..(3)
m ialah molaritas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal,
penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalam
pelarut itu ialah K
f
yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal freeze
point constant) pelarut itu. Nilai numerik K
f
adalah khas pelarut itu masing-masing
(Syukri, 1999).
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak
antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut
akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya
untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah.
Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku.
Ketika zat non volatil ditambahkan ke dalam larutan maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan tersebut (Kusmawati, 1999).
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Jika zat
terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat
murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut,
sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Adanya zat padat dan
pelarut air dalam larutan bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang
sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi selagi suhu ketika
kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat
terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku.
Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati
(Oxtoby, 2001).
Zat terlarut harus diketahui agar bisa ditentukan ketergantungan sifat
koligatif larutan dengan konsentrasinya. Susunan kimia zat terlarut tidak menjadi
masalah, tetapi konsentrasi partikel zat terlarutnya yang penting. Karena itu, kita
dapat menggunakan gejala-gejala ini untuk menghitung massa molekul zat. Cara
untuk mendapatkan massa molekul suatu zat dalam percobaan harus ditentukan dua
macam nilai yaitu, massa dari zat dan jumlah molnya. Sesudah diketahui maka
perbandingan antara jumlah gram dan molnya merupakan harga dari massa molekul
zat (BM). Jika harga penurunan titik beku Tb, serta konstanta penurunan titik beku
diketahui maka dapat dihitung molalitas zat dalam larutan dengan menggunakan
persamaan:
(4)
Molalitas yang didapat menyatakan jumlah mol solut per kg solven. Jadi, harga
perbandingan ini dengan jumlah kilogram solven yang sebenarnya ada dalam larutan
akan didapat jumlah mol solut dalam larutan yang kita cari tersebut. Akhirnya massa
molekul atau berat molekul (Mr) adalah perbandingan gram solut dan mol solut
(Brady, 1999).
Larutan yang mengandung zat terlarut non volatil dapat menurunkan tekanan
uap pelarut. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin besar penurunan tekanan
uapnya. Biasanya bila berbicara tentang titik beku atau titik didih, orang sepakat
bahwa itu berlaku untuk kondisi 1 atm. Istilah yang lebih eksak untuk titik itu adalah
titik beku dan titik beku normal. Dalam lampiran kita dapat mempunyai harga-harga
T
f
dan T
b
untuk sejumlah zat. Metode untuk menduga T
b
biasanya kurang baik.
Seperti yang diungkapkan oleh Bondi sfus lebih besar bila molekul dapat memiliki
sejumlah orientasi dalam fase cair dibanding dalam wujud padatnya. Jadi sfus lebih
kecil untuk molekul sferik, kauk dan T
f
lebih tinggi dari pada untuk molekul
berukuran sama yang anisometrik dan lentur. Bagaimanapun Eston mengusulkan
penggunaan metode interpolasi untuk mengkorelasikan titik-titik beku pada deret
homolog. Deret yang seperti itu, Eston membuat grafik (T
b.
T
f
) / T
f
Vs berat molekul.
Kecuali barang kali untuk anggota pertama deret grafik tersebut menghasilkan sebuah
garis lurus (Reis, 1999).
Perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tekanan uap untuk
konsentrasi zat terlarut yang cukup rendah, penurunan titik beku berkaitan dengan
molalitas total melalui persamaan berikut ini:
T
f
= T
f
o
- T
f
= K
f
m(5)
K
f
adalah tetapan positif yang hanya bergantung pada sifat pelarut. Gejala penurunan
titik beku menyebabkan kenyataan bahwa air laut yang mengandung garam terlarut
memiliki titik beku yang lebih rendah daripada air segar. Larutan garam pekat
memiliki titik beku yang lebih rendah lagi. Pengukuran titik beku seperti halnya
peningkatan titik didih yang dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat
yang tidak diketahui. Jika suatu zat berdisosiasi dalam larutan maka molalitas total
semua spesies yang ada (ionik atau netral) harus digunakan dalam perhitungan
(Norman, 2001).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Bahan
- Asam cuka glasial
- Naftalen
- Zat X
- Garam dapur
- Es batu
- Akuades
3.1.2 Alat
- Gelas beaker
- Erlenmeyer
- Gelas ukur 100 cc
- Stopwatch
- Batang pengaduk
- Tabung gelas
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Persiapan
- Diisikan ke dalam gelas E secukupnya.
- Diisikan air secukupnya pada tabung D.
- Diambil pelarut sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dalam tabung gelas B.
- Digunakan pelarut asam cuka glasial.
Air, es, garam
Hasil
3.2.2 Penentuan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal
3.2.3 Penentuan Berat Molekul Zat X
Asam Cuka Glasial
Hasil
- Dicatat suhu pada termometer A tiap-tiap menit setelah 20
mL asam cuka glasial pada dimasukkan dalam tabung B.
- Diamati pelarut sudah membeku atau belum ketika suhu
sudah mulai tetap.
- Diulang langkah kedua langkah tersebut sekali lagi dan
dicatat titik beku pelarut murni T
o
f
.
- Dibiarkan pelarut mencair kembali.
- Dimasukkan naftalen (BM=128) sebagai zat pelarut.
- Dilakukan percobaan seperti ketiga langkah awal dan
dicatat T
f
(titik beku larutan).
- Diperoleh T
f
= T
o
f
- T
f
Zat X
Hasil
- Ditambahkan 2 gram zat x pada larutan hasil pada skema
2.2.2 setelah dibiarkan mencair.
- Diamati T
f
campuran seperti pada skema kerja 2.2.2.
- Dihitung T
f
- Dihitung berat molekul zat x tersebut
3.2.4 Gambar Alat
Keterangan:
A. Termometer Alkohol
B. Tabung gelas I
C. Pengaduk
D. Tabung gelas II
E. Tabung gelas III
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Pengukuran Titik Beku Asam Asetat Glasial
Suhu awal = 28
o
C
Menit ke- Temperatur (
o
C)
1 21
2 19
3 18
4 17
5 16,5
6 16
7 16
8 16
9 16
4.1.2 Pengukuran Titik Beku Asam Asetat Galsial Setelah Penambahan Naftalen
Suhu awal = 28
o
C
Menit ke- Temperatur (
o
C)
1 21
2 16
3 15
4 14,5
5 14
6 14
7 14
4.1.3 Pengukuran Titik Beku Asam Asetat Glasial Setelah Penambahan Naftalen
dan Zat X
Suhu awal = 27
o
C
Menit ke- Temperatur (
o
C)
1 17
2 14
3 13
4 12,5
5 12,5
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah penentuan titik beku larutan. Larutan mempunyai
sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat penting dari suatu larutan
adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat
tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami
pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Penambahan zat terlarut nonvolatil ke dalam
suatu pelarut menyebabkan terjadinya penurunan titik beku. Bahan yang dipakai
dalam percobaan ini adalah asam cuka glasial, naftalen dan zat X yang akan dicari
berat molekulnya. Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya.
Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-
molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang
lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang
menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya
ditambahkan zat terlarut.
Titik beku merupakan salah satu sifat koligatif larutan selain tekanan uap, titik
didih, dan tekanan osmosis. Sifat koligatif ini berbanding lurus dengan banyaknya
partikel yang ada dalam larutan atau konsentrasi. Banyaknya partikel yang ada dalam
larutan untuk menentukan penurunan titik didih larutan umumnya menggunakan
satuan molalitas. Molalitas yaitu banyaknya zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Oleh
karena itu, selisih daru titik beku larutan juga akan berbanding lurus dengan
banyaknya partikel dalam larutan.
Percobaan kali ini diawali dengan melakukan pengukuran titik beku larutan..
langkah pertama yang dilakukan yaitu menghancurkan es batu dan memasukkannya
ke dalam bealer gelas besar yang sudah diberi garam. Penambahan garam ini
berfungsi untuk menurunkan titik beku es jadi es tidak akan membeku pada suhu 0
o
C.
Fungsi dari menurunkan titik beku es yaitu agar es tidak cepat meleleh dan mengatasi
pengukuran titik beku larutan yang akan diuji apabila penurunan suhunya melewati
0
o
C. Beaker glass berfungsi untuk mencegah agar proses pendinginan berjalan terlalu
cepat. Garam yang digunakan adalah garam dapur yang strukturnya kristalnya kasar
bukan yang halus. Meskipun masih banyak zat atau bahan yang dapat digunakan
untuk menurunkan suhu es, namun garam lebih dipilih karena mudahnya garam
diperoleh dan harganya relatif murah. Selanjutnya dimasukkan sebuah beaker gelas
yang lebih kecil. Selanjutnya diambil 20 mL larutan asam asetat glasial yang sudah
diukur suhu awalnya. Kemudian setiap satu menit suhu asam asetat glasial diukur dan
dihentikan ketika sudah didapatkan suhu yang konstan dan semua bagian zat sudah
menjadi padat. Data perubahan titik beku asam asetat glasial pada setiap waktu akan
disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
Berdasarkan grafik tersebut, titik beku asam asetat glasial adalah 16
o
C. Menurut
literatur, suhu asam asetat glasial adalah 16,7
o
C. Jadi hasil percobaan ini tidak terlalu
menyimpang dari literatur.
