Anda di halaman 1dari 14

Ileus Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Inkaserata

Ivana Theresia
NIM : 102012111
Kelompok: A5
Email : therevanagirl@gmail.com
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat, 11470

Pendahuluan
Acute abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan
di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan
ini sering memerlukan penanggulangan yang segera berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi,
obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
1

Salah satu tanda dari obstruksi usus yang akut adalah ileus, ileus merupakan gangguan
pasase isi usus yang memerlukan pertolongan medis dengan segera. Di Indonesia ileus obstruksi
paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan
oleh peritonitis. Pada umumnya kedua kasus ini membutuhkan tindakan operatif. Dalam makalah
ini akan membahas mengenai ileus obstruksi yang disebabkan oleh hernia inguinalis inkarserata.

Skenario
Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat
yang hilang timbul disertai mual muntah sejak 12 jam yang lalu. Selain itu, pasien tersebut juga
mengeluh tentang adanya benjolan pada lipat pahanya yang bersifat hilang timbul sejak 1 tahun
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak kesakitan, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
92x/menit frekuensi napas 24x/menit, suhu 36,5C. Pada pemeriksaan fisik abdomen, tampak
distensi abdomen, nyeri tekan (+), bising usus meningkat. Tampak massa pada regio inguinal
sinistra dengan ukuran 2 x 2 cm, konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan sekitar, berbatas
tegas, nyeri tekan (+), bising usus (+).

Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau
terdapat hernia. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilikus, sedangkan
pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus
obstruksi usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama.
1
Berdasarkan skenario tidak diketahui adanya riwayat operasi pada pasien, dan
ditemukan massa pada regio inguinal sinistra.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk melihat adanya suatu massa, ukuran massa tersebut, warna
kulit, melalui inspeksi dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung, parut abdomen, benjolan pada regio inguinal,
femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat
massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi
sebelumnya. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus yang bisa bekorelasi dengan
mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
2
Berdasarkan skenario ditemukan distensi abdomen dan tampak adanya massa pada regio
inguinal sinistra dengan ukuran 2 x 2 cm, konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan sekitar,
berbatas tegas. Hal ini menunjukan adanya hernia inkarserata yang menyebabkan ileus obstrksi,
oleh karena itu adhesi sebagai penyebab dari ileus obstruksi pada skenario ini dapat kita
singkirkan.

Palpasi
Palpasi abdomen dilakukan untuk mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup defance musculair involunter atau rebound dan pembengkakan
atau massa yang abnormal. Jika ditemukan suatu massa, palpasi dapat dilakukan untuk
menentukan letak, konsistensi, ukuran dan mobilitasnya. Serta, melalui palpasi dapat diperoleh
hasil pemeriksaan pada permukaan kulit ada nyeri tekan atau tidak.
Pada skenario terdapat nyeri tekan (+) pada abdomen dan juga massa yang terdapat di
daerah inguinal sinistra.

Perkusi
Bunyi hipertimpani biasanya terdengar pada kasus ileus obstruksi.
1

Auskultasi
Auskultasi pada ileus obstruktif terdengar kehadiran episodic gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam
perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga
bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan
dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulate.
2
Bising usus meningkat pada abdomen dan pada massa di inguinal sinistra terdapat
bising usus (+) berdasarkan skenario.

Colok Dubur (Rectal Toucher)
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum dan pelvis.
Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak adanya feses di dalam kubah
rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif
banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas
lesi intrinsik di dalam usus.
2
- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis






Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti:
o Pemeriksaan Suhu : Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5C.
3

o Pemeriksaan Nadi : Untuk pemeriksaan nadi pada orang dewasa adalah sekitar 80 denyut
per menit.
3

o Pemeriksaan RR( Respiratory Rate) : Frekuensi pernapasan pada orang dewasa adalah
16 kali per menit.
3

o Pemeriksaan tekanan darah : Rata-rata tekanan darah normal pada orang dewasa adalah
120/80 mmHg.
3

Berdasarkan keterangan skenario terjadi peningkatan tekanan darah, nadi, dan frekuensi
napas, namun tidak terdapat demam.

Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus
obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat. Adanya gelung
usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat
menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan
katup ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran
penting. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema
diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus.
Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance. Posisi setengah duduk atau
LLD: tampak step ladder appearance atau cascade. Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran
step ladder dan air fluid level pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya
suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus
halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Foto polos abdomen dengan posisi:
1. Ileus obstruktif letak tinggi
Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocaecal
junction) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami
dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang
menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai
kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.
2. Ileus obstruktif letak rendah
Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus
di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Gambaran
penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid
level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level panjang-panjang di kolon.
4

Diagnosis Utama
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan fisik, penyakit pasien mengarah pada ileus
obstruktif yang mekanis karena disebabkan oleh hernia inguinalis inkarserata. Ileus obstruktif
sendiri adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang
sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus seperti cairan, flatus dan makanan,
sedangkan hernia inguinalis adalah prolaps sebagian isi usus ke dalam anulus inguinalis di atas
kantung skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup kongenital. Hernia
inkarserata terjadi bila adanya perlekatan isi usus pada peritoneum kantong hernia yang
menyebabkan gangguan pasase tanpa menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum.
Hal ini kemudian akan memberikan gejala-gejala berupa distensi abdomen, nyeri kolik abdomen,
muntah, tidak ada flatus, dan tidak ada feses.
5

Diagnosis Banding
1. Hernia inguinalis strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus, kemudian terjadi oklusi vena dan limfe, dan
terjadi akumulasi cairan serta peningkatan tekanan intravena yang akhirnya menganggu aliran
arteri. Jaringan mengalami iskemi dan nekrosis. Jika, isi hernia abdominal bukan usus, misalnya
omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling sering terjadi
dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus
menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong kemudian
menuju vaskular. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi biasanya pada leher kantong
hernia, dan kemudian cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial
menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian.
1

2. Limfadenopati
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar limfe sebagai respon terhadap
proliferasi limfosit T atau limfosit B. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari
penambahan sel-sel pertahanan tubuh seperti limfosit, sel plasma, monosit, histiosit, ataupun
neutrofil. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi dari suatu mikroorganisme.
Limfadenopati regional merupakan indikasi adanya infeksi lokal. Sedangkan, limfadenopati
generalisata biasanya merupakan indikasi adanya infeksi sistemik seperti AIDS, atau gangguan
otoimun seperti rhematoid artritis atau lupus eritematosus sistemik. Biasanya limfadenopati
dapat mengindikasikan adanya keganasan.
6

Etiologi
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak
obstruksi. Sekitar 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan terjadi
akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus
merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker
kolon merupakan penyebab 90% obstruksi yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir,
paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid. Inkarserasi
lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya
obstruksi usus halus. Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian
berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan
balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk ke dalam sekum. Benda asing
dan kelainan kongenital merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh :
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70%
dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau
proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5%
dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga
dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan penyebab
tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna
(paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan
hernia.
3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan
tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi
eksternal.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang
mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai
petunjuk awal adanya intususepsi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa
infeksi atau karena striktur yang kronik.
1

Klasifikasi Ileus Obstruksi
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar :
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah
sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan
gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung
usu tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua:
1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
2. Ileus obstruktif usus besar

Patofisiologi
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70%
dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air
dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam
saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan
utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel
yang mengakibatkan syokhipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan
dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan
usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia.
7
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul
tepat proksimal dan menyebabkann muntah refleks. Setelah ia mereda, peristalsis melawan
obstruksi timbul dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri
episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih
sering, yang timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam
ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi, maka
aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada. Jika ileus obstruktif kontinu dan
tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi.
Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif
sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus
obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila ia timbul, biasanya
kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan
penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak
diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung,
hipotensi dan syok.
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada usus
mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi
lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke
dalam lumen dan dinding usus.
Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.
Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar bagi penyerapan bakteri dan produk
toksiknya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran
darah. Dengan strangulasi memanjang timbul iskemi dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan
endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat
menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat cepat menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung usus
tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini menyimpan lebih banyak bahaya dibandingkan kebanyakan
ileus obstruksi, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat serta sebelum terbukti tanda klinis
dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat
melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi
ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang
menyebabkan obstruksi aliran keluar vena. Ancaman vaskular demikian menyebabkan
progresivitas cepat gejala sisa yang diuraikan bagi ileus obstruksi strangualata.
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus) dibandingkan ileus
obstruksi usus halus. Karena kolon terutama bukan organ pensekresi cairan dan hanya menerima
sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan
yang cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan
ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva
ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi
jika valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi
kontinu menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya sekum. Ia didasarkan
atas hukum Laplace, yang mendefenisiskan tegangan di dalam dinding organ tubular pada
tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu. Sehingga karena
diameter terlebar kolon di dalam sekum, maka ia area yang biasanya pecah pertama.
2

