan dilakukan dan menjelaskan mengapa melakukannya. Integritas
bagi tenaga kesehatan merupakan sikap konsisten menerapkan standar tertinggi
dalam perilaku dan menolak untuk melanggar etika profesi. Dimana hal tersebut
menyiratkan seorang tenaga kesehatan untuk bersikap adil, jujur, teguh
memegang janji, konsisten terhadap perkataannya.
23

Kode Etik Kedokteran Indonesia menerangkan bahwa integritas termasuk
salah satu dari sifat dasar yang harus dimiliki dokter.

Menghormati dan integritas
adalah hal yang konsisten untuk standar tertinggi perilaku dan penolakan untuk
melanggar kode seseorang pribadi atau profesional. Integritas menjadikan

23

seseorang hidup tanpa beban dan jauh dari kepura-puraan dan kepalsuan dan
dekat dengan kebenaran serta kejujuran sehingga memberikan pengaruh yang
positif dalam kehidupan. Seseorang yang berintegritas tinggi konsisten dengan
nilai baik yang diyakininya dalam menjalankan kehidupan, namun keyakinan ini
tidak bersifat buta tetapi masuk dapat di terima oleh orang banyak. Pribadi yang
memiliki integritas dapat membaktikan tugas dan kewajiban, karena minat pada
pekerjaannya maka pribadi tersebut akan bekerja keras disertai rasa tanggung
jawab.
23-27
f. Menghormati Orang Lain (Respect For Others)
Menghormati orang lain dalam hal ini termasuk pasien, keluarga, dokter
lain, perawat, bidan, masyarakat, sub spesialis dan diri sendiri. Setiap tenaga
kesehatan yang profesional dalam melaksanakan praktik di Indonesia mengacu
kepada kaidah dasar moral yaitu

menghormati martabat manusia (respect for
person). Pengertian dari menghormati martabat manusia adalah dimana setiap
individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki hak untuk
menentukan nasib diri sendiri (autonomy), dan setiap manusia yang otonominya
berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
27

Tindakan lain yang menunjukan sikap menghormati orang lain ialah berbuat
baik (beneficence). Tenaga kesehatan juga harus mengusahakan agar pasien yang
dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian "berbuat
baik" diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi
kewajiban. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence) dalam praktik
tenaga kesehatan haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan

24

paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno "first, do no harm", tetap berlaku dan
harus diikuti.
27

Sikap menghormati orang lain juga dapat dilihat dari kemampuan untuk
bersikap adil (justice). Seorang profesional tidak akan merubah sikapnya terhadap
pasien hanya karena perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta
perbedaan gender. Kesehatan pasien merupakan yang utama yang menjadi
perhatian utama bagi tenaga kesehatan.
27

Perilaku profesional terhadap rekan atau teman sejawat dalam rangka
menghormati orang lain diterangkan menurut Australia Medical Council (AMC)
meliputi berkomunikasi dengan jelas, efektif, sikap hormat dan sigap dengan
dokter lain dan tenaga kesehatan profesional lainnya dalam merawat pasien.

Selain itu mengakui dan menghormati kontribusi semua tenaga kesehatan
profesional yang terlibat dalam perawatan pasien.

Berperilaku profesional dan
sopan kepada rekan-rekan dan praktisi lainnya termasuk ketika menggunakan
media sosial adalah wujud menghormati orang lain.
28
West CP dan Shanafelt TD dalam jurnal yang berjudul The Influence of
Personal and Environmental Factor on Professionalism in Medical Education
menerangkan bahwa dalam proses melaksanakan profesi, terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku profesional
29
:
a. Faktor Internal (Personal)
Faktor internal (personal) salah satunya karakteristik individu serta
kepribadian merupakan refleksi diri dari motivasi dalam diri individu tersebut,

25

tindakan intelektual, etos kerja, kedidisiplinan, percaya diri atas kemampuan (self
efficacy), optimisik, bermoral, kepribadian, cara bersikap dan cara berpikir
mempengaruhi sikap profesionalisme individu dalam melaksanakan tugas sebagai
tenaga kesehatan.
2,29
Kualitas dan keterampilan interpersonal terdiri dari
kemampuan berkomunikasi dan berempati.
29

Faktor internal yang juga dapat mempengaruhi profesionalisme adalah stres
profesi yang dihadapi dokter seperti beban keuangan, tidak memiliki waktu
istirahat yang cukup, tekanan dengan permasalahan kesehatan pasien dan
kematian, halhal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup sehingga
menyebabkan penurunan efektifitas di tempat kerja. Penurunan efektifitas di
tempat kerja tersirat dari sejumlah penelitian menunjukkan hubungan antara
kejenuhan dengan pengikisan profesionalisme dokter, hal ini memberikan
kontribusi negatif pada perawatan pasien sehingga menjadi kurang optimal.
29

b. Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor eksternal (lingkungan) merupakan faktor yang berperan dalam
pembentukan budaya profesi medis dan sangat mempengaruhi profesionalisme
tenaga kesehatan. Faktor-faktor ini diantaranya kebiasaan kelembagaan,
karakteristik lingkungan, karakteristik pasien dan kekhawatiran malpraktik.
29

Kebiasaan lembaga, dimana pihak ketiga yaitu pusat pelayanan kesehatan
seperti puskesmas maupun rumah sakit hanya terfokus pada kebutuhan pasien, hal
itu kurang diimbangi dengan kebutuhan terhadap tenaga kesehatan. Karakteristik
pasien, setiap hari tenaga kesehatan dihadapkan pada karakteristik dan watak
pasien yang berbeda-beda dengan diagnosis yang berbeda menjadi salah satu

26

faktor yang mempengaruhi profesionalisme dokter. Karakteristik lingkungan
dimana lokasi daerah yang aman dan nyaman, lokasi yang strategis, juga
ketersediaan fasilitas yang memadai seperti trasnportasi, listrik, maupun air bersih
di lingkungan bekerja, juga mempengaruhi profesionalisme. Kekhawatiran akan
tindakan malpraktik menjadi hal yang tidak dapat dipungkuri oleh setiap tenaga
kesehatan, hal itu turut andil dalam memberikan pelayanan yang profesional
terhadap pasien.
29

2.2 Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan bentuk profesi. Tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan.
30

Tenaga kesehatan terdiri dari beberapa bidang. Secara singkat dapat dibagi
berdasarkan tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisan
medis.
30
Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. Tenaga keperawatan meliputi
perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi, dan
asisten apoteker. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemilog kesehatan,
entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga
keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara. Tenaga
keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi

27

elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, ortorik prostetik dan
perekam medis.
30

Tenaga kesehatan memiliki standar profesi dan perlindungan hukum sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1996 pasal 21,
22 dan 24 dimana setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan profesi memiliki
kewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. Terhadap tenaga
kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya memiliki
kewajiban untuk menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan data
kesehatan pribadi pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi
dan tindakan yang akan dilakukan, selalu meminta persetujuan terhadap tindakan
yang akan dilakukan, membuat dan memelihara rekam medis. Perlindungan
hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai
dengan standar profesi tenaga kesehatan.
29

2.3 Pelayanan kesehatan primer daerah pesisir
Daerah Pesisir merupakan suatu wilayah yang lebih luas dari pantai dimana
wilayahnya mencakup wilayah daratan yang masih dipengaruhi laut (pasang
surut, suara deburan ombak, rembesan air laut di daratan). Berdasarkan Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman
Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan
sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling
berinteraksi.
31,32


Indonesia banyak memiliki wilayah pesisir. Salah satu arah kebijakan
dibidang pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kualitas kesehatan

28

masyarakat melalui peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, serta
peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan.
33
Masalah pada pusat pelayanan primer di daerah peisir dan terpencil adalah
minimnya Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kes). Selain itu akses
masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas seperti jarak
tempat tinggal yang jauh dari puskesmas, akses jalan yang buruk, waktu tempuh
yang lama ke sarana kesehatan, status sosial ekonomi dan budaya, serta rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat juga menjadi permasalahan yang dihadapi di
daerah pesisir dan terpencil.
34,35
Penelitian dengan judul beberapa aspek dasar yang perlu diagendakan
dalam pengelolaan wilayah pesisir Indonesia yang diteliti oleh Rositasari pada
tahun 2002 menyatakan bahwa hampir semua provinsi di Indonesia memiliki
wilayah pesisir dan setiap wilayah hampir memiliki masalah yang sama.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang di lakukan Sardiyatmo yang
menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat pantai memiliki tingkat derajat
kesehatan yang rendah pada penelitian mengenai kepedulian masyarakat pesisir
karimun jawa terhadap masalah pencemaran pada tahun 2005.
6,7

Salah satu daerah pesisir yang ada di Provinsi Riau adalah Kecamatan
Sungai Sembilan, letaknya di Kota Dumai. Luas wilayah Sungai Sembilan 975,38
Km
2
dengan jumlah penduduk 29.920 jiwa. Kepadatan penduduk sungai Sembilan
adalah 31 jiwa/km
2
. Mata pencaharian penduduk Sungai Sembilan sebagian besar
adalah di bidang perkebunan dan perikanan. Berdasarkan data dari badan pusat
statistik Kota Dumai menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Sungai
Sembilan dinilai dari jumlah penduduk di atas usia 5 tahun yang menamatkan

29

pendidikan masih banyak ditemui penduduk yang belum pernah sekolah dan
mayoritas tamatan sekolah dasar. Dibandingkan kecamatan lain di Kota Dumai,
tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Sungai Sembilan masih tergolong
rendah.
10

Pusat pelayanan kesehatan primer pada daerah ini adalah Puskesmas Sungai
Sembilan.

Puskesmas Sungai Sembilan merupakan puskesmas dengan tenaga
medis yang dimiliki terdiri dari delapan dokter umum, satu dokter gigi, 24
perawat, 26 bidan. Puskesmas Sungai Sembilan juga memiliki 7 puskesmas
pembantu yang tersebar di 5 kelurahan di Kecamatan Sungai Sembilan.
9,10

Pemerintah telah berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Pelayanan kesehatan yang dilakukan
terbagi menjadi dua, yakni pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
sekunder. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang paling depan,
sebagai lini depan yang diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami
ganggunan kesehatan atau kecelakaan. Prinsip pelayanan kesehatan masyarakat
adalah mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan
promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih
baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar
terhindar dari penyakit.
8

Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer di Indonesia.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

30

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
8
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya.
8

Fungsi puskesmas diantaranya sebagai penggerak dan pemantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor di wilayah kerjanya, sehingga
tercipta masyarakat yang berwawasan dan mendukung pembangunan kesehatan.
Dalam menjalankan fungsinya ini, Puskesmas melakukan beberapa upaya seperti
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit serta penyembuhan dan pemulihan
penyakit.

Puskesmas juga sebagai pusat pemberdayaan masyarakat berupaya
membangun masyarakat yang memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan
melayani diri sendiri agar dapat hidup sehat, berperan aktif dalam upaya
pembangunan kesehatan. Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat
dalam berbagai program kesehatan secara perorangan, keluarga ataupun
masyarakat.
8
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan.


31

Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
8











32


2.3 Kerangka teori
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah:










Direfleksikan oleh





Tenaga Kesehatan
Penyedia Layanan
Kesehatan pada Pusat
Pelayanan Kesehatan
Dokter
Perawat
Bidan

Profesionalisme
Perilaku Profesional
Altruisme
Menghormati Orang
Lain
Kehormatan dan
Integritas

Akuntabilitas
Kesempurnaan atau
Keunggulan
Tugas atau Kewajiban
Terhadap Diri Sendiri
Pasien
Teman Sejawat

Faktor Internal dan Faktor
Eksternal

Pelayanan kesehatan yang optimal


33



Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.4 Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:













Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Masyarakat

Altruisme
Kehormatan dan
Integritas
Menghormati
Orang Lain
Perilaku Profesional
Tenaga Kesehatan
Dokter
Perawat
Bidan

Profesionalisme
Akuntabilitas
Kesempurnaan
atau Keunggulan
Tugas atau
Kewajiban

34


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Disain penelitian
Disain penelitian adalah metode kualitatif.
36
Dengan menggunakan metode
kualitatif diharapkan peneliti mampu menggali lebih dalam informasi dan data
yang ingin didapatkan, yaitu gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan di
Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
3.2. Waktu dan tempat penelitian
Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April 2014. Tempat
pengambilan data di puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan
Kota Dumai.
3.3 Populasi sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan yang berhadapan
langsung dengan pasien yaitu dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan yang bekerja
di puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
3.3.2 Sampel
3.3.2.1. Pemilihan dan besar sampel
Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik
populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi,
melainkan lebih terfokus kepada representasi fenomena sosial. Oleh karena itu,
cara pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode snowball

35

sampling
37
yaitu pemilihan subyek penelitian berdasarkan suatu pertimbangan
yang memahami dan memiliki informasi yang diinginkan.
Besar sampel dalam penelitian kualitatif ini berjumlah 7 orang. Penelitian
dihentikan atas pertimbangan tidak ditemukan lagi variasi informasi. Pemilihan
sampel dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut
36
:
a. Pemilihan sampel awal (Key Informan awal). Sampel awal adalah subyek
Kepala Puskesmas yang dianggap mengetahui mengenai puskesmas. Selanjutnya
sampel awal diminta membantu memilih seorang informan lanjutan yang
merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai
Sembilan Kota Dumai yang bertugas melayani pasien dan dianggap mampu
memberikan informasi kepada peneliti.
b. Pemilihan sampel lanjutan (Key Informan lanjutan) di dapat dari
rekomendasi oleh informan awal, kemudian informan lanjutan juga diminta
merekomendasikan tenaga kesehatan lain sebagai informan lanjutan yang
dianggap mampu memberikan informasi terkait penelitian, begitu seterusnya
sampai tidak ditemukan rekomendasi lain dan tidak ditemukan variasi informasi.
3.4. Definisi operasional
Definisi Operasional dari penelitian ini merujuk kepada enam unsur
profesionalisme yang harus dimiliki tenaga kesehatan yakni alturisme (alturism),
akuntabilitas (accountability), keunggulan (exellence), tugas atau kewajiban
(duty), kehormatan dan integritas (honor and integrity), serta menghormati orang
lain (respect to others) yang dapat dijabarkan sebagai berikut
3
:
a. Altruisme (Altruism)

36

Altruisme adalah perilaku membantu yang dilakukan agar kesejahteraan
orang lain meningkat dengan tidak mementingkan diri sendiri.
16
Nilai altruisme (Altruism) akan ditunjukkan melalui kata kunci :
1. Mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi.
2. Memiliki inisiatif untuk melakukan pertolongan dengan segera.
Sebagai contoh nilai altruisme didapatkan apabila tenaga kesehatan tetap
melayani pasien bahkan diluar jam kerja.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah dimana invidu dalam menjalankan profesinya dapat
dipertanggungjawabkan dengan pembuktian.
15
Nilai akuntabilitas (Accountability)
akan ditunjukkan melalui kata kunci:

1. Menanggapi apa yang dibutuhkan pasien.
2. Mengikuti kode etik, standar praktik dan prosedur dalam pelaksanaan
praktik.
3. Berpartisipasi dalam pencapaian kesehatan masyarakat
Sebagai contoh nilai akuntabilitas didapatkan apabila tenaga kesehatan
memberikan informasi mengenai diagnosis, prognosis maupun pilihan terapi
kepada pasien.
c. Keunggulan (Excellence)
Keunggulan adalah komitmen untuk belajar sepanjang hayat (long life
learning).
22
Nilai keunggulan (Excellence) akan ditunjukkan melalui kata kunci

:

1. Mengikuti pelatihan, seminar dan lain-lain demi meningkatkan standar
pelayanan kesehatan.

37

2. Menggunakan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
pengambilan keputusan dan tindakan.
Sebagai contoh nilai keunggulan didapatkan apabila tenaga kesehatan rutin
mengikuti seminar atau pelatihan, rajin membaca buku atau mencari informasi
melalui internet.
d. Tugas atau Kewajiban (Duty)
Tugas atau kewajiban adalah bersedia dan responsif terhadap panggilan
tugas karena berkomitmen melayani masyarakat.
23
Nilai tugas atau kewajiban
(Duty) akan ditunjukkan melalui kata kunci:

1. Tetap memberikan pelayanan terbaik meski pasien tidak mampu
membayar.
2. Merujuk apabila tidak mampu menangani.
Sebagai contoh nilai tugas atau kewajiban didapatkan apabila tenaga
kesehatan tidak bisa menangani pasien, maka pasien akan dirujuk kepada yang
lebih mampu, dan tetap memberikan pelayanan kepada pasien yang tidak mampu
membayar
e. Kehormatan dan Integritas (Honor and Integrity)
Kehormatan dan integritas adalah konsistensi antara sikap, perkataan dan
perbuatan dengan nilai-nilai yang dianutnya yang tercermin dalam sikap adil,
jujur dan lugas.
21
Nilai kehormatan dan integritas (Honor and Integrity) dapat
ditunjukkan melalui kata kunci :

1. Membaktikan tugas dan kewajiban seperti menjaga rahasia pasien.
2. Adil dan jujur dan lugas dalam praktik profesi.

38

Sebagai contoh nilai kehormatan dan integritas didapatkan ketika tenaga
kesehatan menjaga kerahasiaan pasien.

39

f. Menghormati orang lain (Respect for Others)
Menghormati orang lain adalah menghormati hak-hak pasien, rekan
sejawat dan keluarganya.
23
Nilai menghormati orang lain (Respect for Others)
akan ditunjukkan melalui kata kunci :

1. Menghormati pasien dan keluarga pasien.
2. Menghormati teman sejawat.
3. Menghormati masyarakat.
Sebagai contoh dari menghormati orang lain apabila tenaga kesehatan
menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, teman sejawat dan masyarakat.
3.5. Alat dan bahan
Peneliti menggunakan alat tulis, recorder, kamera, dan panduan pertanyaan
wawancara sebagai alat dan bahan peneltian.
3.6. Cara kerja
Cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti membuat panduan pertanyaan untuk key informan mengenai
perilaku profesional tenaga kesehatan pada pelayanan kesehatan primer
didaerah pesisir Riau.
b. Penyempurnaan panduan pertanyaan.
c. Melakukan wawancara mendalam dengan key informan yang dilakukan
sendiri oleh peneliti dengan panduan pertanyaan. Semua kegiatan dalam
wawancara direkam dengan audio recorder. Wawancara terhadap key
informan dilakukan berulang kali sampai tercapainya informasi yang
diinginkan.

40

3.7. Validitas dan reabilitas data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif dijelaskan dalam 4 hal yaitu
38,39
:
a. Credibility (dapat dipercaya)
Standar kredibilitas identik dengan validitas internal, untuk mencapai standar
dapat dipercaya dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan tidak diwakilkan.
2. Melakukan triangulasi.
3. Melibatkan pembimbing untuk berdiskusi, memberikan masukan dan
kritikan.
4. Melakukan kesesuaian terhadap kelengkapan hasil analisis data.
b. Transferability (berlaku di konteks lain)
Standar ini merupakan modifikasi validitas eksternal. Pada prinsipnya, hasil
penelitian dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi
tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian.
c. Dependebility (konsisten)
Standar ini identik dengan reliabilitas. Hal ini akan dilakukan dengan
menggunakan peer review (teman sejawat yang melakukan penelitian serupa, dan
pembimbing) sebagai auditor independen untuk melakukan review terhadap
seluruh hasil penelitian.

41

d. Confirmability (Kepastian)
Standar ini lebih terfokus pada audit kualitas dan kepastian hasil penelitian.
Untuk itu seluruh dokumen pendukung penelitian seperti informed consent, buku
catatan penilitian dan audio recorder akan menjadi bahan audit oleh peer review.
3.8 Pengumpulan dan pengolahan data
3.8.1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil
wawancara responden secara apa adanya (verbatim) yang direkam dengan audio
recorder.
3.8.2. Pengolahan data
Hasil pengumpulan data selanjutnya diolah melalui proses :
a. Transkrip Data
Pada tahap ini hasil rekaman dari audio recorder diubah ke bentuk tulisan.
Pentranskripan data dilakukan pada dua per tiga bagian lembar kertas. Sepertiga
sisa bagian lembar kertas dialokasikan untuk koding data.
b. Pengkodingan data
Data dikoding berdasarkan kata kunci setelah membaca hasil transkrip data
secara pelan-pelan dan teliti.
c. Kategorisasi data
Pada tahap ini kata-kata kunci disederhanakan dalam satu besaran yang
dinamakan kategori. Pengkategorisasian data menggunakan perspective codes
taksonomi Bogdan dan Biklen yaitu penggolongan kode yang berhubungan
dengan pendapat, pandangan yang dipegang (dipercayai oleh subjek penelitian).
70

70

d. Penyimpulan
Pada tahap ini konteks empiris diubah menjadi konteks konseptual.
3.9. Penyajian dan analisis data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstual mengenai gambaran perilaku
profesional tenaga kesehatan di Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai.
3.10. Etika penelitian
Penelitian ini telah dinyatakan lolos kaji etik oleh Unit Tetap Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Riau dengan nomor 13/UN19.1.28/UEPKK/2014.














71

71



BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara
yang mendalam terhadap informan. Wawancara dilaksanakan selama tujuh hari kerja
di Puskesmas Sungai Sembilan. Pada penelitian ini, total informan yang didapatkan
berdasarkan metode snowball sampling yaitu sebanyak tujuh informan. Urutan
wawancara dilakukan terhadap kepala puskesmas sebagai key informan awal
(informan 1), informan lanjutan terdiri dari dokter gigi (informan 2), dokter umum 1
(informan 3), bidan (informan 4), perawat 1 (informan 5), dokter 2 (informan 6), dan
perawat 2 (informan 7). Wawancara pada setiap informan dilakukan sebanyak dua
sampai tiga kali dan di dokumentasikan menggunakan audio recorder, selanjutnya
dilakukan transkrip data hasil wawancara. Validasi data dilakukan dengan
menggunakan triangulasi, yaitu cross check kepada key informan awal, key informan
lanjutan (tenaga kesehatan lain), pasien, masyarakat, menggunakan data sekunder
seperti absensi, program pencapaian, surat tugas, surat masuk dan observasi langsung
oleh peneliti. Peer review sebagai auditor independen untuk melakukan review
terhadap seluruh hasil penelitian ini.
4.1 Deskripsi umum lokasi penelitian
Puskesmas Sungai Sembilan dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat
dengan jarak tempuh dari Pekanbaru selama 5 jam 45 menit (PekanbaruDumai
Sungai Sembilan). Puskesmas Sungai Sembilan adalah puskemas paling utara dari
kota Dumai. Puskesmas tersebut memiliki wilayah kerja sebanyak lima kelurahan
72

72

yaitu Lubuk Gaung, Bangsal Aceh, Tanjung Penyembal, Basilam Baru dan Batu
Teritip. Luas wilayah kerja puskesmas tersebut adalah 975.38 m
2
dengan jumlah
penduduk tahun 2013 tercatat 33.530 jiwa. Puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 1
puskesmas rawat jalan, 1 puskesmas rawat inap, 7 pukesmas pembantu (pustu) dan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam.
Tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 7 dokter umum,
meliputi 1 dokter umum sebagai kepala puskesmas, 2 dokter umum sebagai dokter
pelayanan rawat inap dan rawat jalan di Puskesmas Sungai Sembilan, 2 dokter umum
yang sedang melakukan tugas belajar, 1 dokter umum yang bertugas di pustu dan 1
dokter umum yang sedang mengambil cuti, sehingga pada saat penelitian
berlangsung, teradapat 2 dokter yang aktif melakukan pelayanan di puskesmas sungai
sembilan. Dokter gigi di puskesmas ini hanya tersedia 1 orang dokter gigi. Perawat
yang berada di puskesmas terdiri dari 24 orang dengan pembagian, untuk puskesmas
induk terdiri dari 8 orang di rawat jalan, 6 orang di rawat inap, 7 orang yang tersebar
di puskesmas pembantu, 2 orang perawat yang pindah dan 1 orang sedang
melaksanakan tugas belajar. Bidan di puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 26
orang dimana yang berada di Puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 8 orang,
selebihnya tersebar sebagai bidan desa.
Waktu kerja tenaga kesehatan setiap hari senin sampai sabtu, dimana jam
pelayanan poli dimulai dari jam 8:00 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB, jadwal
pulang jam 14:00 WIB, kecuali hari jumat dimulai dari jam 08:00 WIB sampai
dengan jam 11:00 WIB. Setiap hari dilaksanakan apel pagi sebelum dimulainya
pelayanan dan apel pulang sebelum jam kerja berakhir.
73

73















Gambar 4.1 Peta Wilayah Sungai Sembilan
4.2 Unsur-unsur profesionalisme
4.2.1 Altruisme
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap tujuh orang informan, secara umum
seluruh informan telah menggambarkan unsur altruisme yang merupakan salah satu
74

74

unsur profesionalisme. Hal itu tergambar dari seluruh pernyataan informan yang
menunjukan bahwa informan memiliki inisiatif dan bersedia untuk menolong pasien
yang datang pada saat jam kerja telah berakhir. Bahkan informan bersedia
memberikan pelayanan dalam keadaan darurat meskipun dimalam hari. Seperti
pernyataan salah satu informan berikut ini :
Informan 7 : tetap kita layani. gak mungkin kita biarkan. Lebih ke hati
nurani

Jawaban informan tersebut, juga sesuai dengan jawaban informan lainnya.
Alasan informan menolong adalah karena hati nurani, tidak ingin membiarkan pasien
yang rumahnya jauh dan sebagainya tanpa pengobatan.
Peneliti juga menemukan lima orang informan seperti apabila jam pelayanan
telah berakhir dan petugas apotek, serta registrasi telah tidak berada ditempat, maka
pasien akan dialihkan ke IGD 24 jam yang tersedia di puskesmas tersebut. Dengan
kata lain informan akan tetap melayani dan tidak akan menelantarkan pasien, Hal ini
seperti kutipan informan :
Informan 6 : tetap kita layani, kalau masih ada orang di poli, kalau apotek buka,
yang buat kartu ada, kita layani. Tapi kalau udah gak ada, kita oper ke
IGD, kan IGD kita kan 24 jam

Mengenai kesediaan informan untuk memberikan pelayanan dalam keadaan
darurat di tengah malam, dari hasil wawancara terdapat beberapa informan yang
bersedia dipanggil dalam keadaan darurat, seperti kutipan berikut :

Informan 3 : Kalau ibuk dipanggil tengah malam gitu ibuk siap dipanggil
melayani
75

75


Observasi langsung telah dilakukan, namun selama penelitian berlangsung
peneliti tidak menemukan pasien yang datang pada jam pelayanan telah berakhir.
Peneliti juga melakukan cross check terhadap pasien maupun masyarakat sekitar,
dimana tidak ditemukan masyarakat yang pernah datang berobat ke puskesmas pada
saat jam pelayanan poli telah berakhir. Berdasarkan hasil cross check terhadap key
informan awal dan key informan lanjutan ditemukan kesesuaian dengan jawaban
informan bahwa para informan menyatakan tetap melayani pasien ketika jam kerja
berakhir dan sebagian pasien menyatakan langsung dialihkan ke IGD. Hal ini
menunjukan bahwa seluruh informan memiliki gambaran unsur altruisme.
4.2.2 Akuntabilitas
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti
mendapatkan bahwa seluruh infroman telah menggambarkan unsur akuntabilitas. Hal
itu dapat ditunjukan dengan pernyataan informan yang menjelaskan kepada pasien
mengenai diagnosis, prognosis dan terapi kepada pasien. Seperti kutipan berikut :
Informan 7 : kita kasih tau penyakitnya apa gimana obatnya, gimana
perawatannya Manfaatnya kita jelaskan, resikonya tetap kita
jelaskan

Informan dalam melaksanakan profesinya juga mengikuti kode etik atau
standar praktik dan prosedur dalam pelaksanaan praktik. seperti yang kutipan berikut :
Informan 4 : kita udah ada S.O.P. jadi kami sesuai S.O.P.

76

76

Informan juga menanggapi apa yang dibutuhkan pasien sebagai bentuk
tanggung jawabnya. Seperti apabila stok obat habis, seorang informan berikut
berinisiatif untuk mengganti pilihan obat lain, seperti kutipan berikut :
Informan 2 : kita gak pernah gak kasih obat kalau pasien memang membutuhkan
obat, Ya paling kita cari pilihan obat lainnya sebagai alternatif pilihan
kalau stok obatnya habis

Informan juga menyadari tanggung jawabnya dalam berpartisipasi demi
pencapaian kesehatan masyarakat. Seperti kutipan informan sebagai berikut :
Informan 3 : jadi kita tenaga kesehatan berusaha untuk mencerdaskan pasien
juga dengan menjelaskan gitu kan

Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat seluruh informan menjelaskan
terhadap pasien mengenai diagnosis, prognosis dan pencegahan penyakit serta terapi
terhadap pasien. Berdasarkan cross check yang dilakukan peneliti terhadap key
informan awal dan key informan lanjutan, ditemukan kesesuaian jawaban yang
disebutkan oleh seluruh informan dimana seluruh informan berperan aktif
memberikan informasi terhadap pasien. Cross check terhadap pasien didapatkan
kesesuaian data dimana seluruh informan dalam melaksanakan tugasnya selalu
memberikan informasi mengenai diagnosis, prognosis, pencegahan, maupun terapi
pasien.
Terkait dengan akuntabilitas informan, peneliti mencoba mencari data
mengenai program pencapaian yang dilaksanakan oleh informan. Hampir seluruh
program telah terealisasikan dengan baik. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara
informan dan hasil crosscheck ke tenaga kesehatan lainnya. Hanya sedikit program
pencapaian yang belum tercapai, dimana lima informan mengakui alasan geografis
77

77

sebagai daerah pesisir dengan jarak tempuh yang jauh serta infrastruktur jalan yang
masih buruk, dipengaruhi oleh cuaca menjadi faktor masih adanya sedikit program
yang belum terealisasikan dengan maksimal. Hal itu sesuai dengan kutipan berikut :
Informan 1 : Kendala kalau kita geografis sama cuaca. Karna untuk wilayah kita nih
kan luasnya 2/3 kota dumai, terus jarak tempuhnya masih ada lewat
laut. Jadi ketika mau kesana itu kadang jadi masalah.

4.2.3 Keunggulan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti
mendapatkan bahwa seluruh infroman telah menggambarkan unsur keunggulan. Hal
itu sesuai dengan pernyataan seluruh informan yang rutin mengikuti seminar, seperti
kutipan berikut :

Informan 5 : Ada. Saya ikut seminar

Informan menyadari pentingnya untuk terus menambah ilmu dalam
menjalankan profesinya. Hal itu tergambar seperti kutipan berikut :
Informan 6 : itu lebih ke info. Kita juga harus tahu perkembangan ilmu kan,
kadang ada obat yang berubah kan untuk diberikan ke pasien

Selain mengikuti seminar, kegiatan lain yang dilakukan oleh informan adalah
dengan membuka internet untuk menambah wawasan. Namun hanya dua informan
yang menurut peneliti menggunakan sumber terpercaya melalui perpustakaan online
universitas atau dari jurnal kesehatan maupun situs resmi kesehatan, seperti kutipan
berikut :
78

78

Informan 2 : karena saya alumni USU, saya ambilnya dari perpustakaan
online nya. Ya kalau gak dari USU saya juga cari nya perpustakaan online universitas
lain gitu
Informan lain menggunakan mesin pencari global seperti google untuk
mencari bahan bacaan. Satu informan mengakui tidak memanfaatkan internet sebagi
sumber informasi yang didapatkan, namun lebih diskusi dengan rekan sejawat.
Enam informan menyatakan sudah jarang membaca buku. Satu informan
mengaku rutin membaca buku buletin kesehatan dari kementrian kesehatan. Seperti
kutipan berikut :
Informan 1 : kalau buletin kesehatan dapat tiap bulan dari kemenkes, kita baca,
mana tau ada program baru, kayak bpjs kan dan peraturan peraturan
gitu..

Observasi yang dilakukan selama penelitian di puskesmas sungai Sembilan,
peneliti tidak menemukan tenaga kesehatan yang mengikuti seminar pada saat
penelitian. Berdasarkan cross check yang peneliti lakukan menggunakan surat masuk,
surat tugas, peneliti menemukan kesesuaian dimana rutin terdapat surat undangan dan
surat tugas mengikuti seminar untuk tenaga kesehatan dan terdapat buletin kesehatan.
Hasil cross check terhadap key informan awal dan key informan lanjutan ditemukan
kesesuaian dengan jawaban informan bahwa semua tenaga kesehatan yang menjadi
informan rutin meng-upgrade ilmu dengan mengikuti seminar atau pelatihan dan juga
membaca informasi kesehatan dari internet serta membaca buletin kesehatan dan
bertukar informasi kesehatan dengan teman sejawat. Hal ini menunjukan seluruh
informan memiliki nilai kesempurnaan atau keunggulan.

79

79

4.2.4 Tugas atau Kewajiban
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti
mendapatkan bahwa seluruh informan telah menggambarkan unsur tugas atau
kewajiban. Hal ini tergambar dari sikap seluruh informan yang akan tetap
memberikan pelayanan meski pasien tidak mampu membayar. Seperti kutipan salah
satu informan berikut :
Informan 4 : disini kalau jamkesmas semua gratisKalau kita gak pernah narik.
Kalau pasien umum gak punya uang kita gak pernah paksa untuk
bayar

Informan juga akan merujuk apabila tidak mampu menangani pasien. Hal ini
merupakan salah satu bentuk menjalankan tugas/kewajiban sebagai tenaga kesehatan.
Hal itu dapat dilihat dari kutipan salah satu informan berikut :
Informan 1 : Kalau kasus kasus yang gak bisa kita tangani disini kita rujuk ke
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Informan yang merupakan tenaga kesehatan tetap datang ke puskesmas
memberikan pelayanan meskipun insentif mengalami penundaan. Dimana informan
menyadari memberikan pelayanan merupakan bentuk tugas mereka, meskipun
insentif belum keluar. Hal itu seperti kutipan informan berikut :
Informan 2 : ya gak jugalah kan, ini buktinya insentif gak keluar kita masih kerja
aja. Tetap melakukan tugas-tugas

Hasil wawancara didapatkan seluruh informan memberikan pelayanan secara
gratis terhadap seluruh pengobatan di puskesmas baik dari tindakan, pelayanan,
layanan rawat inap serta IGD tidak dipungut biaya bagi yang memiliki KTP/KK Kota
80

80

Dumai. Pembiayaan yang dilakukan di puskesmas akan ditanggung oleh pemerintah
daerah.
Peneliti selanjutnya melakukan observasi langsung pada saat pelayanan poli.
Peneliti melihat bahwa memang tidak ada pemungutan biaya pada layanan poli
sebelum maupun setelah pelayanan dan pengobatan, pasien hanya perlu
memperlihatkan kartu atau identitas kepada petugas administrasi. Selain itu, cross
check terhadap pasien dan masyarakat, ditemukan kesesuaian data dimana memang
tidak ada pemungutan biaya terhadap pasien yang datang berobat ke puskesmas.
Selama penelitian, peneliti juga melakukan observasi langsung terhadap
kegiatan informan dalam menjalankan tugas, ditemukan satu informan melakukan
rujuk ketika terdapat kasus yang tidak bisa ditangani atau memerlukan penanganan
khusus di RSUD. Observasi langsung juga menemukan informan tetap hadir dan
memberikan pelayanan meskipun insentif belum keluar.
4.2.5 Kehormatan dan integtitas
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti
mendapatkan bahwa seluruh informan telah menggambarkan unsur kehormatan dan
integritas. Hal itu sesuai dimana tiga informan bersedia membantu kedokteran
forensik dengan mengeluarkan surat visum dan memberikan keterangan sesuai yang
terjadi. Seperti kutipan informan berikut :
Informan 3 : Ada diminta. Tapi ya ibuk visum dulu. Ibu periksa dulu dan itu tidak
akan diungkapkan kecuali untuk kepentingan penyelidikan

81

81

Selain surat visum, 2 informan juga bersedia memberikan surat sakit kepada
pasien yang memang membutuhkan dan menolak untuk memberikan keterangan
palsu. Seperti kutipan informan berikut :
Informan 2 : kalau visum belum pernah kalau buat surat sakit pernah Saya
juga baru mau mengeluarkan kalau udah meriksa pasiennya
Enggak lah, kita rahasiakan nama pasiennya. Paling kita cerita
penyakitnya aja

Untuk menjaga kehormatan dan integritasnya dalam profesi, seluruh informan
juga menyadari pentingnya menjaga rahasia pasien. Seperti kutipan informan berikut :
Informan 7 : oo gak lah, itu sifatnya pribadi kan, kita ceritanya global gitu
Hasil cross check terhadap key informan awal dan key informan lanjutan
ditemukan keseuaian dengan jawaban dimana seluruh informan bersikap jujur dan
menjaga kerahasiaan pasien. Pada saat observasi langsung peneliti tidak menemukan
adanya permintaan visum. Observasi langsung oleh peneliti menemukan kesesuaian
salah satu informan menolak memberikan surat sakit kepada pasien yang datang
hanya untuk meminta surat sakit. Hal ini menunjukkan seluruh informan memiliki
gambaran unsur kehormatan dan integritas.
4.2.6 Menghormati orang lain
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti
mendapatkan bahwa seluruh informan telah menggambarkan unsur menghormati
orang lain. Hal ini terwujud dari sikap informan yang mewujudkan sikap
menghormati orang lain terhadap sesama tenaga kesehatan. Seperti kutipan informan
berikut :
82

82

Informan 7 : nyaman sampai sekarang.. disini lingkup kerjanya kompak, sesama
rekan sama atasan sama sama saling menghargai, antara tenaga
kesehatan kerjasama juga karna kita turun ke lapangan langsung, jadi
dekat...

