Anda di halaman 1dari 3

Tugas Review Kebijakan Publik

Perkembangan Ilmu Kebijakan


Oleh : Ryscha Yuliardi P. 071112034

Perkembangan yang muncul setiap tahun, dari waktu ke waktu, telah banyak
menimbulkan berbagai dampak dalam banyak bidang. Mulai dari teknologi, budaya,
mode, dan juga praktek keilmuan. Di lihat dalam paraktek keilmuan, tidak bisa
dipungkiri memang banyak di ambil dan bersumber dari dunia barat, sehingga jangan
heran apabila dalam kebanyakan ilmu yang ada, sebagian besar peradabannya berkiblat
pada barat. Dari sejak zaman Yunani, Romawi, Dark age, Renaissance, industrialisasi,
dan dunia modern, banyak ilmu yang bermunculan di setiap era tersebut. Tidal
terkecuali ilmu mengenai politik dan pemerintahan. Dalam artikel milik Howlett dan
Ramesh (1995) yang berjudul Policy Sciences and Political Sciences di bahas perihal
masalah ilmu kebijakan. Dan pada tulisan kali ini, penulis akan mencoba untuk
menuliskan sebuah review dari artikel tersebut.
Dalam perkembangan bentuk sebuah pemerintahan yang moderen, hubungan
antara para pemimpin dan yang dipimpin perlahan mulai berlangsung dinamis.
Komunikasi yang semakin intens, tuntutan serta peraturan yang silih berganti
ditetapkan dan disuarakan, merupakan sedikit gambaran mengenai kehidupan
pemerintahan yang ada sekarang ini. Namun, ketika kita melihat sedikit ke belakang,
lebih tepatnya ketika Perang Dunia 2 berakhir, para akademisi perlahan mulai
memperbaharui pemikiran mereka. Ketika mereka berusaha memahami adanya sebuah
pola yang kompleks dalam relasi antara pemerintah dan rakyatnya, yang paling sering
muncul selanjutnya yang bersinggungan dengan hal tersebut adalah pemahaman
mengenai proses terbentuknya sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
rakyatnya. Di tengah pemahaman mengenai hadirnya sebuah kebijakan, para akademisi
ini, selain dituntut untuk mampu membahas secara detail dalam lingkup normatif-
formal, juga mulai menyadari pentingnya akan melihatnya dari lingkup praktikal. Hal
tersebut didasari oleh adanya desakan bahwa sebuah ilmu , kaidahnya tidak hanya
terletak pada pemahaman terhadap sesuatu, namun juga mampu menyediakan konteks
praktikal, sehingga mampu diterapkan dalam dunia nyata. Dari hal ini lah, selanjutnya,


studi mengenai pendekatan ilmu kebijakan mulai muncul ( Howlett dan Ramesh,
1995;3 ).
Secara mendasar, munculnya pendekatan ini, membuka sebuah pemikiran di
mana, pemahaman mengenai perilaku pemerintah, tidak hanya seputar struktur, aturan
baku, elit politik dalam kaitan penentuan kebijakan, bukan juga mengenai apa yang
seharusnya di lakukan oleh pemerintah, melainkan lebih kepada apa yang sebenarnya
dilakukan oleh pemerintah. Dalam penerapannya, sebagian besar ilmu ini
menggunakan hasil integrasi dari teori-teori yang ada di buku, serta aspek-aspek riil
yang ada di lapangan, sehingga hasilnya dalah praktikal ilmu politik yang tidak hanya
indah dalam buku. Yang mana hal ini selanjutnya dipakai oleh pemerintah untuk
membantu dalam hal yang terkait dengan kebijakan ( Howlett dan Ramesh, 1995;3 ).
Untuk lebih membantu dalam prakteknya, ilmu ini juga mengambil beberapa teori-teori
dari disiplin ilmu lain. Dan yang perlu diingat dan menjadi catatan adalah bahwa ilmu
kebijakan ini sangat mengandalkan dua hal, yakni teori yang tepat serta bukti/keadaan
riil dari lapangan.Lantas hal apa saja yang dibahas di dalam ilmu kebijakan ini? Apakah
mengenai filsafat kebijakan, atau mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, atau yang bagaimana? Dalam artikel ini , Howlett dan Ramesh ( 1995 )
berusaha menjabarkan bahwa, sebagian besar darinya akan menjelaskan mengenai
formulasi kebijakan publik.
Kebijakan Publik oleh Thomas Dye didefinisikan sebagai apapun yang
pemerintah pilih, baik ia melakukan sesuatu atau memilih untuk tidak melakukan
sesuatu, yang bila dipertegas akan didapati arti yang demikian aksi atau pembiaran
pemerintah terkait hubungannya dengan masalah publik ( Howlett dan Ramesh,
1995;5 ). Definisi yang sedikit berbeda coba ditawarkan oleh Jenkins, ia mendefinisikan
kebijakan publik sebagai sebuah perangkat keputusan yang memiliki keterkaitan satu
sama lain yang diambil oleh pemerintah atau aktor elit mengenai sebuah tujuan yang
disertai dengan cara pencapian dari penanganan sebuah situasi kondisi tertentu dengan
memanfaatkan sumber kekuatan yang ada. Masih banyak definisi yang coba ditawarkan
oleh para ahli lainnya, namun apabila ditarik sebuah kesimpulan, maka kebijakan
publik ini adalah serangkaian input dan output yang dilakukan oleh pemerintah dalam
merespon situasi kondisi publik yang ada.


Dari definisi tersebut, selanjutnya Howlett dan Ramesh menghasilkan sebuah pendapat
bahwa kebijakan publik adalah sebuah proses siklus kebijakan. Namun siklus yang ia
maksudkan tidak seperti halnya siklus hidup,di mana ada mati dan lahir. Siklus ini
merupakan gambaran dari latar belakang situasi publik, tuntutan publik, respon
pemerintah, pengumpulan bukti, seleksi teori, seleksi argumen, proses analisis, seleksi
alternatif kebijakan, pengambilan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, kontrol kebijakan,
evaluasi dan kembali lagi pada siklus pertama begitu seterusnya. Siklus ini akan
berulang terus menerus dikarenakan, setiap bertambahnya waktu, tuntutan dan isu
yang berkembang di publik akan terus hadir dan berubah-ubah, sehingga dibutuhkan
pula penanganan berkala yang intens ( Howlett dan Ramesh, 1995;11 ).
Yang selanjutnya dibahas dan dijelaskan dalam artikel ini adalah mengenai
pendapat dari Jones dan Anderson yang pada intinya adalah penerapan model fase
problem-solving. Adapan metode yang ciba dijelaskan oleh keduanya adalah , pertama,
terdapat sebuah pengangkatan isu yang lantas oleh pemerintah dinilai dan ditimbang
mengenai pantas tidaknya untuk diangkat sebagai agenda pembahasan kebijakan
publik. Kedua, pemunculana ide gagasan mengenais solusi-solusi yang bisa diterapkan ,
proses ini lazim disebut dengan formulasi kebijakan. Ketiga, pemerintah melakukan
pengambilan keputusan , akan mengambil tindakan atau membiarkan segala
sesuatunya terjadi begitu saja. Ketika pemerintah memilih untuk mengambil tindakan
maka yang terjadi adalah penerapan kebijakan. Keempat, adalah monitoring dari
pemerintah. Pada fase ini, pemerintah akan menilai apakah sasaran dan tujuan yang
hendak dicapai dengan penerapan kebijakan yang sudah diterapkan berhasil memenuhi
target atau tidak, dan bagaimana respon publik. Pada proses ini pula biasanya akan
terjadi siklus awal kembali (Howlett dan Ramesh 1995: 11-12).


Referensi:
Howlett, Michael dan Ramesh, M. 1995. Policy Sciences and Political Sciences dalam
Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsystems. Toronto: Oxford
University Press.

Anda mungkin juga menyukai