Potret kinerja pemasaran pariwisata Indonesia, belumlah menggembirakan. Dibanding negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, kemampuan Indonesia dalam menarik wisatawan mancanegara (wisman) masih kalah jauh. ahun !"#!, Indonesia hanya mampu menarik wisman sebanyak $,"% juta. Sementara Singapore tercatat per Desember !"#! sudah mampu menarik #%,%& juta wisatawan asing, sekitar !,$ juta berasal dari Indonesia. 'dapun Malaysia lebih luar biasa lagi, pada !"#! dikunjungi !(,") juta wisman. *akta tersebut memantik kita untuk menge+aluasi dan memikirkan kembali mengenai +isi, kebijakan dan strategi pemerintah, serta strategic marketing dalam kaitannya dengan pemasaran pariwisata Indonesia. Pemerintah Indonesia di era otonomi daerah ini, dihadapkan pada tantangan besar untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Pemerintah memiliki +isi agar Indonesia menjadi negara tujuan wisata yang sejajar dengan bangsa,bangsa lain di kawasan 'sia enggara. Sementara sektor pariwisata juga dipengaruhi sistem globalisasi pariwisata sejak berlakunya aturan,aturan dalam '*', 'P-., dan /0. Pariwisata nasional pun memerlukan melalui penataan ulang strategi pemasaran pariwisata Indonesia dalam kompetisi yang mengglobal. 1ila kita mencermati, belum tergambar secara jelas +isi dan misi yang mengedepankan Indonesia sebagai negara tujuan wisata yang berbasiskan pada sumber daya. 1ukan hanya sumber daya alam, tetapi yang lebih penting adalah berbasis ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran (learning) yang dinamis. 2ingga pada akhirnya menciptakan kompetensi inti (pariwisata daerah dan nasional) yang baik pada tingkat makro (countrys level) hingga tingkat perusahaan (frms level). Suatu penataan ulang dengan +isi baru yang bertumpu pada pendayagunaan sumber daya (resource based approach), sekaligus membangun model mental dan sistem berbisnis yang pro3esional perlu dibangun. Semangat kompetisi dan kooperasi intra dan antar organisasi pariwisata, serta melalui jaringan yang kokoh dalam pemasaran pariwisata dengan berbasis pada knowledge and skill, turut menentukan. Penataan ulang strategi pemasaran pariwisata tersebut, bukan ditekankan pada peman3aatan sumber daya alam semata, tetapi merupakan pengintegrasian antara sumber daya yang si3atnya tangible, intangible, dan human resources dalam semangat 4collective learning5 atau pembelajaran bersama. Menegakkan semangat collective learning ini perlu dimulai dari tingkatan makro (pemerintah) sebagai inisiator, change creator (6otler, et al., #&&&), maupun 3asilitator (Porter, #&&() hingga tataran mikro (pelaku bisnis). 6ebijakan teknis operasional pemasaran pariwisata dengan landasan daya saing adalah melalui keunggulan komparati3 dan keungulan kompetiti3 di pasar yang berbasis sumber daya alam. 6ebijakan ini, perlu ditata ulang dengan mengubah landasan daya saing berupa keunggulan berbasis sumber daya (resources based advantage), baik sumber daya berwujud (tangible) maupun tak berwujud (intangible). Melihat kinerja pemasaran pariwisata Indonesia beberapa dasawarsa terakhir ini, memang masih jauh dari yang diharapkan. 7angkah,langkah gencar yang dilakukan hanya terbatas pada promosi pariwisata dan penguatan jaringan pemasaran pariwisata sebagai alat untuk penyebaran in3ormasi pariwisata Indonesia. 