PRIMER PUSKESMAS SUNGAI SEMBILAN KOTA DUMAI TAHUN 2014
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Strata Satu Pada Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Oleh :
DICKY PANGESTU SANDJAYA NIM. 1008151775
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2014
2
ABSTRACT PROFESSI ONAL BEHAVI OUR OF HEALTH-CARE WORKERS I N THE COASTAL REGI ON ON PROVI DI NG PRI MARY HEALTH CARE BY PUSKESMAS SUNGAI SEMBI LAN DUMAI CI TY 2014
By Dicky Pangestu Sandjaya Professional behaviour of health-care workers is one of important aspect to support the improvement of health services, especially in coastal region. It is due to the low level of public health in the most of the coastal region in Indonesia. In addition, primary health care become as the first strata to give health-care services by the health-care workers. The aim of this research is to discover the professional behavior of health-care workers of Sungai Sembilan Community Health Care (Puskesmas), Dumai, that was reflected by the six elements of professionalism. Exploration method with qualitative approaches was applied as the research design. Seven health care workers of Puskesmas Sungai Sembilan Dumai were selected as responden by using snowball sampling method. Data were collected by using interview method recorded with an audio recorder. The result of this research showed that all the informants possess altruism, accountability, excellence, honor and integrity. duty and respect for other. Key word : professional behavior, health-care workers.
3
ABSTRAK PERILAKU PROFESIONAL TENAGA KESEHATAN DAERAH PESISIR PADA PELAYANAN KESEHATAN PRIMER PUSKESMAS SUNGAI SEMBILAN KOTA DUMAI TAHUN 2014
Oleh Dicky Pangestu Sandjaya
Perilaku profesional tenaga kesehatan merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung peningkatan pelayanan kesehatan, terutama di daerah pesisir. Hal itu dikarenakan masih rendahnya derajat kesehatan mayarakat di sebagian besar daerah pesisir Indonesia. Selain itu, pelayanan kesehatan primer (puskesmas) menjadi lini terdepan sebagai strata pertama dalam memberikan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai yang dinilai berdasarkan enam unsur perilaku profesional. Desain penelitian menggunakan metode eksplorasi dengan pendekatan kualitatif pada tujuh tenaga kesehatan di Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai yang dipilih dengan metode snowball sampling. Data dikumpulkan dengan cara wawancara yang direkam dengan alat perekam suara. Hasil penelitian menunjukkan seluruh informan memiliki unsur altruisme, akuntabilitas, keunggulan, tugas atau kewajiban, kehormatan, serta menghormati orang lain dalam melaksanakan profesinya sebagai tenaga kesehatan. Kata kunci : perilaku profesional, tenaga kesehatan.
4
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perilaku Profesional Tenaga Kesehatan Daerah Pesisir Pada Pelayanan Kesehatan Primer Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai Tahun 2014. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut mendukung dan membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada : 1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau sekaligus pembimbing I bapak Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, Sp.F yang selalu bersemangat ditengah kesibukannya membagi waktu, perhatian, bimbingan, ilmu, petunjuk, nasehat serta kesabarannya dalam membimbing penulis. 2. Ibu Fifia Chandra SKM, MKM selaku pembimbing II yang telah memberikan perhatian, waktu, bimbingan, ilmu, petunjuk, nasehat serta kesabarannya dalam membimbing penulis selama ini. 3. dr. Huriatul Masdar, M.Sc selaku penasehat akademis sekaligus penguji II penulis, yang tidak lelah membantu penulis, memberikan perhatian, bimbingan, dan nasehat yang bermakna kepada penulis selama menuntut ilmu, serta staf pengajar yang telah memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
5
4. dr. Ismawati, M.Biomed selaku penguji I, dan dr. Siti Mona Amelia, M.Biomed selaku supervisi penulis, yang telah memberikan perhatian, masukan, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Terkhusus dan teristimewa kepada Ayahanda Prof.DR.Damsar,MA, Ibunda Indrayani,SE,MM,Ph.D, yang senantiasa mendoakan, mencurahkan kasih sayang dalam membesarkan dan mendidik penulis, berbagi keluh-kesah dan memberikan nasehat serta dukungan kepada penulis baik dalam pembuatan skripsi, penididikan dan kehidupan. Terimakasih atas motivasi besarnya. Kepada kakak penulis Anggia Fraselia Putri, S.Ked, abang M. Oscar Anandhika Wibisono, S.Psi yang selalu hadir menolong penulis selama ini. 6. Sahabat-sahabat serta teman sejawat dan seperjuangan penulis Tiara, Lana, Venni, Ririn, Ibeng, Ninud, Tere, Atun, Eka, Yolanda. Terimakasih telah menjadi penyemangat dan penghibur setia di saat penulis lelah selama proses perkuliahan dan skripsi. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita. Terimakasih juga kepada keluarga besar angkatan FK UR 2010, juga Harani Fitriyan, Phivi, Poe, Nene, Mba Pipit, juga Agik, Reza, Beryl, Wandi, teman-teman yang tidak tertuliskan namanya disini, namun penulis yakin kalian adalah bagian yang turut andil dalam mewarnai kehidupan penulis selama ini. terima kasih banyak atas loyalitas pertemanan luar biasa. 7. Seluruh pihak Puskesmas Sungai Sembilan atas dukungan dan fasilitas yang telah diberikan, serta semua pihak yang karena jasa ikhlasnya telah
6
sangat membantu dan mendoakan penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih, semoga Allah membalas kebaikan anda semua. Amin. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perluasan pengetahuan dan referensi penelitian selanjutnya.
Pekanbaru, 20 Mei 2014
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT ............................................................................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan masalah ....................................................................... 3 1.3 Tujuan penelitian... ............. 4 1.3.1 Tujuan umum .................................................................... 4 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 4 1.4 Manfaat penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku profesional .................................................................... 6 2.2 Tenaga kesehatan ........................................................................ 15 2.3 Pelayanan kesehatan daerah pesisir ............................................ 16 2.4 Kerangka teori ............................................................................ 20 2.5 Kerangka konsep ........................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian ........................................................................ 22 3.2 Waktu dan tempat penelitian ...................................................... 22 3.3 Populasi dan sampel ................................................................... 22 3.3.1 Populasi ............................................................................. 22 3.3.2 Sampel ............................................................................... 22 3.3.3 Cara pemilihan dan besar sampel ...................................... 22 3.4 Defenisi operasional ................................................................... 23 3.5 Alat dan bahan ............................................................................ 26 3.6 Cara kerja .................................................................................... 26 3.7 Validitas dan reabilitas data ........................................................ 27 3.8 Pengumpulan dan pengolahan data ............................................ 28 3.8.1 Pengumpulan data ............................................................. 28 3.8.2 Pengolahan data ................................................................. 28 3.9 Penyajian dan analisis data ......................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi umum lokasi penelitian .............................................. 30 4.2 Unsur-unsur profesionalisme ...................................................... 32 4.2.1 Nilai altruisme ................................................................... 32 4.2.2 Nilai akuntabilitas ............................................................. 34 4.2.3 Nilai keunggulan ............................................................... 35 4.2.4 Nilai tugas atau kewajiban ................................................ 37 4.2.5 Nilai kehormatan dan Integritas ........................................ 38 4.2.6 Nilai menghormati orang lain ........................................... 39 .. BAB V PEMBAHASAN 5.1 Keterbatasan penelitian ............................................................... 42 5.2 Perilaku profesional tenaga kesehatan ........................................ 42 5.2.1 Altruisme ........................................................................... 42 5.2.2 Akuntabilitas ..................................................................... 44 5.2.3 Keunggulan ....................................................................... 46 5.2.4 Tugas atau kewajiban ........................................................ 47 5.2.5 Kehormatan dan Integritas ................................................ 48 5.2.6 Menghormati orang lain .................................................... 49
BAB VI SIMPULAN SARAN 6.1 Simpulan ....................................................................................... 52 6.2 Saran ........................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55 LAMPIRAN ........................................................................................................... 61
9
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka teori ........................................................................... 20 Gambar 2.2 Kerangka konsep ....................................................................... 21 Gambar 4.1 Peta wilayah sungai sembilan ................................................... 32
10
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Informasi penelitian ................................................................ 61 Lampiran 2 Informed consent .................................................................... 63 Lampiran 3 Panduan pertanyaan untuk informan ...................................... 64 Lampiran 4 Panduan pertanyaan untuk pasien (crosscheck)..................... 67 Lampiran 5 Panduan pertanyaan untuk tenaga kesehatan lain (cross check).......................................................................... . 68 Lampiran 6 Transkrip wawancara .............................................................. 70 Lampiran 7 Surat keterangan lolos kaji etik .............................................. 85 Lampiran 8 Surat keterangan unggah karya ilmiah ................................... 86 Lampiran 9 Daftar riwayat hidup ............................................................... 87
11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia masih terus diupayakan oleh Pemerintah Indonesia. Salah satu aspek penting untuk mendukung peningkatan pelayanan kesehatan yang optimal adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang mengacu kepada tenaga kesehatan. 1
Tenaga kesehatan adalah orang yang bekerja secara aktif dan profesional dalam bidang kesehatan. 1 Profesional sendiri diartikan sebagai tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten, tepat atau taat asas, cermat, intelektual atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas kemampuan, optimistik, bermoral, dan bersikap serta berpikir positif. 2
American Board Council of Internal Medicine lebih lanjut lagi menyatakan bahwa perilaku profesional tenaga kesehatan dicerminkan dari profesionalismenya. Enam unsur profesionalisme yang harus dimiliki tenaga kesehatan adalah alturisme (alturism), akuntabilitas (accountability), keunggulan (exellence), tugas atau kewajiban (duty), kehormatan dan integritas (honor and integrity) serta menghormati orang lain (respect to others). 3
Perilaku profesional penting dimiliki oleh seluruh tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya. Hal itu dikarenakan profesi tenaga kesehatan berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang menyangkut kehidupan manusia.
12
Selain itu setiap tindakan yang di ambil oleh tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab besar terhadap diri sendiri, pasien, terhadap Tuhan, terhadap kolega profesi kesehatan mereka, juga terhadap pihak ketiga seperti pusat pelayanan kesehatan diantaranya puskesmas maupun rumah sakit dan keluarga pasien. 4
Dampak akibat tidak di implementasikan perilaku profesional seperti pada profesi dokter, adalah dengan makin tingginya angka pengaduan pasien ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dari tahun ke tahun. Sekitar 70 % dari pengaduan masyarakat atas praktik kedokteran itu menyangkut perilaku profesional seperti proses komunikasi antara dokter dan pasien yang tidak berlangsung dengan baik. 5 Permasalahan lain yang dihadapi terkait tenaga kesehatan di Indonesia yaitu dibutuhkannya peranan tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama di daerah pesisir. Hal itu dikarenakan masih rendahnya derajat kesehatan mayarakat di sebagian besar daerah pesisir Indonesia. 6 Indonesia memiliki 8.090 desa pesisir yang tersebar di 300 kabupaten/kota, dimana hampir semua daerah pesisir di Indonesia memiliki permasalahan yang sama. Permasalahan yang ditemukan di daerah pesisir ialah sebagian besar masyarakatnya memiliki tingkat pendapatan dan derajat kesehatan yang rendah, dengan karakteristik masyarakat yang tidak terlalu memperhatikan kesehatan disebabkan karena ketidaksediaan fasilitas, rendahnya pengetahuan dan kurangnya penyuluhan dari pemerintah melalui tenaga kesehatan. 1,6,7
Kebutuhan akan ketersediaan tenaga kesehatan profesional tersebut diperlukan terutama di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer (puskesmas). Hal ini
13
dikarenakan kedudukan puskesmas adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama sehingga menjadi lini terdepan dalam memberikan pelayanan yang profesional demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 8
Kota Dumai merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Provinsi Riau. Puskesmas Sungai Sembilan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2012) terdiri dari satu puskesmas, dan tujuh puskesmas pembantu. 9
Kecamatan Sungai Sembilan merupakan kecamatan terbesar di Kota Dumai dengan luas wilayah 975,38 km 2 dengan jumlah penduduk 33.530 jiwa. Lokasi Puskesmas Sungai Sembilan cukup jauh dari rumah sakit yang berada di pusat Kota Dumai, selain itu akses jalan penghubung antar kelurahan yang sulit untuk dilalui dan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, sehingga peranan tenaga kesehatan yang profesional di Puskesmas Sungai Sembilan sangat penting bagi masyarakat pesisir Kecamatan Sungai Sembilan, terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Tenaga medis yang dimiliki oleh Puskesmas Sungai Sembilan dalam memberikan pelayanan terdiri dari tujuh dokter umum, satu dokter gigi, 24 perawat, 26 bidan. 9,10
Penelitian mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan daerah pesisir ini belum banyak dilakukan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti perilaku profesional tenaga kesehatan pada pelayanan primer Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai.
14
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagiamana gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan daerah pesisir Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai tahun 2014. 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. 1.3.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mendapatkan gambaran unsur altruisme (alturism) pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. b. Mendapatkan gambaran unsur akuntabilitas (acountability) pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. c. Mendapatkan gambaran unsur keunggulan (excellence) pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.
15
d. Mendapatkan gambaran unsur tugas atau kewajiban (duty) pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. e. Mendapatkan gambaran unsur kehormatan dan integritas (honor and intagrity) pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. f. Mendapatkan gambaran unsur menghormati orang lain (respect to others) pada perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir Riau Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. 1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Bagi peneliti, sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat serta menambah wawasan terutama mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan. b. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan instansi pendidikan lainnya, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan. c. Bagi peneliti lain, dapat menjadi masukan, referensi dan ide bagi peneliti selanjutanya yang berhubungan dengan perilaku profesional tenaga kesehatan di daerah pesisir. d. Bagi instansi terkait, Dinas Kesehatan, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan dan bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan.
16
e. Bagi pusat pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, dengan didapatkannya data terkait penelitian ini diharapkan dapat mengerti tentang perilaku profesional tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara memperbaiki atau mempertahankan perilaku profesional tenaga kesehatan yang telah ada.
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku profesional Perilaku dapat didefenisikan sebagai tindakan atau reaksi dari suatu obyek atau organisme yang biasanya memiliki kaitan dengan lingkungan, baik sadar atau tidak sadar, terbuka atau terselubung, dan sukarela atau tidak. Notoadmojo lebih jauh menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 11 Profesional atau profesionalisme berasal dari kata profesi. Profesi adalah suatu pekerjaan yang berlandaskan suatu ilmu pengetahuan dan diperoleh melalui program pendidikan yang khas atau spesifik dengan standar kualitas tertentu dan terukur, dan dapat melakukan profesi dengan mandiri dengan imbalan jasa dari klien yang dilayani dan dengan kode etik dan aturan yang berlaku yang telah disusun dan disepakati oleh organisasi profesinya. 2 Yusoff, MS dalam tulisannya yang berjudul "Professional Behaviour: What Does It Means?", mendefenisikan perilaku profesional sebagai tindakan seseorang yang memiliki kesesuaian, baik sengaja atau tidak sengaja terhadap perubahan lingkungan atau kondisi yang merefleksikan kualitas diri dan sikap tanggung
18
jawabnya. Dengan kata lain, perilaku profesional merupakan refleksi dari profesionalisme. 11 Seseorang dikatakan memiliki pekerjaan yang profesional apabila syarat- syarat atau ciri-ciri berikut terpenuhi, memiliki pengetahuan dan teknologi yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja karena proses pendidikan dan atau pelatihan.
Dalam menjalankan profesinya, seorang profesional diberikan otonomi berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dari proses pendidikan dan pelatihan tersebut. Selain itu, mereka mendapat izin dari negara atau organisasi profesi untuk melakukan suatu tindakan tertentu, seperti sertifikasi dan akreditasi.
Selain itu juga memiliki dan menjadi anggota organisasi profesi yang sama-sama mempunyai hak dan suara yang menyebarkan standar atau cita- cita perilaku serta saling mendisiplinkan diri sesuai dengan standar tersebut. Seorang profesional juga di muka publik mengucapkan sumpah atau janji untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, dan memiliki komitmen moral serta kesanggupan untuk melayani klien. 2
Seorang profesional dituntut menguasai ilmu/kompetisi dan teknik, dan juga memanfaatkan ilmu dan tekniknya secara arif, peduli serta mengembangkan secara inovatif dan berkesinambungan. Sehingga dalam bekerja dilakukan dengan keyakinan penuh percaya diri, semangat tinggi, dan dengan rendah hati sebagai anggota masyarakat di tengah lingkungannya serta dengan sikap tanggung jawab yang tinggi. 2 Terdapat 6 unsur dari profesionalisme tenaga kesehatan yang didefinisikan oleh American Board of Internal Medicine 3 :
19
a. Altruisme (Alturism) Menurut Baron dan Byrne (1996) altruisme merupakan bentuk khusus dalam penyesuaian perilaku yang ditujukan demi kepentingan orang lain, biasanya merugikan diri sendiri dan biasanya termotivasi terutama oleh hasrat untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain agar lebih baik tanpa mengaharapkan penghargaan. 12 Sementara itu Myers (dalam Sarwono, 2002) altruisme dapat didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri. 13 Altruisme diartikan sebagai perilaku yang lebih mengutamakan kepentingan pasien dibanding kepentingan pribadi tenaga kesehatan. Altruisme juga diartikan sebagai perilaku menolong tanpa pamrih. Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, keinginan untuk selalu menolong orang lain. 14,15 Indikator tingkah laku altruisme meliputi empati, interpretasi, tanggung jawab sosial, inisiatif, dan rela berkorban. Indikator empati seseorang yang altruis dilihat dari kemampuan merasakan perasaan yang sama sesuai dengan situasi yang terjadi. Indikator terhadap interpretasi adalah seseorang yang altruis mampu mengiterpretasikan dan sadar terhadap situasi-situasi yang membutuhkan pertolongan. Indikator tanggung jawab sosial adalah saat seseorang yang altruis merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang ada disekitarnya. Indikator inisiatif dimana seseorang yang altruis memiliki kemampuan berfikir untuk melakukan tindakan menolong dengan cepat dan tepat. Indikator rela berkorban adalah dimana seseorang yang altruis sadar bahwa ada hal yang harus rela dikorbankan dari dirinya untuk melakukan tindakan menolong. 13,14
20
Hakikatnya semua manusia adalah baik, yang memiliki kekuatan (strength) dan memiliki kebaikan hati (kidness). Kebaikan hati merupakan sifat dermawan (generosity), kepedulian (care), rasa kasih (compassion), serta pemeliharaan (nurturance). 16 b. Akuntabilitas (Accountability) Oakerson (1989) mengungkapkan bahwa menjadi akuntabel artinya mampu memberikan pertanggung jawaban, baik menyangkut segala tindakan yang diambil (action) maupun yang tidak diambil (inaction), dan mampu bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi. 17
Menurut Galway menjelaskan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertindak sebagai pelayan yang bertanggung jawab dari informasi pribadi orang lain. Selain itu, bertanggung jawab untuk perlindungan dan penggunaan yang tepat dari informasi tersebut serta siap bertanggung jawab atas penyalahgunaan informasi tersebut. 18
Hubungan profesi tenaga kesehatan dan masyarakat merupakan suatu kontrak sosial, dimana seorang tenaga kesehatan dalam praktik profesinya berupaya meyakinkan masyarakat dengan memberikan jaminan profesionalisme dan akuntabilitas profesi dalam upaya pelayanan kesehatan. Hal ini berkaitan dengan Pasal 12 ayat (1) UU No 18 tahun 2002 tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyatakan bahwa Untuk menjamin tanggung jawab dan akuntabilitas profesionalisme, organisasi profesi wajib menentukan standar, persyaratan, dan sertifikasi keahlian, serta kode etik profesi. 19
21
Berdasarkan uraian di atas, maka profesi sebagai tenaga kesehatan bukan hanya pekerjaan melainkan sebuah pengabdian. Tenaga kesehatan dikatakan akuntabel jika memenuhi standar kompetensi, yang selanjutnya menjadi acuan mendapatan kewenangan material dan formil untuk melakukan praktik profesi sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi. 19 Profesi tenaga kesehatan dianggap masyarakat merupakan profesi yang mulia dan tenaga kesehatan dianggap masyarakat merupakan profesi yang memiliki pengetahuan yang luas, sebab profesi tersebut berhubungan secara langsung dengan manusia. 20
c. Keunggulan (excellence) Keunggulan berasal dari kata unggul berarti kualitas yang luar biasa atau sangat baik. Kualitas diri dari suatu profesi dapat diukur dengan standar kompetensi. Belajar sepanjang hayat (long life learning) merupakan keunggulan tenaga kesehatan dalam rangka komitmen dalam menjalankan profesi. Seorang tenaga kesehatan dalam rangka menjadikan dirinya unggul harus mampu mempraktikan belajar sepanjang hayat, mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru, berperan aktif dalam program pendidikan dan pelatihan dan pengalaman belajar lainnya, menunjukan sikap kritis terhadap praktik kesehatan berbasis bukti (Evidence-Based Medicine). 2,15,21
Belajar sepanjang hayat merupakan sarana edukatif memperbarui, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan profesi. Sebagai contoh, setiap tenaga kesehatan mengikuti pendidikan dan pelatihan serta seminar atau workshop yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan atau lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi profesi dalam
22
rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. 21 d. Tugas atau Kewajiban (Duty) Tugas dapat diartikan sebagai sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan. Tugas sebagai profesional medis dalam hal ini adalah melakukan pelayanan kesehatan. 22,27
Untuk memenuhi standar dalam menjalankan tugas dan kewajiban, tenaga kesehatan harus memiliki sikap berkomitmen untuk melayani dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Salah satu bentuk lain dalam menjalankan tugas atau kewajibannya tenaga kesehatan adalah dengan merujuk pasien ke dokter atau atau dokter gigi lain yang memiliki keahlian, atau kemampuan yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan penanganan atau pengobatan terhadap pasien. 15
e. Kehormatan dan Integritas (Honor and Integrity) Integritas merupakan kepatuhan yang teguh terhadap prinsip prinsip etika atau standar profesional, kejujuran, keadilan, melakukan apa yang dikatakan bahwa itu akan dilakukan dan menjelaskan mengapa melakukannya. Integritas bagi tenaga kesehatan merupakan sikap konsisten menerapkan standar tertinggi dalam perilaku dan menolak untuk melanggar etika profesi. Dimana hal tersebut menyiratkan seorang tenaga kesehatan untuk bersikap adil, jujur, teguh memegang janji, konsisten terhadap perkataannya. 23
Kode Etik Kedokteran Indonesia menerangkan bahwa integritas termasuk salah satu dari sifat dasar yang harus dimiliki dokter.
