=
!
!
(3.8)
dimana, !(z) adalah derajat keanggotaan hasil akumulasi himpunan-himpunan input
fuzzy pada proses inferensi. Variabel z adalah nilai crisp himpunan output fuzzy.
Variabel z
*
merupakan nilai crisp yang dicari dan merupakan hasil akhir dari komputasi
sistem fuzzy logic. Konsekuensi komputasi mengharuskan perhitung COG diterapkan
melalui persamaan diskrit berikut :
1 *
1
( )
( )
n
j j
j
n
j
j
z z
z
z
=
=
=
!
!
(3.9)
Dibawah ini adalah ilustrasi dari proses pencarian nilai crisp pada tahap
defuzzifikasi menggunakan metode COG.
( Gambar 3.14 : Ilustrasi pencarian nilai crisp dengan metode defuzzifikasi COG
(Central Of Gravity) )
3.4 Penerapan fuzzy logic pada sistem kontrol
Salah satu bentuk penerapan dari fuzzy logic adalah, perancangan sistem
kontrol. Arsitektur dari sistem kontrol temperatur menggunakan fuzzy logic diperlihatkan
melalui gambar dibawah ini.
F
U
Z
Z
I
F
I
K
A
S
I
D
E
F
U
Z
Z
I
F
I
K
A
S
I
INFERENSI
MAMDANI
RULE BASE
PREPROCESSING
POST PROCESSING
AKTUATOR PLANT SENSOR
-
Set
Point
Temperatur
Bukaan
Valve, Laju
aliran
Error dan
Error Dot
( Gambar 3.15 : Rancangan sistem kontrol menggunakan sistem fuzzy logic )
Merujuk pada gambar 3.15, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
perancangan sistem kontrol berbasis fuzzy logic adalah : tahapan preprocessing dan post
processing. Tujuannya adalah untuk memanipulasi data-data crisp menjadi data-data
crisp yang baru sehingga dapat diterapkan pada sistem fuzzy logic maupun hardware.
Pekerjaan selanjutnya adalah melakukan perancangan struktur fuzzy logic seperti yang
telah dibahas pada bab sebelumnya. Untuk perancangan sistem kontrol, perlu ditentukan
sebelumnya, mengenai varibel-variabel fisis yang akan diproses pada sistem fuzzy logic
maupun yang akan dihasilkan sebagai aksi kontrolnya. Pada praktenya fokus dari
perancangan sistem kontrol berbasis fuzzy logic, lebih dicurahkan pada optimasi struktur
sistem fuzzy logic secara trial and error.
BAB IV
IMPLEMENTASI PERANCANGAN SISTEM
4.1 Rancangan Plant
Plant dapat diartikan sebagai seperangkat peralatan yang bekerja bersama-sama
untuk melangsungkan operasi tertentu [Ogata,1992]. Susunan plant yang dimaksud
mencakup : sensor, chamber dan aktuator. Secara keseluruhan rancangan plant harus
mampu melangsungkan proses fisis yang sedang direncanakan. Kemampuan sensor
sebagai pengindera harus mampu mendeteksi perubahan besaran fisis yang diukurnya,
sehingga persyaratan mengenai keteramatan terpenuhi. Dilain pihak kemampuan aktuator
pun harus dapat dikontrol dengan baik atau syarat keterkontrolan terpenuhi.
Secara garis besar perancangan sistem mengikuti arsitektur rancangan sistem
kontrol otomatik berbasis komputer. Berikut ilustrasi arsitektur rancangan sistem yang
dimaksud :
MODUL DAQ
MODUL AKTUATOR
DESKTOP PC
PLANT UTAMA
(Gambar 5.1: Fitur fisik rancangan chamber )
Bentuk chamber berupa kotak berdimensi 23cmx16cmx20cm, terbuat dari
bahan plastic tembus pandang. Chamber memiliki 2 buah saluran udara yang
menghubungkan chamber dengan entitas luar. Terdapat sebuah saluran masukan dan
sebuah saluran pembuangan.
(Gambar 5.2: Fitur fisik rancangan chamber )
Sensor suhu yang digunakan sebanyak 1 buah dan diletakan pada posisi dekat
dengan lampu pijar. Mengingat dimensi ruangan chamber tidak terlalu besar maka cukup
digunakan 1 sensor suhu saja.
(Gambar 5.3: Konfigurasi susunan aktuator dan sensor )
Aktuator diterapkan untuk mengeksekusi hasil pengolahan sistem kontrol.
Terdapat tiga jenis aktuator yang digunakan, yaitu : kipas (fan) , lampu pijar (elemen
pemanas). Proses pemanasan dilakukan secara radiasi melalui pancaran lampu pijar,
namun untuk membantu proses pemanasan digunakan kipas. Mekanisme kerja kipas
adalah menyedot udara dari luar sistem kedalam, kemudian membuangnya pada saluran
keluaran.
(Gambar 5.4: Ilustrasi elemen pemanas yang digunakan )
(Gambar 5.5: Ilustrasi kipas yang digunakan )
Pengukuran daya listrik pada elemen pemanas dilakukan secara manual, melalui
pembacaan tegangan AC multimeter digital. Olehkarena itu seluruh konfigurasi pada
plant diperlihatkan seperti pada gambar dibawah ini :
(Gambar 5.6: Ilustrasi konfigurasi keseluruhan plant )
4.2 Rancangan Hardware
4.2.1 Modul DAQ
Modul DAQ digunakan untuk menangani proses-proses berikut : pengukuran
data, pengambilan data, dan pengiriman data kepada PC. Konfigurasi modul DAQ yang
dirancang, diperlihatkan melalui gambar berikut :
MUX
ADC
Signal
Conditioning
MIKROKONTROLLER RS-232
Komponen
TTL
FROM
SENSORS
TO PC
Jalur Data
Keterangan warna :
Jalur Kontrol
(Gambar 5.7: Ilustrasi rancangan modul DAQ )
Beberapa spesifikasi yang diinginkan pada modul DAQ yang dirancang
berdasarkan kriteria perancangan sistem adalah :
1. Banyaknya masukan sensor sebanyak 8 buah
2. Penguatan tegangan sensor dapat diatur pada kisaran 1 s/d 20 kali
3. Jumlah bit ADC yang dipakai sebesar 8-bit
4. Data sensor bisa diakses pada PC maupun pemroses lainnya seperti komponen
TTL (Transistor-Transistor Logic)
5. PC dan Modul DAQ bisa berkomunikasi dua arah
Beberapa tahapan proses pengolahan sinyal sensor sedemikian hingga menjadi
data-data digital yang muncul di PC, dijelaskan melalui bagan dibawah ini :
Proses 1
Mux memilih
8 masukan sinyal
analog sensor
Proses 2
Penguat Sinyal
menguatkan sinyal
analog sensor
Proses 3
ADC
mengkonversikan
sinyal analog sensor
menjadi
sinyal digital
Proses 4
Mikrokontroller
mengolah sinyal digital
sensor, siap dikirim ke
PC dan komponen
TTL
Sensor
PC dan TTL
(Gambar 5.8: Ilustrasi alur proses sistem operasi pada modul DAQ )
a. Proses 1
Pada proses 1 dilakukan proses pemilihan saluran masukan dari 8 saluran
masukan sensor. Komponen yang khusus menanganinya adalah multiplexer.
Multiplexer atau MUX merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk
memilih salah satu jalur data yang ingin diteruskan dari beberapa jalur data
masukan. Multiplexer memiliki arsitektur yang menyerupai gerbang saklar
dimana proses pengaktifannya menggunakan teknik pengalamatan (addressing)
pada pin kontrolnya.
Multiplexer yang digunakan dalam blok ini adalah MUX4051 yang memiliki 8
jalur data input (In0-In7), 1 jalur data output (Out), 3 alamat input (A,B,C) dan 1
pin logic(Enable Logic).
(Gambar 5.9 Fitur fisik dan skematik rangkaian MUX4051)
Jalur kontrol dari mikrokontroller dihubungkan melalui jalur alamat dan pin
enable logic. Selanjutnya mikrokontroller akan mengirimkan kombinasi logic
untuk menentukan jalur data input yang dipilih. Berikut ini adalah tabel kebenaran
dari setiap kombinasi logic pada jalur alamat multiplexer :
KANAL ALAMAT MUX
JALUR DATA INPUT A B C
0 0 0 IN 0
0 0 1 IN 1
0 1 0 IN 2
0 1 1 IN 3
1 0 0 IN 4
1 0 1 IN 5
1 1 0 IN 6
1 1 1 IN 7
(Tabel 5.1 : Tabel kebenaran pengalamatan multiplexer)
Tanda (0) merupakan kondisi low level tegangan, sebaliknya tanda (1)
menyatakan kondisi high level tegangan. Pengoperasian muliplexer ini mengikuti
langkah-langkah sbb :
1. Aktifkan multiplexer dengan memberikan logic low (0) pada pin logic
Enable MUX
2. Lakukan pemilihan jalur data dengan memberikan kombinasi menurut
tabel kebenaran pada table 5.1. Output multiplexer akan memberikan
output tegangan yang sama dengan input tegangan dari jalur data input
multiplexer yang dipilih.
3. Non aktifkan multiplexer dengan memberikan logic high (1) pada pin
logic Enable MUX setelah pembacaan data selesai dilakukan
b. Proses 2
Sinyal keluaran sensor LM35 berkisar antara 200 mV s/d 900 mV, olehkarena itu
sebelum masuk pada ADC sinyal tersebut harus diperkuat. Berikut ini adalah
skematik rangkaian penguat yang dirancang :
R R
R var 2
R
R
R
R var 1
Vcc
Vee
5 V
V input
V output
+
-
+
+
-
-
(Gambar 5.10: Skematik rangkaian penguat)
Merujuk pada gambar 5.10, proses penguatan yang terjadi dilakukan sebanyak 3
tahap. Tahap pertama bekerja penguatan membalik ditunjukan oleh kotak
berwarna biru. Besarnya gain penguatan membalik diatur dengan melakukan
penalaan pada resistor variabel Rvar 1. Tahap kedua bekerja penguatan
penjumlah, bertujuan untuk mengatur level tegangan keluaran penguat membalik
sesuai dengan level yang diinginkan. Pengaturan dilakukan dengan cara menala
nilai hambatan pada resesistor variabel Rvar 2. Tahap ketiga bekerja penguatan
penyangga, bertujuan untuk mempertahankan level tegangan keluaran dari
penguat penjumlah. Komponen elektronik yang berperan dalam memperkuat
sinyal analog adalah penguat operasional atau op-amp, dan jenis op-amp yang
digunakan adalah LM741.
c. Proses 3
Proses yang terjadi pada proses 3 adalah konversi sinyal analog menjadi sinyal
digital. Tujuannya adalah supaya data analog sensor dapat diolah oleh perangkat-
perangkat digital, seperti PC dan mikrokontroller. Komponen yang digunakan
adalah sebuah single-chip (IC) ADC atau Analog to Digital Converter. ADC
adalah komponen elektronika yang digunakan untuk mengkonversi data analog
menjadi data digital. Jenis IC ADC yang digunakan dalam blok ini adalah
ADC0809. ADC0809 merupakan ADC 8 bit, yaitu ADC yang mengkonversi data
analog menjadi data digital dengan panjang data sebanyak 8 bilangan digital
(1 byte). Artinya, ADC ini mengkonversi data analog menjadi data digital dalam
rentang 00000000 11111111 dalam basis biner (atau 0 255 dalam basis
desimal). IC ADC yang terdapat dalam blok ADC ini menggunakan tegangan
referensi sebesar 5 volt sebagai acuan dalam konversi data.
