Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 3 November 2012



B- 212

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH
DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

Hendra Bahar

Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)
E-mail : hendrabahar@gmail.com

Abstrak
Kabupaten Pasuruan, khususnya di wilayah Kecamatan Beji merupakan salah satu wilayah yang
perkembangan industrinya cukup pesat. Keberadaan industri-industri tersebut tentu saja mengakibatkan
peningkatan pemanfaatan air tanah. Metode geolistrik merupakan salah satu cara untuk mengetahui keberadaan
air tanah yaitu dengan mengetahui keberadaan akuifer yang menyimpan air tanah. Dengan menggabungkan data
hasil geolistrik beserta data-data lain yaitu data hidrologi, tata guna lahan serta kependudukan, maka akan
diketahui potensi air tanah yaitu jumlah cadangan airtanah. Akuifer potensial yang ada di daerah Beji adalah
batupasir dan lempung pasiran, yang merupakan akuifer bebas (tidak tertekan) dengan jumlah cadangan airtanah
hasil analisis sebesar 14.873.454,27 m
3
/tahun.

Kata kunci: industri, geolistrik, akuifer.

PENDAHULUAN

Perkembangan pembangunan di Kabupaten Pasuruan, khususnya di wilayah Kecamatan Beji
cukup pesat, salah satunya adalah pembangunan di sektor industri. Keberadaan industri tersebut tentu
saja mengakibatkan peningkatan pemanfaatan airtanah, yang apabila tidak dikontrol dapat
mengakibatkan degradasi lingkungan yaitu berupa penurunan cadangan air tanah dan akan berdampak
bagi keberadaan air tanah untuk keperluan air baku masyarakat di sekitarnya. Maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui potensi airtanah yang ada agar keberadaan airtanah dapat diupayakan
secara optimal dan berwawasan lingkungan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan akuifer baik vertikal
maupun lateral dan untuk mengetahui potensi airtanah berupa jumlah cadangan airtanah dengan
menggunakan metode geolistrik serta perhitungan neraca air pada daerah penelitian yaitu di
Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan (Gambar 1).



















Gambar 1. Lokasi daerah penelitian di Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012

B-213

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengukuran resistivitas batuan dengan menggunakan alat
resistivity meter Naniura NRD 22 S pada 8 (delapan) titik lokasi yang menyebar di Kecamatan Beji
Kabupaten Pasuruan (Gambar 2).




















Gambar 2. Lokasi titik pengukuran resistivitas batuan di Kecamatan Beji

Metode geolistrik atau sering disebut sebagai motode tahanan jenis, merupakan salah satu
metode geofisika yang dilakukan untuk mengetahui jenis bahan penyusun batuan berdasarkan
pengukuran sifat-sifat kelistrikan batuan. Dalam operasionalnya, metode ini digunakan untuk
mengetahui dan mengerti hubungan antara besaran yang terukur dengan parameter-parameter yang
mendefinisikan stratifikasi tahanan jenis di bawah permukaan.
Penelitian dengan menggunakan geolistrik dapat digunakan beberapa macam konfigurasi.
Konfigurasi yang umum dipakai adalah metode geolistrik konfigurasi Wenner, konfigurasi
Schlumberger dan konfigurasi Dipole-Dipole.
Semua konfigurasi tersebut di atas didasarkan pada konfigurasi dasar pengukuran geolistrik,
seperti pada Gambar 3 di bawah ini:












Gambar 3. Rangkaian dasar pengukuran geolistrik

Pengukuran dilakukan dengan menanam atau menancapkan empat elektroda yaitu elektroda
potensial (P
1
, P
2
) dan elektroda arus (C
1
, C
2
) ke dalam tanah. Arus listrik (mA) dari power supply
dialirkan ke dalam tanah melalui elektroda arus C
1
dan C
2
. Hasil dari perbedaan tegangan/beda
potensial antara dua elektroda potensial (P
1
, P
2
) yang dihasilkan, dibaca pada alat resistivity meter.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012

B- 214

J ika jarak antara dua elektroda arus terbatas, potensial pada titik data (datum point) akan dipengaruhi
oleh kedua elektroda arus tersebut, sehingga beda potensial yang dihasilkan P
1
karena arus pada C
1

dan C
2
adalah :
|
|
.
|

\
|
= + = A
2 1
2 1 1
1 1
2 r r
I
V V P

(1)
Dengan cara yang sama, didapatkan pula nilai potensial untuk elektroda P
2
yang dipengaruhi
oleh C
1
dan C
2
:
|
|
.
|