Peneliti juga mendapatkan gambaran unsur menghormati orang lain oleh
informan terhadap pasien. Hal ini ditunjukan melalui kutipan informan sebagai
berikut :
Informan 2 : kalau sama pasien kalau ada pernah datang, kita tanya keadaanya
setelah berobat, ada kurang apa gak sakitnya...

Menghormati orang lain seperti kepada masyarakat juga diterapkan oleh
seluruh informan. Dimana informan dalam menjalankan kehidupannya sebagai tenaga
kesehatan tetap menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Hal ini seperti
kutipan informan berikut :
Informan 3 : Iya bagus bagus aja dengan masyarakat...Komunikasi kita lancar.
Sering cerita-cerita ngobrol ngobrol ginilah

Hasil cross check jawaban informan terhadap key informan awal, key informan
lanjutan didapat kesesuaian jawaban antara hasil cross check dengan jawaban
informan. Dimana informan selalu berusaha menjalin komunikasi yang baik antara
informanpasien-rekan kerja sehingga tercipta rasa saling menghormati. Selanjutnya
peneliti melakukan cross check terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar
puskesmas dan pasien yang datang berobat. Hasil yang peneliti dapatkan adalah
informan menjalin hubungan komunikasi yang baik selama jam pelayanan maupun di
luar jam pelayanan puskesmas. Mereka membenarkan bahwa informan menjalin
komunikasi dan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar.
83

83

Hasil observasi langsung terhadap kegiatan informan selama bekerja di
puskesmas, peneliti melihat keakraban tenaga kesehatan, dimana komunikasi yang
berjalan dengan baik antara informan dengan tenaga kesehatan lain dan kerjasama
dengan warga sekitar. Hasil cross check terhadap key informan awal dan key informan
lanjutan, serta masyarakat, diperkuat dengan observasi langsung menunjukan seluruh
informan menggambarkan unsur menghormati orang lain.









84

84


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan penelitian

Penelitian ini belum dapat menetapkan seorang informan profesional atau
tidak, hal itu dikarenakan belum ada standar baku untuk mengukur profesionalisme
seorang tenaga kesehatan. Pada penelitian ini, peneliti hanya mendapatkan gambaran
unsur-unsur profesionalisme pada diri informan. Selain itu waktu untuk melakukan
observasi penelitian masih dianggap kurang dikarenakan beberapa faktor alasan yang
menjadi keterbatasan penelitian.
5.2 Unsur-unsur profesionalisme tenaga kesehatan
5.2.1 Altruisme
Unsur altruisme pada informan di Puskesmas Sungai Sembilan tergambar dari
sikap seluruh informan untuk tetap melayani pasien. Informan bersedia tetap
melayani pasien yang datang saat jam kerja telah berakhir. Dalam keadaan tertentu,
seperti apabila petugas pelayanan di apotek, ataupun petugas meja registrasi telah
pulang, mereka mengalihkan pasien ke IGD 24 jam yang berada di puskesmas
tersebut, dengan kata lain informan tetap melakukan tindakan untuk menolong. West
menyatakan faktor internal yaitu kedisiplinan terhadap peraturan lembaga dan aturan
praktek turut mempengaruhi perilaku tenaga kesehatan.
29
Dimana proses mengalihkan
pasien ke IGD merupakan bagian dari peraturan puskesmas tersebut.
85

85

Informan berpendapat bahwa sikap ingin menolong pasien adalah sebagai
sikap moral akan profesinya dan sebagai naluri atau keinginan yang datang dari diri
sendiri terhadap sesama manusia. Hal itu yang melandasi tindakan mereka tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Myres dalam psikologi sosial individu dan teori-
teori psikologi sosial bahwa altruisme merupakan hasrat untuk menolong orang lain
tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
13
Hal ini sejalan dengan pandangan
psikologi positif yang menyebutkan bahwa pada hakikatnya semua manusia adalah
baik, yang memiliki kekuatan (strength) dan memiliki kebaikan hati (kidness).
Kebaikan hati merupakan sifat dermawan, kepedulian, rasa kasih, serta
pemeliharaan.
16
Informan juga tidak melakukan pembiaran terhadap pasien yang datang,
meskipun jam kerja telah berakhir. Sikap tersebut merupakan sikap altruisme yang
ada pada diri informan. Adanya social responsibility dimana seorang yang memiliki
tanggung jawab sosial terhadap apa yang terjadi di sekitarnya, dimana dengan adanya
tanggung jawab sosial tersebut menyebabkan motivasi seseorang untuk menolong
orang lain dan tidak mengharapkan imbalan.
40

Pada keadaan darurat, informan bersedia dipanggil untuk menolong, dengan
mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi. Keadaan seperti
emergency yang sering terjadi malam hari tentunya mengganggu jam istirahat
informan, namun mereka bersedia melayani. Hal ini sejalan dengan penelitian Afandi
mengenai komponen altruisme sebagai refleksi dokter terhadap KODEKI pada dokter
di wilayah IDI DKI Jakarta, terdapat 56 % subjek penelitian menyatakan setuju
dengan pernyataan Saya bersedia setiap saat dipanggil ke rumah pasien saat dalam
keadaan gawat darurat.
41
86

86

5.2.2 Akuntabilitas
Unsur akuntabilitas yang dimiliki oleh informan di Puskesmas Sungai
Sembilan didapatkan hasil bahwa seluruh informan memiliki unsur akuntabilitas.
Informan menyadari bahwa perannya sebagai tenaga kesehatan adalah penting untuk
berpartisipasi dalam pencapaian kesehatan masyarakat dan mencerdaskan masyarakat
dibidang kesehatan, dengan tidak terlepas dari kode etik, atau standar yang telah ada.
Hal itu sesuai dengan pernyataan Leenan bahwa kewajiban yang timbul dari sifat
tenaga kesehatan dimana dokter harus bertindak sesuai dengan standar profesi medis
atau menjalankan praktek kedokterannya secara lege artis.
42
Sikap seluruh informan
yang selalu berupaya untuk menjelaskan mengenai keadaan penyakit pasien,
prognosis dan pencegahan yang harus dilakukan oleh pasien merupakan sikap yang
sejalan dengan Undang-Undang Praktek Kedokteran pasal 52 dimana disebutkan
bahwa pasien memiliki hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medis.
43

Penelitian yang dilakukan Erfina dkk menjelaskan bahwa tenaga kesehatan
sebagai pelayan publik harus memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Hal itu dikarenakan pasien akan menuntut hak mendapat penjelasan dan pelayanan
lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan.
44
Dari hasil wawancara terhadap
informan, beberapa informan mengaku meskipun bertugas sesuai standar operasional
prosedur, masih terdapat masyarakat yang menolak untuk dilakukan tindakan, namun
mereka tetap berusaha menghargai hak pasien dengan tetap menjelaskan resiko dari
tindakan. Keadaan tersebut terjadi akibat masih rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat sungai sembilan, Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
West yaitu rasa tanggung jawab pada tenaga kesehatan erat kaitannya dengan
karakteristik pasien yang mempengaruhi perilaku profesional.
29
87

87

Peneliti juga melakukan observasi terhadap informan mengenai
pertangungjawaban program pencapaian, dimana hampir seluruh program telah
terealisasikan dengan baik. Hanya beberapa program pencapaian yang belum
terealisasikan dengan baik. Dari hasil wawancara, beberapa informan mengakui
terdapat beberapa kendala dalam menjalankan program. Hal itu dikarenakan pengaruh
letak geografis sungai sembilan sebagai daerah pesisir, dimana beberapa kelurahan
yang harus ditempuh menggunakan jalur air yang apabila hujan maka kegiatan sulit
untuk dilakukan. Selain itu akses jalan antar kelurahan yang masih buruk. Dari hasil
observasi langsung, didapatkan akses jalan yang buruk antar kelurahan dan minimnya
sarana transportasi air dalam melaksanakan tanggung jawab tenaga kesehatan, namun
informan tetap berusaha meminimalisir kendala. Penelitian yang dilakukan oleh West
juga menjelaskan bahwa karakteristik lingkungan turut mempengaruhi perilaku
profesional tenaga kesehatan.
29

Menurut opini peneliti, keadaan-keadaan tersebut merupakan suatu keadaan
yang diluar kemampuan manusia, namun peneliti melihat tenaga kesehatan tetap
berusaha bertanggung jawab dengan memiliki inisiatif melakukan penjadwalan ulang
kegiatan. atau pun untuk melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan di pustu.
Hasil cross check data sekunder terhadap program pencapaian kegiatan, masih
didapatkan beberapa program kerja yang belum mencapai target. Hal ini sesuai
dengan penelitian West dimana karakterisitik lingkungan memberikan pengaruh
terhadap perilaku profesional.
29
88

88

5.2.3 Keunggulan
Unsur keunggulan telah didapatkan hasil bahwa seluruh informan
menggambarkan unsur keunggulan. Informan menyadari bahwa perkembangan ilmu
menuntut tenaga kesehatan untuk dapat terus memperluas pengetahuannya secara
terus menerus. Shrank dkk dalam fostering profesionalism in medical education : A
call for improved assessment and meaningful incentives mengatakan bahwa untuk
menjaga keunggulan tenaga kesehatan harus berkomitmen untuk belajar seumur
hidup.
45
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) juga menjelaskan dalam Penyelenggaraan
Praktik Kedokteran yang baik di Indonesia, disebutkan bahwa seorang dokter harus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkini selama berprofesi. Setiap dokter
yang praktik diharuskan mengikuti pendidikan atau pelatihan kedokteran demi
meningkatkan penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.
27
Implementasi yang diterapkan oleh informan adalah dengan tetap aktif
mengikuti seminar, baik pembiayaan yang dilakukan secara pribadi, maupun tugas
dinas dari puskesmas.
Walaupun ditemukan beberapa informan yang mengakui bahwa kegiatan
tersebut dilakukan juga untuk mengumpulkan satuan kredit profesi (SKP), namun
ketika peneliti menanyakan lebih dalam, semua sependapat bahwa kepentingan akan
ilmu yang terus berkembang menuntut tenaga kesehatan untuk terus meng-upgrade
ilmu. Hal itu sejalan dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) yang menjelaskan bahwa tuntutan sebagai seorang tenaga
kesehatan yang profesional mengharuskan seorang tenaga kesehatan tetap
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan skill. Tenaga kesehatan
89

89

selain harus up to date terhadap ilmu dan skill, terhadap aturan-aturan baru dalam
dunia kesehatan juga dituntut untuk paham dan mengerti. Hal itu dikarenakan ilmu
kesehatan adalah ilmu yang terus berkembang.
46
Metode yang paling banyak diikuti oleh informan untuk meningkatkan
pengetahuan dalam rangka menjadikan mereka unggul adalah dengan mengikuti
pelatihan, seminar, workshop yang rutin diadakan baik oleh dinas, maupun organiasi
profesi informan sendiri. Selain itu tenaga kesehatan juga memanfaatkan internet
sebagai media dalam menambah ilmu. Metode dengan membaca buku termasuk yang
paling sedikit digunakan oleh informan. Sedangkan hanya satu informan menyatakan
bertukar informasi dengan teman sejawat merupakan salah satu metode yang
dimanfaatkan oleh informan.
5.2.4 Tugas atau kewajiban
Unsur tugas atau kewajiban didapatkan bahwa seluruh informan telah
menggambarkan unsur tugas atau kewajiban. Hal ini terlihat dari sikap informan yang
menyadari bahwa memberikan pelyanan bagi pasien meskipun tidak mampu
membayar merupakan kewajibannya sebagai tenaga kesehatan.
Memberikan pelayanan kesehatan merupakan sebuah tugas yang sudah
disadari betul oleh informan. Meskipun pada saat penelitian berlangsung peneliti
menemukan masalah yaitu insentif yang belum cair. Peneliti beropini bahwa keadaan
seperti keterlambatan insentif tidak memberikan dampak yang berarti pada kinerja
pelayanan para informan dalam melaksanakan tugas. Hal itu telah peneliti buktikan
dengan observasi langsung dimana peneliti menemukan seluruh informan tetap
bekerja seperti biasa dan memberikan pelayanan secara baik kepada pasien seperti
biasa.
90

90

Untuk pembiayaan di pelayanan kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan telah
membebaskan biaya pengobatan bagi masyarakat yang memiliki Kartu Tanda
Penduduk atau Kartu Keluarga Dumai. Dimana pembiayaan akan ditanggung oleh
pemerintah sepenuhnya. Sikap informan yang menyadari akan tugas dan kewajiban
sebagai seorang tenaga kesehatan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Afandi terhadap 400 dokter 64 % setuju dengan pernyataan Saya bersedia
membebaskan biaya pasien yang saya rujuk tanpa saya beri terapi yang
menggambarkan bahwa profesi tidak hanya dihitung dengan materi tetapi menjadi
tugas sebagai seorang tenaga kesehatan.
40
5.2.5 Kehormatan dan integritas
Hasil penelitian mengenai unsur kehormatan dan integritas didapatkan bahwa
seluruh informan selalu berusaha menjaga kerahasiaan pasien. Selain itu informan
bersedia memberikan keterangan yang sebenarnya tanpa ditutupi untuk kepentingan
visum. Begitu juga dengan sikap menolak informan terhadap pasien yang meminta
surat sakit palsu.
Bagi informan menjaga kerahasiaan pasien sama artinya dengan menghormati
hak pasien. Seluruh informan menyadari pentingnya menjaga rahasia pasien dan
rekam medis serta berlaku jujur dalam melakukan tindakan profesi. Hal tersebut
dilakukan untuk menjaga kepercayaan pasien terhadap kinerja informan. Pada masa
sekarang masyarakat sudah lebih mengharapkan tenaga kesehatan profesional yang
bersikap adil dan jujur dalam pelayanan kesehatan. Hal itu dikemukakan oleh Cawley
dalam compassion and integrity in health professions education. Dimana ia
menambahkan bahwa kehormatan dan integritas seperti menjaga kerahasiaan pasien
91

91

merupakan nilai-nilai profesional yang penting ditanamkan bagi tenaga kesehatan
sejak masa pendidikan.
47
5.2.6 Menghormati orang lain
Unsur menghormati orang lain yang dimiliki oleh informan di Puskesmas
Sungai Sembilan didapatkan hasil bahwa seluruh informan dalam menjalankan
profesinya sebagai tenaga kesehatan menyadari pentingnya menjaga hubungan yang
baik antara sesama tenaga kesehatan. Selain itu informan juga menjalankan
profesinya dengan sikap menghormati pasien, dan masyarakat sekitar.
Informan menyadari seluruh profesi di puskesmas merupakan satu lingkup
kerja sebagai tim kerja, sehingga harus bisa bekerjasama dengan baik, saling
mengingatkan dan membantu, bekerja sesuai dengan batas kompetensi masing-
masing dan wewenang jabatan masing-masing, sehingga dapat meminimalisir
kesalahpahaman. Basuki dalam jurnal Majalah Kedokteran Indonesia menyatakan
bahwa salah satu bentuk menghormati rekan sejawat adalah dengan menjalin
komunikasi yang baik.
48
Sikap saling menghormati diwujudkan dengan menjalin komunikasi yang baik
antara sesama. Hasil cross check dan observasi peneliti menemukan bahwa
komunikasi yang lancar terhadap pasien, masyarakat dan antara sesama tenaga
kesehatan. Situasi yang nyaman dalam lingkungan kerja terwujud jika tenaga
kesehatan dapat mempraktikkan cara-cara komunikasi interpesonal yang baik sesama
tenaga kesehatan.
48
Selain komunikasi rutin, terdapat sarana olahraga yaitu tenis meja
yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan untuk berolahraga dan menjalin
hubungan yang baik antar sesama tenaga kesehatan.
92

92

Untuk dapat memaksimalkan tugasnya dalam melayani pasien dan membuat
pasien puas terhadap pelayanannya, hubungan dengan pasien dilakukan oleh informan
dengan menjalain komunikasi yang baik. Hasil cross check terhadap pasien juga
ditemukan bahwa informan dalam memberikan pelayanan selalu ramah, sehingga
pasien puas dengan pelayanan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Wahyuni mengenai hubungan komunikasi yang baik antara dokter-pasien
dengan tingkat kepuasan pasien berobat, dimana wahyuni menyimpulkan terdapat
hubungan antara komunikasi dokter-pasien yang baik dengan tingkat kepuasan pasien
berobat.
49

Sikap saling menghormati yang dilakukan informan terhadap masyarakat,
tercermin dari sikap menjalin komunikasi yang baik dan saling keterbukaan dengan
pasien. World Federation of Medical Education (WFME) 2003 menjelaskan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif dapat dijalin melalui berkomunikasi dengan
kesetaraan, dilandasi empati.
50
Komunikasi terhadap masyarakat dan pasien tersebut lebih menjamin pesan
atau isi komunikasi tersampaikan dan dapat dimengerti sehingga tujuan-tujuan
dibidang kesehatan dapat terwujud. Komunikasi yang baik mulai dari anamnesis,
sampai menegakkan diagnosis dan terapi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan akan
menjamin tujuan akan tindakan yang dilakukan lebih tepat, efektif dan efisien.
50
Melalui komunikasi yang baik, tenaga kesehatan juga dapat mengurangi rasa sakit
yang diderita oleh pasien sehingga pentingnya komunikasi dalam menjalankan profesi
sebagai tenaga kesehatan.
51
Hubungan antara informan dan pasien merupakan suatu
bentuk hubungan profesional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas hasil tindakan kesehatan melalui suatu proses pembinaan pemahaman
tentang dua pihak yang sedang berhubungan melalui komunikasi.
52
93

93


BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Simpulan penelitian tentang perilaku profesional tenaga kesehatan daerah
pesisir pada pelayanan kesehatan primer Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai
Tahun 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan
Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki
gambaran unsur altruisme dalam menjalankan profesinya.
2. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan
Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki
gambaran unsur akuntabilitas dalam menjalankan profesinya.
3. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan
Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki
gambaran unsur keunggulan dalam menjalankan profesinya.
4. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan
Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki
gambaran unsur tugas atau kewajiban dalam menjalankan profesinya.
5. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan
Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki
gambaran unsur kehormatan dan integritas dalam menjalankan profesinya.
94

94

6. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan
Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki
gambaran unsur menghormati orang lain dalam menjalankan profesinya.
6.2 Saran
Penelitian tentang perilaku profesional tenaga kesehatan daerah pesisir pada
pelayanan kesehatan primer Puskesmas Sungai Sembilan tahun 2014 telah dilakukan,
berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan dapat disarankan sebagai
berikut :
1. Bagi tenaga kesehatan, agar dapat menjadikan unsur profesionalisme sebagai sifat
yang diterapkan dalam bekerja agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.
2. Bagi puskesmas, agar dapat menjaga keharmonisan, mengembangkan upaya
peningkatan kualitas perilaku profesional tenaga kesehatan, seperti rutin mengadakan
kegiatan yang dapat menjalin kerjasama antara tenaga kesehatan, pasien, maupun
masyarakat. Melakukan pengadaan komputer yang dilengkapi akses internet untuk
mengakses situs resmi kesehatan demi mendukung tenaga kesehatan dalam
melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan.
3. Bagi dinas kesehatan, diharapkan untuk rutin mengadakan pelatihan atau seminar
mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan minimal setahun sekali guna
membantu tenaga kesehatan untuk meningkatkan etos kerja. Dinas kesehatan
disarankan untuk berlangganan journal elektronik agar memudahkan tenaga kesehatan
di puskesmas dalam mengakses informasi ke sumber referensi terpercaya. Selain itu
dinas kesehatan diharapkan mendukung kegiatan puskesmas dengan melengkapi
sarana dan prasarana yang belum tersedia seperti fasilitas kesehatan untuk transportasi
laut (ambulance air) yang belum tersedia agar memudahkan akses tenaga kesehatan
95

95

dalam memberikan pelayanan, serta menghindari keterlambatan pemberian insentif
tenaga kesehatan.
4. Bagi pemerintah kota, agar dapat mempercepat pembangunan infrastruktur untuk
mendukung tenaga kesehatan, dan perbaikan jalan antar kelurahan agar lebih
memudahkan akses tenaga kesehatan menjangkau masyarakat.
5. Penelitian ini belum dapat menyimpulkan perilaku profesional tenaga kesehatan
maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat menyimpulkan standar perilaku
profesional pada tenaga kesehatan dengan metode yang berbeda, seperti kuantitatif,
untuk dapat ditarik kesimpulan.














96

96


DAFTAR PUSTAKA

1. Ali PB. Laporan kajian tentang kebijakan perencanaan tenaga kesehatan
tahun 2005. Jakarta. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas);2005.

2. Siswanto H. Etika profesi sanitarian dan pembangunan berwawasan
kesehatan. Yogyakarta. Graha Ilmu; 2010.

3. American Board of Internal Medicine. Definitions of professionalism;
1999. [diakses tanggal 6 September 2013]. Diunduh dari :
http://www.afmc.ca/pdf/MedOrgs.pdf

4. John R. Panduan etika medis. Yogyakarta. Tim Penerjemah PSKI FK
UMY; 2006

5. Sugiyatmi TA. Kasus medis vs mutu layanan kesehatan. Yogyakarta.
Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; 2011.[diakses tanggal 13
November 2013] Diunduh dari: http://www.kpmak-ugm.org/2012-05-12-
04-54-35/2012-05-12-05-03-45/article/211-kasus-medis-vs-mutu-layanan-
kesehatan.html#ixzz2PXFqP2Xj-

6. Sardiyatmo. Kepedulian masyarakat Pesisir Karimun Jawa terhadap
masalah pencemaran. Semarang. Universitas Diponegoro; 2005.[diakses
tanggal 20 November 2012]. Diunduh dari:
http://eprintis.undip.ac.id/22440/2/402-ki-fpik-06.pdf

7. Rositasari R. Beberapa Aspek Dasar Yang Perlu Diagendakan Dalam
pengelolaan Wilayah Pesisir Di Indonesia. Oseana, Volume XXVII,
Nomor 3; 2002. [diakses tanggal 20 November 2012]. Diunduh dari :
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxvii(3)19-
27.pdf

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.128/MENKES/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta; 2004

9. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil kesehatan provinsi riau. Pekanbaru;
2012.
97

97


10. Badan Pusat Statistik Kota Dumai. Dumai dalam angka 2013. Dumai;
2013

11. Yusoff MS. Proffesional Behaviour : What does it Means?. Malaysia.
Medical Education Department, School of Medical Sciences, Universiti
Sains Malaysia. Volume 1; 2009

12. Baron RA. Social psychology. Eight Edition. Needham Heights : Massa
Chusetts; 1996.

13. Sarwono SW. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial.
Balai Pustaka.Jakarta; 2002

14. Benjamin K, Peter GS, Marcus WF. What is altruisme ?. USA: 2004
Journal Vol.19 No.3 [diakses tanggal 23 September 2013]. Diunduh dari:
http://petergodfreysmith.com/KerrGSFeldmanAltruismTREE.pdf

15. Fiddick L, Nicole E. Giving it all away altruism and answer to the wason
selection task. Australia: University Of Queensland; 2010

16. Nawawi S. Gambaran altruisme. Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.
Diunduh dari :
http://www.google.com/.lontar.ui.ac.id/Ddigital?GambaranAltruismeLiter
atur

17. Wahyuningsih RD. Challenges in implementation of ICT for budget
accountability and development of budget information literacy. Jawa
Tengah. International Journal of Administrative Science & Organization,
Department of Public Administration, Department of Communication
Science Faculty of Social and Political Sciences Universitas Sebelas
Maret; 2013

18. Lexicon AR. Philosophy: who needs it. USA: Signet Books; 1984. (The
Ayn Rand Library 61:1) [Diakses tanggal 10 Oktober 2013]. Diunduh
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2064917/.

19. Budiningsih Y. Pemahaman dan aplikasi undang-undang praktik
kedokteran, akuntabilitas profesi dan kepastian hukum. Sekretaris MKEK
Pusat Ikatan Dokter Indonesia. [Diakses tanggal 09 Oktober 2013].
Diunduh dari :
http://www.cdc.fk.ui.ac.id/_UPLOAD_/_ARTICLE_/Pemaparan%20tenta
ng%20UUPK%20&%20Malpraktik.pdf

20. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013. Jakarta: Menkes RI; 2013.
[Diakses tanggal 20 September 2013]. Diunduh dari :
98

98

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/permenkes/perm
enkes-no6-th2013.pdf.

21. Association of American Medical Colleges and the American Association
of Collage of Nursing. Learning In Medicine and Nursing. USA. 2010.
[diakses tanggal 6 April 2013]. Diunduh dari :
http://www.aacn.nche.edu/education-resources/MacyReport.pdf

22. Situs Resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diunduh dari
: http://kbbi.web.id/

23. Gea, Atosokhi A. Integritas diri : keunggulan pribadi tangguh. Character
Building Journal, Vol. 3 No. 1, Juli 2006 . Diunduh dari :
http://eprints.binus.ac.id/12758/1/02_ntonius_Artikel%201%20Integitas%
20Diri.pdf.

24. Ginintasasi, R. Agresi dan Altruisme. Bandung. Fakultas Ilmu Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Diunduh dari :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/agresi_dan_altruisme.pdf

25. General Medical Council. Regulating doctors, ensuring good medical
practice; 2013. [diakses tanggal 6 April 2013]. Diunduh dari :
http://www.gmcuk.org/guidance/good_medical_practice/duties_of_a_doct
or.asp

26. Ikatan Dokter Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta. Ikatan
Dokter Indonesia. 2006. [diakses tanggal 10 Oktober 2013] Diunduh dari :
www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf

27. Konsil Kedokteran Indonesia. Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang
Baik di Indonesia. Jakarta. Indonesian Medical Council; 2006

28. Medical Council of New Zealand. Good medical practice. New Zealand.
Medical Council of New Zealand; 2013. [diakses tanggal 10 Juni 2013]
Diunduh dari :
http://www.mcnz.org.nz/assets/News-and-Publications/good-medical-
practice.pdf

29. Colin PW. Tait DS. The influence of personal and environmental factors
on professionalism in medical educationi. NCBI: BMC Medical
Education; 2007. [disitasi tanggal 22 September 2013]. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2064917/
99

99


30. Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. [ diakses tanggal 13 Juni 2013]. Diunduh dari : http://dinkes-
sulsel.go.id/new/images/Berita4/1.uu36-09-kesehatan.pdf

31. Waluya B. Permasalahan lingkungan pesisir dan laut. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia. [diakses tanggal 10 September 2013] Diunduh dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19721024200112
1_BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/Bab_
11_Permasalahan_Lingkungan_Laut_%26_Pesisir.pdf

32. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pedoman umum perencanaan pengelolaan
pesisir terpadu. Jakarta; 2008. (diakses tanggal 10 september 2013) Diunduh
dari :
http://djpsdkp.kkp.go.id/pdf/PERATURAN%20MENTERI/PER-16-MEN-
2008.pdf

33. Ekaputra NH. Kajian pengembangan strategi di wilayah pesisir Kabupaten
Pelalawan Provinsi Riau. Bogor : Institut Pertanian Bogor; 2009 [diakses
tanggal 25 September 2013]. Diunduh dari :
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/41178/Bab%204%
202010nhe.pdf?sequence=5

34. Abdurrahman. Kebijakan pemerintah daerah dalam pelayanan kesehatan
masyarakat di kecamatan bacan tengah, kabupaten halmahera selatan. Makassar.
Universitas Hasanuddin. 2012.(diakses tanggal 10 november 2013) Diunduh
dari :
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1592/Skripsi%20amm
ank.pdf;jsessionid=0CCE138C521F018E1FAA54F40B12EFA6?sequence=1


35. Suharmiati, dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterjangkauan pelayanan
kesehatan. Surabaya. Buletin penelitian sistem kesehatan Vol. 15 No. 3 Juli
2012: 223231. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI. 2012.

36. Irawan P. Penelitian Kualitatif dan kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta :
DIA FISIP UI. 2006.

37. Tumbelaka AR, Riono P, Sastroasmoro S, Wirjodiarjdo M, Pudjiastuti P,
Firman K. Pemilihan uji hipotesis. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar
Dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke 2. Jakarta : CV. Sagung Seto.
2002.

38. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH.
Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasardasar
100

100

metodologi penelitian klinis Edisi ke 2. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2002.

39. Sastroasmoro S. Pemilihan subyek penelitian. Dasardasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto. 2002

40. Ginintasasi R. Agresi dan altruisme. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia [Diakses tanggal 10 Oktober 2013]. Diunduh dari :
http://file_upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/agresi_dan_altruisme.pdf

41. Afandi D. Kondisi keberlakuan bioetika dalam mekanisme revisi kode etik
kedokteran indonesia: mempertahankan keluhuran profesi di tengah masyarakat
plural [disertasi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010

42. Arnold L. Assessing professional behavior: yesterday, today, and tomorrow.
Kansas: University of Missouri; 2002.

43. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran

44. Erfina, Alwi, Farid M. Akuntabilitas manajemen pelayanan kesehatan
masyarakat miskin di Kabupaten Sidenreng Rappang. Makassar: Universitas
Hasanuddin; 2013.

45. Shrank WH, Reed VA, Jernstedt GC. Fostering Professionalism in Medical
Education : A call for Improved Assessment and Meaningful Incentives. J Gen
Intern Med 2004; 19: 887-892
46. Horsley T, Grimshaw J, Campbell C. How to create conditions for adapting
physicians skills to new needs and lifelong learning. WHO Regional Office for
Europe; Copenhagen, 2010.

47. Danielsen R, Cawley J. The internet journal of allied health science and
practice, compassion and integrity in health professions education. 2007.

48. Basuki E. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia
Volum:58 Nomor : 9, September 2008.
49. Wahyuni T. Hubungan komunikasi dokterpasien terhadap kepuasan pasien
101

101

berobat di poliklinik RSUP DR. M. Djamil Padang. Padang: Universitas
Andalas, Jurnal Kesehatan Andalas. 2013;2(3)
50. Combes JR, Arespacochaga E. Lifelong learning physician competency
development. American Hospital Associations Physician Leadership Forum,
Chicago; 2012.

51. Albery PI, Munafo M. Psikologi kesehatan. Yogyakarta. Mitra Setia; 2011

52. Rika. Perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien di ruang rawat inap rsud dr. tengku mansyur tanjungbalai. (skripsi).
Medan . Universitas Sumatra Utara. 2013

















Lampiran 1
102

102

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN TENTANG
PERILAKU PROFESIONAL TENAGA KESEHATAN DAERAH PESISIR
PADA PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PUSKESMAS SUNGAI SEMBILAN
KOTA DUMAI
TAHUN 2014

Kepada
Yth. Responden Penelitian
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dicky Pangestu Sandjaya
NIM : 1008151775

adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, sedang melakukan
penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan pada
pelayanan primer puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai tahun 2014. Penelitian ini
bermanfaat untuk mendapatkan gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan yang
mana perilaku profesional ini berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan
kesehatan serta menjadi syarat bagi peneliti dalam menyelesaikan program sarjana
kedokteran.
Untuk mendapatkan data yang representatif, peneliti membutuhkan tenaga
kesehatan yakni dokter, dokter gigi, perawat dan bidan pada puskesmas Sungai
Sembilan Kota Dumai sebagai subyek. Oleh karena itu saya meminta Ibu/Bapak turut
serta dalam penelitian ini.
Peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada tenaga kesehatan
untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan yang
terkait dengan altruisme, akuntabilitas, keunggulan, tugas/kewajiban, kehormatan dan
integritas, serta menghormati orang lain. Peneliti akan melakukan dokumentasi
dengan melakukan pencatatan, merekam wawancara dengan audio recorder, dan foto
untuk mendukung penelitian. Data hasil penelitian akan dirahasiakan sebagaimana
mestinya.
Bila sewaktu-waktu membutuhkan informasi tambahan, dapat menghubungi
Dicky Pangestu :

Alamat : Jalan Gabus No.40 Pekanbaru
HP : 082174833221
Atas perhatian dan partisipasi Ibu/Bapak, saya ucapkan terima kasih.
103

103


Pekanbaru,
Hormat saya


Dicky Pangestu S
































Lampiran 2
INFORMED CONSENT
DATA SUBYEK PENELITIAN

104

104

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin : L / P
Alamat :
Pekerjaan :
No.Telp/HP :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi subyek penelitian Perilaku
Profesional Tenaga Kesehatan Pada Pelayanan Kesehatan Primer Puskesmas Sungai
Sembilan Kota Dumai Tahun 2014 dan memberikan informasi yang sebenar-
benarnya.
Demikianlah surat keterangan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sungai Sembilan,




(Nama Jelas)
105

105


Lampiran 3
Pertanyaan Wawancara Untuk Informan

1. Apakah yang anda lakukan saat pasien datang berobat ke puskesmas?
2. Bagaimanakah cara anda menjalin hubungan dengan pasien?
Altruisme :
3. Jika pasien datang saat jam kerja telah berakhir, apa yang anda
lakukan?
A. tetap melayani. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan
dilakukan pertanyaan mendalam)
B. menolak melayani. Silahkan jelasakan alasan anda. (selanjutnya
akan dilakukan pertanyaan mendalam)
Akuntabilitas
4. Dalam memberikan pelayanan, bagaimanakah cara anda memberikan
informasi jika pasien menanyakan mengenai diagnosis, prognosis
maupun pilihan terapi?
a. menjelaskan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dimengerti. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan
pertanyaan mendalam)
b. jarang atau tidak pernah memberikan penjelasan kepada pasien
karena alasan tertentu. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan
dilakukan pertanyaan mendalam)
5. Apabila terjadi kesalahan dalam memberikan diagnosis atau terapi
kepada pasien, apakah yang anda lakukan?
a. melakukan upaya memperbaiki kesalahan anda. Silahkan jelaskan
alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam)
b. tidak melakukan upaya memperbaiki kesalahan. Silahkan jelaskan
alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam)
Keunggulan :
6. Bagaimanakah cara anda mengupdate ilmu dibidang kesehatan yang
anda miliki?
a. sering mencari bahan bacaan. Silahkan jelaskan alasan anda.
(selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam)
106

106

b. jarang mencari bahan bacaan. Silahkan jelaskan alasan anda.
(selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam)
7. Apakah yang anda lakukan jika anda tidak yakin terhadap penanganan
yang akan anda berikan kepada pasien?
a. berdiskusi dengan teman sejawat mengenai keadaan pasien /
membaca buku atau bahan bacaan untuk membantu dalam menangani
pasien. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan
pertanyaan mendalam)
b. tidak berupaya untuk mencari informasi tambahan dari sumber
bacaan ataupun teman sejawat. Jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan
dilakukan pertanyaan mendalam)
Kewajiban :
8. Apabila pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang untuk
membayar tindakan atau terapi, apakah yang anda lakukan?
a. tetap dilayani. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan
dilakukan pertanyaan mendalam)
b. ditolak. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan
pertanyaan mendalam)
Kehormatan dan Integritas :
9. Apakah yang akan anda lakukan saat anda diminta memberikan
informasi guna membantu kedokteran forensik dalam penyelidikan
maupun penyidikan kematian seseorang?
a. memberikan informasi. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya
akan dilakukan pertanyaan mendalam)
b. menolak memberikan informasi. Silahkan jelaskan alasan anda.
(selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam)
107

107


Menghormati orang lain :
10. Bagaimanakah hubungan anda dengan rekan seprofesi anda?
a. baik. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan
pertanyaan mendalam)
b. kurang baik. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan
dilakukan pertanyaan mendalam)
11. Bagaimanakah hubungan anda dengan masyarakat disekitar
puskesmas?
a. baik. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan
pertanyaan mendalam)
b. kurang baiks. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan
dilakukan pertanyaan mendalam)

108

108


Lampiran 4
Pertanyaan Wawancara Untuk Pasien
(crosscheck)

1. Apakah anda sering berobat ke puskesmas ?
2. Apakah yang anda lakukan saat anda datang berobat ke puskesmas?
3. Bagaimanakah hubungan dengan tenaga kesehatan yang menangani
anda? (tenaga kesehatan adalah sampel)
Altruisme :
4. Jika anda datang saat jam kerja puskesmas telah berakhir, apa yang
tenaga kesehatan lakukan?
Akuntabilitas
5. Dalam memberikan pelayanan, bagaimanakah cara tenaga kesehatan
memberikan informasi jika anda menanyakan mengenai diagnosis,
prognosis maupun pilihan terapi?
Keunggulan :
6. Menurut pendapat anda saat berobat, apakah obat yang diberikan dapat
menyembuhkan ? (apabila diminum teratur)
Kewajiban :
7. Apabila pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang untuk
membayar tindakan atau terapi, apa yang tenaga kesehatan lakukan?
Kehormatan dan Integritas :
8. Apakah tenaga kesehatan mau memberikan surat keterangan sakit
palsu saat pasien meminta ?
Menghormati orang lain :
9. Bagaimanakah hubungan tenaga kesehatan dengan rekan seprofesi?
10. Bagaimanakah hubungan tenaga kesehatan dengan masyarakat
disekitar puskesmas?