Sampling rate dari ADC 0809 (ADC jenis SAR / Successive Approximation
Register) sekitar 100 us. Sampling rate ini menunjukkan waktu minimum yang
diperlukan oleh ADC 0809 untuk melakukan satu proses konversi. ADC 0809
memiliki error konversi sebesar 1 lsb artinya hasil konversi data analog akan
berbeda sekitar 19.6 mV dari data analog sebenarnya. Masukan analog pada
ADC 0809 terdapat 8 buah channel masukan, dengan demikian pada ADC 0809
terdapat kanal-kanal yang dialamati khusus untuk melakukan pemilihan gerbang
masukan diantara 8 buah gerbang masukan tersebut.
Berikut fitur fisik dan penerapan IC ADC0809 pada rancangan blok operator
proses 3 :
(Gambar 5.11: Fitur fisik dan Skematik rangkaian ADC0809)
Merujuk pada gambar 5.11, ADC 0809 memiliki beberapa pin logic yang harus
dikontrol agar ADC ini dapat melakukan konversi data. Pin-pin logic tersebut
adalah pin logic START (Write), Output Enable (Read), End Of Conversion
(Interrupt). Kanal data keluaran digital ADC terdiri dari pin D0 s/d D7.
Pengoperasian ADC dapat dilakukan dengan melihat diagram pewaktuan (timing
diagram) berikut :
(Gambar 5.12 : Diagram pewaktuan ADC 0809)
Diagram pewaktuan merupakan sebuah metode standar yang digunakan untuk
menjelaskan siklus kerja sistem dari sebuah komponen digital. Melalui
pembahasan mengenai informasi diagram pewaktuan ADC 0809, dapat dibuat
protokol untuk mengoperasikannya. Adapun langkah-langkah untuk
mengoperasikan ADC 0809 yang dimaksud, adalah:
1. Pilih gerbang masukan analog, pada pin A, B dan C. Gerbang analog hanya
dipilih satu dari 8 gerbang yang ada
2. Aktif High sinyal pin logic ALE dan pin logic START dengan cara memberi
logic 1 pada pin logic START
3. Periksa kapan konversi data selesai dengan merujuk pada pola sinyal keluaran
pada pin logic EOC yang terhubung dengan Interupt Mikrokontroller
4. Lakukan penulisan data hasil konversi ke pin output dengan memberikan logic
high pada pin logic Output Enable
d. Proses 4
Data sensor suhu yang masuk pada proses 4 sudah beruapa data digital 8-bit.
Selanjutnya data suhu ini akan diproses supaya data dapat diakses oleh PC dan
komponen TTL. Kompenen TTL (Transistor-Transistor Logic) merupakan
keluarga IC yang mana level high tegangan logicnya sebesar 5 Volt. Komponen
TTL yang dimaksud adalah mikrokontroller, fasilitas ini dibuat untuk mendukung
rancangan sistem embedded pada sistem pemanas. Komponen utama yang
bertugas untuk mengolah data digital pada modul DAQ adalah mikrokontroller.
Mikrokontroller adalah sebuah piranti berwujud IC single-chip yang dirancang
khusus menyerupai struktur fungsional dari sebuah komputer. Secara umum
struktur fungsional komputer terdiri dari : RAM atau Random Access Memory,
ROM atau Read Only Memory, perangkat input-output atau I/O, dan CPU atau
Central Processing Unit. Meskipun struktur fungsional mikrokontroller mirip
dengan komputer, namun kapasitas struktur keseluruhan sistemnya terbatas.
Penerapan mikrokontroller pada modul DAQ ini berfungsi juga untuk mengontrol
sistem operasional komponen-komponen digital lain yang termasuk dalam modul
DAQ.
Jenis mikrokontroller yang digunakan adalah AT89S52, termasuk dalam
golongan mikrokontroller MCS51. Disamping itu tipe IC dari AT89S52 termasuk
dalam jenis IC TTL. Mikrokontroller ini merupakan mikrokontroller 8 bit yang
mampu ditulisi dengan pemograman flash (flash programmer). Mikrokontroller
ini memiliki 40 pin dengan komposisi 32 pin input-output, 3 pin untuk
pertambahan RAM / EEPROM, 2 pin untuk osilator kristal, 1 pin untuk reset, dan
2 pin untuk Vcc dan Gnd.
(Gambar 5.13: Skematik rangkain dan konfigurasi pin-pin AT89S52)
Merujuk pada gambar 5.13, beberapa pin mikrokontroller yang digunakan untuk
mengontrol komponen digital dan penyedia jalur data digital dalam modul DAQ
adalah :
1. Port 2 (P2.0 s/d P2.7) digunakan sebagai input data digital dari ADC
2. Port 1 digunakan sebagai pin pengontrol multiplexer (P1.4 P1.7)
3. Port 3 digunakan untuk mengontrol pin-pin logic ADC0809. Pin START
terhubung dengan P3.6; pin Conversion Enable terhubung dengan pin P3.7.
4. Port TXD dan RXD digunakan untuk komunikasi data serial dengan PC
dimana baud rate yang digunakan adalah 57600 bps (bit per second).
Disamping itu port TXD dan RXD ini digunakan untuk melangsungkan
dengan komponen TTL (mikrokontroller lain)
Mikrokontroller dirancang untuk dapat melakukan komunikasi dengan PC
maupun mikrokontroller lain. Protokol sistem komunikasi yang diterapkan adalah
metode pengiriman data serial UART ( Universal Asynchronous Receiver
Transmitter ). Proses penerapan pengiriman data serial UART dilakukan dengan
cara memprogram mikrokontroller, melalui pengontrolan register timer.
Sebelum melakukan komunikasi serial antara mikrokontroller dengan PC, perlu
dilakukan penyamaan level tegangan pada pin transmitter dan reciever kedua
piranti. Hal ini dilakukan karena sudah ada standard mengenai komunikasi
antarmuka terhadap beberapa piranti elektronik. Standar komunikasi data serial
yang dipakai adalah standar EIA( Electronic Industries Association) RS-232.
Dokumentasi standard ini salah satunya membahas mengenai level tegangan
untuk kondisi HIGH dan kondisi LOW [Champbel Joe-9]. Komponen digital
yang dipakai dalam modul DAQ ini adalah IC konverter MAX232. Berikut fitur
fisik dan skematik rangkaian MAX 232 yang dipakai:
(Gambar 5.14: Fitur fisik dan skematik rangkain MAX 232)
4.2.2 Modul Aktuator
Modul aktuator bersifat umum, sehingga dilengkapi dengan tiga jenis
penanganan aktuator, yaitu : valve, fan dan pemanas. Namun untuk keperluan
pengontrolan daya, digunakan modul pemanas saja. Semua aktuator dikendalikan oleh
PC melalui jalur paralel pada port LPT-1.
(Gambar 5.15: Ilustrasi rancangan modul aktuator)
Port LPT-1 memiliki 25 pin, masing-masing digolongkan kedalam empat jenis
fungsi, yaitu : jalur data, jalur status, jalur kontrol dan grounding. Pada prakteknya
digunakan jalur data untuk mengendalikan aktuator. Kapasitas jalur data sebanyak 1 byte
atau 8 bit, olehkarena itu jalur data yang tersedia berjumlah 8 pin. Untuk keperluan
manipulasi data digunakan latch, sehingga mampu mengirimkan data ke-sejumlah
terminal keluaran. Proses manipulasi dilakukan dengan cara memecah jalur 8 bit data
menjadi 2 bagian atau per-nible. Empat pertama dijadikan sebagai saluran data bagi
aktuator, empat berikutnya dijadikan sebagai saluran kontrol untuk latch.
Latch yang digunakan adalah jenis D Flip-Flop dengan tipe produk
DM74LS573. Sinyal kontrol masing-masing dihubungkan pada pin LE (Latch Enable)
lacth. Saat pin LE berkondisi High kondisi latch adalah kondisi mengunci, sehingga
keluaran latch akan selalu sama dengan keadaaan awalnya. Kondisi sebaliknya bagi lacth
ketika LE berkondisi Low.
( Gambar 5.16: Fitur fisik dan tabel kebenaran Latch DM74LS573 )
Modul pemanas tersusun dari rangkaian saklar dan sebuah DAC, namun saklar
yang dipakai merupakan tipe semikonduktor atau TRIAC. Dengan menggunakan modul
pemanas daya keluaran pemanas dapat diatur berdasarkan nilai bit yang dikirim dari PC.
Olehkarena itu dibutuhkan DAC ( Digital to Analog Converter) untuk menghasilkan
sinyal analog dari data-data digital.
( Gambar 5.17: Skematik rangkaian modul pemanas )
Tegangan analog yang dihasilkan digunakan untuk mengendalikan Opto
Coupler. Aktivasi TRIAC ditentukan oleh perbedaan tegangan analog dan tegangan
refrensi pada opto coupler. Melalui perancangan modul pemanas tersebut maka, daya
yang nantinya diberikan pada elemen pemanas (lampu pijar) dapat diatur kedalam selang
daya antara : 0 s/d 60 watt.
4.3 Rancangan Software
Perangkat lunak atau software diperlukan untuk menjalankan keseluruhan
hardware (perangkat keras) yang dirancang.
HUMAN MACHINE INTERFACE SOFTWARE
L
O
C
A
L
O
P
E
R
A
T
I
N
G
S
Y
S
T
E
M
H
A
R
D
W
A
R
E
U
S
E
R
Konfigurasi
sistem
Cek Condt
Inisialisasi Port
Serial
Pemilihan Menu
Operasi Sistem
Setting Path file
data pengukuran
Cek Condt Cek Condt
Buat File Data
Pengukuran
Data yang
tersimpan
Manipulasi
Data
Aktivasi
Pengontrol On-off
Aktivasi
Pengontrol Fuzzy
Cek Aktuator
Input Set Point &
nilai manual
aktuator
Panggil fungsi
fuzzy logic melalui
ekstensi .ftr
FuzzyTech
Pengkondisian
data
Algoritma Pengontrol
On-OFF
Algoritma
penggerak
aktuator
Buffer Data
DISPLAY
Preprocessing
Data
Postprocessing
Data
Modul DAQ
Modul Pemanas
COMMAND
Kirim Karakter
untuk aktivasi
DAQ
END PROCESS
YES
NO
YES
YES
YES YES
YES
NO NO
(Gambar 5.18: Rancangan cetak biru software Human Machine Interface)
Merujuk pada gambar 5.18, diperlihatkan mengenai alur proses (run time
process) yang terjadi pada software yang dibuat. Pengguna atau user mendapatkan
fasilitas untuk mengakses hardware secara manual maupun otomatis ketika digunakan
untuk menjalankan sistem kontrol. Data-data hasil pengukuran secara otomatis tersimpan
dalam format file umum sehingga dapat dibuka pada semua jenis text editor. Bahkan user
pun dapat terus memonitor kondisi plant secara real-time, melalui grafik dan perangkat
display lainnya. Pada layer (lapisan) local operating system, terjadi proses pengolahan
data-data yang telah diinisialisasi maupun diinputkan oleh user. Jalur penghubung yang
berwarna hijau menandakan deretan data dari pengguna, warna merah muda menandakan
jalur kontrol (boolean logic), dan warna biru menandakan jalur data pemrosesan dalam
sistem. Pada layer hardware, diperlihatkan mengenai sekumpulan hardware yang terlibat
dalam komponen penyusun sistem kontrol. Untuk menjembatani koneksi antara PC
dengan hardware, pada software sudah dipersiapkan beberapa protokol yang menangani
komunikasi data secara serial dan paralel.
Software yang dibuat tersebut dinamai dengan HMI (Human Machine
Interface), karena fungsinya sebagai penghubung antara user dengan hardware (machine)
sedemikian hingga user dapat berinteraksi terhadapnya. Perancangan software HMI ini
dilakukan dengan menggunakan LabView 8.0. Perancangan program yang menjalankan
komputasi fuzzy logic dilakukan pada software FuzzyTech versi 5.1, sehingga untuk
menggabungkan dengan software HMI yang dibuat, format filenya harus berupa fungsi
dll ( dynamic link library).
4.3.1 Perancangan struktur sistem fuzzy logic untuk sistem kontrol
Perancangan software fuzzy logic untuk aplikasi sistem kontrol sudah
distandarisasikan melalui dokumen IEC (International Electrotechnical Commission)
yang dikeluarkan pada tahun 1997. Olehkarena itu sejumlah produk software yang
mendukung komputasi fuzzy logic banyak bermunculan. Software yang digunakan untuk
merancang komputasi fuzzy logic untuk sistem kontrol ini adalah FuzzyTech 5.1.
Fasilitas utama yang diberikan adalah, membantu user untuk membangun sistem fuzzy
logic untuk beberapa aplikasi, salah satunya adalah untuk perancangan sistem kontrol.
Perancangan fuzzy logic untuk sistem kontrol harus melewati beberapa tahapan
perancangan berikut :
(Gambar 5.19: Alur proses penerapan sistem fuzzy logic pada sistem kontrol )
Tahapan preprocessing dan post-processing dikerjakan melalui software LabView 8.0,
sedangkan tahapan perancangan struktur sistem fuzzy logic dikerjakan pada FuzzyTech
5.1. Pada prakteknya perancangan struktur sistem fuzzy logic tersebut dilakukan
berulang-ulang kali, tujuannya adalah untuk mencapai hasil yang optimal. Perlu dicatat
disini, bahwa tidak ada metode khusus yang menentukan performasi rancangan sistem
fuzzy logic. Karena perancangan sistem fuzzy logic ditentukan oleh pengalaman si
perancang mengenai penguasaan terhadap masalah yang sedang dihadapinya.
Variabel input yang akan diproses pada sistem fuzzy logic ini adalah error
temperatur (error) dan laju perubahan error temperatur (error dot). Variabel output yang
akan dihasilkan melalui sistem fuzzy logic ini adalah sudut bukaan valve (bukaan).
Ketiga variabel tersebut ( error, error dot, dan bukaan) akan diproses melalui tahap
fuzzifikasi. Kemudian setelah proses fuzzifikasi selesai dilakukan, berikutnya adalah
tahap pembentukan rule-base dan inferensi, tahap terakhir adalah proses defuzzifikasi.
Untuk memantapkan pemahaman mengenai proses perancangan struktur sistem fuzzy
logic, dianjurkan untuk membaca kembali bab 4 pada tulisan ini.
Variabel error didefinisikan sebagai selisih antara nilai temperatur aktual
dengan nilai set point temperatur. Variabel laju perubahan error didefinisikan sebagai
selisih nilai mutlak error sekarang dengan nilai error mutlak sebelumnya. Periode waktu
untuk menentukan variabel laju perubahan error ditentukan selama 1 detik.
Error = Temperatur Aktual Temperatur Set Point (5.1)
Error Dot = | Error
n
| - | Error
n - 1
| (5.2)
Untuk mendapatkan nilai error dan error dot, data-data mentah hasil pengukuran harus
dimanipulasi pada tahap preprocessing. Selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa
tahapan yang dilalui dalam rangka melakukan perancangan sistem fuzzy logic
menggunakan FuzzyTech 5.1.
a. Tahap Fuzzifikasi
Pada prakteknya proses fuzzifikasi merupakan proses pembentukan himpunan
fuzzy untuk setiap variabel yang akan diproses pada sistem fuzzy logic. Sebelum
melangkah lebih jauh, pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan
selang nilai untuk setiap variabel. Dasar pertimbangan yang digunakan adalah
berdasarkan data-data pengamatan terhadap sistem yang ditinjau. Setelah selang
nilai didapatkan, selanjutnya mengelompokan nilai-nilai tersebut kedalam
variabel bahasa (language variable) yang ditentukan berdasarkan pengalaman
perancang. Ketika melakukan pengelompokan ini, secara definisi perancang
melakukan pengaturan (adjustment) terhadap fungsi keanggotaan untuk setiap
variabel bahasa yang ditentukannya.
