Anda di halaman 1dari 9

Cyber-Crime 1

Internet dan Cyber Crime


Akhir-akhir ini sering kali kita mendengar kata-kata “Internet”. Di mana-mana
orang-orang selalu berbicara tentang Internet. Sesama teman saling memberikan
alamat e-mail mereka, belum lagi jika ada yang menanyakan soal homepage kita.
Internet sepertinya sudah merupakan hal yang umum di masyarakat. Kita semua tahu
apa itu Internet. Istilah lain untuk Internet adalah Cyberspace (dunia maya), homepage
atau WWW (World Wide Web).
Internet adalah milik masyarakat dunia. Tidak ada orang atau lembaga yang
dapat menyatakan bahwa Internet sebagai miliknya sendiri. Sebagai warga Internet,
kita dapat melakukan pertukaran data dan informasi dengan berjuta manusia untuk
kepentingan bisnis, akademis, pemerintahan dan organisasi. Kita juga dapat
mengakses perangkat lunak, dokumen tentang seni, politik, kebudayaan, gambar,
catalog perpustakaan, dan berbagai informasi dari berbagai tempat di seluruh dunia.

Salah satu kegunaan internet adalah untuk kepentingan bisnis

Internet diibaratkan juga sebagai suatu kota elektronik berukuran raksasa, di


mana setiap penduduk memiliki alamat (Internet address) yang dapat digunakan untuk
berkirim surat. Jika penduduk itu ingin berkeliling kota, cukup dengan menggunakan
komputernya sebagai kendaraan.
Pada perkembangannya, ternyata penggunaan internet tersebut membawa sisi negatif,
dengan membuka peluang munculnya tindakan-tindakan anti-sosial dan perilaku
kejahatan yang selama ini dianggap tidak mungkin terjadi. Sebagaimana sebuah teori
mengatakan "crime is a product of society its self", yang secara sederhana dapat
diartikan bahwa masyarakat itu sendirilah yang melahirkan suatu kejahatan. Semakin
tinggi tingkat intelektualitas suatu masyarakat, semakin canggih pula kejahatan yang
mungkin terjadi dalam masyarakat itu. Kejahatan yang tejadi di Internet ini disebut
juga Crime over Internet. Crime over Internet dapat didefinisikan sebagai
kejahatan/penyimpangan yang medianya melalui Internet. Crime over Internet dapat
terbagi dua; cyber-crime dan cyber-related crime.
Cyber-Crime 2

Cyber Crime & Cyber-Related Crime


Perkembangan teknologi informasi yang terjadi pada hampir setiap negara sudah
merupakan ciri global yang mengakibatkan hilangnya batas-batas negara. Setiap
negara harus menghadapi kenyataan bahwa informasi dunia saat ini dibangun
berdasarkan suatu jaringan yang ditawarkan oleh kemajuan bidang teknologi. Salah
satu cara berpikir yang produktif adalah mendirikan usaha untuk menyediakan suatu
infrastruktur informasi yang baik di dalam negeri, yang kemudian dihubungkan dengan
jaringan informasi global.

Kecenderungan mengglobalnya karakteristik teknologi informasi yang semakin


memanjakan pemakainya dengan kemudahan mengakses, akhirnya menjadikan
Indonesia harus mengikuti pola tersebut. Karena teknologi informasi tidak akan
mengkotak-kotak dan membentuk signifikasi karakter. Namun ada segi negatif adalah
aktifitas kejahatan. Bentuk kejahatan (crime) secara otomatis akan mengikuti untuk
kemudian beradaptasi pada tingkat perkembangan teknologi. Contoh terbesar saat ini
adalah kejahatan maya atau biasa disebut cyber crime. “Cyber crime” (tindak pidana
mayantara ), merupakan bentuk fenomena baru dalam tindak kejahatan sebagai
dampak langsung dari perkembangan teknologi informasi.
Menurut situs cybercrimelaw.net, cyber crime adalah tindakan yang mengancam dan
dapat merusak infrastruktur teknologi informasi. Seperti: akses illegal, percobaan atau
tindakan mengakses sebagian maupun seluruh bagian system computer tanpa izin
dan pelaku tidak memiliki hak untuk melakukan pengaksesan. Tavani memberikan
definisi cybercrime yang lebih menarik, yaitu kejahatan dimana tindakan kriminal
hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber.
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, pengrusakan atau
penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer
yang terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan
menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu,
sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat
digunakan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang diperintahkan oleh
pengguna.
Hampir semua aspek kehidupan kita selalu berhubungan dengan perkembangan
teknologi informatika. Di dunia belajar, TI sudah menjungkirbalikkan sejarah.. Selain itu
teknologi informasi juga memiliki fungsi penting lainnya, yaitu fungsi automating,
dimana ia membuat sejumlah cara kerja dan cara hidup menjadi lebih otomatis, ATM,
telephone banking hanyalah merupakan salah satu kemudahan yang diberikan
teknologi informasi sebagai automating. Tidak hanya itu, membuat informasi berjalan
cepat dan akurat. Bahkan bisa menyatukan dunia ke dalam sebuah sistem informasi
life. Lebih dari sekedar menbantu penyebaran informasi, belakangan teknologi ini juga
ikut memformat ulang cara kita hidup dan bekerja (reformating).

Berdasarkan beberapa literatur serta prakteknya, cyber crime memiliki karakter yang
khas dibandingkan kejahatan konvensional, yaitu antara lain:

ℵ Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut terjadi
di ruang/wilayah maya (cyberspace), sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi
hukum negara mana yang berlaku terhadapnya
ℵ Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan apapun yang bisa
terhubung dengan internet
ℵ Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materil maupun immateril (waktu, nilai,
jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan informasi) yang cenderung
lebih besar dibandingkan kejahatan konvensional
ℵ Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet beserta aplikasinya
ℵ Perbuatan tersebut seringkali dilakukan secara transnasional/melintasi batas negara
Cyber-Crime 3

Jenis-Jenis Cyber Crime

ℵ Illegal Contents
Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang
sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau
mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya adalah pemuatan suatu berita
bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain,
hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang
merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan
yang sah, dan sebagainya.
ℵ Data Forgery
Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting
yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Kejahatan ini biasanya
ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi
"salah ketik" yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku.
ℵ Cyber Espionage
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan
mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer
(computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap
saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu
sistem yang computerized.
ℵ Cyber Sabotage and Extortion
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran
terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang
terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan
suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data,
program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak
berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh
pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku kejahatan
tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data, program komputer
atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase tersebut, tentunya dengan
bayaran tertentu. Kejahatan ini sering disebut sebagai cyber-terrorism.
ℵ Offense against Intellectual Property
Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak
lain di internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs
milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata
merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.
ℵ Infringements of Privacy
Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang
sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan
pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara
computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban
secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat
atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.
Cyber-Crime 4

ℵ The Trojan Horse


Merupakan prosedur untuk menambah, mengurangi atau merubah instruksi pada
sebuah program, sehingga program tersebut akan menjalankan tugas lain yang tidak
sah dari tugasnya.

ℵ Data Diddling

Data yang sah diubah dengan cara yang tidak sah, yaitu:
✔ Mengubah data input, yang dilakukan seseorang dengan cara memasukkan data
yang menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum.
✔ Mengubah print-out atau output dengan maksud mengaburkan, menyembunyikan
data atau informasi dengan itikad tidak baik.
✔ Penggelapan, pemalsuan, dan atau pemberian informasi melalui komputer yang
merugikan pihak lain dan menguntungkan diri sendiri.
✔ Dengan sengaja menyebarkan virus yang dapat merusak sistem komputer.

ℵ Internet Piracy

Perbuatan pidana yang berkaitan dengan hak milik intelektual, hak cipta, dan hak
paten, berupa pembajakan dengan memproduksi barang-barang tiruan untuk
mendapat keuntungan melalui perdagangan, termasuk rahasia dagang dan hak moral.
Tindakan, perilaku, perbuatan yang termasuk dalam kategori kejahatan komputer atau
Cybercrime adalah sebagai berikut:

ℵ Penipuan finansial melalui perangkat komputer dan media komunikasi digital.


ℵ Sabotase terhadap perangkat-perangkat digital, data milik orang lain, dan jaringan
komunikasi data.
ℵ Pencurian informasi pribadi seseorang maupun organisasi tertentu.
ℵ Penetrasi terhadap sistem komputer dan jaringan sehingga menyebabkan privasi
terganggu atau gangguan pada fungsi komputer yang Anda gunakan (denial of
service).

Cyber-Related Crime
Tidak semua computer crime dapat di kategorikan sebagai cyber crime. Cyber-
related crime adalah kejahatan di mana medianya dengan atau tanpa menggunakan
cybertechnology. Contohnya; pedophilia, stalking (penyadapan), dan pornografi.

Cyber-related crime dapat diklasifikasikan menjadi :


ℵ Cyber-exacerbated crime
Contohnya; penggunaan komputer untuk menggelapkan pajak.
ℵ Cyber-assisted crime
Contohnya; penggunaan komputer untuk pedophilia melalui internet.
Cyber-Crime 5

Penanganan Cyber Crime


Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
ℵ Kriminalisasi Cyber Crime atau kejahatan di dunia maya. Perangkat aturan yang
ada saat ini masih belum cukup kuat menjerat pelaku dengan sanksi tegas,
kejahatan ini semakin berkembang seiring perkembangan teknologi informasi.
Betapapun kita mengetahui banyak tentang berbagai faktor kejahatan yang ada
dalam masyarakat, namun yang pasti adalah bahwa kejahatan merupakan salah
satu bentuk prilaku manusia yang terus mengalami perkembangan sejajar dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri.
ℵ Aspek Pembuktian. Saat ini sistem pembuktian hukum di Indonesia belum
mengenal istilah bukti elektronik/digital (digital evidence) sebagai bukti yang sah
menurut undang-undang.
ℵ Aspek Hak Atas Kekayaan Intelektual di cyberspace, termasuk didalamnya hak
Cipta dan Hak Milik Industrial yang mencakup paten, merek, desain industri, rahasia
dagang, sirkuit terpadu, dan lain-lain.
ℵ Standardisasi di bidang telematika. Penetapan standardisasi bidang telematika akan
membantu masyarakat untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam
menggunakan teknologi informasi.
ℵ Aturan-aturan di bidang E-Bussiness termasuk didalamnya perlindungan konsumen
dan pelaku bisnis.
ℵ Aturan-aturan di bidang E-Government. Apabila E-Government di Indonesia telah
terintegrasi dengan baik, maka efeknya adalah pelayanan kepada masyarakat
menjadi lebih baik.
ℵ Aturan tentang jaminan keamanan dan kerahasiaan Informasi dalam menggunakan
teknologi informasi.
ℵ Yurisdiksi hukum, karena pemetaan yang mengatur cybespace menyangkut juga
hubungan antar kawasan, antar wilayah, dan antar negara. Sehingga penetapan
yurisdiksi yang jelas mutlak diperlukan.

Beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara dalam penanggulangan
cybercrime adalah:

ℵ Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya, yang


diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut.
ℵ Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar
internasional.
ℵ Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai
upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan
dengan cybercrime.
ℵ Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta
pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi.
ℵ Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilateral, regional maupun multilateral,
dalam upaya penanganan cybercrime, antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan
mutual assistance treaties.
Cyber-Crime 6

UU ITE & Cyber Crime


UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang telah
disahkan pada bulan April 2008, pelaksanaannya masih menunggu penerbitan 9
Peraturan Pemerintah dan pembentukan 2 (dua) lembaga yang baru yakni Lembaga
Sertifikasi Keandalan dan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.
Peraturan Pemerintah tersebut terdiri dari :
1. Lembaga sertifikasi keandalan
2. Tanda tangan elektronik
3. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik
4. Penyelenggaraan sistem elektronik
5. Penyelenggaraan transaksi elektronik
6. Penyelenggara agen elektronik
7. Pengelolaan nama domain
8. Tatacara intersepsi
9. Peran pemerintah
Selama proses pembentukan Peraturan Pemerintah untuk UU ITE, Pemerintah perlu
secara intensif mendengarkan berbagai masukan dari masyarakat agar Peraturan
Pemerintah tersebut dapat diterapkan dengan efektif dan mendapatkan respon positif
dari masyarakat. Demikian pula, pelaksanaan UU ITE turut memperhatikan kesiapan
masyarakat, karena UU ITE merupakan payung hukum di Indonesia untuk pertama kali
dalam bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik. Oleh karena itu,
Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) dan Instansi yang terkait perlu
intensif melakukan berbagai upaya, diantaranya Sosialisasi UU ITE pada masyarakat
termasuk kalangan kampus, peningkatan pengetahuan aparat penegak hukum ttg UU
ITE dan berbagai aspek dalam Hukum Telematika.

Dua lembaga yaitu Lembaga Sertifikasi Keandalan dan Penyelenggara Sertifikasi


Elektronik masing-masing diharapkan dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Lembaga Sertifikasi Keandalan melakukan fungsi administratif yang mencakup
registrasi, otentikasi fisik terhadap pelaku usaha, pembuatan dan pengelolaan
sertifikat keandalan, dan membuat daftar sertifikat yang dibekukan. Setiap pelaku
usaha yang akan melakukan transaksi elektronik dapat memiliki Sertifikat
Keandalan yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan dengan cara
mendaftarkan diri. Lembaga Sertifikasi Keandalan akan melakukan pendataan dan
penilaian menyangkut identitas pelaku usaha, syarat-syarat kontrak dari produk
yang ditawarkan, dan karakteristik produk. Jika pelaku usaha lulus dalam uji
sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan maka akan memperoleh pengesahan
berupa logo trustmark pada homepage pelaku usaha yang menunjukkan bahwa
pelaku usaha tersebut layak untuk melakukan usahanya setelah diaudit oleh
Lembaga Sertifikasi Keandalan.
2. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik melaksanakan fungsi administratif mancakup
registrasi, otentikasi fisik terhadap pemohon, pembuatan dan pengelolaan kunci
publik maupun kunci privat, pengelolaan sertifikat elektronik dan daftar sertifikat
yang dibekukan. Singkat kata, memerlukan tanda tangan elektronik dalam
melakukan transaksi elektronik. Tanda tangan elektronik ini akan lebih aman jika
terdapat pihak ketiga selain para pihak yang bertransaksi. Pihak ketiga tersebut
adalah Penyelenggara Sertifikasi Elektronik dengan fungsi utama adalah
menerbitkan Sertifikat Elektronik yang memuat data pembuatan tanda tangan
elektronik yang dikenal dengan ‘kunci publik’ dan ‘kunci privat’. Pelaku usaha yang
ingin mendapatkan Sertifikat Elektronik untuk mendukung penggunaan tanda
tangan elektronik dalam melakukan transaksi elektronik dapat mengajukan
permohonan kepada Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Lalu, Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik akan melakukan pendataan dan penilaian meliputi identitas
pemohon, otentikasi fisik dari pemohon, dan syarat lainnya. Setelah dinilai dan
tidak ada masalah, dilanjutkan dengan penerbitan Kunci Publik, Kunci Privat, dan
Sertifikat Elektronik. Dengan Sertifikat Elektronik yang dimiliki oleh para pihak yang
bertransaksi secara elektronik akan memberikan rasa aman dan meningkatkan
kepercayaan para pihak yang bertransaksi.
Cyber-Crime 7

Hukum & Cyber Crime


Perkembangan global internet sebagai 'milik' publik menyiratkan adanya harapan-
harapan akan terjadinya perubahan ruang dan jarak. Perkembangan tersebut juga
diramalkan akan menuju pada terbentuknya entitas dengan sistem tingkah laku
tertentu, melalui pola-pola pengujian dengan unsur-unsur dominan berupa
pengalaman dan budaya dalam penggunaan informasi. Semua itu pada gilirannya
harus diakui oleh hukum mana pun di semua belahan bumi, yang tentu saja berbeda-
beda impaknya terhadap kaitan antara hukum dengan ekonomi, politik ataupun
ideologi.