109

109


Lampiran 5
Pertanyaan Wawancara Untuk Tenaga Kesehatan lain
(crosscheck)
12. Apakah yang sampel lakukan saat pasien datang berobat ke
puskesmas?
13. Bagaimanakah cara sampel menjalin hubungan dengan pasien?
Altruisme :
14. Jika pasien datang saat jam kerja telah berakhir, apa yang sampel
lakukan?
Akuntabilitas :
15. Dalam memberikan pelayanan, bagaimanakah cara sampel
memberikan informasi jika pasien menanyakan mengenai diagnosis,
prognosis maupun pilihan terapi?
16. Apabila terjadi kesalahan dalam memberikan diagnosis atau terapi
kepada pasien, apakah yang sampel lakukan?
Keunggulan :
17. Apakah sampel sering mengikuti seminar, workshop, pelatihan di
bidang kesehatan ?
18. Apakah sampel sering bertukar ilmu pengetahuan, berdisukusi dengan
tenaga kesehatan yang lain di bidang kesehatan?
Kewajiban :
19. Apakah sampel tetap memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien
yang tidak mampu membayar ?
20. Apakah sampel pernah merujuk pasien apabila tidak mamu menangani
pasien?
Kehormatan dan Integritas :
1. Apakah sampel datang dan pulang tepat waktu dalam berkerja ?
2. Apakah yang sampel lakukan saat diminta memberikan informasi guna
membantu kedokteran forensik dalam penyelidikan maupun penyidikan
kematian seseorang?
110

110


Menghormati orang lain :
1. Bagaimanakah hubungan sampel dengan rekan seprofesi dan tenaga
kesehatan lainnya ?
2. Bagaimanakah hubungan sampel dengan masyarakat disekitar
puskesmas?

111

111


Lampiran 6

Transkrip Wawancara

Wawancara dilakukan tidak sesuai nomor urut pada lampiran pertanyaan
untuk tenaga kesehatan, tetapi lebih situasional dimana peneliti melakukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan dengan pertanyaan mendalam sesuai
jawaban informan, untuk mendapatkan gambaran mengenai unsur-unsur
profesionalisme.


Informan 1

Peneliti : kalau disini, udah berapa
lama bapak kerja pak ?
Informan : sekitar 2 tahun
Peneliti : 2 tahun ya pak ya. Sebelum
disini udah dimana aja pak ?
Informan : sebelumnya di puskesmas
purnama,
Peneliti : gimana kerja disini pak ?
nyaman gak ?
Informan : nyaman. Soal nyaman tak
nyaman itu kan tergantung
kita. Kalau kita buat naman
ya nyaman
Peneliti : Nyamnnya bisa diceritakan
pak?
Informan : Dari segi apa dulu ?
Peneliti : Dengan masyarakat
contohnya pak
Informan : Awalnya masyarakat dengan
kita agak anti, tapi pelan
pelan kan sudah mulai
baiklah
Peneliti : Kalau bapak sendiri,
nyamannya dengan
masyarakat sering ngobrol ?
Informan : Kalau pertemuan yang pasti
yang rutin setiap tahun kita
ada musrembag dengan
masyarakat, dengan RT,
dengan warga. kalau diluar
itu secara khusus gak ada.
Tapi kalau sambil jalan ada.
Peneliti : Kalau dengan karyawan pak?
Informan : Mm nyaman, akrab, kami
disini dengan open
manajemen ya. Kalau ada
masalah kecil apapun ya kita
bicarakan. Dari awal disini
saya tanamkan ini rumah
kedua kita setelah rumah,
karna yang jelas pagi itu kita
lebih banyak bertemu disini.
71

71

Jadi kalau gak nyaman itu
bisa berpengaruh terhadap
kinerja.
Peneliti : Apa cara bapak menjalin
hubungan disini.?
Informan : Trik trik kita untuk bikin
nyamannya..contohnya meja
ping pong, kalau dulu 2-3
bulan sekali kita ada juga
makan bersama diluar rapat
ya.. kadang merayakan se-
suatu juga bersama,
membawa juga keluarga.
Peneliti : Dengan dokter senior gimana
pak ?
Informan : Awalnya canggung, tapi saya
anggap mereka kakak saya,
orangtua saya, jadi kita sering
komunikasi. kuncinya
komunikasi..
Peneliti : Kalau seminar pelatihan
masih ikut pak ?
Informan : Kalau seminar khususnya
dokter, biasanya IDI dumai
setiap 3 bulan sekali ada,
bapak ikut, kadang jadi
panitia. Kalau pelatihan
keluar luar, itu ada dari dinas,
tapi bergantian, kadang-
kadang.
Peneliti : Alasan ikut apa pak ?
Informan : Satu karna ya kewajiban kita,
yang kedua ya mau meng-
update ilmu kita kan
Peneliti : Kalau buka internet sering
pak ?
Informan : Kalau buka internet sering..
Peneliti : Berapa sering pak ??
Informan : Kalau buka internet tiap hari.
Kalau situs kesehatan paling
seminggu sekali. Kalau gak
ya dari detik.com
Peneliti : Kalau kesehatan dari mana
pak situs nya ?
Informan : Kalau kita umum aja, dari
google
Peneliti : Kalau buku masih sering
dibaca pak ?
Informan : Kalau buku pelajaran jarang
ya, cuma kalau buletin
kesehatan dapat tiap bulan
dari kemenkes, kita baca,
mana tau ada program baru,
kayak bpjs kan, dan peraturan
peraturan gitu
Peneliti : Kalau salah tindakan, apa
yang bapak lakukan ?
Informan : Kalau disini saya jarang
turun, karna disini kita dokter
udah 3, cuti 1. kalau disini
alhadulilah teman-teman bisa
menghandle. Kuncinya iya
S.O.P, untuk menghindari ke-
salahan kita.
Peneliti : Diskusi dengan teman
sejawat sering pak ?
Informan : Diskusi mengenai
penanganan pasien awal dulu
pernah, kalau sekarang
jarang, paling kalau ketemu
di seminar, kalau kita di
puskesmas kan lebih banyak
ke program, ini bedanya kita
dengan rumah sakit, kalau
ada kasus, bedah kasus, kalau
72

72

kita disini lebih contohnya
malaria.. kita diskusi ke
program nya, pencegahannya.
Karna disini ada P2PL
Peneliti : Kalau ngobrol dengan tenaga
kesehatan sering pak ?
Informan : Sering, setiap hari
ngobrolnya. Karna biasanya
disini kan sampe jam 12
pelayanan. Saya biasanya
keliling sambil komunikasi
biasa sambil nanya apa
kendala, masalah..
Peneliti : ngobrol tentang pasien gitu
pak ? apa aja diceritakan ?
Informan : iya ada, tapi hanya sekedar
penyakitnya saja, kita gak
menyebutkan identitas nya,
itu kan rahasia, kalau
penyakitnya itu kan buat kita
evaluasi juga, marak apa
tidak kasus nya sekarang ini.
Peneliti : Kalau program tercapai pak ?
Informan : Insyaalah program tercapai
Peneliti : Apa kendala nya pak ?
Informan : Kendala kalau kita geografis
sama cuaca. Karna untuk
wilayah kita nih kan luasnya
2/3 kota dumai, terus jarak
tempuhnya masih ada lewat
laut. Jadi ketika mau kesana
itu kadang jadi masalah.
Contohnya imunisasi, kalau
disekitar sini tecapai. Kalau
disana kita paksakan juga
melewati hujan gitu,
warganya yang tak ngumpul.
Kalau gitu kita kerahkan
bidan desa, kita titip disana,
tapi tetap kita sweeping lagi,
kita bekali lagi.
Peneliti : Kalau status ekonomi
masyarakat disini gimana pak
?
Informan : Kalau masyarakat disini
termasuk mampu, menengah
ke atas, menengah kebawah
juga ada. Karna disini rata-
rata petani kan. Tergantung
harga sawit. Tapi kalau saya
liat daya beli masyarakat
disini cukup bagus saya rasa.
Peneliti : Kalau pembayaran disini
gimana pak ?
Informan : Kalau di sini kita geratis.
Peneliti : Registrasi nya pak ?
Informan : Tidak ada dikenakan biaya
untuk registrasi. Jadi kalau
untuk rawat jalan kita
digratiskan oleh pemko, tapi
nanti digantikan oleh pemko
biayanya.
Peneliti : Kalau rawat inap pak ?
Informan : Kalau rawat inap kalau ada
kartu jamkesmas nya geratis.
Kecuali dia umum, orang luar
daerah, dia tidak bisa
menunjukan asuransi ke-
sehatannya, biasa kita ke-
nakan biaya perda.
Peneliti : Pernah gak pasien yang
seperti itu datang, gak ada
uang tetap dilayani pak ?
Informan : Tetap dilayani, kita apapun
ceritanya, pokoknya kita
73

73

layani dulu. Pernah gini ada
pasien jampersal kalau dulu
kan tahun sebelumnya itu
geratis, dia ngutang identitas
ini. Habis itu pulang dia, gak
pernah kembali lagi. Jadi
uang itu tidak bisa di claim.
Orangnya sementara tidak
bisa dicari lagi..
Peneliti : Jadi ga merasa kesal gitu pak
?
Informan : Kalau kesal mau diapain lagi,
sudah tugas kita, gak bisa
juga merubah keadaan kan,
biasanya kami udah terbiasa
dengan hal itu.
Peneliti : Kalau pasien disini aktif gak
bertanya tentang penyakit
nya pak ?
Informan : Disini pasiennya aktif..
sekarang pasien udah pintar
pintar ya..apalagi kultur jawa
ini pengen tau tentang
sakitnya apa, ini kenapa..
Peneliti : Kalau pasien nanya tentang
penyakitnya dijelasin pak ?
Informan : Kalau kita jelaskan, jadi kan
tugas puskesmas kan
penyuluhan, tapi kita juga
tetap menjalskan kalau lagi
mengobati. karna disini kan
cukup terstandar
pelayanannya.
Peneliti : kalau pasien rujukan masih
sering dipantau pak ?
Informan : kalau rujuk balik kita pantau,
tergantung masukan dari
penyakit dalam atau yang lain
kalau mereka rujuk balik kita
pantau,
Peneliti : sering gak pak pasien rujuk
balik gitu pak ?
Informan : kalau rujuk balik gak begitu
banyak, biasanya udah selesai
disana. Kecuali dengan
sistem bpjs ini itu sekarang
seperti hipertensi, diabetes,
itu wajib dirujuk balik jika
berobat lagi, karna itu
pastikan berulang-ulang
Peneliti : stok obat sering habis gak pak
? gimana prosesnya pak ?
Informan : kita obat harus direncakan
jangan sampai habis,
insyaalah kita usahakan gak
pernah kosong obatnya,
karna obat kita drop nya dari
dinas, tinggal ngajukan aja,
berapa pemakaian, berapa
kebutuhan, nanti diproses.
Peneliti : Pernah salah kasih diagnosis
atau terapi pak ke pasien ?
Informan : Sampai saat ini insyaalah
tidak. Mudah mudahan tidak.
Peneliti : Udah pernah ada kasus pak ?
Informan : Belum pernah ada kasus
salah diagnosis atau terapi.
Peneliti : Kalau kunjungan pasien per
hari berapa pak ?
Informan : Kalau di rata-ratakan, sekitar
40 per hari, tapi kita disini
ada hari pasar, hari senin
sama kamis.. itu biasanya
lebih banyak dari hari
biasanya..
74

74

Peneliti : Kalau rawat jalan gimana pak
?
Informan : Kita rolling jadwal
dokternya, ada di poli umum,
poli anak sama di rawat jalan,
kita ada 3, tapi karna satu
cuti, jadi dua yang
menangani, setiap hari
rolling.
Peneliti : Disini jam berapa mulai kerja
nya pak ?
Informan : Kalau disini jam 8 pelayanan,
jam 12 poli tutup, jam 2 kita
pulang.
Peneliti : Kalau pasien yang datang
jam kerja udah habis pernah
pak ?
Informan : Pernah,
Peneliti : Tetap dilayani pak ?
Informan : Tetap dilayani, tapi biasa kita
lebih ke igd kalau begitu, jadi
pelayanan kita 24 jam.
Peneliti : Insentif disini cukup pak ?
Informan : Kalau soal ini relatif ya,
kalau soal cukup ini,
dibandingkan dengan
kabupaten lain kita termasuk
sedang ya. Kalau saya pribadi
itu cukup..
Peneliti : Kalau jujur, bapak suka telat
gak datang ke puskesmas pak
?
Informan : Kalau saya sendiri berusaha
untuk tidak telat. Boleh di
crosscheck. Saya berprinsip,
kalau mau mengajak teman
teman itu, saya maunya
mencontohkan dulu, karna
kalau kita tidak bisa
contohkan, gimana kita mau
mengajak orang.
Peneliti : Pernah diminta surat visum
gak pak ?
Informan : Kalau saya gak pernah
diminta surat visum, tapi
biasanya langsung ke dokter
yang ada.
Peneliti : Pernah pak ada kasusnya ?
Informan : Pernah disini pernah.
Peneliti : Kalau ngerujuk sering gak
disini pak ?
Informan : Kalau ngerujuk sering. Kalau
kasus kasus yang gak bisa
kita tangani disini kita rujuk
ke RSUD, kita punya 2
ambulan.

Informan 2

Peneliti : ibuk sudah berapa lama kerja
disini ?
Informan : 5 tahun
Peneliti : sebelum kerja disini sudah
pernah kerja dimana buk ?
Informan : rs bhayangkari
Peneliti : Kalau disini ada megang
program gak buk ?
Informan : UKS, sama UKGS, sejalan
itu
75

75

Peneliti : oo.. iya. Kalau disini gimana
kerjanya buk ? nyaman ?
Informan : disini termasuk nyaman
Peneliti : Nyamannya seperti apa bisa
diceritakan buk ?
Informan : Dari segi masyarakatnya,
teman kerjanya, sama atasan
Peneliti : Ada kendala ga buk dengan
orang sekitar ?
Informan : Dengan orang orang gak ada
masalah,
Peneliti : Dengan tenaga kesehatan lain
bu ?
Informan : Dengan tenaga kesehatan lain
tidak ada masalah.
Peneliti : Dekat gak buk dengan
masyarakat disini seperti
komunikasinya
Informan : Maksudny dekat ?
Peneliti : Seperti komunikasi, bisa
dijelaskan buk ?
Informan : Kalau komunikasi gak ada
masalah sih, kalau kita kasih
tau masyarakatnya mau
dengar, kalau kita turun
masyrakatnya mau
berpartisipasi.
Peneliti : kalau selain megang
program, ibuk dibagian mana
?
Informan : selain program, di poli gigi
aja.
Peneliti : gimana teman teman buk,
nyaman ? ada kendala?
Informan : nyaman
Peneliti : ibuk ada ga kalau kegiatan
meng upgrade ilmu, ibuk ada
ikut ? kayak seminar,
workshop, dan sebagainya ?
Informan : saya ada ikut seminar,
workshop atau pelatihan
gitu..
Peneliti : berapa kali buk dalam
setahun
Informan : dalam setahun itu adalah 1
kali minimal
Peneliti : itu diadain karna tugas, apa
inisiatif ibuk sendiri ?
Informan : Inisiatif sendiri.
Peneliti : jadi sumber biaya sendiri
Informan : Iya sendiri.
Peneliti : Kalau buka bahan bacaan ada
buk ?
Informan : Kalau dari buku kurang,
paling dari internet
peneliti : Ada website khusus gak buk
?
informan : Karna saya alumni USU, jadi
saya ambilnya dari
perpustakaan online nya. Ya
kalau gak dari USU saya juga
cari nya perpustakaan online
universitas lain gitu.
peneliti : Pernah gak buk merasa
kurang atau lupa memberikan
tindakan terhadap pasien
Informan : Kalau lupa gitu ?
Peneliti : Iya.. pernah gak buk ?
76