Menghormati dan integritas adalah hal yang konsisten untuk standar tertinggi perilaku dan penolakan untuk melanggar kode seseorang pribadi atau profesional. Integritas menjadikan
23
seseorang hidup tanpa beban dan jauh dari kepura-puraan dan kepalsuan dan dekat dengan kebenaran serta kejujuran sehingga memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan. Seseorang yang berintegritas tinggi konsisten dengan nilai baik yang diyakininya dalam menjalankan kehidupan, namun keyakinan ini tidak bersifat buta tetapi masuk dapat di terima oleh orang banyak. Pribadi yang memiliki integritas dapat membaktikan tugas dan kewajiban, karena minat pada pekerjaannya maka pribadi tersebut akan bekerja keras disertai rasa tanggung jawab. 23-27 f. Menghormati Orang Lain (Respect For Others) Menghormati orang lain dalam hal ini termasuk pasien, keluarga, dokter lain, perawat, bidan, masyarakat, sub spesialis dan diri sendiri. Setiap tenaga kesehatan yang profesional dalam melaksanakan praktik di Indonesia mengacu kepada kaidah dasar moral yaitu
menghormati martabat manusia (respect for person). Pengertian dari menghormati martabat manusia adalah dimana setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki hak untuk menentukan nasib diri sendiri (autonomy), dan setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan. 27
Tindakan lain yang menunjukan sikap menghormati orang lain ialah berbuat baik (beneficence). Tenaga kesehatan juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian "berbuat baik" diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence) dalam praktik tenaga kesehatan haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan
24
paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno "first, do no harm", tetap berlaku dan harus diikuti. 27
Sikap menghormati orang lain juga dapat dilihat dari kemampuan untuk bersikap adil (justice). Seorang profesional tidak akan merubah sikapnya terhadap pasien hanya karena perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan gender. Kesehatan pasien merupakan yang utama yang menjadi perhatian utama bagi tenaga kesehatan. 27
Perilaku profesional terhadap rekan atau teman sejawat dalam rangka menghormati orang lain diterangkan menurut Australia Medical Council (AMC) meliputi berkomunikasi dengan jelas, efektif, sikap hormat dan sigap dengan dokter lain dan tenaga kesehatan profesional lainnya dalam merawat pasien.
Selain itu mengakui dan menghormati kontribusi semua tenaga kesehatan profesional yang terlibat dalam perawatan pasien.
Berperilaku profesional dan sopan kepada rekan-rekan dan praktisi lainnya termasuk ketika menggunakan media sosial adalah wujud menghormati orang lain. 28 West CP dan Shanafelt TD dalam jurnal yang berjudul The Influence of Personal and Environmental Factor on Professionalism in Medical Education menerangkan bahwa dalam proses melaksanakan profesi, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku profesional 29 : a. Faktor Internal (Personal) Faktor internal (personal) salah satunya karakteristik individu serta kepribadian merupakan refleksi diri dari motivasi dalam diri individu tersebut,
25
tindakan intelektual, etos kerja, kedidisiplinan, percaya diri atas kemampuan (self efficacy), optimisik, bermoral, kepribadian, cara bersikap dan cara berpikir mempengaruhi sikap profesionalisme individu dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga kesehatan. 2,29 Kualitas dan keterampilan interpersonal terdiri dari kemampuan berkomunikasi dan berempati. 29
Faktor internal yang juga dapat mempengaruhi profesionalisme adalah stres profesi yang dihadapi dokter seperti beban keuangan, tidak memiliki waktu istirahat yang cukup, tekanan dengan permasalahan kesehatan pasien dan kematian, halhal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup sehingga menyebabkan penurunan efektifitas di tempat kerja. Penurunan efektifitas di tempat kerja tersirat dari sejumlah penelitian menunjukkan hubungan antara kejenuhan dengan pengikisan profesionalisme dokter, hal ini memberikan kontribusi negatif pada perawatan pasien sehingga menjadi kurang optimal. 29
b. Faktor Eksternal (Lingkungan) Faktor eksternal (lingkungan) merupakan faktor yang berperan dalam pembentukan budaya profesi medis dan sangat mempengaruhi profesionalisme tenaga kesehatan. Faktor-faktor ini diantaranya kebiasaan kelembagaan, karakteristik lingkungan, karakteristik pasien dan kekhawatiran malpraktik. 29
Kebiasaan lembaga, dimana pihak ketiga yaitu pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit hanya terfokus pada kebutuhan pasien, hal itu kurang diimbangi dengan kebutuhan terhadap tenaga kesehatan. Karakteristik pasien, setiap hari tenaga kesehatan dihadapkan pada karakteristik dan watak pasien yang berbeda-beda dengan diagnosis yang berbeda menjadi salah satu
26
faktor yang mempengaruhi profesionalisme dokter. Karakteristik lingkungan dimana lokasi daerah yang aman dan nyaman, lokasi yang strategis, juga ketersediaan fasilitas yang memadai seperti trasnportasi, listrik, maupun air bersih di lingkungan bekerja, juga mempengaruhi profesionalisme. Kekhawatiran akan tindakan malpraktik menjadi hal yang tidak dapat dipungkuri oleh setiap tenaga kesehatan, hal itu turut andil dalam memberikan pelayanan yang profesional terhadap pasien. 29
2.2 Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan merupakan bentuk profesi. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. 30
Tenaga kesehatan terdiri dari beberapa bidang. Secara singkat dapat dibagi berdasarkan tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisan medis. 30 Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemilog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
Tenaga kesehatan memiliki standar profesi dan perlindungan hukum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1996 pasal 21, 22 dan 24 dimana setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan profesi memiliki kewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. Terhadap tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya memiliki kewajiban untuk menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, selalu meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan, membuat dan memelihara rekam medis. Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. 29
2.3 Pelayanan kesehatan primer daerah pesisir Daerah Pesisir merupakan suatu wilayah yang lebih luas dari pantai dimana wilayahnya mencakup wilayah daratan yang masih dipengaruhi laut (pasang surut, suara deburan ombak, rembesan air laut di daratan). Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi. 31,32
Indonesia banyak memiliki wilayah pesisir. Salah satu arah kebijakan dibidang pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kualitas kesehatan
28
masyarakat melalui peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, serta peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan. 33 Masalah pada pusat pelayanan primer di daerah peisir dan terpencil adalah minimnya Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kes). Selain itu akses masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas seperti jarak tempat tinggal yang jauh dari puskesmas, akses jalan yang buruk, waktu tempuh yang lama ke sarana kesehatan, status sosial ekonomi dan budaya, serta rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga menjadi permasalahan yang dihadapi di daerah pesisir dan terpencil. 34,35 Penelitian dengan judul beberapa aspek dasar yang perlu diagendakan dalam pengelolaan wilayah pesisir Indonesia yang diteliti oleh Rositasari pada tahun 2002 menyatakan bahwa hampir semua provinsi di Indonesia memiliki wilayah pesisir dan setiap wilayah hampir memiliki masalah yang sama. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang di lakukan Sardiyatmo yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat pantai memiliki tingkat derajat kesehatan yang rendah pada penelitian mengenai kepedulian masyarakat pesisir karimun jawa terhadap masalah pencemaran pada tahun 2005. 6,7
Salah satu daerah pesisir yang ada di Provinsi Riau adalah Kecamatan Sungai Sembilan, letaknya di Kota Dumai. Luas wilayah Sungai Sembilan 975,38 Km 2 dengan jumlah penduduk 29.920 jiwa. Kepadatan penduduk sungai Sembilan adalah 31 jiwa/km 2 . Mata pencaharian penduduk Sungai Sembilan sebagian besar adalah di bidang perkebunan dan perikanan. Berdasarkan data dari badan pusat statistik Kota Dumai menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Sungai Sembilan dinilai dari jumlah penduduk di atas usia 5 tahun yang menamatkan
29
pendidikan masih banyak ditemui penduduk yang belum pernah sekolah dan mayoritas tamatan sekolah dasar. Dibandingkan kecamatan lain di Kota Dumai, tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Sungai Sembilan masih tergolong rendah. 10
Pusat pelayanan kesehatan primer pada daerah ini adalah Puskesmas Sungai Sembilan.
Puskesmas Sungai Sembilan merupakan puskesmas dengan tenaga medis yang dimiliki terdiri dari delapan dokter umum, satu dokter gigi, 24 perawat, 26 bidan. Puskesmas Sungai Sembilan juga memiliki 7 puskesmas pembantu yang tersebar di 5 kelurahan di Kecamatan Sungai Sembilan. 9,10
Pemerintah telah berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Pelayanan kesehatan yang dilakukan terbagi menjadi dua, yakni pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang paling depan, sebagai lini depan yang diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan. Prinsip pelayanan kesehatan masyarakat adalah mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. 8
Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
30
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 8 Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 8
Fungsi puskesmas diantaranya sebagai penggerak dan pemantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor di wilayah kerjanya, sehingga tercipta masyarakat yang berwawasan dan mendukung pembangunan kesehatan. Dalam menjalankan fungsinya ini, Puskesmas melakukan beberapa upaya seperti pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit serta penyembuhan dan pemulihan penyakit.
Puskesmas juga sebagai pusat pemberdayaan masyarakat berupaya membangun masyarakat yang memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri agar dapat hidup sehat, berperan aktif dalam upaya pembangunan kesehatan. Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai program kesehatan secara perorangan, keluarga ataupun masyarakat. 8 Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan.
31
Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. 8
32
2.3 Kerangka teori Kerangka teori dalam penelitian ini adalah:
Direfleksikan oleh
Tenaga Kesehatan Penyedia Layanan Kesehatan pada Pusat Pelayanan Kesehatan Dokter Perawat Bidan
Profesionalisme Perilaku Profesional Altruisme Menghormati Orang Lain Kehormatan dan Integritas
Akuntabilitas Kesempurnaan atau Keunggulan Tugas atau Kewajiban Terhadap Diri Sendiri Pasien Teman Sejawat
Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Pelayanan kesehatan yang optimal
33
Gambar 2.1 Kerangka Teori 2.4 Kerangka konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Masyarakat
Altruisme Kehormatan dan Integritas Menghormati Orang Lain Perilaku Profesional Tenaga Kesehatan Dokter Perawat Bidan
Profesionalisme Akuntabilitas Kesempurnaan atau Keunggulan Tugas atau Kewajiban
34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Disain penelitian Disain penelitian adalah metode kualitatif. 36 Dengan menggunakan metode kualitatif diharapkan peneliti mampu menggali lebih dalam informasi dan data yang ingin didapatkan, yaitu gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan di Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. 3.2. Waktu dan tempat penelitian Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April 2014. Tempat pengambilan data di puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. 3.3 Populasi sampel 3.3.1 Populasi Populasi dari penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien yaitu dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan yang bekerja di puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. 3.3.2 Sampel 3.3.2.1. Pemilihan dan besar sampel Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih terfokus kepada representasi fenomena sosial. Oleh karena itu, cara pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode snowball
35
sampling 37 yaitu pemilihan subyek penelitian berdasarkan suatu pertimbangan yang memahami dan memiliki informasi yang diinginkan. Besar sampel dalam penelitian kualitatif ini berjumlah 7 orang. Penelitian dihentikan atas pertimbangan tidak ditemukan lagi variasi informasi. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut 36 : a. Pemilihan sampel awal (Key Informan awal). Sampel awal adalah subyek Kepala Puskesmas yang dianggap mengetahui mengenai puskesmas. Selanjutnya sampel awal diminta membantu memilih seorang informan lanjutan yang merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai yang bertugas melayani pasien dan dianggap mampu memberikan informasi kepada peneliti. b. Pemilihan sampel lanjutan (Key Informan lanjutan) di dapat dari rekomendasi oleh informan awal, kemudian informan lanjutan juga diminta merekomendasikan tenaga kesehatan lain sebagai informan lanjutan yang dianggap mampu memberikan informasi terkait penelitian, begitu seterusnya sampai tidak ditemukan rekomendasi lain dan tidak ditemukan variasi informasi. 3.4. Definisi operasional Definisi Operasional dari penelitian ini merujuk kepada enam unsur profesionalisme yang harus dimiliki tenaga kesehatan yakni alturisme (alturism), akuntabilitas (accountability), keunggulan (exellence), tugas atau kewajiban (duty), kehormatan dan integritas (honor and integrity), serta menghormati orang lain (respect to others) yang dapat dijabarkan sebagai berikut 3 : a. Altruisme (Altruism)
36
Altruisme adalah perilaku membantu yang dilakukan agar kesejahteraan orang lain meningkat dengan tidak mementingkan diri sendiri. 16 Nilai altruisme (Altruism) akan ditunjukkan melalui kata kunci : 1. Mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi. 2. Memiliki inisiatif untuk melakukan pertolongan dengan segera. Sebagai contoh nilai altruisme didapatkan apabila tenaga kesehatan tetap melayani pasien bahkan diluar jam kerja. b. Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas adalah dimana invidu dalam menjalankan profesinya dapat dipertanggungjawabkan dengan pembuktian. 15 Nilai akuntabilitas (Accountability) akan ditunjukkan melalui kata kunci:
1. Menanggapi apa yang dibutuhkan pasien. 2. Mengikuti kode etik, standar praktik dan prosedur dalam pelaksanaan praktik. 3. Berpartisipasi dalam pencapaian kesehatan masyarakat Sebagai contoh nilai akuntabilitas didapatkan apabila tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai diagnosis, prognosis maupun pilihan terapi kepada pasien. c. Keunggulan (Excellence) Keunggulan adalah komitmen untuk belajar sepanjang hayat (long life learning). 22 Nilai keunggulan (Excellence) akan ditunjukkan melalui kata kunci
:
1. Mengikuti pelatihan, seminar dan lain-lain demi meningkatkan standar pelayanan kesehatan.
37
2. Menggunakan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Sebagai contoh nilai keunggulan didapatkan apabila tenaga kesehatan rutin mengikuti seminar atau pelatihan, rajin membaca buku atau mencari informasi melalui internet. d. Tugas atau Kewajiban (Duty) Tugas atau kewajiban adalah bersedia dan responsif terhadap panggilan tugas karena berkomitmen melayani masyarakat. 23 Nilai tugas atau kewajiban (Duty) akan ditunjukkan melalui kata kunci:
1. Tetap memberikan pelayanan terbaik meski pasien tidak mampu membayar. 2. Merujuk apabila tidak mampu menangani. Sebagai contoh nilai tugas atau kewajiban didapatkan apabila tenaga kesehatan tidak bisa menangani pasien, maka pasien akan dirujuk kepada yang lebih mampu, dan tetap memberikan pelayanan kepada pasien yang tidak mampu membayar e. Kehormatan dan Integritas (Honor and Integrity) Kehormatan dan integritas adalah konsistensi antara sikap, perkataan dan perbuatan dengan nilai-nilai yang dianutnya yang tercermin dalam sikap adil, jujur dan lugas. 21 Nilai kehormatan dan integritas (Honor and Integrity) dapat ditunjukkan melalui kata kunci :
1. Membaktikan tugas dan kewajiban seperti menjaga rahasia pasien. 2. Adil dan jujur dan lugas dalam praktik profesi.
38
Sebagai contoh nilai kehormatan dan integritas didapatkan ketika tenaga kesehatan menjaga kerahasiaan pasien.
39
f. Menghormati orang lain (Respect for Others) Menghormati orang lain adalah menghormati hak-hak pasien, rekan sejawat dan keluarganya. 23 Nilai menghormati orang lain (Respect for Others) akan ditunjukkan melalui kata kunci :
1. Menghormati pasien dan keluarga pasien. 2. Menghormati teman sejawat. 3. Menghormati masyarakat. Sebagai contoh dari menghormati orang lain apabila tenaga kesehatan menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, teman sejawat dan masyarakat. 3.5. Alat dan bahan Peneliti menggunakan alat tulis, recorder, kamera, dan panduan pertanyaan wawancara sebagai alat dan bahan peneltian. 3.6. Cara kerja Cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Peneliti membuat panduan pertanyaan untuk key informan mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan pada pelayanan kesehatan primer didaerah pesisir Riau. b. Penyempurnaan panduan pertanyaan. c. Melakukan wawancara mendalam dengan key informan yang dilakukan sendiri oleh peneliti dengan panduan pertanyaan. Semua kegiatan dalam wawancara direkam dengan audio recorder. Wawancara terhadap key informan dilakukan berulang kali sampai tercapainya informasi yang diinginkan.
40
3.7. Validitas dan reabilitas data Keabsahan data dalam penelitian kualitatif dijelaskan dalam 4 hal yaitu 38,39 : a. Credibility (dapat dipercaya) Standar kredibilitas identik dengan validitas internal, untuk mencapai standar dapat dipercaya dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan tidak diwakilkan. 2. Melakukan triangulasi. 3. Melibatkan pembimbing untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritikan. 4. Melakukan kesesuaian terhadap kelengkapan hasil analisis data. b. Transferability (berlaku di konteks lain) Standar ini merupakan modifikasi validitas eksternal. Pada prinsipnya, hasil penelitian dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian. c. Dependebility (konsisten) Standar ini identik dengan reliabilitas. Hal ini akan dilakukan dengan menggunakan peer review (teman sejawat yang melakukan penelitian serupa, dan pembimbing) sebagai auditor independen untuk melakukan review terhadap seluruh hasil penelitian.