6ini, sudah waktunya untuk memikirkan grand strategy marketing termasuk di dalamnya pendekatan kepuasan pariwisata (tourism satisfaction approach) sebagai upaya terpadu untuk menjangkau pasar global. Konteks Daerah Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya unggulan (comparative advantage) seperti keindahan alam, kekayaan 8ora dan 3auna, serta keramahan masyarakat dan keunikan budaya daerah. Di samping itu masih banyak lagi lainnya yang merupakan aset bersi3at tangible sebagai cikal bakal untuk stmewujudkan strategi pemasaran pariwisata dengan menggunakan model tourism satisfaction approach. 6eunggulan kepemilikan sumber daya alam ini sebagai aset yang tangible ini harus dipadukan dengan aset yang intangible, seperti teknologi, kultur, dan reputasi daerah serta sumber daya manusia dengan superioritas skill dan knowledge. 2anya dengan perpaduan ketiganya, keunggulan bersaing pada tingkat makro (negara) maupun mikro (badan usaha) melalui 4strategic marketing5 dapat diciptakan. Sejalan dengan pemberlakuan 9ndang,9ndang 0tonomi Daerah, upaya pengembangan daya saing perlu dimulai pada tingkat kabupaten:kota. Daerah perlu mengeksplorasi potensinya untuk kemudian mendesain strategi pemasaran sesuai dengan core competence daerah tersebut. Sesuai konsep marketing, daerah perlu menyiapkan Strategic Place Triangle. Ini meliputi, tiga hal pokok. Pertama, merumuskan Stategi yang mencakup, Segmentasi-Targeting-Positioning. 6edua, merumuskan aktik berupa Diferensiasi-Marketing Mix-Selling. 'dapun yang ketiga, menciptakan ;alue melalui Brand-Proses-Service. Sembilan elemen pemasaran tersebut bila dikerucutkan lagi akan dihasilkan tiga poin utama yakni < perumusan dan penatapan Positioning, pengembangan Di=erensiasi dan berupaya membangun Merek (Brand) dari daerah. 'tau sering disebut PD1 Daerah. Positioning adalah usaha membangun suatu posisi tertentu di benak pelanggan. Sedangkan Di=erensiasi merujuk pada membedakan diri melalui proposisi +alue yang unik dibandingkan daerah lain. 'dapun membangun merek daerah, ialah membangun kesadaran, asosiasi merek yang kuat, persepsi kualitas dan loyalitas pelanggan terhadap merek. Pelanggan bagi daerah yang dimaksud di sini, pertama tentu penduduk atau masyarakat di daerah tersebut. 6edua orang yang datang sebagai tourist, trader dan investor (I). 6etiga, talent (SDM berkualitas dengan skill dan knowledge yang tinggi), developer (pengembang kawasan) dan organizer (e+en organi>er), disingkat TDO (2ermawan 6etajaya, ?uswohadi, MarkPlus@.o, !""(). 6esadaran akan pentingnya pemasaran daerah secara sistematis dan terintegrasi telah membuat sebagian pemerintah daerah di Indonesia mengkampanyekan daerah masing,masing. Seperti Aakarta dengan ikon Enjoy Jakarta, Aogjakarta mengambil tema Jogja Never Ending Asia, Solo The Spirit of Java. Merek,merek daerah tersebut terus digelorakan, digemakan ke luar daerah maupun ke internal daerah tersebut. 1erupaya menarik ourist,rader, dan In+estor pun juga alent, De+eloper dan 0rgani>er. Sembari menguatkan diri ke dalam agar menjadi tuan rumah yang baik (be a good host), memperlakukan tamu secara ekselen (treat guest properly) dan membangun BrumahC yang nyaman bagi mereka (building home sweet home). 'palagi daerah seperti 6abupaten Magetan yang telah mentahbiskan diri sebagai 6ota /isata, kesadaran memasarkan daerah seperti ini perlu dikampanyekan dan ditanamkan di benak pelanggan daerah. 6awasan sejuk di lereng Dunung 7awu dengan berjuta pesona alam ini bisa menjadi ikon 6eindahan Pulau Aawa, agetan! The "eauty of Java. Sadarlah memasarkan daerah sama dengan memasarkan Indonesia. rie! "ahman, ST, MM. ,Direktur -ksekuti3 1adan Promosi Pariwisata Daerah Aawa imur ,Peneliti bidang Media dan Strategic Management in Tourism