Hubungan antara hukum dan teknologi internet tentu saja akan menjadi unik. Dunia
cyber sebagai manifestasi sistem informasi dan telekomunikasi yang terpadu dalam
suatu jaringan global, adalah ruang tanpa batas yang dapat diisi dengan sebanyak
mungkin kategori. Baik yang sudah ada, akan ada, dan mungkin akan terus
berkembang. Dari perdagangan, perhubungan, kesehatan, sampai militer, dan
sebagainya, dan seterusnya. Bahkan anda sendiri dapat membentuk komunitas dari
tingkatan keluarga, arisan sampai pada tingkatan sebuah negara di dunia cyber yang
tiada batas (unlimited world).

Hukum dan alat perlengkapannya tentu juga terus berkembang. Yang menjadi
masalah adalah apakah hukum dapat berkembang sepesat dan secepat
perkembangan dunia cyber? Bahkan pada taraf 'unlimited' yang bisa melanda semua
kategori yang sempat terpikirkan manusia seperti u-commerce, u-banking, u-trade, u-
retailing dan 'u'-'u' lainnya.

Terus berkembangnya pemanfaatan teknologi internet untuk berbagai kegiatan


konvensional sehari-hari telah membuka jalan bagi 'kebebasan cyber'. Baik untuk
kegiatan bisnis maupun dalam kegiatan awam sehari-hari, segala sesuatu yang terjadi
dalam dunia cyber dapat dilakukan dengan mudah, bebas, canggih, cepat, efisien. Tak
perlu lagi bertemu muka secara langsung. Semua ini tentu akan menimbulkan
masalah apabila tidak atau belum secara utuh diatur oleh hukum.

Dunia Cyber dan Kejahatan

Teknologi informasi dan komunikasi yang digabungkan dengan internet telah


membuka kemungkinan munculnya aktivitas di seluruh bidang dan kategori. Namun
demikian hal tersebut belum diimbangi dengan kesiapan dunia hukum dan alat
perlengakapannya. Kejahatan cyber bukanlah suatu bentuk kejahatan sederhana,
karena pembuktiannya yang sulit dan seringkali dihadapkan pada belum adanya
peraturan yang jelas dan tegas. Tidak jarang pelakunya berhasil melakukan penipuan
sampai ratusan ribu dolar dan kerugian-kerugian lain pada sistem jaringan data
komputer, ternyata hanya dihukum satu atau dua tahun penjara.

Seseorang yang melakukan kejahatan jenis ini terkadang tidak memiliki motif meraup
keuntungan ekonomis. Unsur-unsur lain seperti tantangan, kesenangan pribadi
(joycomputing), bahkan membuktikan kebolehan teknis sering terlibat di dalamnya.
Dalam Introduction to Data Security and Control, Edward R. Buck memberikan ciri-ciri
tertentu orang-orang yang mempunyai tendensi kuat untuk melakukan kejahatan
cyber, yaitu:
- menyenangi tantangan;
- usia antara 18 sampai dengan 46 tahun;
- enerjik;
- ramah; dan
- cerdas.
Cyber-Crime 8

Donner B. Parker dalam Crime by Computer mengemukakan ciri yang hampir sama,
yaitu:
- usia 18 sampai dengan 30 tahun;
- cerdas;
- penuh hasrat;
- punya motivasi tinggi;
- berani;
- petualang;
- terdidik; dan
- senang tantangan.

Sementara Roy Suryo dalam satu kesempatan wawancara pernah menyebutkan bahwa
para hacker rata-rata anak muda yang kelihatan kreatif, tetapi sesungguhnya mereka
mencuri nomor kartu kredit dari jalannya transaksi di internet.

