030. 10. 189 Muhammad Dainul M. 030. 11. 009 Ady Fitra Saragih 030. 11. 019 Amanda Shabrina Putri 030. 11. 129 Herdandy Driya P. 030. 11. 139 Imam Kurniawan 030. 11. 209 Nani Oktapiani 030. 11. 259 Rokhim Suryadi 030. 11. 289 Tri Wendha Setia Ningsih 030. 12. 159 Marsella N. Karauwan 030. 12. 189 Ni Ketut Putri Angga D.
LAPORAN KASUS Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya datang ke tempat praktek dokter A, seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang dokter obgyn B sewaktu melahirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter anak C. Baik dokter B maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana. Sepuluh hari pasca lahir orang tua bayi menemukan benjoloan dipundak kanan bayi. Setelah diperiksa oleh dokter anak A dan pemeriksaan radiologi sebagai penunjangnya, pasien dinyatakan menderitafraktur klavikula kanan yang sudah berbentuk kalus. Kepada dokter A mereka meminta kepastian apakah benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira-kira terjadinya. Bila benar bahwa patah tulang tersebut terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter B karna telah mengakibatkanpatah tulang dan dokter C karena lalai tidak mendiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten sehingga sebaiknya ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berpikir apa yang sebaiknya ia katakan. KODE ETIK KEWAJIBAN UMUM Pasal1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter. Pasal2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard profesi yang tertinggi.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN Pasal10 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal14 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI Pasal16 Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
4 Kaidah Dasar Moral 1. Prinsip Otonomimenghormati hak-hak pasien informed consent 2. Prinsip Beneficence mengutamakan tindakan yang ditujukan demi kebaikan pasien 3. Prinsip Non-malificence melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien, disebut juga primum non nocere atau above all, do no harm 4. Prinsip Justice mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya
ASPEK HUKUM A. ASPEK HUKUM MALPRAKTEK 1. Penyimpangan dari standar profesi medis 2. Kesalahan yang dilakukan dokter, baik berupa kesengajaan ataupun kelalaian 3. Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang menimbulkan kerugian materil atau non materil maupun fisik atau mental
B. SANKSI HUKUM PERDATA - Pasal 1365 KUH perdata - Pasal 1366 KUH perdata - Pasal 1371 KUH perdata - Pasal 54 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan 1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin 2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditentukan oleh majelis disiplin tenaga kesehatan 3. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja majelis disiplin tenaga kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden - Pasal 55 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan 1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan 2. Ganti rugi sebagaimana diatur dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku
1. Pelanggaran etik Untuk pelanggaran etik akan di limpahkan kepada Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK). 2. Disiplin Pelanggaran disiplin di limpahkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 3. Pidana pelanggaran pidana dilimpahkan kepada pihak pasien untuk dapat kemudian dilimpahakan kepada kepolisian atau ke pengadilan negeri. DAMPAK HUKUM
PROSEDUR TINDAKAN MEDIS Prosedur tindakan medis secara urutannya : 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan abdomen dan rektal 3. Pemeriksaan penunjang - Pengujian darah samar - Darah rutin dan urinalisa - Edema barium - Kolonoskopi - Biopsi - USG - CT-scan - Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)
4. Penatalaksanaan Medika mentosa : Kemoterapi Agen biologic Contoh obat yang digunakan adalah bevacizumab (avastin) Radoterapi Terapi simptomatik
Non-medika mentosa : Pembedahan Diet/pola makan
5. Prognosis Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan hidup lima tahun adalah 80%, yang menembus dinding tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar 32%, dan dengan metastasis jauh 1%. Bila disertai diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.
INFORMED CONSENT Dalam melakukan tindakan medis pun diperlukan informed consent. Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.
Suatu informed consent harus meliputi : Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan penyakitnya Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar kemungkinan keberhasilannya Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila penyakit tidak di obati Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi
KESIMPULAN Berdasarkan pada kasus di atas, tidaklah mudah untuk menentukan adanya malpraktek yang dilakukan oleh seorang dokter. Di perlukan pemeriksaan dan penyelidikan yang menyeluruh terhadap kasus yang terjadi dari awal untuk menentukan sebab-akibat. Sebagai dokter yang memegang teguh kode etik kedokteran pun kita tidak boleh menjelek-jelekkan dan menjatuhkan rekan sejawat. Solusi yang dapat kita berikan adalah dengan mengedukasi pasien agar tidak langsung membawa kasus tersebut ke pengadilan karena belum terbukti dokter-dokter tersebut telah melakukan tindakan malpraktek. Selain itu kita juga dapat meyakinkan pasien agar mempertimbangkan penyelesaian masalah secara kekeluargaan.