41
d. Confirmability (Kepastian) Standar ini lebih terfokus pada audit kualitas dan kepastian hasil penelitian. Untuk itu seluruh dokumen pendukung penelitian seperti informed consent, buku catatan penilitian dan audio recorder akan menjadi bahan audit oleh peer review. 3.8 Pengumpulan dan pengolahan data 3.8.1. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil wawancara responden secara apa adanya (verbatim) yang direkam dengan audio recorder. 3.8.2. Pengolahan data Hasil pengumpulan data selanjutnya diolah melalui proses : a. Transkrip Data Pada tahap ini hasil rekaman dari audio recorder diubah ke bentuk tulisan. Pentranskripan data dilakukan pada dua per tiga bagian lembar kertas. Sepertiga sisa bagian lembar kertas dialokasikan untuk koding data. b. Pengkodingan data Data dikoding berdasarkan kata kunci setelah membaca hasil transkrip data secara pelan-pelan dan teliti. c. Kategorisasi data Pada tahap ini kata-kata kunci disederhanakan dalam satu besaran yang dinamakan kategori. Pengkategorisasian data menggunakan perspective codes taksonomi Bogdan dan Biklen yaitu penggolongan kode yang berhubungan dengan pendapat, pandangan yang dipegang (dipercayai oleh subjek penelitian). 70
70
d. Penyimpulan Pada tahap ini konteks empiris diubah menjadi konteks konseptual. 3.9. Penyajian dan analisis data Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstual mengenai gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan di Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai. 3.10. Etika penelitian Penelitian ini telah dinyatakan lolos kaji etik oleh Unit Tetap Etik Fakultas Kedokteran Universitas Riau dengan nomor 13/UN19.1.28/UEPKK/2014.
71
71
BAB IV HASIL PENELITIAN Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara yang mendalam terhadap informan. Wawancara dilaksanakan selama tujuh hari kerja di Puskesmas Sungai Sembilan. Pada penelitian ini, total informan yang didapatkan berdasarkan metode snowball sampling yaitu sebanyak tujuh informan. Urutan wawancara dilakukan terhadap kepala puskesmas sebagai key informan awal (informan 1), informan lanjutan terdiri dari dokter gigi (informan 2), dokter umum 1 (informan 3), bidan (informan 4), perawat 1 (informan 5), dokter 2 (informan 6), dan perawat 2 (informan 7). Wawancara pada setiap informan dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali dan di dokumentasikan menggunakan audio recorder, selanjutnya dilakukan transkrip data hasil wawancara. Validasi data dilakukan dengan menggunakan triangulasi, yaitu cross check kepada key informan awal, key informan lanjutan (tenaga kesehatan lain), pasien, masyarakat, menggunakan data sekunder seperti absensi, program pencapaian, surat tugas, surat masuk dan observasi langsung oleh peneliti. Peer review sebagai auditor independen untuk melakukan review terhadap seluruh hasil penelitian ini. 4.1 Deskripsi umum lokasi penelitian Puskesmas Sungai Sembilan dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat dengan jarak tempuh dari Pekanbaru selama 5 jam 45 menit (PekanbaruDumai Sungai Sembilan). Puskesmas Sungai Sembilan adalah puskemas paling utara dari kota Dumai. Puskesmas tersebut memiliki wilayah kerja sebanyak lima kelurahan 72
72
yaitu Lubuk Gaung, Bangsal Aceh, Tanjung Penyembal, Basilam Baru dan Batu Teritip. Luas wilayah kerja puskesmas tersebut adalah 975.38 m 2 dengan jumlah penduduk tahun 2013 tercatat 33.530 jiwa. Puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 1 puskesmas rawat jalan, 1 puskesmas rawat inap, 7 pukesmas pembantu (pustu) dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam. Tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 7 dokter umum, meliputi 1 dokter umum sebagai kepala puskesmas, 2 dokter umum sebagai dokter pelayanan rawat inap dan rawat jalan di Puskesmas Sungai Sembilan, 2 dokter umum yang sedang melakukan tugas belajar, 1 dokter umum yang bertugas di pustu dan 1 dokter umum yang sedang mengambil cuti, sehingga pada saat penelitian berlangsung, teradapat 2 dokter yang aktif melakukan pelayanan di puskesmas sungai sembilan. Dokter gigi di puskesmas ini hanya tersedia 1 orang dokter gigi. Perawat yang berada di puskesmas terdiri dari 24 orang dengan pembagian, untuk puskesmas induk terdiri dari 8 orang di rawat jalan, 6 orang di rawat inap, 7 orang yang tersebar di puskesmas pembantu, 2 orang perawat yang pindah dan 1 orang sedang melaksanakan tugas belajar. Bidan di puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 26 orang dimana yang berada di Puskesmas Sungai Sembilan terdiri dari 8 orang, selebihnya tersebar sebagai bidan desa. Waktu kerja tenaga kesehatan setiap hari senin sampai sabtu, dimana jam pelayanan poli dimulai dari jam 8:00 WIB sampai dengan jam 12:00 WIB, jadwal pulang jam 14:00 WIB, kecuali hari jumat dimulai dari jam 08:00 WIB sampai dengan jam 11:00 WIB. Setiap hari dilaksanakan apel pagi sebelum dimulainya pelayanan dan apel pulang sebelum jam kerja berakhir. 73
73
Gambar 4.1 Peta Wilayah Sungai Sembilan 4.2 Unsur-unsur profesionalisme 4.2.1 Altruisme Hasil penelitian yang dilakukan terhadap tujuh orang informan, secara umum seluruh informan telah menggambarkan unsur altruisme yang merupakan salah satu 74
74
unsur profesionalisme. Hal itu tergambar dari seluruh pernyataan informan yang menunjukan bahwa informan memiliki inisiatif dan bersedia untuk menolong pasien yang datang pada saat jam kerja telah berakhir. Bahkan informan bersedia memberikan pelayanan dalam keadaan darurat meskipun dimalam hari. Seperti pernyataan salah satu informan berikut ini : Informan 7 : tetap kita layani. gak mungkin kita biarkan. Lebih ke hati nurani
Jawaban informan tersebut, juga sesuai dengan jawaban informan lainnya. Alasan informan menolong adalah karena hati nurani, tidak ingin membiarkan pasien yang rumahnya jauh dan sebagainya tanpa pengobatan. Peneliti juga menemukan lima orang informan seperti apabila jam pelayanan telah berakhir dan petugas apotek, serta registrasi telah tidak berada ditempat, maka pasien akan dialihkan ke IGD 24 jam yang tersedia di puskesmas tersebut. Dengan kata lain informan akan tetap melayani dan tidak akan menelantarkan pasien, Hal ini seperti kutipan informan : Informan 6 : tetap kita layani, kalau masih ada orang di poli, kalau apotek buka, yang buat kartu ada, kita layani. Tapi kalau udah gak ada, kita oper ke IGD, kan IGD kita kan 24 jam
Mengenai kesediaan informan untuk memberikan pelayanan dalam keadaan darurat di tengah malam, dari hasil wawancara terdapat beberapa informan yang bersedia dipanggil dalam keadaan darurat, seperti kutipan berikut :
Informan 3 : Kalau ibuk dipanggil tengah malam gitu ibuk siap dipanggil melayani 75
75
Observasi langsung telah dilakukan, namun selama penelitian berlangsung peneliti tidak menemukan pasien yang datang pada jam pelayanan telah berakhir. Peneliti juga melakukan cross check terhadap pasien maupun masyarakat sekitar, dimana tidak ditemukan masyarakat yang pernah datang berobat ke puskesmas pada saat jam pelayanan poli telah berakhir. Berdasarkan hasil cross check terhadap key informan awal dan key informan lanjutan ditemukan kesesuaian dengan jawaban informan bahwa para informan menyatakan tetap melayani pasien ketika jam kerja berakhir dan sebagian pasien menyatakan langsung dialihkan ke IGD. Hal ini menunjukan bahwa seluruh informan memiliki gambaran unsur altruisme. 4.2.2 Akuntabilitas Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti mendapatkan bahwa seluruh infroman telah menggambarkan unsur akuntabilitas. Hal itu dapat ditunjukan dengan pernyataan informan yang menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis, prognosis dan terapi kepada pasien. Seperti kutipan berikut : Informan 7 : kita kasih tau penyakitnya apa gimana obatnya, gimana perawatannya Manfaatnya kita jelaskan, resikonya tetap kita jelaskan
Informan dalam melaksanakan profesinya juga mengikuti kode etik atau standar praktik dan prosedur dalam pelaksanaan praktik. seperti yang kutipan berikut : Informan 4 : kita udah ada S.O.P. jadi kami sesuai S.O.P.
76
76
Informan juga menanggapi apa yang dibutuhkan pasien sebagai bentuk tanggung jawabnya. Seperti apabila stok obat habis, seorang informan berikut berinisiatif untuk mengganti pilihan obat lain, seperti kutipan berikut : Informan 2 : kita gak pernah gak kasih obat kalau pasien memang membutuhkan obat, Ya paling kita cari pilihan obat lainnya sebagai alternatif pilihan kalau stok obatnya habis
Informan juga menyadari tanggung jawabnya dalam berpartisipasi demi pencapaian kesehatan masyarakat. Seperti kutipan informan sebagai berikut : Informan 3 : jadi kita tenaga kesehatan berusaha untuk mencerdaskan pasien juga dengan menjelaskan gitu kan
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat seluruh informan menjelaskan terhadap pasien mengenai diagnosis, prognosis dan pencegahan penyakit serta terapi terhadap pasien. Berdasarkan cross check yang dilakukan peneliti terhadap key informan awal dan key informan lanjutan, ditemukan kesesuaian jawaban yang disebutkan oleh seluruh informan dimana seluruh informan berperan aktif memberikan informasi terhadap pasien. Cross check terhadap pasien didapatkan kesesuaian data dimana seluruh informan dalam melaksanakan tugasnya selalu memberikan informasi mengenai diagnosis, prognosis, pencegahan, maupun terapi pasien. Terkait dengan akuntabilitas informan, peneliti mencoba mencari data mengenai program pencapaian yang dilaksanakan oleh informan. Hampir seluruh program telah terealisasikan dengan baik. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara informan dan hasil crosscheck ke tenaga kesehatan lainnya. Hanya sedikit program pencapaian yang belum tercapai, dimana lima informan mengakui alasan geografis 77
77
sebagai daerah pesisir dengan jarak tempuh yang jauh serta infrastruktur jalan yang masih buruk, dipengaruhi oleh cuaca menjadi faktor masih adanya sedikit program yang belum terealisasikan dengan maksimal. Hal itu sesuai dengan kutipan berikut : Informan 1 : Kendala kalau kita geografis sama cuaca. Karna untuk wilayah kita nih kan luasnya 2/3 kota dumai, terus jarak tempuhnya masih ada lewat laut. Jadi ketika mau kesana itu kadang jadi masalah.
4.2.3 Keunggulan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti mendapatkan bahwa seluruh infroman telah menggambarkan unsur keunggulan. Hal itu sesuai dengan pernyataan seluruh informan yang rutin mengikuti seminar, seperti kutipan berikut :
Informan 5 : Ada. Saya ikut seminar
Informan menyadari pentingnya untuk terus menambah ilmu dalam menjalankan profesinya. Hal itu tergambar seperti kutipan berikut : Informan 6 : itu lebih ke info. Kita juga harus tahu perkembangan ilmu kan, kadang ada obat yang berubah kan untuk diberikan ke pasien
Selain mengikuti seminar, kegiatan lain yang dilakukan oleh informan adalah dengan membuka internet untuk menambah wawasan. Namun hanya dua informan yang menurut peneliti menggunakan sumber terpercaya melalui perpustakaan online universitas atau dari jurnal kesehatan maupun situs resmi kesehatan, seperti kutipan berikut : 78
78
Informan 2 : karena saya alumni USU, saya ambilnya dari perpustakaan online nya. Ya kalau gak dari USU saya juga cari nya perpustakaan online universitas lain gitu Informan lain menggunakan mesin pencari global seperti google untuk mencari bahan bacaan. Satu informan mengakui tidak memanfaatkan internet sebagi sumber informasi yang didapatkan, namun lebih diskusi dengan rekan sejawat. Enam informan menyatakan sudah jarang membaca buku. Satu informan mengaku rutin membaca buku buletin kesehatan dari kementrian kesehatan. Seperti kutipan berikut : Informan 1 : kalau buletin kesehatan dapat tiap bulan dari kemenkes, kita baca, mana tau ada program baru, kayak bpjs kan dan peraturan peraturan gitu..
Observasi yang dilakukan selama penelitian di puskesmas sungai Sembilan, peneliti tidak menemukan tenaga kesehatan yang mengikuti seminar pada saat penelitian. Berdasarkan cross check yang peneliti lakukan menggunakan surat masuk, surat tugas, peneliti menemukan kesesuaian dimana rutin terdapat surat undangan dan surat tugas mengikuti seminar untuk tenaga kesehatan dan terdapat buletin kesehatan. Hasil cross check terhadap key informan awal dan key informan lanjutan ditemukan kesesuaian dengan jawaban informan bahwa semua tenaga kesehatan yang menjadi informan rutin meng-upgrade ilmu dengan mengikuti seminar atau pelatihan dan juga membaca informasi kesehatan dari internet serta membaca buletin kesehatan dan bertukar informasi kesehatan dengan teman sejawat. Hal ini menunjukan seluruh informan memiliki nilai kesempurnaan atau keunggulan.
79
79
4.2.4 Tugas atau Kewajiban Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti mendapatkan bahwa seluruh informan telah menggambarkan unsur tugas atau kewajiban. Hal ini tergambar dari sikap seluruh informan yang akan tetap memberikan pelayanan meski pasien tidak mampu membayar. Seperti kutipan salah satu informan berikut : Informan 4 : disini kalau jamkesmas semua gratisKalau kita gak pernah narik. Kalau pasien umum gak punya uang kita gak pernah paksa untuk bayar
Informan juga akan merujuk apabila tidak mampu menangani pasien. Hal ini merupakan salah satu bentuk menjalankan tugas/kewajiban sebagai tenaga kesehatan. Hal itu dapat dilihat dari kutipan salah satu informan berikut : Informan 1 : Kalau kasus kasus yang gak bisa kita tangani disini kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Informan yang merupakan tenaga kesehatan tetap datang ke puskesmas memberikan pelayanan meskipun insentif mengalami penundaan. Dimana informan menyadari memberikan pelayanan merupakan bentuk tugas mereka, meskipun insentif belum keluar. Hal itu seperti kutipan informan berikut : Informan 2 : ya gak jugalah kan, ini buktinya insentif gak keluar kita masih kerja aja. Tetap melakukan tugas-tugas
Hasil wawancara didapatkan seluruh informan memberikan pelayanan secara gratis terhadap seluruh pengobatan di puskesmas baik dari tindakan, pelayanan, layanan rawat inap serta IGD tidak dipungut biaya bagi yang memiliki KTP/KK Kota 80
80
Dumai. Pembiayaan yang dilakukan di puskesmas akan ditanggung oleh pemerintah daerah. Peneliti selanjutnya melakukan observasi langsung pada saat pelayanan poli. Peneliti melihat bahwa memang tidak ada pemungutan biaya pada layanan poli sebelum maupun setelah pelayanan dan pengobatan, pasien hanya perlu memperlihatkan kartu atau identitas kepada petugas administrasi. Selain itu, cross check terhadap pasien dan masyarakat, ditemukan kesesuaian data dimana memang tidak ada pemungutan biaya terhadap pasien yang datang berobat ke puskesmas. Selama penelitian, peneliti juga melakukan observasi langsung terhadap kegiatan informan dalam menjalankan tugas, ditemukan satu informan melakukan rujuk ketika terdapat kasus yang tidak bisa ditangani atau memerlukan penanganan khusus di RSUD. Observasi langsung juga menemukan informan tetap hadir dan memberikan pelayanan meskipun insentif belum keluar. 4.2.5 Kehormatan dan integtitas Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti mendapatkan bahwa seluruh informan telah menggambarkan unsur kehormatan dan integritas. Hal itu sesuai dimana tiga informan bersedia membantu kedokteran forensik dengan mengeluarkan surat visum dan memberikan keterangan sesuai yang terjadi. Seperti kutipan informan berikut : Informan 3 : Ada diminta. Tapi ya ibuk visum dulu. Ibu periksa dulu dan itu tidak akan diungkapkan kecuali untuk kepentingan penyelidikan
81
81
Selain surat visum, 2 informan juga bersedia memberikan surat sakit kepada pasien yang memang membutuhkan dan menolak untuk memberikan keterangan palsu. Seperti kutipan informan berikut : Informan 2 : kalau visum belum pernah kalau buat surat sakit pernah Saya juga baru mau mengeluarkan kalau udah meriksa pasiennya Enggak lah, kita rahasiakan nama pasiennya. Paling kita cerita penyakitnya aja
Untuk menjaga kehormatan dan integritasnya dalam profesi, seluruh informan juga menyadari pentingnya menjaga rahasia pasien. Seperti kutipan informan berikut : Informan 7 : oo gak lah, itu sifatnya pribadi kan, kita ceritanya global gitu Hasil cross check terhadap key informan awal dan key informan lanjutan ditemukan keseuaian dengan jawaban dimana seluruh informan bersikap jujur dan menjaga kerahasiaan pasien. Pada saat observasi langsung peneliti tidak menemukan adanya permintaan visum. Observasi langsung oleh peneliti menemukan kesesuaian salah satu informan menolak memberikan surat sakit kepada pasien yang datang hanya untuk meminta surat sakit. Hal ini menunjukkan seluruh informan memiliki gambaran unsur kehormatan dan integritas. 4.2.6 Menghormati orang lain Hasil penelitian yang dilakukan terhadap seluruh informan, peneliti mendapatkan bahwa seluruh informan telah menggambarkan unsur menghormati orang lain. Hal ini terwujud dari sikap informan yang mewujudkan sikap menghormati orang lain terhadap sesama tenaga kesehatan. Seperti kutipan informan berikut : 82
82
Informan 7 : nyaman sampai sekarang.. disini lingkup kerjanya kompak, sesama rekan sama atasan sama sama saling menghargai, antara tenaga kesehatan kerjasama juga karna kita turun ke lapangan langsung, jadi dekat...
Peneliti juga mendapatkan gambaran unsur menghormati orang lain oleh informan terhadap pasien. Hal ini ditunjukan melalui kutipan informan sebagai berikut : Informan 2 : kalau sama pasien kalau ada pernah datang, kita tanya keadaanya setelah berobat, ada kurang apa gak sakitnya...
Menghormati orang lain seperti kepada masyarakat juga diterapkan oleh seluruh informan. Dimana informan dalam menjalankan kehidupannya sebagai tenaga kesehatan tetap menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Hal ini seperti kutipan informan berikut : Informan 3 : Iya bagus bagus aja dengan masyarakat...Komunikasi kita lancar. Sering cerita-cerita ngobrol ngobrol ginilah
Hasil cross check jawaban informan terhadap key informan awal, key informan lanjutan didapat kesesuaian jawaban antara hasil cross check dengan jawaban informan. Dimana informan selalu berusaha menjalin komunikasi yang baik antara informanpasien-rekan kerja sehingga tercipta rasa saling menghormati. Selanjutnya peneliti melakukan cross check terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar puskesmas dan pasien yang datang berobat. Hasil yang peneliti dapatkan adalah informan menjalin hubungan komunikasi yang baik selama jam pelayanan maupun di luar jam pelayanan puskesmas. Mereka membenarkan bahwa informan menjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. 83
83
Hasil observasi langsung terhadap kegiatan informan selama bekerja di puskesmas, peneliti melihat keakraban tenaga kesehatan, dimana komunikasi yang berjalan dengan baik antara informan dengan tenaga kesehatan lain dan kerjasama dengan warga sekitar. Hasil cross check terhadap key informan awal dan key informan lanjutan, serta masyarakat, diperkuat dengan observasi langsung menunjukan seluruh informan menggambarkan unsur menghormati orang lain.