Mencermati berbagai ciri di atas, dapat saja kita berspekulasi akan terbentuk suatu
golongan elit pelaku kejahatan cyber. Antisipasi hukum terhadap hal ini sangat
diperlukan, karena intelektualitas dan penguasaan teknologi tinggi terlibat di
dalamnya. Kalangan pakar keamanan data di Amerika Serikat menyebut kejahatan
cyber sebagai "unsmoking gun", karena kejahatan tersebut tidak memberikan suatu
indikasi apa pun yang memperingatkan terjadinya kesalahan. Sampai saat ini belum
ada istilah yang baku terhadap pengertian penyalahgunaan komputer untuk tindak
kejahatan.
Terdapat juga beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan
lembaga studi, antara lain:

1. Encyclopedia of crime and justice, (New York: Free Press, 1983):


Setiap perbuatan melawan hukum yang memerlukan pengetahuan tentang teknologi
komputer yang bertujuan untuk dapat melakukan kejahatan yang dapat dikategorikan
dalam dua bentuk, yaitu:
penggunaan komputer sebagai alat untuk suatu kejahatan, seperti pemilikan uang
secara ilegal, pencurian properti atau digunakan untuk merencanakan suatu kejahatan;
komputer sebagai obyek dari suatu kejahatan, seperti sabotase, pencurian atau
perubahan data-data.

2. Andi Hamzah:
Kejahatan komputer bukan sebagai kejahatan baru, melainkan kejahatan biasa, karena
masih mungkin diselesaikan melalui KUHP ("Guns don't kill people, people do").

3. OECD (Organization for Economic Cooperation Development):


Setiap tindakan yang tidak sah, tidak etis, atau yang tidak berlandaskan pada cukup
kewenangan, yang melibatkan pemrosesan data otomatis dan/atau transmisi data, di
mana definisi tersebut juga meliputi:
Kejahatan ekonomi yang berkaitan dengan komputer (penipuan, spionase, sabotase);
Pelanggaran privasi individual yang berkaitan dengan komputer; dan
Pelanggaran terhadap kepentingan publik yang berkaitan dengan komputer
(Pelanggaran terhadap kebijakan keamanan nasional dan kendali aliran data
antarbatas dan integritas dari prosedur yang berdasarkan komputer dan jaringan
komunikasi data atau legitimasi demokratis atau keputusan-keputusan yang
berdasarkan komputer).

4. G.M. Samadikun:
memberikan definisi yang sama dengan batasan yang diberikan oleh OECD, hanya
ditambahkan, bahwa: "obyek dari penipuan dengan sarana komputer biasanya berupa
data mengenai aset yang disimpan dan diolah setiap hari oleh komputer".

5. LPKIA (Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika):


Penggunaan komputer secara ilegal.
Cyber-Crime 9

Kesimpulan
Kejahatan cyber dalam komunitas global masyarakat pengguna internet adalah suatu
hal yang dapat disadari atau tanpa disadari, sengaja atau tidak sengaja dilakukan. Hal
ini terjadi karena perkembangan tekhnologi informasi dan tingkat
intelektualitas/intelegensia masyarakat yang semakin meningkat. Faktor internet itu
sendiri juga menimbulkan selentingan-selentingan maya pada pengguna internet
untuk terus dan terus mencari dan mencoba.

Penyalahgunaan komputer baik sebagai subyek, obyek, alat atau sebagai simbol
kiranya telah menjadi suatu momok tersendiri bagi keamanan lalu lintas hubungan
antara pemakai jasa internet. Di antara berbagai bentuk kejahatan cyber yang paling
banyak meresahkan masyarakat adalah manipulasi komputer sebagai bagian dari
computer-related economic crimes dan meng-copy dan menjual copy computer
software secara tidak sah.

Pada akhirnya yang diperlukan adalah peningkatan faktor keamanan cyber yang dapat
datang dari penyedia jasa dan informasi, serta terutama sekali harus datang dari
kesiapan hukum dan penegakkannya.

Anda mungkin juga menyukai