\
|
= + = A
2 1
4 3 2
1 1
2 R R
I
V V P

(2)
Berdasarkan pendekatan tersebut dihasilkan nilai resistivitas semu () sebagai berikut :
|
|
|
|
.
|

\
|
+
=
2 1 2 1
1 1 1 1
1 2
R R r r
I
V
(3)
dimana =
w
=resistivitas semu
Penelitian ini menggunakan konfigurasi Schlumberger. Susunan elektroda konfigurasi
Schlumberger disajikan seperti pada Gambar 4 di bawah ini:





Gambar 4. Susunan elektroda konfigurasi Schlumberger

Dalamkonfigurasi Schlumberger, jika disubstitusikan ke persamaan (3) di mana r
1
=R
2
=na
dan r
2
=R
1
=a (n+1), maka persamaan resistivitas semu untuk konfigurasi ini dirumuskan sebagai
berikut :
( )
I
V
a n n
w
A
+ = 1
(4)
dimana :

w
=resistivitas semu untuk konfigurasi
a n n ) 1 ( + =faktor geometri untuk konfigurasi
V =beda potensial (mV)
I =besar arus yang dimasukkan ke bumi (mA)
Kedalaman yang dicapai dari pengukuran geolistrik dengan menggunakan metode geolistrik
konfigurasi Schlumberger adalah dari total bentangan (AB), biasanya dilambangkan dengan r.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012

B-215

Konfigurasi ini dipakai jika alat memiliki sensitifitas yang tinggi. J arak elektroda arus cukup jauh dari
elektroda potensial, sehingga data yang terekam merupakan data yang asli dari injeksi arus yang
dilakukan.
Untuk mendapatkan nilai resistivitas semu tiap lapisan, elektroda diatur sedemikian rupa
sehingga, elektroda arus dan potensial dapat terhubung satu sama lain. Pada prinsipnya semakin jauh
bentang antar elektroda, maka semakin dalampula kedalaman duga yang didapat.
Pengolahan data hasil pengukuran geolistrik dilakukan dengan menggunakan software
IPI2win dan Progress version 3.0. Hasil pengukuran dibuat grafik dengan absis (x) kedalaman yang
dideteksi dan ordinatnya (y) adalah nilai resistivitas semu / apparent resistivity (
a
). Tahap pengolahan
dilakukan untuk mendapatkan nilai resistivitas yang sebenarnya (). Berikut adalah hasil pengolahan
data geolistrik di daerah penelitian (Gambar 5).





































Gambar 5. Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik

Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik (Gambar 5) menunjukkan nilai resistivitas batuan
yang bervariasi mulai dari 0,182025,38 Om. Harga yang sangat bervariasi tersebut menunjukkan
GLS-1
GLS-5 GLS-6 GLS-7 GLS-8
GLS-4 GLS-3 GLS-2
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012

B- 216

keragaman lapisan batuan yang dijumpai sebagai lapisan penyusun di wilayah Kecamatan Beji
Kabupaten Pasuruan.
Nilai resistivitas bawah permukaan yang diperoleh pada tiap titik pengukuran dikorelasikan
untuk mendapatkan penampang bawah permukaan (elektrostratigrafi), yang kemudian dapat
mengindikasi adanya akuifer. Posisi akuifer diketahui dari kesebandingan nilai resistivitas di daerah
penelitian dengan referensi terkait nilai resistivitas batuan pada umumnya (Tabel 1).

Tabel 1. Harga resistivitas batuan menurut Suyono (1978)
Material
Harga resistivitas
(Ohm meter )
Air permukaan
Airtanah
Silt-lempung
Pasir
Pasir dan kerikil
Batu Lumpur
Batupasir
Konglomerat
Tufa
Kelompok andesit
Kelompok granit
Kelompok chert, slate
80-200
30-100
10-200
100-600
100-1.000
20-200
50-500
100-500
20-200
100-2.000
1.000-10.000
200-2.000

Data sekunder yang digunakan antara lain data tata guna lahan, data jumlah penduduk dan
data jumlah industri/usaha yang beroperasi di daerah penelitian. Di daerah penelitian juga dilakukan
orientasi lapangan dan pengumpulan data primer berupa data geologi dan data hidrogeologi.
Metode selanjutnya adalah perhitungan neraca air untuk mengetahui jumlah cadangan air
tanah. Neraca air dapat dibagi dalam3 sistem, yaitu (Gambar 6):

1. Sistem air iklim/atmosfir (Freeze & Cherry, 1979) meliputi variabel: presipitasi, evapo-
transpirasi, aliran permukaan, dan penambahan airtanah.
PPT = ET +RCH +SRO
Di mana:
PPT = Presipitasi (Precipitation)
ET = Evapotranspirasi (Evapotranspiration)
RCH = Penambahan air tanah (Groundwater recharge)
SRO = Aliran permukaan (Surfacewater runoff)
2. Sistemair permukaan (Freeze & Cherry, 1979) meliputi variabel: air sungai, mataair, dan
aliran permukaan.
SF = SRO + BF
Di mana:
SF = Air sungai (Stream flow)
SRO = Aliran permukaan (Surfacewater runoff)
BF = Mata air (Base flow)
3. Sistemair tanah (Sokolov & Chapman, 1974) meliputi variabel: penambahan airtanah, air
konsumtif, mata air, dan aliran airtanah.
RCH =BF +WU +TRS
Di mana:
RCH =Penambahan airtanah (Groundwater recharge)
BF =Mata air (Base flow)
WU =Air konsumtif (Water use)
TRS =Aliran airtanah (Groundwater transfer/storage)

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012

B-217
























Gambar 6. Diagramalir perhitungan neraca air


PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik diinterpretasi litologi penyusun tiap-tiap lokasi
dan dibuat menjadi 3 (tiga) penampang untuk dikorelasikan (Gambar 7, 8 dan 9).



















Gambar 7. Penampang titik GLS-03, GLS-02, GLS-01 dan GLS-08, berarah utara-selatan



Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012

B- 218



















Gambar 8. Penampang titik GLS-05, GLS-07, GLS-02 dan GLS-04, berarah barat-timur

















Gambar 9. Penampang titik GLS-06, GLS-07 dan GLS-08, berarah barat-timur

Berdasarkan interpretasi dari hasil korelasi data pengukuran geolistrik diketahui bahwa
terdapat 2 (dua) akuifer di lokasi penelitian, yaitu akuifer batupasir dengan kedalaman antara 4,78
49,14 mdan akuifer lempung pasiran dengan kedalaman antara 0,06 24,28 m.

Hasil perhitungan neraca air untuk daerah penelitian diketahui sebagai berikut :
1. Sistemair iklim/atmosfir (Freeze and Cherry, 1979) :
RCH =66.636.531,25 - 5.601.528,59 - 44.504.549,28
=16.530.453,38 m
3
/tahun
2. Sistemair permukaan (Freeze and Cherry, 1979) :
SF =44.504.549,28 +555.348,96
=45.059.898,24 m
3
/tahun
3. Sistemair tanah (Sokolov and Chapman, 1974) :
TRS =16.530.453,38 555.348,96 9.112.238
=6.862.866,42 m
3
/tahun
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012

B-219

J umlah aliran air tanah (TRS) di atas jika ditambahkan dengan pengembalian penggunaan air
domestik 85% (3.237.247,95) dan non domestik 90% (4.773.339,90), maka cadangan air tanah di
Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan adalah sebesar 14.873.454,27 m
3
/tahun.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik menunjukkan nilai resistivitas batuan yang bervariasi
mulai dari 0,182.025,38 Om.
2. Akuifer yang potensial di daerah penelitian adalah batupasir dan lempung pasiran, yang termasuk
akuifer bebas (tidak tertekan). Akuifer batupasir dijumpai pada kedalaman antara 4,7849,14 m
dan akuifer lempung pasiran dijumpai pada kedalaman antara 0,0624,28 m.
3. Berdasarkan hasil perhitungan neraca air, maka jumlah cadangan airtanah di Kecamatan Beji
Kabupaten Pasuruan adalah sebesar 14.873.454,27 m
3
/th.


DAFTAR PUSTAKA

Freeze, R.A. and Cherry, J .A., 1979, Groundwater, Prentice-Hall Inc., New J ersey.
Sokolov, A.A. and Chapman, T.G., 1984, Methods for Water Balance Computations : An
International Guide for Research and Practice, The Unesia Press, Paris.
Suyono, S., 1978, Hidrologi untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita, J akarta.

Anda mungkin juga menyukai