84
84
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan penelitian
Penelitian ini belum dapat menetapkan seorang informan profesional atau tidak, hal itu dikarenakan belum ada standar baku untuk mengukur profesionalisme seorang tenaga kesehatan. Pada penelitian ini, peneliti hanya mendapatkan gambaran unsur-unsur profesionalisme pada diri informan. Selain itu waktu untuk melakukan observasi penelitian masih dianggap kurang dikarenakan beberapa faktor alasan yang menjadi keterbatasan penelitian. 5.2 Unsur-unsur profesionalisme tenaga kesehatan 5.2.1 Altruisme Unsur altruisme pada informan di Puskesmas Sungai Sembilan tergambar dari sikap seluruh informan untuk tetap melayani pasien. Informan bersedia tetap melayani pasien yang datang saat jam kerja telah berakhir. Dalam keadaan tertentu, seperti apabila petugas pelayanan di apotek, ataupun petugas meja registrasi telah pulang, mereka mengalihkan pasien ke IGD 24 jam yang berada di puskesmas tersebut, dengan kata lain informan tetap melakukan tindakan untuk menolong. West menyatakan faktor internal yaitu kedisiplinan terhadap peraturan lembaga dan aturan praktek turut mempengaruhi perilaku tenaga kesehatan. 29 Dimana proses mengalihkan pasien ke IGD merupakan bagian dari peraturan puskesmas tersebut. 85
85
Informan berpendapat bahwa sikap ingin menolong pasien adalah sebagai sikap moral akan profesinya dan sebagai naluri atau keinginan yang datang dari diri sendiri terhadap sesama manusia. Hal itu yang melandasi tindakan mereka tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Myres dalam psikologi sosial individu dan teori- teori psikologi sosial bahwa altruisme merupakan hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri. 13 Hal ini sejalan dengan pandangan psikologi positif yang menyebutkan bahwa pada hakikatnya semua manusia adalah baik, yang memiliki kekuatan (strength) dan memiliki kebaikan hati (kidness). Kebaikan hati merupakan sifat dermawan, kepedulian, rasa kasih, serta pemeliharaan. 16 Informan juga tidak melakukan pembiaran terhadap pasien yang datang, meskipun jam kerja telah berakhir. Sikap tersebut merupakan sikap altruisme yang ada pada diri informan. Adanya social responsibility dimana seorang yang memiliki tanggung jawab sosial terhadap apa yang terjadi di sekitarnya, dimana dengan adanya tanggung jawab sosial tersebut menyebabkan motivasi seseorang untuk menolong orang lain dan tidak mengharapkan imbalan. 40
Pada keadaan darurat, informan bersedia dipanggil untuk menolong, dengan mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi. Keadaan seperti emergency yang sering terjadi malam hari tentunya mengganggu jam istirahat informan, namun mereka bersedia melayani. Hal ini sejalan dengan penelitian Afandi mengenai komponen altruisme sebagai refleksi dokter terhadap KODEKI pada dokter di wilayah IDI DKI Jakarta, terdapat 56 % subjek penelitian menyatakan setuju dengan pernyataan Saya bersedia setiap saat dipanggil ke rumah pasien saat dalam keadaan gawat darurat. 41 86
86
5.2.2 Akuntabilitas Unsur akuntabilitas yang dimiliki oleh informan di Puskesmas Sungai Sembilan didapatkan hasil bahwa seluruh informan memiliki unsur akuntabilitas. Informan menyadari bahwa perannya sebagai tenaga kesehatan adalah penting untuk berpartisipasi dalam pencapaian kesehatan masyarakat dan mencerdaskan masyarakat dibidang kesehatan, dengan tidak terlepas dari kode etik, atau standar yang telah ada. Hal itu sesuai dengan pernyataan Leenan bahwa kewajiban yang timbul dari sifat tenaga kesehatan dimana dokter harus bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek kedokterannya secara lege artis. 42 Sikap seluruh informan yang selalu berupaya untuk menjelaskan mengenai keadaan penyakit pasien, prognosis dan pencegahan yang harus dilakukan oleh pasien merupakan sikap yang sejalan dengan Undang-Undang Praktek Kedokteran pasal 52 dimana disebutkan bahwa pasien memiliki hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis. 43
Penelitian yang dilakukan Erfina dkk menjelaskan bahwa tenaga kesehatan sebagai pelayan publik harus memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien. Hal itu dikarenakan pasien akan menuntut hak mendapat penjelasan dan pelayanan lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. 44 Dari hasil wawancara terhadap informan, beberapa informan mengaku meskipun bertugas sesuai standar operasional prosedur, masih terdapat masyarakat yang menolak untuk dilakukan tindakan, namun mereka tetap berusaha menghargai hak pasien dengan tetap menjelaskan resiko dari tindakan. Keadaan tersebut terjadi akibat masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat sungai sembilan, Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh West yaitu rasa tanggung jawab pada tenaga kesehatan erat kaitannya dengan karakteristik pasien yang mempengaruhi perilaku profesional. 29 87
87
Peneliti juga melakukan observasi terhadap informan mengenai pertangungjawaban program pencapaian, dimana hampir seluruh program telah terealisasikan dengan baik. Hanya beberapa program pencapaian yang belum terealisasikan dengan baik. Dari hasil wawancara, beberapa informan mengakui terdapat beberapa kendala dalam menjalankan program. Hal itu dikarenakan pengaruh letak geografis sungai sembilan sebagai daerah pesisir, dimana beberapa kelurahan yang harus ditempuh menggunakan jalur air yang apabila hujan maka kegiatan sulit untuk dilakukan. Selain itu akses jalan antar kelurahan yang masih buruk. Dari hasil observasi langsung, didapatkan akses jalan yang buruk antar kelurahan dan minimnya sarana transportasi air dalam melaksanakan tanggung jawab tenaga kesehatan, namun informan tetap berusaha meminimalisir kendala. Penelitian yang dilakukan oleh West juga menjelaskan bahwa karakteristik lingkungan turut mempengaruhi perilaku profesional tenaga kesehatan. 29
Menurut opini peneliti, keadaan-keadaan tersebut merupakan suatu keadaan yang diluar kemampuan manusia, namun peneliti melihat tenaga kesehatan tetap berusaha bertanggung jawab dengan memiliki inisiatif melakukan penjadwalan ulang kegiatan. atau pun untuk melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan di pustu. Hasil cross check data sekunder terhadap program pencapaian kegiatan, masih didapatkan beberapa program kerja yang belum mencapai target. Hal ini sesuai dengan penelitian West dimana karakterisitik lingkungan memberikan pengaruh terhadap perilaku profesional. 29 88
88
5.2.3 Keunggulan Unsur keunggulan telah didapatkan hasil bahwa seluruh informan menggambarkan unsur keunggulan. Informan menyadari bahwa perkembangan ilmu menuntut tenaga kesehatan untuk dapat terus memperluas pengetahuannya secara terus menerus. Shrank dkk dalam fostering profesionalism in medical education : A call for improved assessment and meaningful incentives mengatakan bahwa untuk menjaga keunggulan tenaga kesehatan harus berkomitmen untuk belajar seumur hidup. 45 Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) juga menjelaskan dalam Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang baik di Indonesia, disebutkan bahwa seorang dokter harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkini selama berprofesi. Setiap dokter yang praktik diharuskan mengikuti pendidikan atau pelatihan kedokteran demi meningkatkan penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. 27 Implementasi yang diterapkan oleh informan adalah dengan tetap aktif mengikuti seminar, baik pembiayaan yang dilakukan secara pribadi, maupun tugas dinas dari puskesmas. Walaupun ditemukan beberapa informan yang mengakui bahwa kegiatan tersebut dilakukan juga untuk mengumpulkan satuan kredit profesi (SKP), namun ketika peneliti menanyakan lebih dalam, semua sependapat bahwa kepentingan akan ilmu yang terus berkembang menuntut tenaga kesehatan untuk terus meng-upgrade ilmu. Hal itu sejalan dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang menjelaskan bahwa tuntutan sebagai seorang tenaga kesehatan yang profesional mengharuskan seorang tenaga kesehatan tetap meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan skill. Tenaga kesehatan 89
89
selain harus up to date terhadap ilmu dan skill, terhadap aturan-aturan baru dalam dunia kesehatan juga dituntut untuk paham dan mengerti. Hal itu dikarenakan ilmu kesehatan adalah ilmu yang terus berkembang. 46 Metode yang paling banyak diikuti oleh informan untuk meningkatkan pengetahuan dalam rangka menjadikan mereka unggul adalah dengan mengikuti pelatihan, seminar, workshop yang rutin diadakan baik oleh dinas, maupun organiasi profesi informan sendiri. Selain itu tenaga kesehatan juga memanfaatkan internet sebagai media dalam menambah ilmu. Metode dengan membaca buku termasuk yang paling sedikit digunakan oleh informan. Sedangkan hanya satu informan menyatakan bertukar informasi dengan teman sejawat merupakan salah satu metode yang dimanfaatkan oleh informan. 5.2.4 Tugas atau kewajiban Unsur tugas atau kewajiban didapatkan bahwa seluruh informan telah menggambarkan unsur tugas atau kewajiban. Hal ini terlihat dari sikap informan yang menyadari bahwa memberikan pelyanan bagi pasien meskipun tidak mampu membayar merupakan kewajibannya sebagai tenaga kesehatan. Memberikan pelayanan kesehatan merupakan sebuah tugas yang sudah disadari betul oleh informan. Meskipun pada saat penelitian berlangsung peneliti menemukan masalah yaitu insentif yang belum cair. Peneliti beropini bahwa keadaan seperti keterlambatan insentif tidak memberikan dampak yang berarti pada kinerja pelayanan para informan dalam melaksanakan tugas. Hal itu telah peneliti buktikan dengan observasi langsung dimana peneliti menemukan seluruh informan tetap bekerja seperti biasa dan memberikan pelayanan secara baik kepada pasien seperti biasa. 90
90
Untuk pembiayaan di pelayanan kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan telah membebaskan biaya pengobatan bagi masyarakat yang memiliki Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga Dumai. Dimana pembiayaan akan ditanggung oleh pemerintah sepenuhnya. Sikap informan yang menyadari akan tugas dan kewajiban sebagai seorang tenaga kesehatan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afandi terhadap 400 dokter 64 % setuju dengan pernyataan Saya bersedia membebaskan biaya pasien yang saya rujuk tanpa saya beri terapi yang menggambarkan bahwa profesi tidak hanya dihitung dengan materi tetapi menjadi tugas sebagai seorang tenaga kesehatan. 40 5.2.5 Kehormatan dan integritas Hasil penelitian mengenai unsur kehormatan dan integritas didapatkan bahwa seluruh informan selalu berusaha menjaga kerahasiaan pasien. Selain itu informan bersedia memberikan keterangan yang sebenarnya tanpa ditutupi untuk kepentingan visum. Begitu juga dengan sikap menolak informan terhadap pasien yang meminta surat sakit palsu. Bagi informan menjaga kerahasiaan pasien sama artinya dengan menghormati hak pasien. Seluruh informan menyadari pentingnya menjaga rahasia pasien dan rekam medis serta berlaku jujur dalam melakukan tindakan profesi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kepercayaan pasien terhadap kinerja informan. Pada masa sekarang masyarakat sudah lebih mengharapkan tenaga kesehatan profesional yang bersikap adil dan jujur dalam pelayanan kesehatan. Hal itu dikemukakan oleh Cawley dalam compassion and integrity in health professions education. Dimana ia menambahkan bahwa kehormatan dan integritas seperti menjaga kerahasiaan pasien 91
91
merupakan nilai-nilai profesional yang penting ditanamkan bagi tenaga kesehatan sejak masa pendidikan. 47 5.2.6 Menghormati orang lain Unsur menghormati orang lain yang dimiliki oleh informan di Puskesmas Sungai Sembilan didapatkan hasil bahwa seluruh informan dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga kesehatan menyadari pentingnya menjaga hubungan yang baik antara sesama tenaga kesehatan. Selain itu informan juga menjalankan profesinya dengan sikap menghormati pasien, dan masyarakat sekitar. Informan menyadari seluruh profesi di puskesmas merupakan satu lingkup kerja sebagai tim kerja, sehingga harus bisa bekerjasama dengan baik, saling mengingatkan dan membantu, bekerja sesuai dengan batas kompetensi masing- masing dan wewenang jabatan masing-masing, sehingga dapat meminimalisir kesalahpahaman. Basuki dalam jurnal Majalah Kedokteran Indonesia menyatakan bahwa salah satu bentuk menghormati rekan sejawat adalah dengan menjalin komunikasi yang baik. 48 Sikap saling menghormati diwujudkan dengan menjalin komunikasi yang baik antara sesama. Hasil cross check dan observasi peneliti menemukan bahwa komunikasi yang lancar terhadap pasien, masyarakat dan antara sesama tenaga kesehatan. Situasi yang nyaman dalam lingkungan kerja terwujud jika tenaga kesehatan dapat mempraktikkan cara-cara komunikasi interpesonal yang baik sesama tenaga kesehatan. 48 Selain komunikasi rutin, terdapat sarana olahraga yaitu tenis meja yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan untuk berolahraga dan menjalin hubungan yang baik antar sesama tenaga kesehatan. 92
92
Untuk dapat memaksimalkan tugasnya dalam melayani pasien dan membuat pasien puas terhadap pelayanannya, hubungan dengan pasien dilakukan oleh informan dengan menjalain komunikasi yang baik. Hasil cross check terhadap pasien juga ditemukan bahwa informan dalam memberikan pelayanan selalu ramah, sehingga pasien puas dengan pelayanan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Wahyuni mengenai hubungan komunikasi yang baik antara dokter-pasien dengan tingkat kepuasan pasien berobat, dimana wahyuni menyimpulkan terdapat hubungan antara komunikasi dokter-pasien yang baik dengan tingkat kepuasan pasien berobat. 49
Sikap saling menghormati yang dilakukan informan terhadap masyarakat, tercermin dari sikap menjalin komunikasi yang baik dan saling keterbukaan dengan pasien. World Federation of Medical Education (WFME) 2003 menjelaskan untuk menciptakan komunikasi yang efektif dapat dijalin melalui berkomunikasi dengan kesetaraan, dilandasi empati. 50 Komunikasi terhadap masyarakat dan pasien tersebut lebih menjamin pesan atau isi komunikasi tersampaikan dan dapat dimengerti sehingga tujuan-tujuan dibidang kesehatan dapat terwujud. Komunikasi yang baik mulai dari anamnesis, sampai menegakkan diagnosis dan terapi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan akan menjamin tujuan akan tindakan yang dilakukan lebih tepat, efektif dan efisien. 50 Melalui komunikasi yang baik, tenaga kesehatan juga dapat mengurangi rasa sakit yang diderita oleh pasien sehingga pentingnya komunikasi dalam menjalankan profesi sebagai tenaga kesehatan. 51 Hubungan antara informan dan pasien merupakan suatu bentuk hubungan profesional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas hasil tindakan kesehatan melalui suatu proses pembinaan pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan melalui komunikasi. 52 93
93
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Simpulan penelitian tentang perilaku profesional tenaga kesehatan daerah pesisir pada pelayanan kesehatan primer Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai Tahun 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki gambaran unsur altruisme dalam menjalankan profesinya. 2. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki gambaran unsur akuntabilitas dalam menjalankan profesinya. 3. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki gambaran unsur keunggulan dalam menjalankan profesinya. 4. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki gambaran unsur tugas atau kewajiban dalam menjalankan profesinya. 5. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki gambaran unsur kehormatan dan integritas dalam menjalankan profesinya. 94
94
6. Seluruh informan yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum memiliki gambaran unsur menghormati orang lain dalam menjalankan profesinya. 6.2 Saran Penelitian tentang perilaku profesional tenaga kesehatan daerah pesisir pada pelayanan kesehatan primer Puskesmas Sungai Sembilan tahun 2014 telah dilakukan, berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan dapat disarankan sebagai berikut : 1. Bagi tenaga kesehatan, agar dapat menjadikan unsur profesionalisme sebagai sifat yang diterapkan dalam bekerja agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. 2. Bagi puskesmas, agar dapat menjaga keharmonisan, mengembangkan upaya peningkatan kualitas perilaku profesional tenaga kesehatan, seperti rutin mengadakan kegiatan yang dapat menjalin kerjasama antara tenaga kesehatan, pasien, maupun masyarakat. Melakukan pengadaan komputer yang dilengkapi akses internet untuk mengakses situs resmi kesehatan demi mendukung tenaga kesehatan dalam melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan. 3. Bagi dinas kesehatan, diharapkan untuk rutin mengadakan pelatihan atau seminar mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan minimal setahun sekali guna membantu tenaga kesehatan untuk meningkatkan etos kerja. Dinas kesehatan disarankan untuk berlangganan journal elektronik agar memudahkan tenaga kesehatan di puskesmas dalam mengakses informasi ke sumber referensi terpercaya. Selain itu dinas kesehatan diharapkan mendukung kegiatan puskesmas dengan melengkapi sarana dan prasarana yang belum tersedia seperti fasilitas kesehatan untuk transportasi laut (ambulance air) yang belum tersedia agar memudahkan akses tenaga kesehatan 95
95
dalam memberikan pelayanan, serta menghindari keterlambatan pemberian insentif tenaga kesehatan. 4. Bagi pemerintah kota, agar dapat mempercepat pembangunan infrastruktur untuk mendukung tenaga kesehatan, dan perbaikan jalan antar kelurahan agar lebih memudahkan akses tenaga kesehatan menjangkau masyarakat. 5. Penelitian ini belum dapat menyimpulkan perilaku profesional tenaga kesehatan maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat menyimpulkan standar perilaku profesional pada tenaga kesehatan dengan metode yang berbeda, seperti kuantitatif, untuk dapat ditarik kesimpulan.
96
96
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali PB. Laporan kajian tentang kebijakan perencanaan tenaga kesehatan tahun 2005. Jakarta. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas);2005.
2. Siswanto H. Etika profesi sanitarian dan pembangunan berwawasan kesehatan. Yogyakarta. Graha Ilmu; 2010.
3. American Board of Internal Medicine. Definitions of professionalism; 1999. [diakses tanggal 6 September 2013]. Diunduh dari : http://www.afmc.ca/pdf/MedOrgs.pdf
4. John R. Panduan etika medis. Yogyakarta. Tim Penerjemah PSKI FK UMY; 2006
5. Sugiyatmi TA. Kasus medis vs mutu layanan kesehatan. Yogyakarta. Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada; 2011.[diakses tanggal 13 November 2013] Diunduh dari: http://www.kpmak-ugm.org/2012-05-12- 04-54-35/2012-05-12-05-03-45/article/211-kasus-medis-vs-mutu-layanan- kesehatan.html#ixzz2PXFqP2Xj-
6. Sardiyatmo. Kepedulian masyarakat Pesisir Karimun Jawa terhadap masalah pencemaran. Semarang. Universitas Diponegoro; 2005.[diakses tanggal 20 November 2012]. Diunduh dari: http://eprintis.undip.ac.id/22440/2/402-ki-fpik-06.pdf
7. Rositasari R. Beberapa Aspek Dasar Yang Perlu Diagendakan Dalam pengelolaan Wilayah Pesisir Di Indonesia. Oseana, Volume XXVII, Nomor 3; 2002. [diakses tanggal 20 November 2012]. Diunduh dari : http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxvii(3)19- 27.pdf
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128/MENKES/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta; 2004
9. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil kesehatan provinsi riau. Pekanbaru; 2012. 97
97
10. Badan Pusat Statistik Kota Dumai. Dumai dalam angka 2013. Dumai; 2013
11. Yusoff MS. Proffesional Behaviour : What does it Means?. Malaysia. Medical Education Department, School of Medical Sciences, Universiti Sains Malaysia. Volume 1; 2009
12. Baron RA. Social psychology. Eight Edition. Needham Heights : Massa Chusetts; 1996.
13. Sarwono SW. Psikologi sosial individu dan teori-teori psikologi sosial. Balai Pustaka.Jakarta; 2002
14. Benjamin K, Peter GS, Marcus WF. What is altruisme ?. USA: 2004 Journal Vol.19 No.3 [diakses tanggal 23 September 2013]. Diunduh dari: http://petergodfreysmith.com/KerrGSFeldmanAltruismTREE.pdf
15. Fiddick L, Nicole E. Giving it all away altruism and answer to the wason selection task. Australia: University Of Queensland; 2010
16. Nawawi S. Gambaran altruisme. Jakarta: Universitas Indonesia; 2007. Diunduh dari : http://www.google.com/.lontar.ui.ac.id/Ddigital?GambaranAltruismeLiter atur
17. Wahyuningsih RD. Challenges in implementation of ICT for budget accountability and development of budget information literacy. Jawa Tengah. International Journal of Administrative Science & Organization, Department of Public Administration, Department of Communication Science Faculty of Social and Political Sciences Universitas Sebelas Maret; 2013
18. Lexicon AR. Philosophy: who needs it. USA: Signet Books; 1984. (The Ayn Rand Library 61:1) [Diakses tanggal 10 Oktober 2013]. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2064917/.
