Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI















PROGRAM STUDI DIII

KEPERAWATAN REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2014
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Hausinasi adalah pencerapan pancaindera tanpa rangsang dari luar
(Maramis, 1998). Halusinasi juga berarti distorsi persepsi yang muncul
dari berbagai indera (Stuart dan Laraia, 2005).
2. Etiologi
Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik
dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek
samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti
kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan
halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti
pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan
individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan
sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya
permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis ,
psikologis, sosial budaya, dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.
3. Klasifikasi Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, (1998) membagi Halusinasi menjadi 7
jenis, yaitu :
a. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap
antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami. Halusinasi
pikiran yang terdengar perkataan bahkan pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa
menyenangkan, menakutkan seperti monster.
c. Penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidung sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau
demensia.
d. Pengucapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
g. Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
4. Fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (1998), fase-fase halusinasi yaitu:
a. Comforting
Halusinasi secara umum diterima sebagai sesuatu yang alami. Pasien
mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan
cemas,kesepian, perasaan berdosa, ketakutan, dan mencoba
memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan.
b. Condemning
Secara umum halusinasi sering mendatangi klien. Pengalaman
sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias (cemas
meningkat).
c. Controlling
Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan. Klien
mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.
Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir,disinilah
dimulai fase gangguan psikotik.
d. Conquering
Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.
Pengalaman sensorinya terganngu, klien mulai terasa terancam
degan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak menuruti
ancaman perintah yang ia dengar dari halusinasinya.(sudah
menguasai dan tidak bisa lepas)
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari halusinasi yaitu ( Townsend, 1998):
a. Berbicara sendiri
b. Tertawa sendiri
c. Disorientasi
d. Pikiran cepat berubah-ubah
e. Bersikap seperti mendengar sesuatu.
f. Konsentrasi rendah
g. Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu.
h. Kekacauan alur pikir.
i. Respon tidak sesuai.
Sedangkan tanda dan gejala halusianasi menurut Depkes (1999) adalah:
a. Berbicara atau tertawa sendiri.
b. Menarik Diri.
c. Klien tidak dapat membedakan realita dan kenyataan.
d. Sulit tidur
e. Gelisah
f. Duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu.
6. Predisposisi dan Presipitasi
Faktor predisposisi (Stuart and Laraia, 1998)
a. Genetis
Telah diketahui secara genetis skizofrenia diturunkan melalui
kromosom tertentu. Namun demikian yang beberapa menjadi faktor
penentu diduga letak gen skizofrenia ada di kromosom G. Dengan
konsultasi genetik tambahan 4,8,15 dan 22 (Burkanan dan Carpenter,
2000). Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sementara di zygote peluangnya 15%. Anak yang salah
satu orang tuanya skizofrenia berpeluang 15%.Sementara kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Neuroogis
Kortek prefrontal dan limbik pada skizofrenia tidak pernah
berkembang penuh. Ditemukan jug pada klien skizofrenia terjadi
penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransiter
juga ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotinin, dan
glutamat.
Faktor presipitasi
a. Berlebihnya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di Thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
c. Gejala pemicu
Menurut Stuart dan Laraia (1998) dan Stuart dan Sundeen (1998), gejala
pemicu tersebut adalah :
a. Kesehatan
Nutrisi, kurang tidur, kelelahan, infeksi, obat-obatan system syaraf
pusat, kurang latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
b. Lingkungan
Lingkungan yang memusuhi (kritis), masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan, poloa aktivitas
sehari-hari, kurangnya dukungan social, tekanan kerja, stigmatisasi
kemungkinan, kurangnya alat transportasi, ketidak mampuan
mendapat pekerjaan.
c. Sikap dan Perilaku
Merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali
diri, merasa punya kekuatan berlebih dengan gejala tersebut, merasa
malang tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual, bertindak seperti
orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan
sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan
pengobatan dan penanganan gejala.
7. Proses terjadinya : Penyebab dan Akibat
a. Penyebab
Menarik diri mekanismenya, klien dengan menarik diri berdiam
diri tidak ingin berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain
preokupasi dengan pikirannya sendiri yang akhirnya menimbulkan
halusinasi.
b. Akibat
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan klien
dengan halusinasi terjadi pengembangan untuk melakukan perilaku
maladaptif.

