Anda di halaman 1dari 2

PEMERIKSAAN KADAR GLUTAMAT PIRUVAT TRANSAMINASE

Teori Dasar
SGOT dan SGPT adalah pemeriksaan laboratorium untuk melihat fungsi hati
(liver). Terkadang banyak yang salah mengartikan bahwa peningkatan SGOT dan SGPT
berarti otomatis ada gangguan dari fungsi liver. Padahal, kadar nilai SGOT dan SGPT
tidak hanya berhubungan dengan kelainan di hati saja (non hepatik) (Anonim, 2010).
Adanya enzim-enzim pelaku detoksifikasi pada hati menyebabkan enzim-enzim
tersebut dapat digunakan sebagai parameter kerusakan hati. Dua macam enzim
aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati adalah
Aspartat Aminotransferase (AST) yang disebut SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic
Transaminase) dan Alanin Aminotransferase (ALT) yang juga disebut SGPT (Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase ).Kehadiran transaminase dalam plasma pada kadar di
atas nilai normal memberi dugaan suatu peningkatan kecepatan kerusakan jaringan
(Meyes et al. 1991).
Jaringan hati mengandung lebih banyak SGPT daripada SGOT (Meyes et al.
1991). SGPT paling banyak ditemukan dalam hati, sehingga untuk mendeteksi penyakit
hati, SGPT dianggap lebih spesifik dibanding SGOT. Peningkatan kadar SGOT dan
SGPT akan terjadi jika adanya pelepasan enzim secara intraseluler ke dalam darah yang
disebabkan nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan hati secara akut.
Peningkatan kedua enzim selular ini terjadi akibat pelepasan ke dalam serum
ketika jaringan mengalami kerusakan. Pada kerusakan hati yang disebabkan oleh
keracunan atau infeksi, kenaikan aktivitas SGOT dan SGPT dapat mencapai 20-100x
harga batas normal tertinggi. Umumnya pada kerusakan hati yang menonjol ialah
kenaikan aktivitas SGPT (Sadikin 2002).
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim
tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya. Kondisi yang meningkatkan
kadar SGPT/ALT adalah :
1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia).
2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT).
3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec,
sirosisbiliari (Anonim, 2011)
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar.
2. Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena
dapatmeningkatkan kadar.
3. Hemolisis sampel.
4. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin,
karbenisilin,eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin,
tetrasiklin), narkotika(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi
(metildopa, guanetidin), preparatdigitalis, indometasin (Indosin), salisilat,
rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol(Inderal), kontrasepsi oral
(progestin-estrogen), lead, heparin.
5. Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar. (Anonim, 2011)


DAPUS
anonim. 2011. pemeriksaan sgpt dan sgot. http://www.scribd.com/fsetrowirdjo. Diakses
tanggal 20 Oktober 2014.
Meyes PA, DK Granner, VW Rodwell & DW Martin. 1991 . Biokimia. Alih Bahasa
Iyan Darmawan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai