\
|
= + = A
2 1
2 1 1
1 1
2 r r
I
V V P
(1)
Dengan cara yang sama, didapatkan pula nilai potensial untuk elektroda P
2
yang dipengaruhi
oleh C
1
dan C
2
:
|
|
.
|
\
|
= + = A
2 1
4 3 2
1 1
2 R R
I
V V P
(2)
Berdasarkan pendekatan tersebut dihasilkan nilai resistivitas semu () sebagai berikut :
|
|
|
|
.
|
\
|
+
=
2 1 2 1
1 1 1 1
1 2
R R r r
I
V
(3)
dimana =
w
=resistivitas semu
Penelitian ini menggunakan konfigurasi Schlumberger. Susunan elektroda konfigurasi
Schlumberger disajikan seperti pada Gambar 4 di bawah ini:
Gambar 4. Susunan elektroda konfigurasi Schlumberger
Dalamkonfigurasi Schlumberger, jika disubstitusikan ke persamaan (3) di mana r
1
=R
2
=na
dan r
2
=R
1
=a (n+1), maka persamaan resistivitas semu untuk konfigurasi ini dirumuskan sebagai
berikut :
( )
I
V
a n n
w
A
+ = 1
(4)
dimana :
w
=resistivitas semu untuk konfigurasi
a n n ) 1 ( + =faktor geometri untuk konfigurasi
V =beda potensial (mV)
I =besar arus yang dimasukkan ke bumi (mA)
Kedalaman yang dicapai dari pengukuran geolistrik dengan menggunakan metode geolistrik
konfigurasi Schlumberger adalah dari total bentangan (AB), biasanya dilambangkan dengan r.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
B-215
Konfigurasi ini dipakai jika alat memiliki sensitifitas yang tinggi. J arak elektroda arus cukup jauh dari
elektroda potensial, sehingga data yang terekam merupakan data yang asli dari injeksi arus yang
dilakukan.
Untuk mendapatkan nilai resistivitas semu tiap lapisan, elektroda diatur sedemikian rupa
sehingga, elektroda arus dan potensial dapat terhubung satu sama lain. Pada prinsipnya semakin jauh
bentang antar elektroda, maka semakin dalampula kedalaman duga yang didapat.
Pengolahan data hasil pengukuran geolistrik dilakukan dengan menggunakan software
IPI2win dan Progress version 3.0. Hasil pengukuran dibuat grafik dengan absis (x) kedalaman yang
dideteksi dan ordinatnya (y) adalah nilai resistivitas semu / apparent resistivity (
a
). Tahap pengolahan
dilakukan untuk mendapatkan nilai resistivitas yang sebenarnya (). Berikut adalah hasil pengolahan
data geolistrik di daerah penelitian (Gambar 5).
Gambar 5. Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik
Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik (Gambar 5) menunjukkan nilai resistivitas batuan
yang bervariasi mulai dari 0,182025,38 Om. Harga yang sangat bervariasi tersebut menunjukkan
GLS-1
GLS-5 GLS-6 GLS-7 GLS-8
GLS-4 GLS-3 GLS-2
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
B- 216
keragaman lapisan batuan yang dijumpai sebagai lapisan penyusun di wilayah Kecamatan Beji
Kabupaten Pasuruan.
Nilai resistivitas bawah permukaan yang diperoleh pada tiap titik pengukuran dikorelasikan
untuk mendapatkan penampang bawah permukaan (elektrostratigrafi), yang kemudian dapat
mengindikasi adanya akuifer. Posisi akuifer diketahui dari kesebandingan nilai resistivitas di daerah
penelitian dengan referensi terkait nilai resistivitas batuan pada umumnya (Tabel 1).
Tabel 1. Harga resistivitas batuan menurut Suyono (1978)
Material
Harga resistivitas
(Ohm meter )
Air permukaan
Airtanah
Silt-lempung
Pasir
Pasir dan kerikil
Batu Lumpur
Batupasir
Konglomerat
Tufa
Kelompok andesit
Kelompok granit
Kelompok chert, slate
80-200
30-100
10-200
100-600
100-1.000
20-200
50-500
100-500
20-200
100-2.000
1.000-10.000
200-2.000
Data sekunder yang digunakan antara lain data tata guna lahan, data jumlah penduduk dan
data jumlah industri/usaha yang beroperasi di daerah penelitian. Di daerah penelitian juga dilakukan
orientasi lapangan dan pengumpulan data primer berupa data geologi dan data hidrogeologi.