C. Pohon Masalah

Akibat

Masalah utama

Penyebab

D. Masalah Keperawatandan Data yang Perlu Diuji (Keliat, 1998)
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data : Bicara, senyum dan ketawa sendiri, menarik diri, menghindar dari
orang lain, tidak dapat mewujudkan perhatian dan konsentrasi curiga,
bermusuhan, memaksa, merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan,
ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, kekacauan alur pikir
2. Isolasisosial : menarik diri
Data : Kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, kontak mata kurang, sering
menunduk, afek tumpul, komunikasi tidak ada / kurang, menolak
berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Data : Pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, kadang
memaksakan kehendak, muka merah, berdebat.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri

F. Rencana Tindakan Keperawatan (Keliat, 1998)
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan
dengan halusinasi
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan
Perubahan persepsi sensori :Halusinasi
Isolasi Sosial :menarikdiri
Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan
orang lain.
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
e. Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat :
a. Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
b. Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara
memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi
klien untuk digunakan
c. Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara
sering berinteraksi dengan keluarga
d. Menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
a. Bina Hubungan saling percaya
1) Salam terapeutik
2) Perkenalkan diri
3) Jelaskan tujuan interaksi
4) Ciptakan lingkungan yang tenang
5) Buat kontrak yang jelas
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
1) Dengarkan ungkapan klien dengan empati
2) Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap
(waktu disesuaikan dengan kondisi klien)
3) Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan
dengan halusinasi
4) Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan
menggambarkan tingkah laku halusinasi
5) Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak
menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi
6) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat
alami halusinasi.
7) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang
mengalami halusinasi.
c. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
1) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara
memutuskan halusinasi yang sesuai dengan klien
2) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
3) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami
halusinasi
d. Lakukan kunjungan rumah : Diskusikan dengan keluarga tentang :
1) Halusinasi klien
2) Cara memutuskan kelompok
3) Cara merawat anggota keluarga halusinasi
4) Cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan kejadian
halusinasi
5) Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pada saat
mengalami halusinasi
e. Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol
halusinasi
1) Bantu klien menggunakan obat secara benar
2) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien mengisi
waktunya
3) Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan
4) Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan

f. Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan
keluarga
1) Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri,
penyebab dan cara keluarga menghadapi
2) Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
3) Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok klien minimal
sekali seminggu
2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik
diri
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya
menyebutkan perilaku menarik diri
c. Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain :
perawat atau klien lain secara bertahap
d. Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat dan mau berjabat tangan dengan perawat, mau
menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk
bersama
b. Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
c. Klien mau berhubungan dengan orang lain
d. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara
bertahap dengan keluarga
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya
1) Buat kontrak dengan klien
2) Lakukan perkenalan
3) Panggil nama kesukaan
4) Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah
b. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan
penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri
1) Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta yang mungkin jadi penyebab
2) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
c. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan
1) Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan melalui
tahap-tahap yang ditentukan
2) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
3) Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari
berhubungan
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap
Tujuan Khusus :
Klien dapat :
a. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
b. Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan
c. Klien mampu mengevaluasi diri
d. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya
e. Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik
b. Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
c. Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
d. Klien mampu memulai mengevaluasi diri
e. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya
f. Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rencanan
Intervensi :
a. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya
dari segi fisik
1) Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
2) Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama
di rumah dan di rumah sakit
3) Berikan pujian
b. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh klien
1) Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien
2) Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien
c. Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penialian klien
terhadap stressor
1) Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor mempengaruhi
pikiran dan perilakunya
2) Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak
realistik
3) Bersama klien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang
dimiliki
4) Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok
5) Diskusikan koping adaptif dan maladaptif
6) Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptif
d. Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang dapat merubah
dirinya bukan orang lain
1) Dorong klien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri
(bukan perawat)
2) Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan/tujuannya
3) Bantu klien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang
diharapkan
4) Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang
sesuai potensi yang ada pada dirinya
e. Beri kesempatan kepada klien untuk sukses
1) Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan
2) Libatkan klien dalam kegiatan kelompok
3) Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalam keluarga sebagai
individu yang unik
4) Beri waktu yang cukup untuk proses berubah
5) Beri dukungan dan reinforcement positip untuk membantu
mempertahankan kemajuan yang sudah dimiliki klien





















DAFTAR PUSTAKA

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I..1999. Keperawatan
Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Depkes

Keliat B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maramis , W. F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press

Stuart dan Laraia. 1998. Principles and Practice of Psyhiatric Nursing. St
Louis:Mosby
Stuart, G. W dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psyhiatric Nursing. (7
th

ed.). St Louis: Mosby Year B
Stuart & Sunden. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Townsend.M.C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai