Anda di halaman 1dari 6

Levo Naufal A/MBTI-e/ @radarlampung.co.id, redaksi@tribunjabar.co.

id,
redaksi@bandungekspres.com


KAMPUNG NAGA
Sejarah dan Potensi wisata dari Kampung Naga, Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat

Apa anda mengetahui apa itu Kampung Naga? Dimanakah Kampung Naga itu?
Kampung Naga merupakan perkampungan Tradisional dengan luas areal kurang lebih 4 Ha .
Lokasi obyek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan rayayang menghubungkan
Tasikmalaya Bandung melalui Garut , yaitu kurang lebih pada kilometer ke 30 ke arah
barat kota Tasikmalaya.
Secara administratif Kampung Naga termasuk kampung Legok Dage Desa Neglasari
Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.
Daya tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas
yang terletak di Kampung Naga tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan
Levo Naufal A/MBTI-e/ @radarlampung.co.id, redaksi@tribunjabar.co.id,
redaksi@bandungekspres.com


masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memelihara Adat Istiadat leluhurnya.
Seperti berbagai upacara adat, upacara hari-hari besar Islam.
Penduduk Kampung Naga semuanya mengaku beragama Islam, akan tetapi sebagaimana
masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan
nenek moyangnya. Artinya, walaupun mereka menyatakan memeluk agama Islam, syariat
Islam yang mereka jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya. Bagi
masyarakat Kampung Naga dalam menjalankan agamanya sangat patuh pada warisan nenek
moyang.
Kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap waktu terwujud pada kepercayaan
mereka akan apa yang disebut palintangan. Pada saat-saat tertentu ada bulan atau waktu
yang dianggap buruk, pantangan atau tabu untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
amat penting seperti membangun rumah, perkawinan, hitanan, dan upacara adat. Waktu
yang dianggap tabu tersebut disebut larangan bulan. Larangan bulan jatuhnya pada bulan
sapar dan bulan Rhamadhan. Pada bulan-bulan tersebut dilarang atau tabu mengadakan
upacara karena hal itu bertepatan dengan upacara menyepi. Selain itu perhitungan
menentukan hari baik didasarkan kepada hari-hari naas yang ada dalam setiap bulannya,
seperti yang tercantum di :
1. Muharam (Muharram) hari Sabtu-Minggu tanggal 11,14
2. Sapar (Safar) hari Sabtu-Minggu tanggal 1,20
3. Maulud hari (Rabiul Tsani)Sabtu-Minggu tanggal 1,15
4. Silih Mulud (Rabi'ul Tsani) hari Senin-Selasa tanggal 10,14
5. Jumalid Awal (Jumadil Awwal)hari Senin-Selasa tanggal 10,20
6. Jumalid Akhir (Jumadil Tsani)hari Senin-Selasa tanggal 10,14
7. Rajab hari (Rajab) Rabu-Kamis tanggal 12,13
8. Rewah hari (Sya'ban) Rabu-Kamis tanggal 19,20
9. Puasa/Ramadhan (Ramadhan)hari Rabu-Kamis tanggal 9,11
10. Syawal (Syawal) hari Jumat tanggal 10,11
11. Hapit (Dzulqaidah) hari Jumat tanggal 2,12
12. Rayagung (Dzulhijjah) hari Jumat tanggal 6,20
Levo Naufal A/MBTI-e/ @radarlampung.co.id, redaksi@tribunjabar.co.id,
redaksi@bandungekspres.com


Sejarah/asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa
kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang
bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat.
Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari,
Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh
masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat
ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat
petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.




Sistem kemasyarakatan di Kampung Naga lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-
lembaga pemerintahan yang ada disana. Ada dua lembaga yaitu :
1. Lembaga Pemerintahan
2. Lembaga Adat
Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan bahasa Sunda Asli,
hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan. Adapula yang bisa
berbahasa Indonesia itupun masih terlihat kaku dalam pengucapannya.
Levo Naufal A/MBTI-e/ @radarlampung.co.id, redaksi@tribunjabar.co.id,
redaksi@bandungekspres.com


Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai jenjang
pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih pendek sehingga
mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya pulang kampung juga.
Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik belajar dari pengalaman dan
dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid atau aula.
Lalu tidak kalah seperti daerah yang lain kampung Naga juga memiliki adat kesenian,
terdapat tiga buah kesenian di Kampung Naga diantaranya :
1. Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas biasanya
ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta kemerdekaan RI.
Alat ini terbuat dari kayu.
2. Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu upacara
pernikahan atau khitanan massal.
3. Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal

Levo Naufal A/MBTI-e/ @radarlampung.co.id, redaksi@tribunjabar.co.id,
redaksi@bandungekspres.com



Jika anda berwisata ke Kampung Naga anda juga akan melihat arsitektur bangunan-
bangunan yang unik terdapat disana, bangunan-bangunan yang ada di Kampung Naga
berbentuk segitiga terdapat 111 bangunan dalam area 1,5 ha yang terdiri dari 108
rumah dan 3 bangunan tempat ibadah, selain itu juga terdapat balai pertemuan dan
lumbung padi (Leuit) untuk ukuran kami tidak mendapatkan informasi tapi untuk bahan
bangunannya menggunakan bilik-bilik, kayu-kayu, dan lain-lain. Tidak menggunakan
semen atau pasir. Semua bentuk, ukuran, alat dan bahan bangunan semuanya sama hal
ini menunjukkan adanya keseimbangan dan keselarasan yang ada di daerah tersebut.
The last but not the least, Menurut Bupati Tasikmalaya, merasa kagum terhadap
masyarakat Kampung Naga karena disana telah ditanam kultur masyarakat yang tidak
pernah meminta kepada pemerintah melainkan bagaimana berbuat kepada orang lain
karena kekagumannya itu beliau mengeluarkan satu buah buku yang berjudul
Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya.
Levo Naufal A/MBTI-e/ @radarlampung.co.id, redaksi@tribunjabar.co.id,
redaksi@bandungekspres.com


So tidak ada ruginya kita mengunjungi Kampung Naga yang terdapat di daerah
Tasikmalaya, Jawa Barat ini, selain berwisata kita juga dapat mempelajari adat istiadat
dari satu daerah ke daerah lainnya termasuk di Kampung Naga ini, karena Indonesia
merupakan Negara yang memiliki kultur adat terbanyak di dunia dan dari sinilah kita
harus bisa memanfaatkan secara baik dan bijaksana agar kelak anak cucu kita dapat
merasakannya juga.

Artikel by Levo Naufal Armarsha/MBTI-IMTelkom Bandung/082127989870

Anda mungkin juga menyukai