19. Budiningsih Y. Pemahaman dan aplikasi undang-undang praktik kedokteran, akuntabilitas profesi dan kepastian hukum. Sekretaris MKEK Pusat Ikatan Dokter Indonesia. [Diakses tanggal 09 Oktober 2013]. Diunduh dari : http://www.cdc.fk.ui.ac.id/_UPLOAD_/_ARTICLE_/Pemaparan%20tenta ng%20UUPK%20&%20Malpraktik.pdf
20. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013. Jakarta: Menkes RI; 2013. [Diakses tanggal 20 September 2013]. Diunduh dari : 98
21. Association of American Medical Colleges and the American Association of Collage of Nursing. Learning In Medicine and Nursing. USA. 2010. [diakses tanggal 6 April 2013]. Diunduh dari : http://www.aacn.nche.edu/education-resources/MacyReport.pdf
22. Situs Resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diunduh dari : http://kbbi.web.id/
23. Gea, Atosokhi A. Integritas diri : keunggulan pribadi tangguh. Character Building Journal, Vol. 3 No. 1, Juli 2006 . Diunduh dari : http://eprints.binus.ac.id/12758/1/02_ntonius_Artikel%201%20Integitas% 20Diri.pdf.
24. Ginintasasi, R. Agresi dan Altruisme. Bandung. Fakultas Ilmu Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Diunduh dari : http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032- RAHAYU_GININTASASI/agresi_dan_altruisme.pdf
25. General Medical Council. Regulating doctors, ensuring good medical practice; 2013. [diakses tanggal 6 April 2013]. Diunduh dari : http://www.gmcuk.org/guidance/good_medical_practice/duties_of_a_doct or.asp
26. Ikatan Dokter Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta. Ikatan Dokter Indonesia. 2006. [diakses tanggal 10 Oktober 2013] Diunduh dari : www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
27. Konsil Kedokteran Indonesia. Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang Baik di Indonesia. Jakarta. Indonesian Medical Council; 2006
28. Medical Council of New Zealand. Good medical practice. New Zealand. Medical Council of New Zealand; 2013. [diakses tanggal 10 Juni 2013] Diunduh dari : http://www.mcnz.org.nz/assets/News-and-Publications/good-medical- practice.pdf
29. Colin PW. Tait DS. The influence of personal and environmental factors on professionalism in medical educationi. NCBI: BMC Medical Education; 2007. [disitasi tanggal 22 September 2013]. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2064917/ 99
99
30. Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. [ diakses tanggal 13 Juni 2013]. Diunduh dari : http://dinkes- sulsel.go.id/new/images/Berita4/1.uu36-09-kesehatan.pdf
31. Waluya B. Permasalahan lingkungan pesisir dan laut. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. [diakses tanggal 10 September 2013] Diunduh dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19721024200112 1_BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/Bab_ 11_Permasalahan_Lingkungan_Laut_%26_Pesisir.pdf
32. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu. Jakarta; 2008. (diakses tanggal 10 september 2013) Diunduh dari : http://djpsdkp.kkp.go.id/pdf/PERATURAN%20MENTERI/PER-16-MEN- 2008.pdf
33. Ekaputra NH. Kajian pengembangan strategi di wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Bogor : Institut Pertanian Bogor; 2009 [diakses tanggal 25 September 2013]. Diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/41178/Bab%204% 202010nhe.pdf?sequence=5
34. Abdurrahman. Kebijakan pemerintah daerah dalam pelayanan kesehatan masyarakat di kecamatan bacan tengah, kabupaten halmahera selatan. Makassar. Universitas Hasanuddin. 2012.(diakses tanggal 10 november 2013) Diunduh dari : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1592/Skripsi%20amm ank.pdf;jsessionid=0CCE138C521F018E1FAA54F40B12EFA6?sequence=1
35. Suharmiati, dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterjangkauan pelayanan kesehatan. Surabaya. Buletin penelitian sistem kesehatan Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 223231. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. 2012.
36. Irawan P. Penelitian Kualitatif dan kuantitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta : DIA FISIP UI. 2006.
37. Tumbelaka AR, Riono P, Sastroasmoro S, Wirjodiarjdo M, Pudjiastuti P, Firman K. Pemilihan uji hipotesis. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar Dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke 2. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2002.
38. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S. Dasardasar 100
100
metodologi penelitian klinis Edisi ke 2. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2002.
39. Sastroasmoro S. Pemilihan subyek penelitian. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto. 2002
40. Ginintasasi R. Agresi dan altruisme. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia [Diakses tanggal 10 Oktober 2013]. Diunduh dari : http://file_upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032- RAHAYU_GININTASASI/agresi_dan_altruisme.pdf
41. Afandi D. Kondisi keberlakuan bioetika dalam mekanisme revisi kode etik kedokteran indonesia: mempertahankan keluhuran profesi di tengah masyarakat plural [disertasi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010
42. Arnold L. Assessing professional behavior: yesterday, today, and tomorrow. Kansas: University of Missouri; 2002.
43. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
44. Erfina, Alwi, Farid M. Akuntabilitas manajemen pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Kabupaten Sidenreng Rappang. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2013.
45. Shrank WH, Reed VA, Jernstedt GC. Fostering Professionalism in Medical Education : A call for Improved Assessment and Meaningful Incentives. J Gen Intern Med 2004; 19: 887-892 46. Horsley T, Grimshaw J, Campbell C. How to create conditions for adapting physicians skills to new needs and lifelong learning. WHO Regional Office for Europe; Copenhagen, 2010.
47. Danielsen R, Cawley J. The internet journal of allied health science and practice, compassion and integrity in health professions education. 2007.
48. Basuki E. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia Volum:58 Nomor : 9, September 2008. 49. Wahyuni T. Hubungan komunikasi dokterpasien terhadap kepuasan pasien 101
101
berobat di poliklinik RSUP DR. M. Djamil Padang. Padang: Universitas Andalas, Jurnal Kesehatan Andalas. 2013;2(3) 50. Combes JR, Arespacochaga E. Lifelong learning physician competency development. American Hospital Associations Physician Leadership Forum, Chicago; 2012.
52. Rika. Perilaku caring perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap rsud dr. tengku mansyur tanjungbalai. (skripsi). Medan . Universitas Sumatra Utara. 2013
Lampiran 1 102
102
PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN TENTANG PERILAKU PROFESIONAL TENAGA KESEHATAN DAERAH PESISIR PADA PELAYANAN KESEHATAN PRIMER PUSKESMAS SUNGAI SEMBILAN KOTA DUMAI TAHUN 2014
Kepada Yth. Responden Penelitian Di Tempat
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Dicky Pangestu Sandjaya NIM : 1008151775
adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, sedang melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan pada pelayanan primer puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai tahun 2014. Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan gambaran perilaku profesional tenaga kesehatan yang mana perilaku profesional ini berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta menjadi syarat bagi peneliti dalam menyelesaikan program sarjana kedokteran. Untuk mendapatkan data yang representatif, peneliti membutuhkan tenaga kesehatan yakni dokter, dokter gigi, perawat dan bidan pada puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai sebagai subyek. Oleh karena itu saya meminta Ibu/Bapak turut serta dalam penelitian ini. Peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku profesional tenaga kesehatan yang terkait dengan altruisme, akuntabilitas, keunggulan, tugas/kewajiban, kehormatan dan integritas, serta menghormati orang lain. Peneliti akan melakukan dokumentasi dengan melakukan pencatatan, merekam wawancara dengan audio recorder, dan foto untuk mendukung penelitian. Data hasil penelitian akan dirahasiakan sebagaimana mestinya. Bila sewaktu-waktu membutuhkan informasi tambahan, dapat menghubungi Dicky Pangestu :
Alamat : Jalan Gabus No.40 Pekanbaru HP : 082174833221 Atas perhatian dan partisipasi Ibu/Bapak, saya ucapkan terima kasih. 103
103
Pekanbaru, Hormat saya
Dicky Pangestu S
Lampiran 2 INFORMED CONSENT DATA SUBYEK PENELITIAN
104
104
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Tempat/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : L / P Alamat : Pekerjaan : No.Telp/HP : Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi subyek penelitian Perilaku Profesional Tenaga Kesehatan Pada Pelayanan Kesehatan Primer Puskesmas Sungai Sembilan Kota Dumai Tahun 2014 dan memberikan informasi yang sebenar- benarnya. Demikianlah surat keterangan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sungai Sembilan,
(Nama Jelas) 105
105
Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara Untuk Informan
1. Apakah yang anda lakukan saat pasien datang berobat ke puskesmas? 2. Bagaimanakah cara anda menjalin hubungan dengan pasien? Altruisme : 3. Jika pasien datang saat jam kerja telah berakhir, apa yang anda lakukan? A. tetap melayani. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) B. menolak melayani. Silahkan jelasakan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) Akuntabilitas 4. Dalam memberikan pelayanan, bagaimanakah cara anda memberikan informasi jika pasien menanyakan mengenai diagnosis, prognosis maupun pilihan terapi? a. menjelaskan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) b. jarang atau tidak pernah memberikan penjelasan kepada pasien karena alasan tertentu. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) 5. Apabila terjadi kesalahan dalam memberikan diagnosis atau terapi kepada pasien, apakah yang anda lakukan? a. melakukan upaya memperbaiki kesalahan anda. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) b. tidak melakukan upaya memperbaiki kesalahan. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) Keunggulan : 6. Bagaimanakah cara anda mengupdate ilmu dibidang kesehatan yang anda miliki? a. sering mencari bahan bacaan. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) 106
106
b. jarang mencari bahan bacaan. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) 7. Apakah yang anda lakukan jika anda tidak yakin terhadap penanganan yang akan anda berikan kepada pasien? a. berdiskusi dengan teman sejawat mengenai keadaan pasien / membaca buku atau bahan bacaan untuk membantu dalam menangani pasien. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) b. tidak berupaya untuk mencari informasi tambahan dari sumber bacaan ataupun teman sejawat. Jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) Kewajiban : 8. Apabila pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang untuk membayar tindakan atau terapi, apakah yang anda lakukan? a. tetap dilayani. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) b. ditolak. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) Kehormatan dan Integritas : 9. Apakah yang akan anda lakukan saat anda diminta memberikan informasi guna membantu kedokteran forensik dalam penyelidikan maupun penyidikan kematian seseorang? a. memberikan informasi. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) b. menolak memberikan informasi. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) 107
107
Menghormati orang lain : 10. Bagaimanakah hubungan anda dengan rekan seprofesi anda? a. baik. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) b. kurang baik. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) 11. Bagaimanakah hubungan anda dengan masyarakat disekitar puskesmas? a. baik. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam) b. kurang baiks. Silahkan jelaskan alasan anda. (selanjutnya akan dilakukan pertanyaan mendalam)
108
108
Lampiran 4 Pertanyaan Wawancara Untuk Pasien (crosscheck)
1. Apakah anda sering berobat ke puskesmas ? 2. Apakah yang anda lakukan saat anda datang berobat ke puskesmas? 3. Bagaimanakah hubungan dengan tenaga kesehatan yang menangani anda? (tenaga kesehatan adalah sampel) Altruisme : 4. Jika anda datang saat jam kerja puskesmas telah berakhir, apa yang tenaga kesehatan lakukan? Akuntabilitas 5. Dalam memberikan pelayanan, bagaimanakah cara tenaga kesehatan memberikan informasi jika anda menanyakan mengenai diagnosis, prognosis maupun pilihan terapi? Keunggulan : 6. Menurut pendapat anda saat berobat, apakah obat yang diberikan dapat menyembuhkan ? (apabila diminum teratur) Kewajiban : 7. Apabila pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang untuk membayar tindakan atau terapi, apa yang tenaga kesehatan lakukan? Kehormatan dan Integritas : 8. Apakah tenaga kesehatan mau memberikan surat keterangan sakit palsu saat pasien meminta ? Menghormati orang lain : 9. Bagaimanakah hubungan tenaga kesehatan dengan rekan seprofesi? 10. Bagaimanakah hubungan tenaga kesehatan dengan masyarakat disekitar puskesmas?
109
109
Lampiran 5 Pertanyaan Wawancara Untuk Tenaga Kesehatan lain (crosscheck) 12. Apakah yang sampel lakukan saat pasien datang berobat ke puskesmas? 13. Bagaimanakah cara sampel menjalin hubungan dengan pasien? Altruisme : 14. Jika pasien datang saat jam kerja telah berakhir, apa yang sampel lakukan? Akuntabilitas : 15. Dalam memberikan pelayanan, bagaimanakah cara sampel memberikan informasi jika pasien menanyakan mengenai diagnosis, prognosis maupun pilihan terapi? 16. Apabila terjadi kesalahan dalam memberikan diagnosis atau terapi kepada pasien, apakah yang sampel lakukan? Keunggulan : 17. Apakah sampel sering mengikuti seminar, workshop, pelatihan di bidang kesehatan ? 18. Apakah sampel sering bertukar ilmu pengetahuan, berdisukusi dengan tenaga kesehatan yang lain di bidang kesehatan? Kewajiban : 19. Apakah sampel tetap memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien yang tidak mampu membayar ? 20. Apakah sampel pernah merujuk pasien apabila tidak mamu menangani pasien? Kehormatan dan Integritas : 1. Apakah sampel datang dan pulang tepat waktu dalam berkerja ? 2. Apakah yang sampel lakukan saat diminta memberikan informasi guna membantu kedokteran forensik dalam penyelidikan maupun penyidikan kematian seseorang? 110
110
Menghormati orang lain : 1. Bagaimanakah hubungan sampel dengan rekan seprofesi dan tenaga kesehatan lainnya ? 2. Bagaimanakah hubungan sampel dengan masyarakat disekitar puskesmas?
111
111
Lampiran 6
Transkrip Wawancara
Wawancara dilakukan tidak sesuai nomor urut pada lampiran pertanyaan untuk tenaga kesehatan, tetapi lebih situasional dimana peneliti melakukan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan dengan pertanyaan mendalam sesuai jawaban informan, untuk mendapatkan gambaran mengenai unsur-unsur profesionalisme.
Informan 1
Peneliti : kalau disini, udah berapa lama bapak kerja pak ? Informan : sekitar 2 tahun Peneliti : 2 tahun ya pak ya. Sebelum disini udah dimana aja pak ? Informan : sebelumnya di puskesmas purnama, Peneliti : gimana kerja disini pak ? nyaman gak ? Informan : nyaman. Soal nyaman tak nyaman itu kan tergantung kita. Kalau kita buat naman ya nyaman Peneliti : Nyamnnya bisa diceritakan pak? Informan : Dari segi apa dulu ? Peneliti : Dengan masyarakat contohnya pak Informan : Awalnya masyarakat dengan kita agak anti, tapi pelan pelan kan sudah mulai baiklah Peneliti : Kalau bapak sendiri, nyamannya dengan masyarakat sering ngobrol ? Informan : Kalau pertemuan yang pasti yang rutin setiap tahun kita ada musrembag dengan masyarakat, dengan RT, dengan warga. kalau diluar itu secara khusus gak ada. Tapi kalau sambil jalan ada. Peneliti : Kalau dengan karyawan pak? Informan : Mm nyaman, akrab, kami disini dengan open manajemen ya. Kalau ada masalah kecil apapun ya kita bicarakan. Dari awal disini saya tanamkan ini rumah kedua kita setelah rumah, karna yang jelas pagi itu kita lebih banyak bertemu disini. 71
71
Jadi kalau gak nyaman itu bisa berpengaruh terhadap kinerja. Peneliti : Apa cara bapak menjalin hubungan disini.? Informan : Trik trik kita untuk bikin nyamannya..contohnya meja ping pong, kalau dulu 2-3 bulan sekali kita ada juga makan bersama diluar rapat ya.. kadang merayakan se- suatu juga bersama, membawa juga keluarga. Peneliti : Dengan dokter senior gimana pak ? Informan : Awalnya canggung, tapi saya anggap mereka kakak saya, orangtua saya, jadi kita sering komunikasi. kuncinya komunikasi.. Peneliti : Kalau seminar pelatihan masih ikut pak ? Informan : Kalau seminar khususnya dokter, biasanya IDI dumai setiap 3 bulan sekali ada, bapak ikut, kadang jadi panitia. Kalau pelatihan keluar luar, itu ada dari dinas, tapi bergantian, kadang- kadang. Peneliti : Alasan ikut apa pak ? Informan : Satu karna ya kewajiban kita, yang kedua ya mau meng- update ilmu kita kan Peneliti : Kalau buka internet sering pak ? Informan : Kalau buka internet sering.. Peneliti : Berapa sering pak ?? Informan : Kalau buka internet tiap hari. Kalau situs kesehatan paling seminggu sekali. Kalau gak ya dari detik.com Peneliti : Kalau kesehatan dari mana pak situs nya ? Informan : Kalau kita umum aja, dari google Peneliti : Kalau buku masih sering dibaca pak ? Informan : Kalau buku pelajaran jarang ya, cuma kalau buletin kesehatan dapat tiap bulan dari kemenkes, kita baca, mana tau ada program baru, kayak bpjs kan, dan peraturan peraturan gitu Peneliti : Kalau salah tindakan, apa yang bapak lakukan ? Informan : Kalau disini saya jarang turun, karna disini kita dokter udah 3, cuti 1. kalau disini alhadulilah teman-teman bisa menghandle. Kuncinya iya S.O.P, untuk menghindari ke- salahan kita. Peneliti : Diskusi dengan teman sejawat sering pak ? Informan : Diskusi mengenai penanganan pasien awal dulu pernah, kalau sekarang jarang, paling kalau ketemu di seminar, kalau kita di puskesmas kan lebih banyak ke program, ini bedanya kita dengan rumah sakit, kalau ada kasus, bedah kasus, kalau 72
72
kita disini lebih contohnya malaria.. kita diskusi ke program nya, pencegahannya. Karna disini ada P2PL Peneliti : Kalau ngobrol dengan tenaga kesehatan sering pak ? Informan : Sering, setiap hari ngobrolnya. Karna biasanya disini kan sampe jam 12 pelayanan. Saya biasanya keliling sambil komunikasi biasa sambil nanya apa kendala, masalah.. Peneliti : ngobrol tentang pasien gitu pak ? apa aja diceritakan ? Informan : iya ada, tapi hanya sekedar penyakitnya saja, kita gak menyebutkan identitas nya, itu kan rahasia, kalau penyakitnya itu kan buat kita evaluasi juga, marak apa tidak kasus nya sekarang ini. Peneliti : Kalau program tercapai pak ? Informan : Insyaalah program tercapai Peneliti : Apa kendala nya pak ? Informan : Kendala kalau kita geografis sama cuaca. Karna untuk wilayah kita nih kan luasnya 2/3 kota dumai, terus jarak tempuhnya masih ada lewat laut. Jadi ketika mau kesana itu kadang jadi masalah. Contohnya imunisasi, kalau disekitar sini tecapai. Kalau disana kita paksakan juga melewati hujan gitu, warganya yang tak ngumpul. Kalau gitu kita kerahkan bidan desa, kita titip disana, tapi tetap kita sweeping lagi, kita bekali lagi. Peneliti : Kalau status ekonomi masyarakat disini gimana pak ? Informan : Kalau masyarakat disini termasuk mampu, menengah ke atas, menengah kebawah juga ada. Karna disini rata- rata petani kan. Tergantung harga sawit. Tapi kalau saya liat daya beli masyarakat disini cukup bagus saya rasa. Peneliti : Kalau pembayaran disini gimana pak ? Informan : Kalau di sini kita geratis. Peneliti : Registrasi nya pak ? Informan : Tidak ada dikenakan biaya untuk registrasi. Jadi kalau untuk rawat jalan kita digratiskan oleh pemko, tapi nanti digantikan oleh pemko biayanya. Peneliti : Kalau rawat inap pak ? Informan : Kalau rawat inap kalau ada kartu jamkesmas nya geratis. Kecuali dia umum, orang luar daerah, dia tidak bisa menunjukan asuransi ke- sehatannya, biasa kita ke- nakan biaya perda. Peneliti : Pernah gak pasien yang seperti itu datang, gak ada uang tetap dilayani pak ? Informan : Tetap dilayani, kita apapun ceritanya, pokoknya kita 73
73
layani dulu. Pernah gini ada pasien jampersal kalau dulu kan tahun sebelumnya itu geratis, dia ngutang identitas ini. Habis itu pulang dia, gak pernah kembali lagi. Jadi uang itu tidak bisa di claim. Orangnya sementara tidak bisa dicari lagi.. Peneliti : Jadi ga merasa kesal gitu pak ? Informan : Kalau kesal mau diapain lagi, sudah tugas kita, gak bisa juga merubah keadaan kan, biasanya kami udah terbiasa dengan hal itu. Peneliti : Kalau pasien disini aktif gak bertanya tentang penyakit nya pak ? Informan : Disini pasiennya aktif.. sekarang pasien udah pintar pintar ya..apalagi kultur jawa ini pengen tau tentang sakitnya apa, ini kenapa.. Peneliti : Kalau pasien nanya tentang penyakitnya dijelasin pak ? Informan : Kalau kita jelaskan, jadi kan tugas puskesmas kan penyuluhan, tapi kita juga tetap menjalskan kalau lagi mengobati. karna disini kan cukup terstandar pelayanannya. Peneliti : kalau pasien rujukan masih sering dipantau pak ? Informan : kalau rujuk balik kita pantau, tergantung masukan dari penyakit dalam atau yang lain kalau mereka rujuk balik kita pantau, Peneliti : sering gak pak pasien rujuk balik gitu pak ? Informan : kalau rujuk balik gak begitu banyak, biasanya udah selesai disana. Kecuali dengan sistem bpjs ini itu sekarang seperti hipertensi, diabetes, itu wajib dirujuk balik jika berobat lagi, karna itu pastikan berulang-ulang Peneliti : stok obat sering habis gak pak ? gimana prosesnya pak ? Informan : kita obat harus direncakan jangan sampai habis, insyaalah kita usahakan gak pernah kosong obatnya, karna obat kita drop nya dari dinas, tinggal ngajukan aja, berapa pemakaian, berapa kebutuhan, nanti diproses. Peneliti : Pernah salah kasih diagnosis atau terapi pak ke pasien ? Informan : Sampai saat ini insyaalah tidak. Mudah mudahan tidak. Peneliti : Udah pernah ada kasus pak ? Informan : Belum pernah ada kasus salah diagnosis atau terapi. Peneliti : Kalau kunjungan pasien per hari berapa pak ? Informan : Kalau di rata-ratakan, sekitar 40 per hari, tapi kita disini ada hari pasar, hari senin sama kamis.. itu biasanya lebih banyak dari hari biasanya.. 74
74
Peneliti : Kalau rawat jalan gimana pak ? Informan : Kita rolling jadwal dokternya, ada di poli umum, poli anak sama di rawat jalan, kita ada 3, tapi karna satu cuti, jadi dua yang menangani, setiap hari rolling. Peneliti : Disini jam berapa mulai kerja nya pak ? Informan : Kalau disini jam 8 pelayanan, jam 12 poli tutup, jam 2 kita pulang. Peneliti : Kalau pasien yang datang jam kerja udah habis pernah pak ? Informan : Pernah, Peneliti : Tetap dilayani pak ? Informan : Tetap dilayani, tapi biasa kita lebih ke igd kalau begitu, jadi pelayanan kita 24 jam. Peneliti : Insentif disini cukup pak ? Informan : Kalau soal ini relatif ya, kalau soal cukup ini, dibandingkan dengan kabupaten lain kita termasuk sedang ya. Kalau saya pribadi itu cukup.. Peneliti : Kalau jujur, bapak suka telat gak datang ke puskesmas pak ? Informan : Kalau saya sendiri berusaha untuk tidak telat. Boleh di crosscheck. Saya berprinsip, kalau mau mengajak teman teman itu, saya maunya mencontohkan dulu, karna kalau kita tidak bisa contohkan, gimana kita mau mengajak orang. Peneliti : Pernah diminta surat visum gak pak ? Informan : Kalau saya gak pernah diminta surat visum, tapi biasanya langsung ke dokter yang ada. Peneliti : Pernah pak ada kasusnya ? Informan : Pernah disini pernah. Peneliti : Kalau ngerujuk sering gak disini pak ? Informan : Kalau ngerujuk sering. Kalau kasus kasus yang gak bisa kita tangani disini kita rujuk ke RSUD, kita punya 2 ambulan.
Informan 2
Peneliti : ibuk sudah berapa lama kerja disini ? Informan : 5 tahun Peneliti : sebelum kerja disini sudah pernah kerja dimana buk ? Informan : rs bhayangkari Peneliti : Kalau disini ada megang program gak buk ? Informan : UKS, sama UKGS, sejalan itu 75
75
Peneliti : oo.. iya. Kalau disini gimana kerjanya buk ? nyaman ? Informan : disini termasuk nyaman Peneliti : Nyamannya seperti apa bisa diceritakan buk ? Informan : Dari segi masyarakatnya, teman kerjanya, sama atasan Peneliti : Ada kendala ga buk dengan orang sekitar ? Informan : Dengan orang orang gak ada masalah, Peneliti : Dengan tenaga kesehatan lain bu ? Informan : Dengan tenaga kesehatan lain tidak ada masalah. Peneliti : Dekat gak buk dengan masyarakat disini seperti komunikasinya Informan : Maksudny dekat ? Peneliti : Seperti komunikasi, bisa dijelaskan buk ? Informan : Kalau komunikasi gak ada masalah sih, kalau kita kasih tau masyarakatnya mau dengar, kalau kita turun masyrakatnya mau berpartisipasi. Peneliti : kalau selain megang program, ibuk dibagian mana ? Informan : selain program, di poli gigi aja. Peneliti : gimana teman teman buk, nyaman ? ada kendala? Informan : nyaman Peneliti : ibuk ada ga kalau kegiatan meng upgrade ilmu, ibuk ada ikut ? kayak seminar, workshop, dan sebagainya ? Informan : saya ada ikut seminar, workshop atau pelatihan gitu.. Peneliti : berapa kali buk dalam setahun Informan : dalam setahun itu adalah 1 kali minimal Peneliti : itu diadain karna tugas, apa inisiatif ibuk sendiri ? Informan : Inisiatif sendiri. Peneliti : jadi sumber biaya sendiri Informan : Iya sendiri. Peneliti : Kalau buka bahan bacaan ada buk ? Informan : Kalau dari buku kurang, paling dari internet peneliti : Ada website khusus gak buk ? informan : Karna saya alumni USU, jadi saya ambilnya dari perpustakaan online nya. Ya kalau gak dari USU saya juga cari nya perpustakaan online universitas lain gitu. peneliti : Pernah gak buk merasa kurang atau lupa memberikan tindakan terhadap pasien Informan : Kalau lupa gitu ? Peneliti : Iya.. pernah gak buk ? 76
76
Informan : Kalau lupa, adalah. Peneliti : Kalau lupa apa tindakan ibu ? Informan : Kalau lupa, kita tunda, terus kita konsultasi dengan teman sejawat lain, atau kita cari bahan bacaan, nantik kan pasiennya kita suruh datang lagi kontrol. Kalau gigi ya gak terlalu darurat lah. Peneliti : Jadi sering diskusi gak buk dengan teman sejawat.? Informan : Lumayanlah Peneliti : Certain tentang apa aja buk? Informan : Biasa tentang pekerjaan, tentang pasien,, Peneliti : Certain gak buk identitas pasiennya Informan : Enggak lah, kita rahasian nama pasiennya. paling kita cerita penyakitnya aja, Peneliti : Kalau program yang ibu pegang, kendala nya apa buk ? Informan : Kalau disini karna lokasinya jauh juga,kan kita ke sekolah- sekolah kan, ya transportasi, cuaca, karna jalannya juga masih belum di aspal kan Peneliti : dengan kendala gitu, tercapai gak buk program kegiatannya ? Informan : belum tercapai. Peneliti : apa upaya ibuk supaya programnya tercapai Informan : Kita minta tolong perawat di pustu. Intinya kita tetap melakukan usaha supaya program itu tercapai walaupun belum 100%. Jadi nanti perawat di pustu nya kita minta untuk turun. Peneliti : ibu pernah gak membantu kedokteran forensik memberikan informasi kayak dalam bentuk surat visum dalam penyelidikan maupun penyidikan kematian seseorang ? Informan : kalau visum belum pernah. Peneliti : kalau ngeluarin surat sakit pernah buk ? Informan : kalau buat surat sakit pernah. Tapi ga bisa sembarangan kasih surat sakit, kita lihat sakitnya gimana. Saya juga baru mau mengeluarkan ka- lau udah meriksa pasiennya. Peneliti : kalau masyarakat disini gimana rata-rata ekonomi nya buk ? Informan : ya gimana ya,, cukup lah nampaknya. Peneliti : kalau pasien disini cara pem- bayarannya gimana ? ada re- gistrasinya ? Informan : oo kalau disini kita se- muanya gratis. Peneliti : kalau tindakatan ada dikenakan biaya tambahan buk ? Informan : geratis juga 77
77
Peneliti : kalau ada yang emergency, tidak ada uang, bagaimana buk ? Informan : kalau saya kalau ada, ya kita tetap layani aja, Peneliti : oo gitu ya buk. Kalau pasien disini gimana buk? Aktif gak ingin tahu tentang penyakitnya ? diagnosis dan prognosis nya ? Informan : ada beberapa yang mau nanya. Kalau saya selalu nerangin. Kadang kita liat pasiennya juga. Kalau dia mau dengerin saya jelasin. Kalau yang kurang bertanya tetap saya jelasin mengenai penyakitnya.. Peneliti : kalau setelah dirujuk biasanya apa tindakan puskesmas ? masih dipantau ? Informan : ada yang diapantau ada yang tidak. Yang kita pantau yang ada surat kembali nya. Peneliti : sering home visit buk ? Informan : gak pernah. Peneliti : kenapa ga pernah buk ? Informan : iya, karna kasus nya gak ada. Peneliti : kalau obat di puskesmas kurang, atau stok nya habis, apa tindakan ibuk ? Informan : kita gak pernah gak kasih obat kalau pasien memang membutuhkan obat. Ya paling kita cari pilihan obat lainnya sebagai alternatif pilihan kalau stok obatnya habis Peneliti : kalau di puskesmas ini ramai gak pasiennya buk ? Informan : iya lumayanlah. Kalau satu hari ada sekitar 10 pasien. Untuk gigi kan itu lumayan juga 1 hari sampe 10 pasien. Peneliti : kalau ibu kerjanya jam berapa bu ? datang dan pulang nya ? Informan : disini dari jam 8 pagi sampe jam 2 siang. Peneliti : misalnya pasien datang jam 2 lebih tapi ibu masih ada, apa yang ibu lakukan ? Informan : kalau pasien datang jam 2 lewat saya masih ditempat, tetap dilayani. Peneliti : gak capek buk ? kan udah habis jam kerjanya ? Informan : gak mungkin ditolak lah dek pasiennya, ga tega. Peneliti : kalau dokter sendiri gimana menjalin hubungan dengan rekan sejawat, dengan pasien juga ? Informan : ya biasa aja, komunikasi. Komunikasi yang utama, paling tidak nanya kabar, ya kalau ada sesuatu terjadi. Kalau sama pasien kalau ada pernah datang, kita Tanya keadaanya setelah berobat, ada kurang apa gak sakitnya ? 78
78
Peneliti : kalau dokter ikut seminar atau pelathian gitu ada alasan tertentu gak dok ? Informan : ya untuk menambah ilmu, terus ya untuk kredit point untuk naik pangkat, terus untuk poin skp itu. Peneliti : kalau menurut dokter yang lebih utama yang mana itu dok alasan ikut pelatihan atau seminar gitu ? Informan : yang utama sih ilmu, karna kita kan gak kuliah lagi, update ilmu yang saya dapat dari internet kan cuma satu arah, kalau ikut itu kan dua arah. Peneliti : dokter ada bosan gak, kan udah lama kerja disini..? Informan : bosan pasti adalah kan namanya orang kerja kan. Peneliti : apa yang dokter lakukan kalau udah bosan gitu ? Informan : kalau bosan atau jenuh gitu kan disini ada cuti. Sekitar 8 hari kerja, termasuk hari minggu. Peneliti : gak khawatir gitu dok ninggalin pasien ? Informan : ya kita kan ada disini perawat nya, jadi delegasi tugas juga ada. Peneliti : pengaruh bosan ada karna insentif kurang gak ? menurut dokter cukup gak insentif disini ? Informan : insentif kurang ? haha ya emang dari sananya segitukan ya, kalau bosan karan kerjanya itu itu aja kan. Biasa lah kan. Peneliti : kalau insentif gitu mem- pengaruhi kinerja gak sih dok ? Informan : ya gak jugalah kan, ini buktinya insentif gak keluar kita masih kerja aja. Tetap melakukan tugas-tugas. Peneliti : kalau fasilitas sendiri disini gimana dok ? Informan : kalau disini masih kurang lengkap. Peneliti : upaya dokter sendiri gimana dengan keterbatasan itu ? Informan : kita coba udah usulkan ke dinas untuk tambahan alat mana yang rusak.. Peneliti : terealisasikan dok ? Informan : ga semua, sebagian tapi ada.. Peneliti : kalau jujur-jujuran, sering datang telat gak dok ? hehe Informan : sekarang udah ada apel, paling kalau telat kita izin, tapi kasih tau dulu, kalau ada urusan ke dinas dulu kan, izin datang telat dulu ke Kapus paling sms cukup. Peneliti : kan ada denda dok kalau da- tang telat, itu mempengaruhi dokter ? Informan : denda itu bisa jadi tapi bukan utama. Kalau datang cepat itu 79
79
sebagai tanggung jawab yang utama.
Informan 3
Peneliti : ibuk udah berapa lama kerja di puskesmas ini ? Informan : 10 tahun Peneliti : sebelum kesini udah pernah kerja dimana aja buk ? Informan : kerja di rumah sakit tentara pekanbaru, di rumah sakit bina kasih Peniliti : Disini ada megang program gak buk ? Informan : Program yandas Peneliti : Gimana nih buk kerja disini? Nyaman gak ? Informan : Ooo pasti nyaman doong Peneliti : Bisa dijelaskan gak buk nyamannya seperti apa ? Informan : Nyamannya antara kami se- sama kami enjoy aja ya enak, tambah lagi rumah ibuk dekat dengan sini, ya nyamanlah.. Peneliti : Ooo dekat ya buk dengan sini. Jadi gimana dengan masyarakat buk ? Informan : Iya bagus bagus aja, iya nyamanlah nak, kalau gak nyaman mana mungkin ibuk punya rumah disini kan. Kalau sama ma-syarakat pasti adalah tapi semua bisa teratasi, ya saya rasa gak ada permasalahan lah. Peneliti : Ibu pernah gak ada masalah dengan tenaga kesehatan disini, atau rekan seprofesi Informan : Gak juga ya, ibuk rasa nyaman nyaman aja, Peneliti : Baik baik aja berarti ya buk ? Informan : Iya. Peneliti : Pernah ada kasus gak nyaman gak buk dengan tenaga kesehatan disni ? Informan : Gak ada. Komunikasi kita lancar. Sering cerita-cerita ngobrol ngobrol ginilah. Peneliti : Kan ibuk udah lama jadi dokter kan buk, masih sering ikut kegiatan kayak seminar, workshop gitu gak buk ? Informan : Ada, ibuk ikut seminar ada. Pelatihan ada tentang kesehatan mengenai manajemen puskesmas dan lain lain. Peneliti : Kapan terkahir buk ? Informan : Akhir 2013 lah, itu seminar pelatihan Peneliti : Selain itu apalagi yang ibuk lakukan untuk menambah ilmu Informan : Ya buka internet ya kan Peneliti : Ada situs khusus yang ibuk buka untuk bahan referensi 80
80
Informan : Kalau ibu yang umum umum aja. Ndak terlalu kali. Peneliti : Kalau buku-buku kedokteran masih ada buka buk ? Informan : kalau buku udah jarang. Peneliti : Kenapa gak pernah buk. ? Informan : Karna kurang waktu, ibuk praktek disini kan, jadi ga fokus kali. Peneliti : Kalau terjadi kesalahan memberikan diagnosis atau terapi kepada pasien, apa yang ibuk lakukan ? Informan : Kalau ibuk rasa enggak pernah lah ya. Kita kan berusaha seminim mungkin melakukan kesalahn kan. Mudah mudahan gak terjadilah kan, janganlah sampai kan. Penliti : Kalau diskusi sama rekan sejawat masih sering buk ? Informan : Sering, kita cerita cerita diskusi tentang penyakit pasien. Peneliti : Diceritain semua tentang identitas pasien buk ? Informan : Ya enggaklah. Itu kan rahasia. Ibuk kalau diskusi gak sampai menjelaskan siapa namanya. Peneliti : Kalau program yang ibu pegang gimana buk? Tercapai gak buk ? Informan : Kalau pelayanan dasar ini ga ada masalah. Kalau dari evaluasinya tercapai sarana prasarananya juga udah baik. Peneliti : Pernah dimintai memberikan informasi membantu kedokteran forensik dalam penyelidikan maupun penyidikan kasus tertentu gak buk ? Informan : Ada diminta. Tapi ya ibuk visum dulu. Ibu periksa dulu dan itu tidak akan diungkapkan kecuali untuk kepentingan penyelidikan. Peneliti : Kalau menurut ibu status ekonomi pasien disini rata- rata gimana buk ? Informan : Iya gimana pulak lah ya, bagus bagus semua, tapi ada juga yang ga bagusnya. Variatif lah.. Peneliti : Kalau disini cara pembayarannya gimana ? ada registrasinya? Informan : Disini semua gratis. Biaya untuk registrasinya juga tidak ada. Semua geratis Peneliti : Kalau tindakana ada dikenakan biaya tambahan? Informan : Tidak ada Peneliti : Kalau ada pasien datang emergency tidak ada uang, bagaimana ? Informan : Itu geratis. Beda kecuali tidak ada KTP/KK baru kita lakukan tindakan, kalau ga ada uang untuk bayar, kalau ibu pribadi tetap dilayani. 81
81
Peneliti : Pasien disini gimana buk, aktif gak ingin tahu tentang penyakitnya? Ada ibuk jelaskan ? Informan : Aktif. Ibu jelaskan. kalau memang perlu dijelaskan pasti dijelaskan. Kalau pasiennya ga ngerti ibu jelaskan sampai ngerti. Peneliti : kenapa ibuk jelaskan ? Informan : ya supaya pasiennya pinter, supaya pasien kalau sakit cari kita. Kita komunikasikan, kita jelas-kan ke pasien ini sakitnya apa, supaya pasien kalau sakit lagi carinya kita, bukan cari dukun. Karna masyarakat disini masih ada yang percaya dukun, jadi kita tenaga kesehatan berusaha untuk mencerdaskan pasien juga dengan menjelaskan gitu kan. Peneliti : Kalau meujuk pasien gitu, abis dirujuk ada dipantau lagi gak buk ? Informan : Pernah, kalau pasien dikembalikan kita pantau dia. Kan ada itu disuruh kontrol lagi. Peneliti : Sering home visit gak ibuk ? Informan : Tidak, karna sudah ada puskesmas Peneliti : Misalnya obat kurang buk, atau stok obatnya habis, itu gimana buk ? Informan : Kalau disini obatnya kurang ya ? rasa ibuk disini ada semua obatnya, ga ada kendala. Peneliti : Kalau pasien disini rame buk ? Informan : Rame Peneliti : Jam berapa ibu bekerja? Datang dan pulang ? Informan : Kalau disini ibuk setengah 8 udah mau jalan , kemudian jam 8 kurang itu apel, jam 8 dimulai pelayanan, kemudian pulangnya jam setengah 3. Kalau poli tutunya jam 12. Peneliti : Ada gak buk pasien yang datang pas jam poli atau pas ibuk mau pulang? Tetap dilayani gak buk ? Informan : Ibu akan opor kalau habis jam kerja apotek udah pulang, itu karna puskesmas kita ada IGD, karna begitu sistemnya. Peneliti : Cara ibuk menjalin hubungan dengan rekan sejawat itu seperti apa buk ? Informan : Itu otomatis nak, seperti kita berkawan gitu.. Peneliti : Kalau ibuk ikut seminar itu apa alasannya buk ? Informan : Kalau seminar itu ada undangan/ sms dari IDI kita ikut, kalau pelatihan ikut dari dinas, kalau pelatihan itu kan ikutnya dari diri sendiri buat nambah ilmu. Peneliti : Ibuk kan sudah lama disini, bosan gak buk ? 82
82
Informan : Bukan bosan, kejenuhan itu ada, namun tugas itu harus kita kerjakan harus kita jalani karna pengabdian. Peneliti : Kalau insentif disini mempengaruhi pelayanan ? Informan : Insentif disini kan harus kita syukuri. Jadi tergantung kita mensyukuri Peneliti : Kabar-kabarnya insentif gak rutin, itu berpengaruh gak sama keja ibuk? Kepikiran malas ga buk melayani pasien ? Informan : Ya enggak lah, ya biasa aja lah. Mana mungkin.. tapi abdi negara. Penelti : Kalau fasilitas disini yang harus diperbaiki apa buk ? Informan : Cukuplah. Peneliti : Kalau kunjungna pasien sehari disini berapa buk ? kalau ibu tangani berapa ? ga capek buk ? Informan : Kalau ibu sekitar rata-rata 40 perhari kadang mau juga 70. Ga capek kita enjoy aja bekerja. Karna kita sudah pegawai, lagian kan saya pegawain emang harus lah kita kerjakan. Peneliti : Suka telat gak buk datang puskesmas ? Informan : Mudah mudahan kalau ibuk gak, kan udah ada apel dan rumah dekat Peneliti : Ini karna apel jadinya gak suka telat buk ? Informan : apelnya ini yang membuat kita terpacu buat datang tepat waktu. Peneliti : Jadi kalau ga ada apel boleh telat buk ? hahaa Informan : Haha ya enggaklah,, kalau telat kena marahlah kita kan.. haha walaupun ke-sibukan dirumah, namun ini kita motivasi untuk disiplin. Peneliti : Kalau terlambat kepikiran pasien gak buk ? Informan : Kalau kita kan disini di bagian poli umum kita kerja berdua kan dokternya, jadi kita saling kabar-kabari. Saling komunikasi, kita kan hidup take and give ya kan, nanti suatu waktu kita pasti ada terlambatnya, jadi saling mengerti dan kabari. Peneliti : Pernah dapat panggilan mendadak kerumah ibuk pasien datang ? tetap melayani buk ? Informan : Kalau ibuk jaga dipanggil tengah malam gitu ibuk siap dipanggil melayani.
Informan 4
Peneliti : Kakak udah berapa tahun kerja disini kak ? 83
83
Informan : Kerja disini lebih kurang 15 tahun Peneliti : Sebelum disni dimana kaka kerjanya ? Informan : Sebelum disini kakak bides Peneliti : Kalau program ada yang kakak pegang ? Informan : Kalau dari awal kakak megang KIA Peneliti : Gimana kerja disni kak ? Informan : Nyaman Peneliti : Bisa diceritakan kak nyamannya kak ? Informan : Eeee pertama, kakak tinggal disini, dekat dengan rumah, terus kakak kerja disini sesuai dengan profesi kaka, kakak sebagai bidan kerja pun yang berhubungan dengan bidan, eee sesualah apa yang kakak dapat ilmu pelajaran tuh, kaka tuangkan disni, sesuai lah gak ada keluar dari jalur Peneliti : Kalau hubungan dengan masyarakat Informan : Karna kakak tinggal disni, berabur dengan masyarakat. Jadi kaka kenal sama semua warga disini. Jadi sebelum berdirinya induk disini kakak bidan desa disini. Sebelum kecamatan dibentuk kakak udah kerja disini. Peneliti : Bagamana dengan teman teman tenaga kesehatan lainnya kak ? Informan : Kalau tentang pekerjaan kakak rasanya gak ada masalah, nyaman. Karna udah banyak juga ganti kepala puskesmas rasanya kakak masuk aja walau berbeda beda gaya kepemimpinannya. Peneliti : Kalau perawat bidan dan lain lain ? Informan : Kalau disini kakak termasuk yang udah senior kan, karna udah lama, orang-orang disini patuh sama peraturan, cepat melaksanakan kerja, tapi ada juga yang malas karna dinas jauh kan, kalau ngantar laporan laporan itu agak sulit Peneliti : Upaya apa yang kakak lakukan untuk mengendalikan kendala? Informan : Ya kita via handphone lah kan dulu buat laporan, baru nantik titip ke dumai. Peneliti : Kalau disni kan kakak udah lama, ada kegiatan yang kakak ikutin kayak pelatihan dan sebagainya ? Informan : Kalau kaka pelatihan ada setiap tahun ada insyaalah dari dinas, bukan kakak aja, adek bidan desa, kami ada 18 bidan desa yang diletakan di desa desa. 84
84
Peneliti : Selain pelatihan ada ikut dari dana pribadi ? Informan : Ada itu ikatan bidan kami, itu diadakan setahun sampai 2-3 kali. Kalau didumai kakak ikutin buat nambah ilmu, kalau di provinsi kakak jarang, karna masalah pekerjaan kan. Peneliti : Kalau buku-buku gimana ? Informan : Kalau kakak ga sempat baca internet internet, tapai kadang kadang kalau buku adalah, tapi kebanyakan dari adek adek bidan yang kasih masukan. Peneliti : Kalau lupa tindakan atau gak yakin, apa yang kakak lakukan ? Informan : Kalau lupa tindakan kan kita udah ada s.o.p. jadi kami sesuai s.o.p. jadi minim yang kejadian, bahkan ga pernah rasanya Peneliti : Kalau diskusi dengan teman sejawat sering kak? Informan : Sering, setiap hari kalau sama teman ruangan, tentang pasien kadang diskusi dengan dokter juga. Kalau identitas pasien tuh kita sebutkan kalau ada rujukan ke dokter gitu dek. Lebih kemasalah teknis. Misalnya kayak dok ini pasien ini sakit ini dok, keluhan nya ini, itu. kalau cerita santai santai sama teman ruangan gitu gak ingat nama pasien, pasiennya banyak. Peneliti : Kendala program kerja kaka ? Informan : Kendala kami yang paling utama, itu transportasi, ambulan cuma satu. Yang lainnya pake motor pribadi. kemudian cuaca, kalau musim hujan kita gak bisa turun. Peneliti : Kenapa kaka mau pake motor pribadi ? Informan : Kalau bides emang dapet Honda nya, tapi hanya penanggung jawab poseskel, daripada nunggu nunggu, nantik gak jalan kerja, tapi kita dapat uang minyak. Peneliti : Pernah diminta surat visum dari polisi kak ? Informan : Pernah. Kakak berikan kalau emang dibutuhkan dan kalau kakak yang kerjakan. Kalau kakak gak kerjakan gak pernah kakak. Peneliti : kalau status ekonomi masyarakat disini gimana kak ? Informan : kalau pasien disni rata rata menengah kebawah, kalau yang berkecukupan tuh biasanya ke praktek Peneliti : kalau tindakan disini gimana kak ? ada bayar ? Informan : disini kalau jamkesmas semua gratis 85
85
Peneliti : kalau ada emergency, gak mampu bayar, tetap dilayani gak kak? Informan : Kalau kakak gak melayani emergency, disebelah yang melayani. Kalau kita gak pernah narik. Kalau pasien umum gak punya uang kita gak pernah paksa untuk bayar. peneliti : Kalau pasien disini gimana kak ? aktif nanya nanya gak ? kakak suka jelasin gak tentang diagnosis prognosis ? informan : Kalau disini ada yang aktif ada yang tidak. Kalau tentang bumil nih kakak jelasin terus, tapi ya gitu, banyak yang gak percaya kalau dijelasin, padahal kita udah jelaskan bahayanya, tapi mereka dengar rumah sakit aja udah takut, kalau dijelaskan suka ngeyel, ka-lau sakit dibilang kesurupan, disembur sembur. Dari situlah kita mulai ya untuk menjelaskan kami turun tuh untuk menolong ibu menolong bayi, bahkan sampai masalah rujuk itu lama dirunding. Nantik kita panggil suami, keluarganya, kita jelaskan kami minta tolong kali, kami kasih inform consent nantik kalau terjadi apa apa disini jangan salahkan kami ya. Kami udah jelaskan semuanya, bahayanya. Akhirnya mere- ka nurut juga. Peneliti : Kalau program yang kakak kerjakan tercapai kak ? informan : Disini tercapai, tapi tidak 100 %, tapi tetap kami usahakan walaupun tidak 100% itulah kami usahakan tercapai program kerja walau cuma 80%. Peneliti : Kalau home visit sering kak ? Informan : Kalau pas bides sering. Sekarang enggak. Kan udah ada wilayah kerjanya kan. Peneliti : Pernah gak kak kalau obatnya abis ? Informan : Disini masih dekat terjangkau dengan dumai, jadi bisa beli- beli. Atau bisa pinjam perwatan. Tapi disni obat jarang kurang Peneliti : Pernah gak kak salah beri diagnosis ke pasien ? Informan : Gak, belum pernah, ja- nganlah sampai salah kasih diagnosis ke pasien. Peneliti : Disini ramai pasien kak ? Informan : Ramai Peneliti : Jadwal kegiatan kerja gi-mana kak ? Informan : Kami kan datang jam setengah 8. Jam 8kurang 15 kami apel. Jam 8 kami pelayaan, setengah 2 apel lagi. Disini kalau gak ikut apel ada dendanya. Hehe 86
86
Peneliti : Kalau ada pasien datang diluar jam kerja, masih dilayani ? Informan : Kalau kami selagi orang loket masih terima kami tolong. Tapi kami ingatkan besok jangan datang telat ya buk. Kadang kalau disini kita kasihan juga dek liat pasiennya, ada yang bilang tadi kesini gak ada kereta, ngantar anak sekolah, gak mungkin kita terlantarin. Peneliti : kakak saya mau nanya gimana cara kaka menjalin hubungan dengan pasien , dan rekan sejawat kak ? Informan : ya kalau kita jumpa, kakak sering sapa, kaka tegur, gitu juga masyrakat. Kalau kita belum kenal, kenalan dulu, kalau dia pasien, kita Tanya, apa keluhannya Peneliti : seberapa penting menurut kakak kita berkomukasi dengan pasien dgan sejawat itu kaka? Informan : ya menurut kaka itulah paling penting dek, dengan komunikasi itu melancarkan pekerjaan, kalau kita kurang harmonis dengan teman sejawat, dengan pasien nantik kita sungkan nantik untuk selanjutnya. Tapi klau kita gak ada masalah, insyaalah nantik kemanapun kita pergi mudah, ada aja yang mau bantu kita. Peneliti : kaka kalau kakak ikut seminar atau pelatihan gitu apa alasannya kak ? Informan : ya kalau itu kakak ikut untuk menambah pengetahu-an, terus kadang kalau udah lama lama ini kan banyak yang udah berubah, kadang teori teori lama itu ga perlu dipakai lagi.. apalagi kakak udah lama tamat sekolah kan.. Peneliti : kak, kan udah lama kerja disini, bosan gak kak ? Informan : oo bosan, iya bosan Peneliti : ngaruh dong kak, ke kinerja kakak dikantor? Informan : sebenarnya ngaruh, tapi dibawa ceria-ceria lagi sama teman teman ini, balik lagi semangat..soalnya kerjanya itu itu aja kan, jadi kita semua tumpuan, orang datang nanya Peneliti : ada hubungannya dengan insentif gak ya kak ? Informan : kalau masalah uang cukup. Karna disini sesuai golongan kan. Lagipula di desa terpencil lebih banyak. Peneliti : fasilitas disini gimana ? Informan : kalau fasilitas disini yang kakak rasakan kayak laptop ini kurang, komputer cuma 1 yang ada di TU, jadi menghambat buat kerja atau buat laporan yang tiap bulan 87
87
itu hampir semua harus buat kan. Sama transportasi Peneliti : kalau pasien sendiri disini ramai kak ? berapa sehari ? Informan : kalau pasien disini 1 hari bisa 100 lebih, kalau di ruangan kakak itu bisa 10 orang per hari. Peneliti : kakak jujur suka telat gak ? Informan : insyaalah gak telat. Karna kebiasaan jam 7:30 dari rumah , kalau kalau masalah denda mungkin kakak bisa bayar, tapi ini karna udah senior, udah jadi contoh, beban moril. Peneliti : mengenai penjelasan diagnosis dan prognosis ke pasien , kakak kenapa tetap menjelaskan, sedangkan rata- rata masyarakat sini kan pendidikannya masih rendah ? Informan : iya lah seandainya berbahaya tentu pasien harus tahu kan. Kakak kan jelaskan nya dengan bahasa sini. Itu untuk jaga-jaga kan. Peneliti : pernah gak kak ada panggilan mendadak untuk pertolongan segera? Informan : kakak diwilayah sini kakak layani kalau orang tuh datang kerumah, kakak terima, kalau seandainya tengah malam, awalnya terganggu tapi kakak melayani aja. Baru abis itu kakak rujuk ke igd.
Informan 5
Peneliti : Ibuk udah berapa lama kerja disisni ? Informan : Dari tahun 2006 Peneliti : Selain disini dimana aja? Informan : Klinik kartika Peneliti : Ada megang program buk ? Informan : Ada, mtbs Peneliti : Gimana disini kerjanya buk ? Informan :Nyaman aja kok, Peneliti : Dengan tenaga kesehatan lain buk ? Informan : Nyaman. Peneliti : Bisa diceritakan buk nyamannya kayak mana ? Informan : Kayak mana ya. Hubungannya baik baik aja Peneliti : Ada pernah punya masalah disini buk ? Informan : Gak pernah ada masalah. Peneliti : Kalau masyarakat sekitar sini buk ? Informan : kalau dengan masyarakat biasa aja Peneliti : Kalau dengan teman teman kesehatan disini, nyaman nya seperti apa buk ? Informan : Nyaman, ga ada tekanan di pekerjaan saya 88
88
Peneliti : Ada gak buk ikut pelatihan pelatihan gitu buk ? Informan : Ada, untuk program mtbs itu kita pelatihan sekali setahun Peneliti : Pembiayaan nya dari mana buk ? Informan : Dinas Peneliti : Kalau dari ibuk sendiri ada ikut-ikut seminar yang biayanya pribadi gak buk ? Informan : Ada. Saya ikut seminar tentang keperawatan. Bulan maret lalu. Peneliti : Kalau selain seminar apalagi buk ? Informan : Apa ya ? Peneliti : Kayak baca baca buku gitu ibuk masih sering ? Informan : Haha udah jarang baca buku. Peneliti : Kalau internet ada buka gak buk ? Informan : Ada juga buka internet, tapi ya gitulah.. ga rutin Peneliti : Pernah gak buk lupa melakukan memberikan tindakan, Informan : Disini kan cuma pelayanan dasar gitu aja, gak ada rasanya salah tindakan disini Peneliti : Kalau tindakan perawatan buk ? Informan : Kalau saya kan di mtbs kan, ya ga pernah rasanya kelupaan, karna udah rutin kan kerjanya. Peneliti : Kendala megang program mtbs apa buk ? Informan : Apa ya kendalanya.. ga ada kendala Peneliti : Program mtbs tercapai gak buk ? Informan : Tercapai. Peneliti : Sering cerita cerita sama teman sejawat gak buk ? Informan : Ada.. sering.. gimana ya cerita tentang sakitnya pasien gitu, Peneliti : Semuanya diceritain buk ? Informan : Iya, tapi tergantung penyakitnya, kalau rahasia gak kita ceritakan penyakit pasien itu. Peneliti : Yang rahasia itu sebatas mana buk ? Informan : Ya bisa aja kita cerita penyakitnya, tapi kalau penyakitnya rahasia ga kita certain, kalau penyakit biasa kayak demam sering lah kita cerita Peneliti : Kalau status ekonomi masyarakat disini gimana buk ? Informan : Orang disini rasanya berkecukupan, kalau dipelosok sana barulah agak gimana Peneliti : Kalau biaya gimana disini buk ? 89
89
Informan : Disini geratis semua. Peneliti : Kalau tindakan ada tamabahan biaya buk ? Informan : Di tempat saya gak ada dek, ini geratis Peneliti : Kalau ada pasien ga mampu bayar, walaupun bukan kk ktp sini ? Informan : Tetap dilayani, kan semua disini udah geratis. Peneliti : Kalau masyarakat disini mau tau tentang penyakitnya buk ? Informan : Ya ada yang aktif ada yang enggak bertanya, kita jelaskan kok Peneliti : Pasien yang rujukan selalu dipantau buk ? Informan : Ya kadang disini masyarakatnya pasien itu tuh gak dikasih timbal baliknya dari rumah sakit itu, jadi begitu.. tapi ada juga yang kontrol ulang. peneliti :Kalau tindakan dari ibuk sendiri, dibiarin gak tentang pasien yang seharusnya dipantau itu buk ? informan : Tergantung penyakitnya juga. Kalau penyakitnya kayak pneuomoni ya kita pantau. peneliti : Kalau home visit sering buk ? informan : Ga juga, kan tergantung programnya peneliti : Kalau stok obat habis itu gimana tindakan ibuk? Informan : Disini jarang yang habis stok obatnya. Peneliti : Kalau pasien disini rame buk ? Informan :Lumayan ramai. Peneliti : Jam berapa biasanya kegiatan kerja dimulai buk? Informan :Kalau disini datangnya jam setengah 8, pulang setengah 3. Peneliti : Kalau pasien yang datang diatas jam pelayanan, tetap dilayani buk ? Informan : Kalau dia datang kita tetap layani, orangorang sini ada jauh-jauh tinggalnya, jadi kasian litanya bolak-balik. Peneliti : gimana cara ibuk menjalain hubungan dengan tenaga kesehatan disini, dan pasien buk ? Informan : komunikasi gitu aja, rutin ibuk lakukan lah ya kan, kalau ga ada kerja ibuk komunikasi juga. Peneliti : kalau ikut pelatihan gitu karna disuruh dinas atau gimana buk ? ada alasan khusus ikut seminar atau pelatihan gitu buk ? Informan : kalau dari dinas kan ada, dari pribadi ada, ya itu buat nambah ilmu, selain itu sama 90
90
seritifikat nya buat kredit poin. Peneliti : lebih niatnya ikut platihan karna buat nambah ilmu apa kredit poin nya buk ? Informan : ya dua duanya.. hehe tergantung pelatihannya apa dulu, kalau tentang keperawatan penting ilmu nya lah kan. Peneliti : kan sudah lama disini, ada bosan kerja gak buk ? Informan : ya kadang kadang ada juga, kadang gak Peneliti : Jadi apa yang ibu lakukan supaya menghilangkan rasa bosan ? Informan : Hehe,, ambil cuti gitu, cuti biasa 1 tahun sekali, cuma 6 hari, dimanfaatkan buat refreshing Peneliti : Kalau insentif disini cukup buk ? Informan : Cukup Peneliti : Ada kendala gak buk dengan insentif, kan kabar-nya insentif belum keluar kan buk ? Informan : Iyaa ga ada kendala, iyaa untuk 4 bulan ini iya belum keluar.. tapi ga ada pengaruh. Masalanya kan suami ibuk kerja juga, jadi ga terlalu mengharapkan kali. Peneliti : Kalau menurut ibuk, fasilitas disini gimana ? Informan : Baik baik aja. Biasa aja. Peneliti : Ibuk tinggal di dumai apa disini buk ? Informan : Di dumai Peneliti : Jam berapa dari dumai kesini buk ? Informan : Berangkat dari rumah berangkat jam 7, saya keliling dulu masalahnya, antar anak sekolah. Peneliti : Ada kendala buk ? Informan : Kalau saya kan naik oplet carteran sama teman-teman, kendalanya kadang ya tergantung opletnya jemput. Peneliti : Kalau dibagian program kerja ibuk ada nemuin anak yang sakit, ada ibuk jelaskan ke orang tuanya buk ? Informan : Itu ke bagian gizi,ada bagiannya kan, tapi kalau itu ada juga ibu jelaskan, karna ibuk tau, jadi ingin berbagi, kan ibuk ada ikut pelatihan, seperti ibuk tanyain anaknya menyusui, gimana caranya, coba dicontohkan, kayak gitu, tapi tetap abis itu ibuk oporkan ke bagian gizi.