Metode selanjutnya adalah perhitungan neraca air untuk mengetahui jumlah cadangan air
tanah. Neraca air dapat dibagi dalam3 sistem, yaitu (Gambar 6):
1. Sistem air iklim/atmosfir (Freeze & Cherry, 1979) meliputi variabel: presipitasi, evapo-
transpirasi, aliran permukaan, dan penambahan airtanah.
PPT = ET +RCH +SRO
Di mana:
PPT = Presipitasi (Precipitation)
ET = Evapotranspirasi (Evapotranspiration)
RCH = Penambahan air tanah (Groundwater recharge)
SRO = Aliran permukaan (Surfacewater runoff)
2. Sistemair permukaan (Freeze & Cherry, 1979) meliputi variabel: air sungai, mataair, dan
aliran permukaan.
SF = SRO + BF
Di mana:
SF = Air sungai (Stream flow)
SRO = Aliran permukaan (Surfacewater runoff)
BF = Mata air (Base flow)
3. Sistemair tanah (Sokolov & Chapman, 1974) meliputi variabel: penambahan airtanah, air
konsumtif, mata air, dan aliran airtanah.
RCH =BF +WU +TRS
Di mana:
RCH =Penambahan airtanah (Groundwater recharge)
BF =Mata air (Base flow)
WU =Air konsumtif (Water use)
TRS =Aliran airtanah (Groundwater transfer/storage)
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
B-217
Gambar 6. Diagramalir perhitungan neraca air
PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik diinterpretasi litologi penyusun tiap-tiap lokasi
dan dibuat menjadi 3 (tiga) penampang untuk dikorelasikan (Gambar 7, 8 dan 9).
Gambar 7. Penampang titik GLS-03, GLS-02, GLS-01 dan GLS-08, berarah utara-selatan
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
B- 218
Gambar 8. Penampang titik GLS-05, GLS-07, GLS-02 dan GLS-04, berarah barat-timur
Gambar 9. Penampang titik GLS-06, GLS-07 dan GLS-08, berarah barat-timur
Berdasarkan interpretasi dari hasil korelasi data pengukuran geolistrik diketahui bahwa
terdapat 2 (dua) akuifer di lokasi penelitian, yaitu akuifer batupasir dengan kedalaman antara 4,78
49,14 mdan akuifer lempung pasiran dengan kedalaman antara 0,06 24,28 m.
Hasil perhitungan neraca air untuk daerah penelitian diketahui sebagai berikut :
1. Sistemair iklim/atmosfir (Freeze and Cherry, 1979) :
RCH =66.636.531,25 - 5.601.528,59 - 44.504.549,28
=16.530.453,38 m
3
/tahun
2. Sistemair permukaan (Freeze and Cherry, 1979) :
SF =44.504.549,28 +555.348,96
=45.059.898,24 m
3
/tahun
3. Sistemair tanah (Sokolov and Chapman, 1974) :
TRS =16.530.453,38 555.348,96 9.112.238
=6.862.866,42 m
3
/tahun
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
B-219
J umlah aliran air tanah (TRS) di atas jika ditambahkan dengan pengembalian penggunaan air
domestik 85% (3.237.247,95) dan non domestik 90% (4.773.339,90), maka cadangan air tanah di
Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan adalah sebesar 14.873.454,27 m
3
/tahun.
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik menunjukkan nilai resistivitas batuan yang bervariasi
mulai dari 0,182.025,38 Om.
2. Akuifer yang potensial di daerah penelitian adalah batupasir dan lempung pasiran, yang termasuk
akuifer bebas (tidak tertekan). Akuifer batupasir dijumpai pada kedalaman antara 4,7849,14 m
dan akuifer lempung pasiran dijumpai pada kedalaman antara 0,0624,28 m.
3. Berdasarkan hasil perhitungan neraca air, maka jumlah cadangan airtanah di Kecamatan Beji
Kabupaten Pasuruan adalah sebesar 14.873.454,27 m
3
/th.
DAFTAR PUSTAKA
Freeze, R.A. and Cherry, J .A., 1979, Groundwater, Prentice-Hall Inc., New J ersey.
Sokolov, A.A. and Chapman, T.G., 1984, Methods for Water Balance Computations : An
International Guide for Research and Practice, The Unesia Press, Paris.
Suyono, S., 1978, Hidrologi untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita, J akarta.