76

Informan : Kalau lupa, adalah.
Peneliti : Kalau lupa apa tindakan ibu ?
Informan : Kalau lupa, kita tunda, terus
kita konsultasi dengan teman
sejawat lain, atau kita cari
bahan bacaan, nantik kan
pasiennya kita suruh datang
lagi kontrol. Kalau gigi ya
gak terlalu darurat lah.
Peneliti : Jadi sering diskusi gak buk
dengan teman sejawat.?
Informan : Lumayanlah
Peneliti : Certain tentang apa aja buk?
Informan : Biasa tentang pekerjaan,
tentang pasien,,
Peneliti : Certain gak buk identitas
pasiennya
Informan : Enggak lah, kita rahasian
nama pasiennya. paling kita
cerita penyakitnya aja,
Peneliti : Kalau program yang ibu
pegang, kendala nya apa buk
?
Informan : Kalau disini karna lokasinya
jauh juga,kan kita ke sekolah-
sekolah kan, ya transportasi,
cuaca, karna jalannya juga
masih belum di aspal kan
Peneliti : dengan kendala gitu, tercapai
gak buk program kegiatannya
?
Informan : belum tercapai.
Peneliti : apa upaya ibuk supaya
programnya tercapai
Informan : Kita minta tolong perawat di
pustu. Intinya kita tetap
melakukan usaha supaya
program itu tercapai
walaupun belum 100%. Jadi
nanti perawat di pustu nya
kita minta untuk turun.
Peneliti : ibu pernah gak membantu
kedokteran forensik
memberikan informasi kayak
dalam bentuk surat visum
dalam penyelidikan maupun
penyidikan kematian
seseorang ?
Informan : kalau visum belum pernah.
Peneliti : kalau ngeluarin surat sakit
pernah buk ?
Informan : kalau buat surat sakit pernah.
Tapi ga bisa sembarangan
kasih surat sakit, kita lihat
sakitnya gimana. Saya juga
baru mau mengeluarkan ka-
lau udah meriksa pasiennya.
Peneliti : kalau masyarakat disini
gimana rata-rata ekonomi nya
buk ?
Informan : ya gimana ya,, cukup lah
nampaknya.
Peneliti : kalau pasien disini cara pem-
bayarannya gimana ? ada re-
gistrasinya ?
Informan : oo kalau disini kita se-
muanya gratis.
Peneliti : kalau tindakatan ada
dikenakan biaya tambahan
buk ?
Informan : geratis juga
77

77

Peneliti : kalau ada yang emergency,
tidak ada uang, bagaimana
buk ?
Informan : kalau saya kalau ada, ya kita
tetap layani aja,
Peneliti : oo gitu ya buk. Kalau pasien
disini gimana buk? Aktif gak
ingin tahu tentang
penyakitnya ? diagnosis dan
prognosis nya ?
Informan : ada beberapa yang mau
nanya. Kalau saya selalu
nerangin. Kadang kita liat
pasiennya juga. Kalau dia
mau dengerin saya jelasin.
Kalau yang kurang bertanya
tetap saya jelasin mengenai
penyakitnya..
Peneliti : kalau setelah dirujuk
biasanya apa tindakan
puskesmas ? masih dipantau
?
Informan : ada yang diapantau ada yang
tidak. Yang kita pantau yang
ada surat kembali nya.
Peneliti : sering home visit buk ?
Informan : gak pernah.
Peneliti : kenapa ga pernah buk ?
Informan : iya, karna kasus nya gak ada.
Peneliti : kalau obat di puskesmas
kurang, atau stok nya habis,
apa tindakan ibuk ?
Informan : kita gak pernah gak kasih
obat kalau pasien memang
membutuhkan obat. Ya
paling kita cari pilihan obat
lainnya sebagai alternatif
pilihan kalau stok obatnya
habis
Peneliti : kalau di puskesmas ini ramai
gak pasiennya buk ?
Informan : iya lumayanlah. Kalau satu
hari ada sekitar 10 pasien.
Untuk gigi kan itu lumayan
juga 1 hari sampe 10 pasien.
Peneliti : kalau ibu kerjanya jam
berapa bu ? datang dan
pulang nya ?
Informan : disini dari jam 8 pagi sampe
jam 2 siang.
Peneliti : misalnya pasien datang jam 2
lebih tapi ibu masih ada, apa
yang ibu lakukan ?
Informan : kalau pasien datang jam 2
lewat saya masih ditempat,
tetap dilayani.
Peneliti : gak capek buk ? kan udah
habis jam kerjanya ?
Informan : gak mungkin ditolak lah dek
pasiennya, ga tega.
Peneliti : kalau dokter sendiri gimana
menjalin hubungan dengan
rekan sejawat, dengan pasien
juga ?
Informan : ya biasa aja, komunikasi.
Komunikasi yang utama,
paling tidak nanya kabar, ya
kalau ada sesuatu terjadi.
Kalau sama pasien kalau ada
pernah datang, kita Tanya
keadaanya setelah berobat,
ada kurang apa gak sakitnya
?
78

78

Peneliti : kalau dokter ikut seminar atau
pelathian gitu ada alasan
tertentu gak dok ?
Informan : ya untuk menambah ilmu,
terus ya untuk kredit point
untuk naik pangkat, terus
untuk poin skp itu.
Peneliti : kalau menurut dokter yang
lebih utama yang mana itu
dok alasan ikut pelatihan atau
seminar gitu ?
Informan : yang utama sih ilmu, karna
kita kan gak kuliah lagi,
update ilmu yang saya dapat
dari internet kan cuma satu
arah, kalau ikut itu kan dua
arah.
Peneliti : dokter ada bosan gak, kan
udah lama kerja disini..?
Informan : bosan pasti adalah kan
namanya orang kerja kan.
Peneliti : apa yang dokter lakukan
kalau udah bosan gitu ?
Informan : kalau bosan atau jenuh gitu
kan disini ada cuti. Sekitar 8
hari kerja, termasuk hari
minggu.
Peneliti : gak khawatir gitu dok
ninggalin pasien ?
Informan : ya kita kan ada disini
perawat nya, jadi delegasi
tugas juga ada.
Peneliti : pengaruh bosan ada karna
insentif kurang gak ?
menurut dokter cukup gak
insentif disini ?
Informan : insentif kurang ? haha ya
emang dari sananya
segitukan ya, kalau bosan
karan kerjanya itu itu aja kan.
Biasa lah kan.
Peneliti : kalau insentif gitu mem-
pengaruhi kinerja gak sih dok
?
Informan : ya gak jugalah kan, ini
buktinya insentif gak keluar
kita masih kerja aja. Tetap
melakukan tugas-tugas.
Peneliti : kalau fasilitas sendiri disini
gimana dok ?
Informan : kalau disini masih kurang
lengkap.
Peneliti : upaya dokter sendiri gimana
dengan keterbatasan itu ?
Informan : kita coba udah usulkan ke
dinas untuk tambahan alat
mana yang rusak..
Peneliti : terealisasikan dok ?
Informan : ga semua, sebagian tapi ada..
Peneliti : kalau jujur-jujuran, sering
datang telat gak dok ? hehe
Informan : sekarang udah ada apel,
paling kalau telat kita izin,
tapi kasih tau dulu, kalau ada
urusan ke dinas dulu kan, izin
datang telat dulu ke Kapus
paling sms cukup.
Peneliti : kan ada denda dok kalau da-
tang telat, itu mempengaruhi
dokter ?
Informan : denda itu bisa jadi tapi bukan
utama. Kalau datang cepat itu
79

79

sebagai tanggung jawab yang
utama.

Informan 3

Peneliti : ibuk udah berapa lama kerja
di puskesmas ini ?
Informan : 10 tahun
Peneliti : sebelum kesini udah pernah
kerja dimana aja buk ?
Informan : kerja di rumah sakit tentara
pekanbaru, di rumah sakit
bina kasih
Peniliti : Disini ada megang program
gak buk ?
Informan : Program yandas
Peneliti : Gimana nih buk kerja disini?
Nyaman gak ?
Informan : Ooo pasti nyaman doong
Peneliti : Bisa dijelaskan gak buk
nyamannya seperti apa ?
Informan : Nyamannya antara kami se-
sama kami enjoy aja ya enak,
tambah lagi rumah ibuk dekat
dengan sini, ya nyamanlah..
Peneliti : Ooo dekat ya buk dengan sini.
Jadi gimana dengan
masyarakat buk ?
Informan : Iya bagus bagus aja, iya
nyamanlah nak, kalau gak
nyaman mana mungkin ibuk
punya rumah disini kan.
Kalau sama ma-syarakat pasti
adalah tapi semua bisa
teratasi, ya saya rasa gak ada
permasalahan lah.
Peneliti : Ibu pernah gak ada masalah
dengan tenaga kesehatan
disini, atau rekan seprofesi
Informan : Gak juga ya, ibuk rasa
nyaman nyaman aja,
Peneliti : Baik baik aja berarti ya buk
?
Informan : Iya.
Peneliti : Pernah ada kasus gak nyaman
gak buk dengan tenaga
kesehatan disni ?
Informan : Gak ada. Komunikasi kita
lancar. Sering cerita-cerita
ngobrol ngobrol ginilah.
Peneliti : Kan ibuk udah lama jadi
dokter kan buk, masih sering
ikut kegiatan kayak seminar,
workshop gitu gak buk ?
Informan : Ada, ibuk ikut seminar ada.
Pelatihan ada tentang
kesehatan mengenai
manajemen puskesmas dan
lain lain.
Peneliti : Kapan terkahir buk ?
Informan : Akhir 2013 lah, itu seminar
pelatihan
Peneliti : Selain itu apalagi yang ibuk
lakukan untuk menambah
ilmu
Informan : Ya buka internet ya kan
Peneliti : Ada situs khusus yang ibuk
buka untuk bahan referensi
80

80

Informan : Kalau ibu yang umum
umum aja. Ndak terlalu kali.
Peneliti : Kalau buku-buku kedokteran
masih ada buka buk ?
Informan : kalau buku udah jarang.
Peneliti : Kenapa gak pernah buk. ?
Informan : Karna kurang waktu, ibuk
praktek disini kan, jadi ga
fokus kali.
Peneliti : Kalau terjadi kesalahan
memberikan diagnosis atau
terapi kepada pasien, apa
yang ibuk lakukan ?
Informan : Kalau ibuk rasa enggak
pernah lah ya. Kita kan
berusaha seminim mungkin
melakukan kesalahn kan.
Mudah mudahan gak
terjadilah kan, janganlah
sampai kan.
Penliti : Kalau diskusi sama rekan
sejawat masih sering buk ?
Informan : Sering, kita cerita cerita
diskusi tentang penyakit
pasien.
Peneliti : Diceritain semua tentang
identitas pasien buk ?
Informan : Ya enggaklah. Itu kan rahasia.
Ibuk kalau diskusi gak
sampai menjelaskan siapa
namanya.
Peneliti : Kalau program yang ibu
pegang gimana buk?
Tercapai gak buk ?
Informan : Kalau pelayanan dasar ini ga
ada masalah. Kalau dari
evaluasinya tercapai sarana
prasarananya juga udah baik.
Peneliti : Pernah dimintai memberikan
informasi membantu
kedokteran forensik dalam
penyelidikan maupun
penyidikan kasus tertentu gak
buk ?
Informan : Ada diminta. Tapi ya ibuk
visum dulu. Ibu periksa dulu
dan itu tidak akan
diungkapkan kecuali untuk
kepentingan penyelidikan.
Peneliti : Kalau menurut ibu status
ekonomi pasien disini rata-
rata gimana buk ?
Informan : Iya gimana pulak lah ya,
bagus bagus semua, tapi ada
juga yang ga bagusnya.
Variatif lah..
Peneliti : Kalau disini cara
pembayarannya gimana ? ada
registrasinya?
Informan : Disini semua gratis. Biaya
untuk registrasinya juga tidak
ada. Semua geratis
Peneliti : Kalau tindakana ada
dikenakan biaya tambahan?
Informan : Tidak ada
Peneliti : Kalau ada pasien datang
emergency tidak ada uang,
bagaimana ?
Informan : Itu geratis. Beda kecuali tidak
ada KTP/KK baru kita
lakukan tindakan, kalau ga
ada uang untuk bayar, kalau
ibu pribadi tetap dilayani.
81

81

Peneliti : Pasien disini gimana buk,
aktif gak ingin tahu tentang
penyakitnya? Ada ibuk
jelaskan ?
Informan : Aktif. Ibu jelaskan. kalau
memang perlu dijelaskan
pasti dijelaskan. Kalau
pasiennya ga ngerti ibu
jelaskan sampai ngerti.
Peneliti : kenapa ibuk jelaskan ?
Informan : ya supaya pasiennya pinter,
supaya pasien kalau sakit cari
kita. Kita komunikasikan,
kita jelas-kan ke pasien ini
sakitnya apa, supaya pasien
kalau sakit lagi carinya kita,
bukan cari dukun. Karna
masyarakat disini masih ada
yang percaya dukun, jadi kita
tenaga kesehatan berusaha
untuk mencerdaskan pasien
juga dengan menjelaskan gitu
kan.
Peneliti : Kalau meujuk pasien gitu,
abis dirujuk ada dipantau lagi
gak buk ?
Informan : Pernah, kalau pasien
dikembalikan kita pantau dia.
Kan ada itu disuruh kontrol
lagi.
Peneliti : Sering home visit gak ibuk ?
Informan : Tidak, karna sudah ada
puskesmas
Peneliti : Misalnya obat kurang buk,
atau stok obatnya habis, itu
gimana buk ?
Informan : Kalau disini obatnya kurang
ya ? rasa ibuk disini ada
semua obatnya, ga ada
kendala.
Peneliti : Kalau pasien disini rame buk
?
Informan : Rame
Peneliti : Jam berapa ibu bekerja?
Datang dan pulang ?
Informan : Kalau disini ibuk setengah 8
udah mau jalan , kemudian
jam 8 kurang itu apel, jam 8
dimulai pelayanan, kemudian
pulangnya jam setengah 3.
Kalau poli tutunya jam 12.
Peneliti : Ada gak buk pasien yang
datang pas jam poli atau pas
ibuk mau pulang? Tetap
dilayani gak buk ?
Informan : Ibu akan opor kalau habis jam
kerja apotek udah pulang, itu
karna puskesmas kita ada
IGD, karna begitu sistemnya.
Peneliti : Cara ibuk menjalin hubungan
dengan rekan sejawat itu
seperti apa buk ?
Informan : Itu otomatis nak, seperti kita
berkawan gitu..
Peneliti : Kalau ibuk ikut seminar itu
apa alasannya buk ?
Informan : Kalau seminar itu ada
undangan/ sms dari IDI kita
ikut, kalau pelatihan ikut dari
dinas, kalau pelatihan itu kan
ikutnya dari diri sendiri buat
nambah ilmu.
Peneliti : Ibuk kan sudah lama disini,
bosan gak buk ?
82

82

Informan : Bukan bosan, kejenuhan itu
ada, namun tugas itu harus
kita kerjakan harus kita jalani
karna pengabdian.
Peneliti : Kalau insentif disini
mempengaruhi pelayanan ?
Informan : Insentif disini kan harus kita
syukuri. Jadi tergantung kita
mensyukuri
Peneliti : Kabar-kabarnya insentif gak
rutin, itu berpengaruh gak
sama keja ibuk? Kepikiran
malas ga buk melayani
pasien ?
Informan : Ya enggak lah, ya biasa aja
lah. Mana mungkin.. tapi
abdi negara.
Penelti : Kalau fasilitas disini yang
harus diperbaiki apa buk ?
Informan : Cukuplah.
Peneliti : Kalau kunjungna pasien
sehari disini berapa buk ?
kalau ibu tangani berapa ? ga
capek buk ?
Informan : Kalau ibu sekitar rata-rata 40
perhari kadang mau juga 70.
Ga capek kita enjoy aja
bekerja. Karna kita sudah
pegawai, lagian kan saya
pegawain emang harus lah
kita kerjakan.
Peneliti : Suka telat gak buk datang
puskesmas ?
Informan : Mudah mudahan kalau ibuk
gak, kan udah ada apel dan
rumah dekat
Peneliti : Ini karna apel jadinya gak
suka telat buk ?
Informan : apelnya ini yang membuat
kita terpacu buat datang tepat
waktu.
Peneliti : Jadi kalau ga ada apel boleh
telat buk ? hahaa
Informan : Haha ya enggaklah,, kalau
telat kena marahlah kita kan..
haha walaupun ke-sibukan
dirumah, namun ini kita
motivasi untuk disiplin.
Peneliti : Kalau terlambat kepikiran
pasien gak buk ?
Informan : Kalau kita kan disini di
bagian poli umum kita kerja
berdua kan dokternya, jadi
kita saling kabar-kabari.
Saling komunikasi, kita kan
hidup take and give ya kan,
nanti suatu waktu kita pasti
ada terlambatnya, jadi saling
mengerti dan kabari.
Peneliti : Pernah dapat panggilan
mendadak kerumah ibuk
pasien datang ? tetap
melayani buk ?
Informan : Kalau ibuk jaga dipanggil
tengah malam gitu ibuk siap
dipanggil melayani.

Informan 4

Peneliti : Kakak udah berapa tahun
kerja disini kak ?
83

83

Informan : Kerja disini lebih kurang 15
tahun
Peneliti : Sebelum disni dimana kaka
kerjanya ?
Informan : Sebelum disini kakak bides
Peneliti : Kalau program ada yang
kakak pegang ?
Informan : Kalau dari awal kakak
megang KIA
Peneliti : Gimana kerja disni kak ?
Informan : Nyaman
Peneliti : Bisa diceritakan kak
nyamannya kak ?
Informan : Eeee pertama, kakak
tinggal disini, dekat dengan
rumah, terus kakak kerja
disini sesuai dengan profesi
kaka, kakak sebagai bidan
kerja pun yang berhubungan
dengan bidan, eee sesualah
apa yang kakak dapat ilmu
pelajaran tuh, kaka tuangkan
disni, sesuai lah gak ada
keluar dari jalur
Peneliti : Kalau hubungan dengan
masyarakat
Informan : Karna kakak tinggal disni,
berabur dengan masyarakat.
Jadi kaka kenal sama semua
warga disini. Jadi sebelum
berdirinya induk disini kakak
bidan desa disini. Sebelum
kecamatan dibentuk kakak
udah kerja disini.
Peneliti : Bagamana dengan teman
teman tenaga kesehatan
lainnya kak ?
Informan : Kalau tentang pekerjaan
kakak rasanya gak ada
masalah, nyaman. Karna
udah banyak juga ganti
kepala puskesmas rasanya
kakak masuk aja walau
berbeda beda gaya
kepemimpinannya.
Peneliti : Kalau perawat bidan dan lain
lain ?
Informan : Kalau disini kakak termasuk
yang udah senior kan, karna
udah lama, orang-orang
disini patuh sama peraturan,
cepat melaksanakan kerja,
tapi ada juga yang malas
karna dinas jauh kan, kalau
ngantar laporan laporan itu
agak sulit
Peneliti : Upaya apa yang kakak
lakukan untuk
mengendalikan kendala?
Informan : Ya kita via handphone lah kan
dulu buat laporan, baru
nantik titip ke dumai.
Peneliti : Kalau disni kan kakak udah
lama, ada kegiatan yang
kakak ikutin kayak pelatihan
dan sebagainya ?
Informan : Kalau kaka pelatihan ada
setiap tahun ada insyaalah
dari dinas, bukan kakak aja,
adek bidan desa, kami ada 18
bidan desa yang diletakan di
desa desa.
84

84

Peneliti : Selain pelatihan ada ikut dari
dana pribadi ?
Informan : Ada itu ikatan bidan kami, itu
diadakan setahun sampai 2-3
kali. Kalau didumai kakak
ikutin buat nambah ilmu,
kalau di provinsi kakak
jarang, karna masalah
pekerjaan kan.
Peneliti : Kalau buku-buku gimana ?
Informan : Kalau kakak ga sempat baca
internet internet, tapai kadang
kadang kalau buku adalah,
tapi kebanyakan dari adek
adek bidan yang kasih
masukan.
Peneliti : Kalau lupa tindakan atau gak
yakin, apa yang kakak
lakukan ?
Informan : Kalau lupa tindakan kan kita
udah ada s.o.p. jadi kami
sesuai s.o.p. jadi minim yang
kejadian, bahkan ga pernah
rasanya
Peneliti : Kalau diskusi dengan teman
sejawat sering kak?
Informan : Sering, setiap hari kalau sama
teman ruangan, tentang
pasien kadang diskusi dengan
dokter juga. Kalau identitas
pasien tuh kita sebutkan
kalau ada rujukan ke dokter
gitu dek. Lebih kemasalah
teknis. Misalnya kayak dok
ini pasien ini sakit ini dok,
keluhan nya ini, itu. kalau
cerita santai santai sama
teman ruangan gitu gak ingat
nama pasien, pasiennya
banyak.
Peneliti : Kendala program kerja kaka ?
Informan : Kendala kami yang paling
utama, itu transportasi,
ambulan cuma satu. Yang
lainnya pake motor pribadi.
kemudian cuaca, kalau
musim hujan kita gak bisa
turun.
Peneliti : Kenapa kaka mau pake motor
pribadi ?
Informan : Kalau bides emang dapet
Honda nya, tapi hanya
penanggung jawab poseskel,
daripada nunggu nunggu,
nantik gak jalan kerja, tapi
kita dapat uang minyak.
Peneliti : Pernah diminta surat visum
dari polisi kak ?
Informan : Pernah. Kakak berikan kalau
emang dibutuhkan dan kalau
kakak yang kerjakan. Kalau
kakak gak kerjakan gak
pernah kakak.
Peneliti : kalau status ekonomi
masyarakat disini gimana kak
?
Informan : kalau pasien disni rata rata
menengah kebawah, kalau
yang berkecukupan tuh
biasanya ke praktek
Peneliti : kalau tindakan disini gimana
kak ? ada bayar ?
Informan : disini kalau jamkesmas semua
gratis
85

85

Peneliti : kalau ada emergency, gak
mampu bayar, tetap dilayani
gak kak?
Informan : Kalau kakak gak melayani
emergency, disebelah yang
melayani. Kalau kita gak
pernah narik. Kalau pasien
umum gak punya uang kita
gak pernah paksa untuk
bayar.
peneliti : Kalau pasien disini gimana
kak ? aktif nanya nanya gak ?
kakak suka jelasin gak
tentang diagnosis prognosis ?
informan : Kalau disini ada yang aktif
ada yang tidak. Kalau tentang
bumil nih kakak jelasin terus,
tapi ya gitu, banyak yang gak
percaya kalau dijelasin,
padahal kita udah jelaskan
bahayanya, tapi mereka
dengar rumah sakit aja udah
takut, kalau dijelaskan suka
ngeyel, ka-lau sakit dibilang
kesurupan, disembur sembur.
Dari situlah kita mulai ya
untuk menjelaskan kami
turun tuh untuk menolong ibu
menolong bayi, bahkan
sampai masalah rujuk itu
lama dirunding. Nantik kita
panggil suami, keluarganya,
kita jelaskan kami minta
tolong kali, kami kasih
inform consent nantik kalau
terjadi apa apa disini jangan
salahkan kami ya. Kami udah
jelaskan semuanya,
bahayanya. Akhirnya mere-
ka nurut juga.
Peneliti : Kalau program yang kakak
kerjakan tercapai kak ?
informan : Disini tercapai, tapi tidak
100 %, tapi tetap kami
usahakan walaupun tidak
100% itulah kami usahakan
tercapai program kerja walau
cuma 80%.
Peneliti : Kalau home visit sering kak ?
Informan : Kalau pas bides sering.
Sekarang enggak. Kan udah
ada wilayah kerjanya kan.
Peneliti : Pernah gak kak kalau obatnya
abis ?
Informan : Disini masih dekat terjangkau
dengan dumai, jadi bisa beli-
beli. Atau bisa pinjam
perwatan. Tapi disni obat
jarang kurang
Peneliti : Pernah gak kak salah beri
diagnosis ke pasien ?
Informan : Gak, belum pernah, ja-
nganlah sampai salah kasih
diagnosis ke pasien.
Peneliti : Disini ramai pasien kak ?
Informan : Ramai
Peneliti : Jadwal kegiatan kerja gi-mana
kak ?
Informan : Kami kan datang jam
setengah 8. Jam 8kurang 15
kami apel. Jam 8 kami
pelayaan, setengah 2 apel
lagi. Disini kalau gak ikut
apel ada dendanya. Hehe
86

86

Peneliti : Kalau ada pasien datang
diluar jam kerja, masih
dilayani ?
Informan : Kalau kami selagi orang loket
masih terima kami tolong.
Tapi kami ingatkan besok
jangan datang telat ya buk.
Kadang kalau disini kita
kasihan juga dek liat
pasiennya, ada yang bilang
tadi kesini gak ada kereta,
ngantar anak sekolah, gak
mungkin kita terlantarin.
Peneliti : kakak saya mau nanya gimana
cara kaka menjalin hubungan
dengan pasien , dan rekan
sejawat kak ?
Informan : ya kalau kita jumpa, kakak
sering sapa, kaka tegur, gitu
juga masyrakat. Kalau kita
belum kenal, kenalan dulu,
kalau dia pasien, kita Tanya,
apa keluhannya
Peneliti : seberapa penting menurut
kakak kita berkomukasi
dengan pasien dgan sejawat
itu kaka?
Informan : ya menurut kaka itulah paling
penting dek, dengan
komunikasi itu melancarkan
pekerjaan, kalau kita kurang
harmonis dengan teman
sejawat, dengan pasien nantik
kita sungkan nantik untuk
selanjutnya. Tapi klau kita
gak ada masalah, insyaalah
nantik kemanapun kita pergi
mudah, ada aja yang mau
bantu kita.
Peneliti : kaka kalau kakak ikut seminar
atau pelatihan gitu apa
alasannya kak ?
Informan : ya kalau itu kakak ikut untuk
menambah pengetahu-an,
terus kadang kalau udah lama
lama ini kan banyak yang
udah berubah, kadang teori
teori lama itu ga perlu
dipakai lagi.. apalagi kakak
udah lama tamat sekolah
kan..
Peneliti : kak, kan udah lama kerja
disini, bosan gak kak ?
Informan : oo bosan, iya bosan
Peneliti : ngaruh dong kak, ke kinerja
kakak dikantor?
Informan : sebenarnya ngaruh, tapi
dibawa ceria-ceria lagi sama
teman teman ini, balik lagi
semangat..soalnya kerjanya
itu itu aja kan, jadi kita
semua tumpuan, orang
datang nanya
Peneliti : ada hubungannya dengan
insentif gak ya kak ?
Informan : kalau masalah uang cukup.
Karna disini sesuai golongan
kan. Lagipula di desa
terpencil lebih banyak.
Peneliti : fasilitas disini gimana ?
Informan : kalau fasilitas disini yang
kakak rasakan kayak laptop
ini kurang, komputer cuma 1
yang ada di TU, jadi
menghambat buat kerja atau
buat laporan yang tiap bulan
87

87

itu hampir semua harus buat
kan. Sama transportasi
Peneliti : kalau pasien sendiri disini
ramai kak ? berapa sehari ?
Informan : kalau pasien disini 1 hari bisa
100 lebih, kalau di ruangan
kakak itu bisa 10 orang per
hari.
Peneliti : kakak jujur suka telat gak ?
Informan : insyaalah gak telat. Karna
kebiasaan jam 7:30 dari
rumah , kalau kalau masalah
denda mungkin kakak bisa
bayar, tapi ini karna udah
senior, udah jadi contoh,
beban moril.
Peneliti : mengenai penjelasan
diagnosis dan prognosis ke
pasien , kakak kenapa tetap
menjelaskan, sedangkan rata-
rata masyarakat sini kan
pendidikannya masih rendah
?
Informan : iya lah seandainya berbahaya
tentu pasien harus tahu kan.
Kakak kan jelaskan nya
dengan bahasa sini. Itu untuk
jaga-jaga kan.
Peneliti : pernah gak kak ada panggilan
mendadak untuk pertolongan
segera?
Informan : kakak diwilayah sini kakak
layani kalau orang tuh datang
kerumah, kakak terima, kalau
seandainya tengah malam,
awalnya terganggu tapi kakak
melayani aja. Baru abis itu
kakak rujuk ke igd.

Informan 5

Peneliti : Ibuk udah berapa lama kerja
disisni ?
Informan : Dari tahun 2006
Peneliti : Selain disini dimana aja?
Informan : Klinik kartika
Peneliti : Ada megang program buk ?
Informan : Ada, mtbs
Peneliti : Gimana disini kerjanya buk ?
Informan :Nyaman aja kok,
Peneliti : Dengan tenaga kesehatan lain
buk ?
Informan : Nyaman.
Peneliti : Bisa diceritakan buk
nyamannya kayak mana ?
Informan : Kayak mana ya.
Hubungannya baik baik aja
Peneliti : Ada pernah punya masalah
disini buk ?
Informan : Gak pernah ada masalah.
Peneliti : Kalau masyarakat sekitar sini
buk ?
Informan : kalau dengan masyarakat
biasa aja
Peneliti : Kalau dengan teman teman
kesehatan disini, nyaman nya
seperti apa buk ?
Informan : Nyaman, ga ada tekanan di
pekerjaan saya
88

88

Peneliti : Ada gak buk ikut pelatihan
pelatihan gitu buk ?
Informan : Ada, untuk program mtbs itu
kita pelatihan sekali setahun
Peneliti : Pembiayaan nya dari mana
buk ?
Informan : Dinas
Peneliti : Kalau dari ibuk sendiri ada
ikut-ikut seminar yang
biayanya pribadi gak buk ?
Informan : Ada. Saya ikut seminar
tentang keperawatan. Bulan
maret lalu.
Peneliti : Kalau selain seminar apalagi
buk ?
Informan : Apa ya ?
Peneliti : Kayak baca baca buku gitu
ibuk masih sering ?
Informan : Haha udah jarang baca buku.
Peneliti : Kalau internet ada buka gak
buk ?
Informan : Ada juga buka internet, tapi
ya gitulah.. ga rutin
Peneliti : Pernah gak buk lupa
melakukan memberikan
tindakan,
Informan : Disini kan cuma pelayanan
dasar gitu aja, gak ada
rasanya salah tindakan disini
Peneliti : Kalau tindakan perawatan buk
?
Informan : Kalau saya kan di mtbs kan,
ya ga pernah rasanya
kelupaan, karna udah rutin
kan kerjanya.
Peneliti : Kendala megang program
mtbs apa buk ?
Informan : Apa ya kendalanya.. ga ada
kendala
Peneliti : Program mtbs tercapai gak
buk ?
Informan : Tercapai.
Peneliti : Sering cerita cerita sama
teman sejawat gak buk ?
Informan : Ada.. sering.. gimana ya cerita
tentang sakitnya pasien gitu,
Peneliti : Semuanya diceritain buk ?
Informan : Iya, tapi tergantung
penyakitnya, kalau rahasia
gak kita ceritakan penyakit
pasien itu.
Peneliti : Yang rahasia itu sebatas mana
buk ?
Informan : Ya bisa aja kita cerita
penyakitnya, tapi kalau
penyakitnya rahasia ga kita
certain, kalau penyakit biasa
kayak demam sering lah kita
cerita
Peneliti : Kalau status ekonomi
masyarakat disini gimana buk
?
Informan : Orang disini rasanya
berkecukupan, kalau
dipelosok sana barulah agak
gimana
Peneliti : Kalau biaya gimana disini
buk ?
89

89

Informan : Disini geratis semua.
Peneliti : Kalau tindakan ada
tamabahan biaya buk ?
Informan : Di tempat saya gak ada dek,
ini geratis
Peneliti : Kalau ada pasien ga mampu
bayar, walaupun bukan kk
ktp sini ?
Informan : Tetap dilayani, kan semua
disini udah geratis.
Peneliti : Kalau masyarakat disini mau
tau tentang penyakitnya buk
?
Informan : Ya ada yang aktif ada yang
enggak bertanya, kita
jelaskan kok
Peneliti : Pasien yang rujukan selalu
dipantau buk ?
Informan : Ya kadang disini
masyarakatnya pasien itu tuh
gak dikasih timbal baliknya
dari rumah sakit itu, jadi
begitu.. tapi ada juga yang
kontrol ulang.
peneliti :Kalau tindakan dari ibuk
sendiri, dibiarin gak tentang
pasien yang seharusnya
dipantau itu buk ?
informan : Tergantung penyakitnya juga.
Kalau penyakitnya kayak
pneuomoni ya kita pantau.
peneliti : Kalau home visit sering buk ?
informan : Ga juga, kan tergantung
programnya
peneliti : Kalau stok obat habis itu
gimana tindakan ibuk?
Informan : Disini jarang yang habis stok
obatnya.
Peneliti : Kalau pasien disini rame buk
?
Informan :Lumayan ramai.
Peneliti : Jam berapa biasanya kegiatan
kerja dimulai buk?
Informan :Kalau disini datangnya jam
setengah 8, pulang setengah
3.
Peneliti : Kalau pasien yang datang
diatas jam pelayanan, tetap
dilayani buk ?
Informan : Kalau dia datang kita tetap
layani, orangorang sini ada
jauh-jauh tinggalnya, jadi
kasian litanya bolak-balik.
Peneliti : gimana cara ibuk menjalain
hubungan dengan tenaga
kesehatan disini, dan pasien
buk ?
Informan : komunikasi gitu aja, rutin
ibuk lakukan lah ya kan,
kalau ga ada kerja ibuk
komunikasi juga.
Peneliti : kalau ikut pelatihan gitu karna
disuruh dinas atau gimana
buk ? ada alasan khusus ikut
seminar atau pelatihan gitu
buk ?
Informan : kalau dari dinas kan ada, dari
pribadi ada, ya itu buat
nambah ilmu, selain itu sama
90

90

seritifikat nya buat kredit
poin.
Peneliti : lebih niatnya ikut platihan
karna buat nambah ilmu apa
kredit poin nya buk ?
Informan : ya dua duanya.. hehe
tergantung pelatihannya apa
dulu, kalau tentang
keperawatan penting ilmu
nya lah kan.
Peneliti : kan sudah lama disini, ada
bosan kerja gak buk ?
Informan : ya kadang kadang ada juga,
kadang gak
Peneliti : Jadi apa yang ibu lakukan
supaya menghilangkan rasa
bosan ?
Informan : Hehe,, ambil cuti gitu, cuti
biasa 1 tahun sekali, cuma 6
hari, dimanfaatkan buat
refreshing
Peneliti : Kalau insentif disini cukup
buk ?
Informan : Cukup
Peneliti : Ada kendala gak buk dengan
insentif, kan kabar-nya
insentif belum keluar kan buk
?
Informan : Iyaa ga ada kendala, iyaa
untuk 4 bulan ini iya belum
keluar.. tapi ga ada pengaruh.
Masalanya kan suami ibuk
kerja juga, jadi ga terlalu
mengharapkan kali.
Peneliti : Kalau menurut ibuk, fasilitas
disini gimana ?
Informan : Baik baik aja. Biasa aja.
Peneliti : Ibuk tinggal di dumai apa
disini buk ?
Informan : Di dumai
Peneliti : Jam berapa dari dumai kesini
buk ?
Informan : Berangkat dari rumah
berangkat jam 7, saya
keliling dulu masalahnya,
antar anak sekolah.
Peneliti : Ada kendala buk ?
Informan : Kalau saya kan naik oplet
carteran sama teman-teman,
kendalanya kadang ya
tergantung opletnya jemput.
Peneliti : Kalau dibagian program kerja
ibuk ada nemuin anak yang
sakit, ada ibuk jelaskan ke
orang tuanya buk ?
Informan : Itu ke bagian gizi,ada
bagiannya kan, tapi kalau itu
ada juga ibu jelaskan, karna
ibuk tau, jadi ingin berbagi,
kan ibuk ada ikut pelatihan,
seperti ibuk tanyain anaknya
menyusui, gimana caranya,
coba dicontohkan, kayak
gitu, tapi tetap abis itu ibuk
oporkan ke bagian gizi.