Informan 6
Peneliti : bapak udah lama pak kerja disini ? Informan : dari tahun 2009 91
91
Peneliti : bagian yang sekarang bapak pegang apa pak ? Informan : koordinator P2PL. sama koordinator Perawatan IGD. Peneliti : gimana kerja disini pak ? nyaman ? Informan : nyaman, kan sudah lama juga disini. Peneliti : bisa dijelaskan pak seperti apa nyamannya ? Informan : iya kan sudah lama disini jadi kekeluargaan nya timbul. Sudah saling mengerti. Peneliti : kalau dengan masyarakat pak ? Informan : karna sudah lama gitu jadi sudah kenal. Masyarakat khsusnya, sering cerita cerita, apalagi sekarang pengobatan udah geratis kan. Peneliti : oo oke pak, kalau ikut pelatihan gimana pak ? ada ? Informan : ada. Terakhir itu tahun 2013, bulan berapa ya.. sekitar bulan 11 itu. Kalau disini ada lah pelatihan gitu kalau yang pribadi itu, kalau yang dinas ada juga itu kayak dinas luar, pelatihan tahun lalu juga. Peneliti : alasan bapak ikut seminar atau pelatihan gitu ? Informan : sudah jelas menambah ilmu, selain itu juga buat skp Peneliti : kalau jujur, lebih karna pengen nambah ilmu, apa karna skp pak ? Informan : itu lebih ke info. Kita juga harus tahu perkembangan ilmu kan, kadang ada obat yang berubah kan untuk diberikan ke pasien. Peneliti : itu bapak tinggal-tinggal pelatihan gitu, gak masalah puskesmas pak? Informan : gak, ya gak keteteran lah.. Peneliti : kalau cerita dengan sejawat masih sering pak ? Informan : cerita tentang pasien dan penanganan passien sering. Karna kita lepas-lepas ya tiap hari. Maksudnya untuk pertemuan khususnya ga ada, jadi kayak selagi duduk gitu. Penelt : nyebutin identitas pasien pak ? Informan : kadang nyebutin kadang enggak. Peneliti : indikator nyebutin atau enggak nya seperti apa pak ? Subjejk : kalau yang khusus kusus kayak rahasia pasien itu kita gak sebutin. Kayak misalnya hiv gitu kita ga sebutin lah. Peneliti : yang disebutin identitas itu seperti apa pak ? Informan : itu kayak kalau ada jadwal kontrol, jadi kan yang kontrol kita kan ganti jadwal gitu dengan dokter lainnya, ya kita sebut kan namanya. 92
92
Peneliti : ooo oke pak. Kalau program kerja bapak apa kendala nya pak ? Informan : kendala kalau program saya itu lebih ke wilayah. Karna sungai Sembilan ini wilayahnya 2/3 kota dumai. Luas sekali. Ya walaupun penduduk dikit tapi jarak nya jauh kan. Transportasi masih minim, belum lagi jalan masih buruk kan. Peneliti : kalau diminta surat visum dari kepolisian pernah pak ? Informan : pernah, Peneliti : bapak berikan ? Informan : saya berikan, kalau suratnya resmi, saya periksa, saya buat visum nya, kalau pasien datang dari kantor polisi baru boleh kalau udah konfirmasi dulu. Kadang ada surat dari kantor polisi itu menyusul, tapi saya konfirmasi dulu ke polisi nya, tunggu jelas dulu. Peneliti : kalau surat sakit ? sering keluarin pak ? Informan : kalau surat sakit, ya kita lihat sakitnya, kalau sakit keras saya berikan, kalau minta- minta gitu aja saya gak periksa saya gak layani. Kadang kalau demam, kan mengganggu aktifitas saya berikan. Kita gak terlalu kaku sekali lah. Peneliti : kalau masyarakat disini pasien nya gimana pak ekonomi nya ? Informan : rata rata menengah kebawah Peneliti : kalau pembayaran disini gimana pak ? Informan : gratis, kecuali yang tidak punya ktp/kk dumai. Peneliti : kalau yang gak punya ktp/ kk dumai , ga ada uang, masuk emergency, tetap dilayani pak ? Informan : kita tetap melayani, kalau kita disini kalau pasien emergency kita tangani dulu, baru liat identitas nya, baru metode pembayarannya. Peneliti : kalau dia gak mampu bayar pak. Informan : ya kita ikhlas kan aja, ga mungkin kan kita terlantarkan pasien kan. Peneliti : kalau pasien aktif bertanya pak tentang diagnosis dan prognosis gitu pak ? Informan : ada, ga semua tapi, yakan pendidikan masyarakat disini masih rendah, sudah pasti kita jelaskan, kita edukasi keluarganya, kita wajib menjelaskan supaya pasien cepat sembuh kan, cara minum obat juga kita jelaskan. Peneliti : seberapa penting sih pak menjelaskan itu ke pasien ? 93
93
Informan : itu penting, demi kesembuhan pasien. Peneliti : kalau pasien rujukan masih ada dipantau pak ? Informan : kalau yang sistem pantau kita kurang. Kecuali kan dari pasien yang kita rujuk itu datang kontrol ke kita lagi. Peneliti : kalau home visit masih sering pak ? Informan : kita disini kekurangan dokter, jadi jarang kan, kita 3 dokter disini, 1 lagi cuti melahirkan, 2 lagi di poli sama igd, ganti- gantian kita. Peneliti : kalau obatnya di apotek kurang atau stok nya habis, apa yang bapak lakukan ? Informan : kalau stok abis, kita kan surati ke dinas, kalau ke pasiennya kita kasih alternatif obat, kecuali khusus, boleh dia beli sendiri diluar, tapi tetap kita usahakn dari apotek kita. Peneliti : kalau disini rame pak pasiennya ? Informan : ramainya tergantung, kalau hari pasar ramai disini. Peneliti : hari pasar pak ? Informan : iya, kalau disini hari pasarnya senin-kamis, itu rame warga datang sekalian berobat kan. Peneliti : berapa banyak pak ? Informan : kalau poli itu bisa 50/hari, kalau di igd tergantung pasien, ya kalau sekarang pasien ada 2/hari. Peneliti : kalau bapak datangnya jam berapa ? datang dan pulang nya ? Informan : saya dari rumah jam setengah 8. Kan jam 8 apel disini. Jam 12 poli kita tutup, tapi kita tetap standby sampai jam setengah 2. Peneliti : masih ada pasien yang datang saat jam kerja berakhir pak ? Informan : jarang Peneliti : kalau ada yang datang pas jam kerja udah abis pak, tetap dilayani pak ? Informan : tetap kita layani, kalau masih ada orang di poli, kalau apotik buka, yang buat kartu ada, kita layani. Tapi kalau udah gak ada, kita oper ke IGD, kan IGD kita kan 24 jam. Peneliti : kalau bapak gimana caranya agar menjalin hubungan dengan pasien dan teman sejawat pak ? Informan : biasa lah, kita komunikasi sambung rasa. Peneliti : kalau pasien datang apa yang bapak lakukan ? Informan : hahaha kalau saya rasa pertanyaannya ini lucu ini, ya kamu tahulah, kalau kamu apa yang kamu lakukan ? 94
94
Peneliti : ya mana tau beda kan pak yang diajarin sama prakteknya ? Informan : ya kita tetap sesuai standar operasional prosedur gitu kalau meriksa pasien. Tetap anamnesis, pf, pemeriksaan penunjang, dan lain lainnya. Peneliti : bapak kan udah lama kerja disini, gak ada rasa bosan pak ? Informan : kalau bosan ada, kadang mikir mau pindah kan, cuma ya ada pertimbangan saya, kayak yang pertama itu jarak, mana tau nantik dapatnya lebih jauh kan, kemudian adapatasi lagi, dan takutnya pembagian tugas nya gak sesuai kan. Peneliti : jadi apa yang bapak lakukan untuk menghilangkan bosan itu pak ? Informan : ya tetap kerja. Hahaa Peneliti : haha ada pengaruh insentif gak sih pak sebenrnya yang mempengaruhi kinerja ? Informan : kalau untuk dumai sendiri insentif emang kurang rasanya. Ini aja 4 bulan tunjangan belum keluar, ya dampaknya kinerja lumyan terganggu.tapi gimana lagi tugas kita kan menolong orang. Peneliti : oo gitu ya pak. Kalau fasilitas sendiri gimana pak ? Informan : masih kurang, jadi ke pasien terganggu kan, kayak misalnya oksigen kurang gitu kan. Peneliti : oo gitu, jadi apa tindakan bapak untuk mengatasi keterbatasan itu ? Informan : ya dengan keterbatasan seperti itu ya kita rujuk pasien. Peneliti : kalau jujur pak, sering telat datang kerja ? Informan : jujur, jarang telat. Karna udah kerja saya biasanya on time, saya disiplin orangnya, ya kadang terpikir pasien kan, kalau saya telat, nanti dokter yang lain ada gak ? gimana pasiennya. Gitu. Peneliti : Kalau bapak kan sering ikut seminar kan pak, kalau buka internet ada? Informan : buka internet ada, Peneliti : Berapa kali seminggu pak ? Informan : Tergantung, bisa sampai sepuluh kali bisa Peneliti : Situs tentang apa pak, sumbernya ? Informan : Kalau dari kalbe ada, journal journal dari luar ada juga Peneliti : Buku-buku masih sering buka gak pak ? Informan : Buku buku kadang-kadang, kalau kita lupa, kita buka Peneliti : Buku seperti apa pak ? 95
95
Informan : Buku teks book, buat nambah ilmu, atau gak saya ambil buku yang dari internet.
Informan 7
Peneliti : ibuk udah lama kerja disini buk? Informan : dari tahun 2006 Peneliti : sebelum disini, udah kerja dimana aja buk ? Informan : sebelum jadi pegawai, ibu kerjanya di PT. swasta Peneliti : kalau disini ibuk megang program apa buk ? Informan : ibuk di bagian imunisasi Peneliti : gimana kerja disini buk ? nyaman ? Informan : nyama sampai sekarang.. Peneliti : nyamannya bisa diceritakan buk ? Informan : disini lingkup kerjanya kompak, sesama rekan sama atasan sama sama saling menghargai, antara tenaga kesehatan kerjasam juga karna kita turun ke lapangan langsung, jadi dekat. Peneliti : kalau sama masyarakat buk ? Informan : sama masyarakat dekat, juga. Peneliti : apa upaya yang ibuk lakukan untuk menjalin hu-bungan dengan tenaga kesehatan lain sama masyarakat buk ? Informan : kalau saya karna rekan kerja kan jadi pas istirahat ya kita cerita cerita, gabung aja gitu, kalau jam kerja ya kita kerja juga. Kalau dengan masyarakat ya kita kalau masyarakat bertanya kita layani, dengan senyuman. Siapa kan yang mau berobat kalau pelayanannya gak ramah.. Peneliti : oo,, iya buk, kalau ikut kegiatan pelatihan gitu sering buk ? Informan : sering, ibuk sering ikut juga yang pelatihan dari PPNI. Gak tentu juga waktunya. Kemaren bulan maret ada ibuk ikut. Peneliti : itu diadakan di mana buk ? Informan : di dumai. Peneliti : alasan ibuk ikut pelatihan gitu apa buk ? kan udah senior juga. Informan : yang jelas mecari informasi ilmu yang terbaru, kan ilmu itu berkembang kan.. Peneliti : kalau lupa sama tindakan apa yang ibuk lakukan ? Informan : ya kita ada rekan. Jadi kerjasama, gak gengsi gitu bertanya, dan setiap tinda-kan kan dibantu dokter. Peneliti : ooo iya buk. Kalau diskusi cerita cerita dengan teman 96
96
sejawat itu seringnya cerita apa aja buk ? Informan : iya kita cerita pribadi ada, pasien ada juga. Cerita tentang pasien, diskusi gitu. Peneliti : disebutin nama pasiennya buk ? Informan : oo gak lah, itu sifatnya pribadi kan, kita ceritanya global gitu. Kayak misalnya ooo bulan ini rupanya wabah ini yang rame disini ya. Peneliti : kalau program yang ibuk pegang itu tercapai gak buk ? Informan : alhamdulillah tercapai Peneliti : apa kendala nya buk ? Informan : medan nya berat, kita ada 3 daerah yang sulit terjangkau kayak basilam, batu terintip, itu susah, jadi kita kerjasama sama bidan ptt disana yang melakukan tindakan. Peneliti : itu seharusnya tugas ibuk ? Informan : itu lebih ke kerjasama dek. Peneliti : kalau status ekonomi masyarakat disini rata rata gimana buk ? Informan : ada yang menengah kebawah, ada yang mene-ngah ke atas.. Peneliti : lebih variatif gitu ya buk? Informan : iya variatif gitu Peneliti : kalau pasien yang gak mampu bayar gimana buk? Informan : disni ga ada bayar, kita ga bayar kalau berobat disini. Peneliti : oo gitu ya buk, kalau pasien disini gimana buk? Aktif nanya tentang penyakitnya ? Informan : ada, cuma ga semua. Apalagi lansia., kita kasih tau penyakitnya apa gimana obatnya, gimana perawatannya. Peneliti : kalau pasien rujukan masih dipantau buk ? Informan : kalau rujukan kita rujuk. Kontrol ulang nya pasien itu datang sendiri kesini. Peneliti : kalau home visit sering buk ? Informan : kalau kita yang home visit itu yang ga ada bayinya datang posyandu, yang belum dapat imunisasi. Peneliti : itu emang tugas ibuk ? Informan : iya itu tugas ibu. Apalagi kalau belum tercapat target. Karna berbagai alasan, kayak orang tuanya gak sempat ke posyandu, gak ada kendaraan. Ada juga yang orangtuanya gak mau anakanya di imunisasi. Bapakbapak yang paling sering tuh melarang anaknya imuniasasi kalau disini. Peneliti : iya buk? Haha gimana ibuk kasih penjelasannya ? Informan : bapaknya kan keras ya kita tetap meyakinkan. Manfaat- nya kita jelaskan resikonya 97
97
tetap kita jelaskan. Tapi ada juga yang tetap ga mau abis itu. Katanya kami dulu gak ada imunisasi imunisasi masih sehat aja kok sampai sekrang. Peneliti : terus ibuk biarkan ? Informan : Iya mau gimana lagi, kan kita udah jelaskan, gak mungkin kita paksakan pasien kan.. Peneliti : ooo iya iya, kalau pasien yang ibu tangani, kayak imunisasi itu ramai buk ? Informan : alhamdulillah ramai, sampai 400-an lah total keseluruhan 5 desa ya. Peneliti : lah itu ibuk sanggup ? banyak itu buk. Informan : sanggup, kan dia setiap posyandu itu beda jadwalnya tiap bulan . Kan ada kadernya juga, tapi kita tetap turun tangan peneliti : kalau kerja ibuk jam berapa datang dan pulangnya buk ? informan : jam 8 pelayanan kami. Peneliti : ibuk tinggalnya di dumai ya ? Informan : iya.. Peneliti : kalau boleh jujur ini buk, sering telat gak buk datang ? Informan : kalau telat jarang, tapi adalah, kalau sepi gini. Kan ibuk bukan poli, jadi lebih kegiatan yang datang ke masyarakat. Kalau kunjungan gitu kita harus datang cepat. Peneliti : oo,, kalau pasien datang diluar jam kerja ibuk, tetap dilayani buk ? Informan : kalau untuk imunisasi tetap kita layani. Apalagi karna wilayah kerja yang jauh, masyarakat tuh kasihan kan, gak mungkin kita biarkan. Lebih ke hati nurani. Peneliti : ibuk kan udah lama kerja disini kan buk? Ada bosan gak ya? Informan : hahaa adalah jenuh Peneliti : ngaruh ke pekerjaan buk ? Informan : kalau jenuh gitu gak sampai lah ngaruh ke pekerjaan. Alhamdu-lillah di bagian ibu kita bekerja jadi ga bosan. Peneliti : kalau insentif disini cukup buk ? Informan : ya kalau cukup kan manusia mana ada cukupnya kan.. hahaha, cobalah kan. Dapat ini, pengen itu lagi kan.. hahaa, tapi kalau disini ya disyukuri aja. Peneliti : iya buk. Haha, kalau fasilitas disini gimana buk ? Informan : kalau puskesas ini, ambulan ada 2, motor dinasu untuk imunisasi dapat 1. Peneliti : cukup buk dengan 1 motor gitu ? Informan : kalau dibilang cukup ya gak cukup kan, jadi kita pakai motor pribadi. Kalau motor 98
98
dinas juga yang kita harapkan otomatis berebut itu, kita menghindari konflik. Peneliti : kalau selain ikut seminar, apa lagi yang ibuk lakukan ? Informan : paling bacabaca buku, kalau gak dari internet Peneliti : situs apa yang ibuk buka biasanya buk ? Informan : lewat google biasanya kan, biasanya keywordnya itu tentang kesehatan gitu. Peneliti : kalau buku-buku masih sering buka buk ? Informan : paling buku lama aja Peneliti : buku lama maksudnya buku kuliah dulu buk ? Informan : iyaa. Hahaha.. kan kita ada beli beli buku kayak buku penyakit dalam Peneliti : masih sering dibuka itu buk ? Informan : dibaca palingan pas mentok aja.. hahaa. kayak ini apa sih, apa yang harus dilakukan gitu. 99
99
100
100
Lampiran 9: DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS Identitas Diri Nama : Dicky Pangestu Sandjaya Tempat/Tanggal lahir : Rengat/ 27 November 1991 Alamat : Jl. Gabus No.40 Pekanbaru Email : dickypangestus@gmail.com Identitas Orang Tua Ayah : Prof.Dr.H.Damsar,MA Ibu : Hj.Indrayani. SE,MM,Ph.D Alamat : Jl. Gabus No.40 Pekanbaru PENDIDIKAN 1. TK Bhayangkari Rengat, lulus tahun 1998 2. SD Negeri 002 Rengat, lulus tahun 2004 3. SMP Negeri 1 Rengat, lulus tahun 2007 4. SMA Negeri 5 Pekanbaru, lulus tahun 2010 5. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, masuk tahun 2010