Tahap fuzzifikasi dalam perancangan sistem fuzzy logic, berkaitan dengan
penggunaan software FuzzyTech 5.1, diperlihatkan melalui gambar-gambar
berikut :
(Gambar 5.20: Panel fuzzifikasi variabel error pada FuzzyTech 5.1)
(Gambar 5.21: Panel fuzzifikasi variabel laju error pada FuzzyTech 5.1)
(Gambar 5.22: Panel fuzzifikasi variabel bukaan valve pada FuzzyTech 5.1)
Variabel error secara intuitif terbagi menjadi 3 bagian yaitu : negatif, zero dan
positif. Semakin negatif nilai error semakin jauh nilai temperatur yang diukur
terhadap nilai temperatur yang diinginkan. Variabel error dot pun dikelompokan
menjadi 3 bagian yaitu : decrease, steady, dan increase. Secara definisi diartikan
bahwa, semakin besar derajat keanggotaan variabel bahasa decrease, maka
semakin lambat pula laju kesalahan sistem kontrol. Pemilihan variabel error dot
yang mengukur laju kesalahan atau error, didasari atas pertimbangan untuk
melihat seberapa cepat respon sistem terhadap gangguan. Pada akhirnya,
kecepatan sistem untuk mencapai nilai set point dapat diatur sesuai dengan hasil
yang diharapkan.
b. Tahap pembentukan rule-base dan inferensi
Pemetaan variabel fuzzy masukan kepada variabel fuzzy keluaran dilakukan
dengan cara menentukan rule untuk semua kemungkinan. Metode inferensi yang
dipakai adalah inferensi Mamdani. Seperti halnya dengan proses fuzzifikasi,
ketika menentukan rule base pun dilakukan secara intuitif dan berdasarkan
pengalaman.
(Gambar 5.23: Panel pembuatan rule base pada FuzzyTech 5.1)
Ciri khas dari inferensi Mamdani adalah pernyataan consequent pada setiap rule,
dinyatakan dalam himpunan fuzzy yang diwakili oleh suatu variabel bahasa.
Seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.23 diatas. Pencarian nilai optimal dari
sistem kontrol dilakukan dengan cara mengatur susunan rule pada rule base yang
dibuat.
c. Tahap defuzzifikasi
Ketika melakukan perancangan sistem fuzzy logic, software yang digunakan telah
menyediakan fasilitas untuk menentukan metoda defuzzifikasi yang ingin
diterapkan. Metode defuzzifikasi yang dipilih adalah COG (Centre of Gravity)
atau COM (Centre of Maxima). Metode ini dipilih karena banyak digunakan
untuk perancangan sistem kontrol
(Gambar 5.24: Panel pemilihan metode defuzzifikasi pada FuzzyTech 5.1)
Setelah struktur fuzzy logic selesai dibangun, file yang dibuat harus di compile kedalam
bentuk sistem run-time. Tujuannya supaya struktur fuzzy logic yang dibuat melalui
FuzzyTech 5.1 dapat diakses oleh software HMI yang dibuat melalui LabView 8.0.
Namun perlu diperhatikan mengenai waktu operasi dari fungsi sistem fuzzy logic
tersebut, hal ini dilakukan untuk mencegah gagalnya operasi akibat timeout proses.
4.3.2 Rancangan software interfacing Modul DAQ dengan PC
Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan mengenai proses yang terjadi pada
modul DAQ. Dalam kaitannya dengan interfacing (antar muka) dengan PC, data hasil
pengukuran dikirimkan secara serial dengan metode UART (Universal Asynchronous
Receiver Transmitter). Metode pengiriman UART dijelaskan melalui ilustrasi berikut :
D0 D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1
START BIT STOP BIT
DATA 1 BYTE
LOGIC 0
LOGIC 1
(Gambar 5.25: Teknik UART dalam komunikasi serial )
Merujuk pada gambar 5.25, untuk memulai proses pengiriman data 8 bit atau 1
byte perlu dilakukan inisialisasi dengan memberikan bit penanda bahwa data akan
dikirim. Bit penanda untuk memulai proses pengiriman ini adalah bit START yang
berkondisi low atau logic 0. Setelah bit START dikirim data dikirim secara serial
sebanyak 8 bit atau 1 byte mulai dari bit LSB (Least Significant Bit) sampai bit MSB
(Most Significant Bit). Ketika proses pengiriman data selesai, kemudian ditutup dengan
pemberian bit penanda akhir atau STOP bit yang berkondisi high atau logic 1. Kecepatan
proses pengiriman data perdetik secara serial melalui teknik UART dinyatakan dalam
baud rate dengan satuan bps atau bit per second
Komponen pengendali dari modul DAQ tersebut adalah mikrokontroller
AT89S52. Dalam upaya memprogram mikrokontroller perlu dipersiapkan beberapa tools
yang dibutuhkan, antara lain : Editor, Compiler, dan Downloade/linker. Editor berfungsi
untuk menuliskan text bahasa pemograman yang dipakai, compiler berfungsi untuk
mengekstrak kode-kode mesin dari program yang ditulis pada editor, dan downloader
berfungsi untuk mengirimkan kode-kode mesin pada flash memory mikrokontroller. Pada
prakteknya perangkat lunak yang digunakan untuk memprogram mikokontroller
AT89S52 adalah ProVIEW32. Perangkat lunak tersebut sudah dilengkapi dengan editor,
compiler dan downloader /linker. Dibawah ini diperlihatkan mengenai flowchart proses
akuisisi data sampai pada pengiriman data ke PC :
START
Tunggu instruksi
dari Keypad
Ambil data
sensor
Operasikan ADC
untuk konversi
data analog
Simpan
data dalam
buffer
Kirim data secara
serial
END
Yes
No
Manipulasi data
hasil konversi
ADC
(Gambar 5.26: Flowchart proses akuisisi data dan interfacing modul DAQ ke PC )
BAB V
PENGUJIAN SISTEM
5.1 Tahap Persiapan Pengujian
Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan performansi sistem
kontrol yang dirancang. Namun perlu dipersiapkan terlebih dahulu mengenai
kelengkapan sistem kontrol yang akan diujikan. Beberapa kelengkapan yang harus
dipenuhi tersebut adalah : kalibrasi terhadap data-data sensor, investigasi terhadap sifat
keteramatan dan keterkontrolan sistem kontrol.