Percobaan selanjutnya dilakukan langkah yang sama seperti di atas. Bedanya
yaitu asam asetat glasial yang sudah membeku dicairkan kembali. Ketika asam asetat
glasial sudah cair, ditambahkan sebanyak 2 gram naftalen. Data yang diperoleh dari
percobaan akan disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa penurunan titik beku asam asetat glasial
adalah 14
o
C setelah ditambahkan dengan naftalen. Penambahan naftalen ini dapat
menurunkan titik beku asam asetat glasial. Penurunan ini diakibatkan oleh adanya
0
5
10
15
20
0 1 2 3 4 5 6
S
u
h
u
(
C
)
Waktu (Menit)
Grafik Penurunan Titik Beku
CH
3
COOH
Series1
0
5
10
15
20
0 1 2 3 4 5 6
S
u
h
u
(
C
)
Waktu (Menit)
Grafik Penurunan Titik Beku CH
3
COOH
Setelah Penambahan Naftalen
Series1
partikel naftalen yang menghalangi interaksi molekul asam asetat glasial untuk
menjadi padat. Naftalen melemahkan interaksi molekul antar molekul dalam asam
asetat sehingga asam asetat terganggu dan suhu yang digunakan untuk membeku
menjadi semakin kecil. Dengan demikian, titik beku larutan asam asetat glasial akan
menurun setelah terjadi penambahan naftalen. Berdasarkan perhitungan nilai Kf dari
asam asetat glasial sebesar 2,68 gK/mol. Hasil pengamatan tentang penurunan titik
beku larutan, diperoleh titik beku asam asetat glasial atau asam cuka ini adalah 2K,
dan Kf dari asam asetat glasial itu sendiri adalah 2,68 gK/mol. Harga Kf asam asetat
glasial yang diperoleh pada praktikum kali ini sedikit berbeda dengan Kf asam asetat
secara teori, dimana harga Kf asam asetat secara teori adalah 3,9 KKg/mol.
Percobaan terakhir digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat X.
Langkah yang dilakukan dalam percobaan sama dengan perlakuan penambahan
naftalen. Bahan yang digunakan adalah asam asetat dan naftalen yang sudah
membeku dicairkan kembali dan ditambahkan dengan 2 gram zat X. Data yang
diperoleh disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pada menit pertama suhu larutan
17
o
C dan suhu konstan diperoleh sekitar 12,5
o
C. Penambahan zat kembali ke dalam
larutan asam asetat glasial yang bercampur dengan naftalena membuat titik beku
larutan ini menjadi lebih rendah. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada dimana
0
5
10
15
20
0 1 2 3 4 5 6
S
u
h
u
(
C
)
Waktu (Menit)
Grafik Penurunan Titik Beku CH
3
COOH
Setelah Penambahan Zat X
Series1
semakin banyak zat yang terlarut dalam suatu larutan maka semakin menurun titik
beku larutannya.
Penentuan berat molekul zat X dilakukan dengan cara menggunakan data
perubahan titik beku di atas dan menggunakan rumus seperti di bawah ini:
{(
) (
)}
Berdasarkan hasil perhitungan, berat molekul zat X yang diperoleh yaitu 72,99 g/mol.
Hasil ini jauh berbeda dengan literatur, sebab zat X yang digunakan adalah NaCl
yang memiliki berat molekul 58,5g/mol. Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh
human error ataupun dari bahan yang digunakan mungkin telah terkontaminasi,
sehingga sulit didapat hasil yang sesuai dengan literatur.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penentuan titik beku larutan ini
antara lain:
- Nilai Kf larutan asam asetat glasial yang diperoleh pada percobaan ini adalah
2,68 g.K/mol.
- Berat molekul zat X yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 72,99 g/mol.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum penentuan titik beku larutan ini antara lain:
- Sebaiknya beaker gelas yang digunakan untuk tempat es batu berukuran lebih
besar lagi agar mudah mengisi dan mengatur es batu yang digunakan.
- Sebaiknya penambahan es batu pada setiap percobaan dibuat konstan agar
temperatur yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
- Sebaiknya pembacaan termometer dilakukan lebih teliti lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1993. Diktat Kuliah: Kimia Dasar I (Kimia Anorganik). Banjarbaru: Pustaka.
Brady, James.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Brady, James.E. 2003. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Kusmawati, T.M. 1999. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Asam Asetat [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922769 [diakses tanggal 15
September 2014 pukul 13.52 WIB].
Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Naftalen [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927671 [diakses tanggal 15
September 2014 pukul 13.57 WIB].
Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Natrium Klorida [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927593 [diakses tanggal 15
September 2014 pukul 14.00].
Norman. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, David W. 2001. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Reis. 1999. Sifat-Sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta: Gramedia.
Sarjoni, 2003. Kamus Kimia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB.
Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember:
Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.
LAMPIRAN
1. Penentuan titik beku larutan Asam Cuka Glasial
T
o
f = 16
o
C = 289 K
Tf = 14
o
C = 287 K
Tf = T
o
f - Tf = 289 K 287 K = 2 K
Sehingga:
2. Penentuan Massa Zat X
T
o
f asam cuka = 289 K
Tf zat x = 12,5
o
C = 285,5 K
Tf
2
= T
o
f asam cuka T
o
f zat X
Tf
2
= 289 K 285,5 K = 3,5 K
{(
) (
)}
{(
) (
)}
(
)
1.5 K = 127.74 (
)
1.5 K = (
)
1.5 K =
- 2,00
3.5 X
= 255,48
= 72,99 gr/mol