Informan 6

Peneliti : bapak udah lama pak kerja
disini ?
Informan : dari tahun 2009
91

91

Peneliti : bagian yang sekarang bapak
pegang apa pak ?
Informan : koordinator P2PL. sama
koordinator Perawatan IGD.
Peneliti : gimana kerja disini pak ?
nyaman ?
Informan : nyaman, kan sudah lama juga
disini.
Peneliti : bisa dijelaskan pak seperti apa
nyamannya ?
Informan : iya kan sudah lama disini jadi
kekeluargaan nya timbul.
Sudah saling mengerti.
Peneliti : kalau dengan masyarakat pak
?
Informan : karna sudah lama gitu jadi
sudah kenal. Masyarakat
khsusnya, sering cerita cerita,
apalagi sekarang pengobatan
udah geratis kan.
Peneliti : oo oke pak, kalau ikut
pelatihan gimana pak ? ada ?
Informan : ada. Terakhir itu tahun 2013,
bulan berapa ya.. sekitar
bulan 11 itu. Kalau disini ada
lah pelatihan gitu kalau yang
pribadi itu, kalau yang dinas
ada juga itu kayak dinas luar,
pelatihan tahun lalu juga.
Peneliti : alasan bapak ikut seminar
atau pelatihan gitu ?
Informan : sudah jelas menambah ilmu,
selain itu juga buat skp
Peneliti : kalau jujur, lebih karna
pengen nambah ilmu, apa
karna skp pak ?
Informan : itu lebih ke info. Kita juga
harus tahu perkembangan
ilmu kan, kadang ada obat
yang berubah kan untuk
diberikan ke pasien.
Peneliti : itu bapak tinggal-tinggal
pelatihan gitu, gak masalah
puskesmas pak?
Informan : gak, ya gak keteteran lah..
Peneliti : kalau cerita dengan sejawat
masih sering pak ?
Informan : cerita tentang pasien dan
penanganan passien sering.
Karna kita lepas-lepas ya tiap
hari. Maksudnya untuk
pertemuan khususnya ga ada,
jadi kayak selagi duduk gitu.
Penelt : nyebutin identitas pasien pak
?
Informan : kadang nyebutin kadang
enggak.
Peneliti : indikator nyebutin atau
enggak nya seperti apa pak ?
Subjejk : kalau yang khusus kusus
kayak rahasia pasien itu kita
gak sebutin. Kayak misalnya
hiv gitu kita ga sebutin lah.
Peneliti : yang disebutin identitas itu
seperti apa pak ?
Informan : itu kayak kalau ada jadwal
kontrol, jadi kan yang kontrol
kita kan ganti jadwal gitu
dengan dokter lainnya, ya
kita sebut kan namanya.
92

92

Peneliti : ooo oke pak. Kalau program
kerja bapak apa kendala nya
pak ?
Informan : kendala kalau program saya
itu lebih ke wilayah. Karna
sungai Sembilan ini
wilayahnya 2/3 kota dumai.
Luas sekali. Ya walaupun
penduduk dikit tapi jarak nya
jauh kan. Transportasi masih
minim, belum lagi jalan
masih buruk kan.
Peneliti : kalau diminta surat visum dari
kepolisian pernah pak ?
Informan : pernah,
Peneliti : bapak berikan ?
Informan : saya berikan, kalau suratnya
resmi, saya periksa, saya buat
visum nya, kalau pasien
datang dari kantor polisi baru
boleh kalau udah konfirmasi
dulu. Kadang ada surat dari
kantor polisi itu menyusul,
tapi saya konfirmasi dulu ke
polisi nya, tunggu jelas dulu.
Peneliti : kalau surat sakit ? sering
keluarin pak ?
Informan : kalau surat sakit, ya kita lihat
sakitnya, kalau sakit keras
saya berikan, kalau minta-
minta gitu aja saya gak
periksa saya gak layani.
Kadang kalau demam, kan
mengganggu aktifitas saya
berikan. Kita gak terlalu kaku
sekali lah.
Peneliti : kalau masyarakat disini
pasien nya gimana pak
ekonomi nya ?
Informan : rata rata menengah kebawah
Peneliti : kalau pembayaran disini
gimana pak ?
Informan : gratis, kecuali yang tidak
punya ktp/kk dumai.
Peneliti : kalau yang gak punya ktp/ kk
dumai , ga ada uang, masuk
emergency, tetap dilayani pak
?
Informan : kita tetap melayani, kalau kita
disini kalau pasien
emergency kita tangani dulu,
baru liat identitas nya, baru
metode pembayarannya.
Peneliti : kalau dia gak mampu bayar
pak.
Informan : ya kita ikhlas kan aja, ga
mungkin kan kita
terlantarkan pasien kan.
Peneliti : kalau pasien aktif bertanya
pak tentang diagnosis dan
prognosis gitu pak ?
Informan : ada, ga semua tapi, yakan
pendidikan masyarakat disini
masih rendah, sudah pasti
kita jelaskan, kita edukasi
keluarganya, kita wajib
menjelaskan supaya pasien
cepat sembuh kan, cara
minum obat juga kita
jelaskan.
Peneliti : seberapa penting sih pak
menjelaskan itu ke pasien ?
93

93

Informan : itu penting, demi kesembuhan
pasien.
Peneliti : kalau pasien rujukan masih
ada dipantau pak ?
Informan : kalau yang sistem pantau kita
kurang. Kecuali kan dari
pasien yang kita rujuk itu
datang kontrol ke kita lagi.
Peneliti : kalau home visit masih sering
pak ?
Informan : kita disini kekurangan dokter,
jadi jarang kan, kita 3 dokter
disini, 1 lagi cuti melahirkan,
2 lagi di poli sama igd, ganti-
gantian kita.
Peneliti : kalau obatnya di apotek
kurang atau stok nya habis,
apa yang bapak lakukan ?
Informan : kalau stok abis, kita kan surati
ke dinas, kalau ke pasiennya
kita kasih alternatif obat,
kecuali khusus, boleh dia beli
sendiri diluar, tapi tetap kita
usahakn dari apotek kita.
Peneliti : kalau disini rame pak
pasiennya ?
Informan : ramainya tergantung, kalau
hari pasar ramai disini.
Peneliti : hari pasar pak ?
Informan : iya, kalau disini hari pasarnya
senin-kamis, itu rame warga
datang sekalian berobat kan.
Peneliti : berapa banyak pak ?
Informan : kalau poli itu bisa 50/hari,
kalau di igd tergantung
pasien, ya kalau sekarang
pasien ada 2/hari.
Peneliti : kalau bapak datangnya jam
berapa ? datang dan pulang
nya ?
Informan : saya dari rumah jam setengah
8. Kan jam 8 apel disini. Jam
12 poli kita tutup, tapi kita
tetap standby sampai jam
setengah 2.
Peneliti : masih ada pasien yang datang
saat jam kerja berakhir pak ?
Informan : jarang
Peneliti : kalau ada yang datang pas
jam kerja udah abis pak, tetap
dilayani pak ?
Informan : tetap kita layani, kalau masih
ada orang di poli, kalau
apotik buka, yang buat kartu
ada, kita layani. Tapi kalau
udah gak ada, kita oper ke
IGD, kan IGD kita kan 24
jam.
Peneliti : kalau bapak gimana caranya
agar menjalin hubungan
dengan pasien dan teman
sejawat pak ?
Informan : biasa lah, kita komunikasi
sambung rasa.
Peneliti : kalau pasien datang apa yang
bapak lakukan ?
Informan : hahaha kalau saya rasa
pertanyaannya ini lucu ini, ya
kamu tahulah, kalau kamu
apa yang kamu lakukan ?
94

94

Peneliti : ya mana tau beda kan pak
yang diajarin sama
prakteknya ?
Informan : ya kita tetap sesuai standar
operasional prosedur gitu
kalau meriksa pasien. Tetap
anamnesis, pf, pemeriksaan
penunjang, dan lain lainnya.
Peneliti : bapak kan udah lama kerja
disini, gak ada rasa bosan pak
?
Informan : kalau bosan ada, kadang mikir
mau pindah kan, cuma ya ada
pertimbangan saya, kayak
yang pertama itu jarak, mana
tau nantik dapatnya lebih
jauh kan, kemudian adapatasi
lagi, dan takutnya pembagian
tugas nya gak sesuai kan.
Peneliti : jadi apa yang bapak lakukan
untuk menghilangkan bosan
itu pak ?
Informan : ya tetap kerja. Hahaa
Peneliti : haha ada pengaruh insentif
gak sih pak sebenrnya yang
mempengaruhi kinerja ?
Informan : kalau untuk dumai sendiri
insentif emang kurang
rasanya. Ini aja 4 bulan
tunjangan belum keluar, ya
dampaknya kinerja lumyan
terganggu.tapi gimana lagi
tugas kita kan menolong
orang.
Peneliti : oo gitu ya pak. Kalau fasilitas
sendiri gimana pak ?
Informan : masih kurang, jadi ke pasien
terganggu kan, kayak
misalnya oksigen kurang gitu
kan.
Peneliti : oo gitu, jadi apa tindakan
bapak untuk mengatasi
keterbatasan itu ?
Informan : ya dengan keterbatasan
seperti itu ya kita rujuk
pasien.
Peneliti : kalau jujur pak, sering telat
datang kerja ?
Informan : jujur, jarang telat. Karna udah
kerja saya biasanya on time,
saya disiplin orangnya, ya
kadang terpikir pasien kan,
kalau saya telat, nanti dokter
yang lain ada gak ? gimana
pasiennya. Gitu.
Peneliti : Kalau bapak kan sering ikut
seminar kan pak, kalau buka
internet ada?
Informan : buka internet ada,
Peneliti : Berapa kali seminggu pak ?
Informan : Tergantung, bisa sampai
sepuluh kali bisa
Peneliti : Situs tentang apa pak,
sumbernya ?
Informan : Kalau dari kalbe ada, journal
journal dari luar ada juga
Peneliti : Buku-buku masih sering buka
gak pak ?
Informan : Buku buku kadang-kadang,
kalau kita lupa, kita buka
Peneliti : Buku seperti apa pak ?
95

95

Informan : Buku teks book, buat nambah
ilmu, atau gak saya ambil
buku yang dari internet.

Informan 7

Peneliti : ibuk udah lama kerja disini
buk?
Informan : dari tahun 2006
Peneliti : sebelum disini, udah kerja
dimana aja buk ?
Informan : sebelum jadi pegawai, ibu
kerjanya di PT. swasta
Peneliti : kalau disini ibuk megang
program apa buk ?
Informan : ibuk di bagian imunisasi
Peneliti : gimana kerja disini buk ?
nyaman ?
Informan : nyama sampai sekarang..
Peneliti : nyamannya bisa diceritakan
buk ?
Informan : disini lingkup kerjanya
kompak, sesama rekan sama
atasan sama sama saling
menghargai, antara tenaga
kesehatan kerjasam juga
karna kita turun ke lapangan
langsung, jadi dekat.
Peneliti : kalau sama masyarakat buk ?
Informan : sama masyarakat dekat, juga.
Peneliti : apa upaya yang ibuk lakukan
untuk menjalin hu-bungan
dengan tenaga kesehatan lain
sama masyarakat buk ?
Informan : kalau saya karna rekan kerja
kan jadi pas istirahat ya kita
cerita cerita, gabung aja gitu,
kalau jam kerja ya kita kerja
juga. Kalau dengan
masyarakat ya kita kalau
masyarakat bertanya kita
layani, dengan senyuman.
Siapa kan yang mau berobat
kalau pelayanannya gak
ramah..
Peneliti : oo,, iya buk, kalau ikut
kegiatan pelatihan gitu sering
buk ?
Informan : sering, ibuk sering ikut juga
yang pelatihan dari PPNI.
Gak tentu juga waktunya.
Kemaren bulan maret ada
ibuk ikut.
Peneliti : itu diadakan di mana buk ?
Informan : di dumai.
Peneliti : alasan ibuk ikut pelatihan gitu
apa buk ? kan udah senior
juga.
Informan : yang jelas mecari informasi
ilmu yang terbaru, kan ilmu
itu berkembang kan..
Peneliti : kalau lupa sama tindakan apa
yang ibuk lakukan ?
Informan : ya kita ada rekan. Jadi
kerjasama, gak gengsi gitu
bertanya, dan setiap tinda-kan
kan dibantu dokter.
Peneliti : ooo iya buk. Kalau diskusi
cerita cerita dengan teman
96

96

sejawat itu seringnya cerita
apa aja buk ?
Informan : iya kita cerita pribadi ada,
pasien ada juga. Cerita
tentang pasien, diskusi gitu.
Peneliti : disebutin nama pasiennya
buk ?
Informan : oo gak lah, itu sifatnya
pribadi kan, kita ceritanya
global gitu. Kayak misalnya
ooo bulan ini rupanya wabah
ini yang rame disini ya.
Peneliti : kalau program yang ibuk
pegang itu tercapai gak buk ?
Informan : alhamdulillah tercapai
Peneliti : apa kendala nya buk ?
Informan : medan nya berat, kita ada 3
daerah yang sulit terjangkau
kayak basilam, batu terintip,
itu susah, jadi kita kerjasama
sama bidan ptt disana yang
melakukan tindakan.
Peneliti : itu seharusnya tugas ibuk ?
Informan : itu lebih ke kerjasama dek.
Peneliti : kalau status ekonomi
masyarakat disini rata rata
gimana buk ?
Informan : ada yang menengah kebawah,
ada yang mene-ngah ke atas..
Peneliti : lebih variatif gitu ya buk?
Informan : iya variatif gitu
Peneliti : kalau pasien yang gak
mampu bayar gimana buk?
Informan : disni ga ada bayar, kita ga
bayar kalau berobat disini.
Peneliti : oo gitu ya buk, kalau pasien
disini gimana buk? Aktif
nanya tentang penyakitnya ?
Informan : ada, cuma ga semua. Apalagi
lansia., kita kasih tau
penyakitnya apa gimana
obatnya, gimana
perawatannya.
Peneliti : kalau pasien rujukan masih
dipantau buk ?
Informan : kalau rujukan kita rujuk.
Kontrol ulang nya pasien itu
datang sendiri kesini.
Peneliti : kalau home visit sering buk ?
Informan : kalau kita yang home visit itu
yang ga ada bayinya datang
posyandu, yang belum dapat
imunisasi.
Peneliti : itu emang tugas ibuk ?
Informan : iya itu tugas ibu. Apalagi
kalau belum tercapat target.
Karna berbagai alasan, kayak
orang tuanya gak sempat ke
posyandu, gak ada
kendaraan. Ada juga yang
orangtuanya gak mau
anakanya di imunisasi.
Bapakbapak yang paling
sering tuh melarang anaknya
imuniasasi kalau disini.
Peneliti : iya buk? Haha gimana ibuk
kasih penjelasannya ?
Informan : bapaknya kan keras ya kita
tetap meyakinkan. Manfaat-
nya kita jelaskan resikonya
97

97

tetap kita jelaskan. Tapi ada
juga yang tetap ga mau abis
itu. Katanya kami dulu gak
ada imunisasi imunisasi
masih sehat aja kok sampai
sekrang.
Peneliti : terus ibuk biarkan ?
Informan : Iya mau gimana lagi, kan kita
udah jelaskan, gak mungkin
kita paksakan pasien kan..
Peneliti : ooo iya iya, kalau pasien
yang ibu tangani, kayak
imunisasi itu ramai buk ?
Informan : alhamdulillah ramai, sampai
400-an lah total keseluruhan
5 desa ya.
Peneliti : lah itu ibuk sanggup ? banyak
itu buk.
Informan : sanggup, kan dia setiap
posyandu itu beda jadwalnya
tiap bulan . Kan ada kadernya
juga, tapi kita tetap turun
tangan
peneliti : kalau kerja ibuk jam berapa
datang dan pulangnya buk ?
informan : jam 8 pelayanan kami.
Peneliti : ibuk tinggalnya di dumai ya ?
Informan : iya..
Peneliti : kalau boleh jujur ini buk,
sering telat gak buk datang ?
Informan : kalau telat jarang, tapi adalah,
kalau sepi gini. Kan ibuk
bukan poli, jadi lebih
kegiatan yang datang ke
masyarakat. Kalau kunjungan
gitu kita harus datang cepat.
Peneliti : oo,, kalau pasien datang
diluar jam kerja ibuk, tetap
dilayani buk ?
Informan : kalau untuk imunisasi tetap
kita layani. Apalagi karna
wilayah kerja yang jauh,
masyarakat tuh kasihan kan,
gak mungkin kita biarkan.
Lebih ke hati nurani.
Peneliti : ibuk kan udah lama kerja
disini kan buk? Ada bosan
gak ya?
Informan : hahaa adalah jenuh
Peneliti : ngaruh ke pekerjaan buk ?
Informan : kalau jenuh gitu gak sampai
lah ngaruh ke pekerjaan.
Alhamdu-lillah di bagian ibu
kita bekerja jadi ga bosan.
Peneliti : kalau insentif disini cukup
buk ?
Informan : ya kalau cukup kan manusia
mana ada cukupnya kan..
hahaha, cobalah kan. Dapat
ini, pengen itu lagi kan..
hahaa, tapi kalau disini ya
disyukuri aja.
Peneliti : iya buk. Haha, kalau fasilitas
disini gimana buk ?
Informan : kalau puskesas ini, ambulan
ada 2, motor dinasu untuk
imunisasi dapat 1.
Peneliti : cukup buk dengan 1 motor
gitu ?
Informan : kalau dibilang cukup ya gak
cukup kan, jadi kita pakai
motor pribadi. Kalau motor
98

98

dinas juga yang kita harapkan
otomatis berebut itu, kita
menghindari konflik.
Peneliti : kalau selain ikut seminar, apa
lagi yang ibuk lakukan ?
Informan : paling bacabaca buku, kalau
gak dari internet
Peneliti : situs apa yang ibuk buka
biasanya buk ?
Informan : lewat google biasanya kan,
biasanya keywordnya itu
tentang kesehatan gitu.
Peneliti : kalau buku-buku masih
sering buka buk ?
Informan : paling buku lama aja
Peneliti : buku lama maksudnya buku
kuliah dulu buk ?
Informan : iyaa. Hahaha.. kan kita ada
beli beli buku kayak buku
penyakit dalam
Peneliti : masih sering dibuka itu buk ?
Informan : dibaca palingan pas mentok
aja.. hahaa. kayak ini apa sih,
apa yang harus dilakukan
gitu.
99

99

100

100

Lampiran 9:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP



A. IDENTITAS
Identitas Diri
Nama : Dicky Pangestu Sandjaya
Tempat/Tanggal lahir : Rengat/ 27 November 1991
Alamat : Jl. Gabus No.40 Pekanbaru
Email : dickypangestus@gmail.com
Identitas Orang Tua
Ayah : Prof.Dr.H.Damsar,MA
Ibu : Hj.Indrayani. SE,MM,Ph.D
Alamat : Jl. Gabus No.40 Pekanbaru
PENDIDIKAN
1. TK Bhayangkari Rengat, lulus tahun 1998
2. SD Negeri 002 Rengat, lulus tahun 2004
3. SMP Negeri 1 Rengat, lulus tahun 2007
4. SMA Negeri 5 Pekanbaru, lulus tahun 2010
5. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, masuk tahun 2010

Anda mungkin juga menyukai