Perkembangan yang muncul setiap tahun, dari waktu ke waktu, telah banyak menimbulkan berbagai dampak dalam banyak bidang. Mulai dari teknologi, budaya, mode, dan juga praktek keilmuan. Di lihat dalam paraktek keilmuan, tidak bisa dipungkiri memang banyak di ambil dan bersumber dari dunia barat, sehingga jangan heran apabila dalam kebanyakan ilmu yang ada, sebagian besar peradabannya berkiblat pada barat. Dari sejak zaman Yunani, Romawi, Dark age, Renaissance, industrialisasi, dan dunia modern, banyak ilmu yang bermunculan di setiap era tersebut. Tidal terkecuali ilmu mengenai politik dan pemerintahan. Dalam artikel milik Howlett dan Ramesh (1995) yang berjudul Policy Sciences and Political Sciences di bahas perihal masalah ilmu kebijakan. Dan pada tulisan kali ini, penulis akan mencoba untuk menuliskan sebuah review dari artikel tersebut. Dalam perkembangan bentuk sebuah pemerintahan yang moderen, hubungan antara para pemimpin dan yang dipimpin perlahan mulai berlangsung dinamis. Komunikasi yang semakin intens, tuntutan serta peraturan yang silih berganti ditetapkan dan disuarakan, merupakan sedikit gambaran mengenai kehidupan pemerintahan yang ada sekarang ini. Namun, ketika kita melihat sedikit ke belakang, lebih tepatnya ketika Perang Dunia 2 berakhir, para akademisi perlahan mulai memperbaharui pemikiran mereka. Ketika mereka berusaha memahami adanya sebuah pola yang kompleks dalam relasi antara pemerintah dan rakyatnya, yang paling sering muncul selanjutnya yang bersinggungan dengan hal tersebut adalah pemahaman mengenai proses terbentuknya sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk rakyatnya. Di tengah pemahaman mengenai hadirnya sebuah kebijakan, para akademisi ini, selain dituntut untuk mampu membahas secara detail dalam lingkup normatif- formal, juga mulai menyadari pentingnya akan melihatnya dari lingkup praktikal. Hal tersebut didasari oleh adanya desakan bahwa sebuah ilmu , kaidahnya tidak hanya terletak pada pemahaman terhadap sesuatu, namun juga mampu menyediakan konteks praktikal, sehingga mampu diterapkan dalam dunia nyata. Dari hal ini lah, selanjutnya,
studi mengenai pendekatan ilmu kebijakan mulai muncul ( Howlett dan Ramesh, 1995;3 ). Secara mendasar, munculnya pendekatan ini, membuka sebuah pemikiran di mana, pemahaman mengenai perilaku pemerintah, tidak hanya seputar struktur, aturan baku, elit politik dalam kaitan penentuan kebijakan, bukan juga mengenai apa yang seharusnya di lakukan oleh pemerintah, melainkan lebih kepada apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah. Dalam penerapannya, sebagian besar ilmu ini menggunakan hasil integrasi dari teori-teori yang ada di buku, serta aspek-aspek riil yang ada di lapangan, sehingga hasilnya dalah praktikal ilmu politik yang tidak hanya indah dalam buku. Yang mana hal ini selanjutnya dipakai oleh pemerintah untuk membantu dalam hal yang terkait dengan kebijakan ( Howlett dan Ramesh, 1995;3 ). Untuk lebih membantu dalam prakteknya, ilmu ini juga mengambil beberapa teori-teori dari disiplin ilmu lain. Dan yang perlu diingat dan menjadi catatan adalah bahwa ilmu kebijakan ini sangat mengandalkan dua hal, yakni teori yang tepat serta bukti/keadaan riil dari lapangan.Lantas hal apa saja yang dibahas di dalam ilmu kebijakan ini? Apakah mengenai filsafat kebijakan, atau mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, atau yang bagaimana? Dalam artikel ini , Howlett dan Ramesh ( 1995 ) berusaha menjabarkan bahwa, sebagian besar darinya akan menjelaskan mengenai formulasi kebijakan publik. Kebijakan Publik oleh Thomas Dye didefinisikan sebagai apapun yang pemerintah pilih, baik ia melakukan sesuatu atau memilih untuk tidak melakukan sesuatu, yang bila dipertegas akan didapati arti yang demikian aksi atau pembiaran pemerintah terkait hubungannya dengan masalah publik ( Howlett dan Ramesh, 1995;5 ). Definisi yang sedikit berbeda coba ditawarkan oleh Jenkins, ia mendefinisikan kebijakan publik sebagai sebuah perangkat keputusan yang memiliki keterkaitan satu sama lain yang diambil oleh pemerintah atau aktor elit mengenai sebuah tujuan yang disertai dengan cara pencapian dari penanganan sebuah situasi kondisi tertentu dengan memanfaatkan sumber kekuatan yang ada. Masih banyak definisi yang coba ditawarkan oleh para ahli lainnya, namun apabila ditarik sebuah kesimpulan, maka kebijakan publik ini adalah serangkaian input dan output yang dilakukan oleh pemerintah dalam merespon situasi kondisi publik yang ada.
Dari definisi tersebut, selanjutnya Howlett dan Ramesh menghasilkan sebuah pendapat bahwa kebijakan publik adalah sebuah proses siklus kebijakan. Namun siklus yang ia maksudkan tidak seperti halnya siklus hidup,di mana ada mati dan lahir. Siklus ini merupakan gambaran dari latar belakang situasi publik, tuntutan publik, respon pemerintah, pengumpulan bukti, seleksi teori, seleksi argumen, proses analisis, seleksi alternatif kebijakan, pengambilan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, kontrol kebijakan, evaluasi dan kembali lagi pada siklus pertama begitu seterusnya. Siklus ini akan berulang terus menerus dikarenakan, setiap bertambahnya waktu, tuntutan dan isu yang berkembang di publik akan terus hadir dan berubah-ubah, sehingga dibutuhkan pula penanganan berkala yang intens ( Howlett dan Ramesh, 1995;11 ). Yang selanjutnya dibahas dan dijelaskan dalam artikel ini adalah mengenai pendapat dari Jones dan Anderson yang pada intinya adalah penerapan model fase problem-solving. Adapan metode yang ciba dijelaskan oleh keduanya adalah , pertama, terdapat sebuah pengangkatan isu yang lantas oleh pemerintah dinilai dan ditimbang mengenai pantas tidaknya untuk diangkat sebagai agenda pembahasan kebijakan publik. Kedua, pemunculana ide gagasan mengenais solusi-solusi yang bisa diterapkan , proses ini lazim disebut dengan formulasi kebijakan. Ketiga, pemerintah melakukan pengambilan keputusan , akan mengambil tindakan atau membiarkan segala sesuatunya terjadi begitu saja. Ketika pemerintah memilih untuk mengambil tindakan maka yang terjadi adalah penerapan kebijakan. Keempat, adalah monitoring dari pemerintah. Pada fase ini, pemerintah akan menilai apakah sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dengan penerapan kebijakan yang sudah diterapkan berhasil memenuhi target atau tidak, dan bagaimana respon publik. Pada proses ini pula biasanya akan terjadi siklus awal kembali (Howlett dan Ramesh 1995: 11-12).
Referensi: Howlett, Michael dan Ramesh, M. 1995. Policy Sciences and Political Sciences dalam Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsystems. Toronto: Oxford University Press.