5.1.1 Kalibrasi Sensor
Salah satu faktor yang mempengaruhi validasi data keluaran sistem kontrol
adalah, kualitas data masukan yang dihasilkan sensor. Olehkarena itu data-data yang
dihasilkan oleh sensor perlu dikalibrasi dengan alat ukur yang dijadikan referensi atau
kalibrator. Pengertian kalibrasi menurut ISO adalah seperangkat operasi dalam kondisi
tertentu yang bertujuan untuk menentukan hubungan antara nilai-nilai yang ditunjukkan
oleh alat ukur atau sistem pengukuran atau nilai yang ditunjukkan material ukur dengan
nilai measurand yang telah diketahui.
Prosedur yang dilakukan selama proses kalibrasi adalah, pengambilan data
temperatur dari masing-masing sensor melalui software HMI dan pencatatan manual
terhadap data temperatur dari termometer. Pengambilan data dilakukan setiap 10 detik
sekali dalam periode waktu 12 menit, pada posisi yang sama dalam waktu yang
bersamaan. Berikutnya akan diperlihatkan hasil yang diperoleh pada tahap kalibrasi :
(Gambar 6.1 : Grafik kalibrasi sensor suhu terhadap kalibrator)
Sehingga diperoleh error rata-ratanya sebesar, 1.038
0
C dan persamaan regresinya adalah :
Y=0.917X+1.802.
5.1.2 Pengujian Keteramatan dan Keterkontrolan Sistem
Persyaratan fundamental yang harus dipenuhi sebelum melakukan perancangan
sistem kontrol adalah, sistem yang dikontrol harus teramati sempurna dan terkontrol
sempurna. Keteramatan sistem kontrol mensyaratkan supaya variabel dalam sistem yang
akan dikontrol dapat terukur. Keterkontrolan sistem kontrol, mensyaratkan supaya respon
pada sistem kontrol bervariasi sesuai variasi sinyal masukan yang diberikan.
Kalibrasi Sensor 1
y = 0.917x + 1.802
28
30
32
34
36
38
40
28 30 32 34 36 38 40
Data Kalibrator ( Celcius )
D
a
t
a
S
e
n
s
o
r
(
C
e
l
c
i
u
s
)
(Gambar 6.2 : pengujian keteramatan sistem)
Sistem teramati sempurna karena pada gambar 6.2, diperlihatkan respon dinamik dari
perubahan suhu yang berbeda satu sama lainnya berdasarkan variasi bukaan valve,
olehkarena itu sistem dapat dikontrol.
5.2 Pengujian kestabilan temperatur
5.2.1 Performansi rancangan sistem kontrol fuzzy logic
Berdasarkan analisis terhadap kegagalan dalam perancangan konfigurasi fuzzy
logic secara trial and error, maka dicoba dibuat konfigurasi dari fuzzy logic yang
dimaksud. Berikut ini akan diperlihatkan mengenai konfigurasi fuzzy logic yang baru :
(Gambar 6.3 : Konfigurasi himpunan fuzzy variable error)
(Gambar 6.4 : Konfigurasi himpunan fuzzy variable errordot)
(Gambar 6.5 : Konfigurasi himpunan fuzzy variable bukaan)
(Gambar 6.6 : Konfigurasi rule base)
Kemudian akan dilakukan pengujian performansi terhadap sistem kontrol
dengan menggunakan konfigurasi fuzzy logic yang baru. Berikut ini merupakan hasil
pengujian performansi yang dimaksud :
(Gambar 6.7 : Pengujian sistem kontrol Fuzzy Logic pada setpoint 26
0
C)
Settling time yang dicapai pada detik ke-147 detik, overshoot yang dihasilkan sebesar 0%
dengan error steady state sebesar -0.04
0
C.
5.2.2 Performansi rancangan sistem kontrol konvensional
Sebagai bahan perbandingan akan diujikan sebuah rancangan sistem kontrol on-
off. Berikut hasil yang didapatkan melalui pengujian yang dimaksud :
(Gambar 6.8 : Pengujian sistem control On-Off pada setpoint 26
0
C)
Error rata-rata dari sistem kontrol on-off dengan set poin tersebut sebesar 0.05
0
C. Alasan
perhitungan error rata-rata pada respon on-off, karena tidak pernah ditemukan keadaan
steady atau tunak pada sistem kontrol on-off. Seperti terlihat pada gambar bahwa respon
sistem selalu berosilasi.
5.3 Pengujian effisiensi daya elemen pemanas
Pada tahap pengujian ini, ingin diketahui berapa besar daya yang dibutuhkan
oleh elemen pemanas untuk menciptakan kestabilan temperatur pada nilai set point.
Sehingga pada akhirnya nanti, dapat dicari efisiensi daya melalui rancangan fuzzy logic
dan konvensional. Pengukuran daya tersebut dilakukan secara tidak langsung, artinya
diukur tegangan pada beban ( elemen pemanas/lampu pijar ). Berikut ilustrasi
pengukuran daya yang dimaksud :
Modul Pemanas
( TRIAC )
Voltmeter
To PC
(Gambar 6.8 :Ilustrasi pengukuran daya pada elemen pemanas secar tidak langsung)
Pengambilan data dilakukan secara manual selama 778 detik. Melalui perumusan berikut
dapat dicari daya untuk masing waktu :
P=
R
V
2
(5.1)
Olehkarena itu, dengan mengetahui nilai hambatan dari lampu, maka dapat ditentukan
daya pada lampu pijar ( elemen pemanas ) yang dimaksud. Diketahui daya maksimum
lampu pijar tertulis sebesar 60 Watt. Jika tegangan maksimum AC sebesar 220 Volt
maka, hambatan elemen pemas terhitung sebesar, 806 Ohm. Perhitungan daya yang
dimaksud adalah daya rata-rata selama 778 detik.
Secara keseluruhan, daya listrik yang digunakan oleh lampu pijar (elemen
pemanas) merupakan daya masukan pada sistem control untuk melangsungkan proses
pemanasan dalam ruang tertutup. Melalui data-data pengukuran diketahui bahwa daya
rata-rata sistem kontrol untuk selang pengukuran selama 778 detik, adalah :
No Daya rata-rata ( On-Off) Daya rata-rata ( Fuzzy Logic)
1 29.72 Watt 14.93 Watt
(Tabel 6.1 : Tabel daya elemen pemanas pada penerapan sistem kontrol )
Data diambil, ketika sistem kontrol bekerja untuk mencapai set point sebesar 26
0
C,
dengan keadaan awal temperatur sebesar 23.7
0
C. Jika daya yang diperlukan untuk
memanaskan sistem adalah sama, tulis P
Q
. Effiensi daya sebuah sistem dirumuskan
melalui perumusan berikut :
masuk
Keluar
P
P
= !
(5.2)
Maka perbandingan nilai effisiensi daya selama pengontrolan melalui kedua metode
tersebut, dihitung sbb :
RataFuzzy
Q
RataOnOff
Q
OnOff
FyzzuLogic
P
P
P
P
=
!
!
(5.3)
Dengan mensubtitusikan variabel daya rata-rata untuk masing-masing metode
pengontrolan menurut tabel 6.1. Maka diperoleh perbandingan effisiensi daya sbb :
OnOff FuzzyLogic
! ! 98 . 1 =
Dengan demikian penggunaan daya listik melalui rancangan sistem kontrol berbasis
fuzzy logic memberikan nilai effisiensi daya sekitar 2 kali effisiensi daya pada rancangan
sistem kontrol konvensional ( On-Off)
5.4 Pengujian kestabilan daya elemen pemanas
Melalui data-data mengenai daya elemen pemanas yang terukur dalam selang
waktu pengontrolan pada set point 26
0
C. Dapat direpresentasikan kestabilan daya lisrik
elemen pemanas, untuk masing metode pengontrolan.
(Gambar 6.9 : Kestabilan daya elemen pemanas pada pengontrol fuzzy logic )
(Gambar 6.10 : Kestabilan daya elemen pemanas pada pengontrol on off)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari pengujian sistem kontrol yang telah dilakukan diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Optimalisasi konfigurasi fuzzy logic yang dibuat, dilakukan melalui tahapan trial
and error.
2. Effisiensi daya yang diperlukan untuk menjalankan sistem kontrol, dalam rangka
mencapai nilai set point ditentukan oleh metode pengontrolan yang dipakainya.
3. Rancangan sistem berbasis fuzzy logic memberikan hasil berupa effisiensi daya,
hampir 2 kali lebih besar daripada effisiensi daya dalam rancangan system kontrol
konvensional (On-Off)
4. Perancangan sistem kontrol berbasi fuzzy logic lebih menghemat energi listrik
(dalam konteks pencatuan elemen pemanas) dibandingkan dengan rancangan
sistem kontrol konvensional
5. Performansi kestabilan suhu dihasilkan melalui rancangan system control berbasis
fuzzy logic, lebih baik daripada rancangan sistem kontrol on-off.
6. Melalui perancangan system control berbasis fuzzy logic, peluang kerusakan
elemen pemanas akibat perubuhan penggunaan daya, jauh lebih kecil
dibandingkan dengan rancangan sistem kontrol berbasis on-off.
6.2 Saran
Teknik pengukuran daya listrik AC dilakukan secara manual. Akibatnya validasi
datanya kurang valid. Meskipun untuk kebutuhan analisis daya secara kasar masih bisa
diperkenankan. Kedepannya pengukuran daya listrik AC harus bisa dilakukan secara
otomatis melalui komputer atau programmable device lainnya.