Gejala Klinis
1.Obstruksi usus halus
a) Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang
menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan
sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau
nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan.
Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada
obstruksi komplit.
b) Obstruksi disertai proses strangulasi
Kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum dilakukan
operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat.
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.
5
2.Obstruksi usus besar
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di daerah epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya
iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi
atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah timbul kemudian dan tidak
terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila terjadi refluks isi kolon terdorong ke
dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan
perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis.
7


Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
Nyeri abdomen
Muntah
Distensi
Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada :
Lokasi obstruksi
Lamanya obstruksi
Penyebabnya
Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai
ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa.
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat kolik.
Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan obstruksi. Frekuensi
episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus
obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus
obstruktif usus halusl demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen,
sedangkan yang dari ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus.
Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik
menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal
generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik,
parah, menetap dan tanpa remisi, maka ileus obstruksi strangulata harus dicurigai.
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan
apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum, yang
kebanyakan cairan empedu. Setelah ia mereda, maka muntah tergantung atas tingkat ileus
obstruktif. Jika ileus obstruktif usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat
distensi. Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul lambatdan setelah muncul distensi.
Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan
sekunder terhadap stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah
tidak mendekompresi total usus di atas obstruksi.
2
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan makin
membesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltic terkadang dapat dilihat. Gejala
ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan bisa minimal atau absen pada keadaan oklusi
pembuluh darah mesenterikus.
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses dan
gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar). Kegagalan mengerluarkan
gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas ileus obstruktif. Tetapi setelah timbul
obstruksi, usus distal terhadap titik ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat obstipasi.
Sehingga dalam ileus obstruktif usus halus, usus dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa
terancam di usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu,
sehingga mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus obstruktif
usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus obstuksi sebagian, diare
merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi.
Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan muntah
yanbg berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit kering dan lidah
kering, pengisian aliran vena yang jelek dan mata gantung dengan oliguria. Nilai BUN dan
hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia sekunder.
1

Penatalaksanaan Ileus Obstruksi
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta
tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak
dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab ileus obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan.
6

Dekompresi pipa bagi traktus gastrointestinal diindikasikan untuk dua alasan :
1. Untuk dekompres lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus.
2. Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi
distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan
ancaman vaskular.

Pipa yang digunakan untuk tujuan demikian dibagi dalam dua kelompok :
1. Pendek, hanya untuk lambung.
2. Panjang, untuk intubasi keseluruhan usus halus.

Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.
Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung usus yang terkena obstruksi
strangulasi terbukti meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi, karena tidak selalu mudah
membedakan antara ileus obstruksi strangulata dan sederhana, maka antibiotika harus diberikan
pada semua pasien ileus obstruksi.
6
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi
secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin.
Tindakan bedah dilakukan bila :
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata
4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen
dan kateter) Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori
mencakup :
1. Lisis pita lekat atau reposisi hernia
2. Pintas usus
3. Reseksi dengan anastomosis
4. Diversi stoma dengan atau tanap resksi.


Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat
bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
7

Prognosis
Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya. Setelah
pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasari terjadinya ileus
obstruksi.
7
Kesimpulan
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut
yang segera memerlukan pertolongan medis. Dalam skenario ileus obstruksi yang terjadi pada
pasien disebabkan oleh hernia inguinalis inkarserata memasukannya sebagai ileus yang terjadi
secara mekanis. Hernia inguinalis inkarserata yaitu suatu keadaan dimana adanya perlekatan isi
usus pada peritoneum kantong hernia yang menyebabkan gangguan pasase tanpa menyebabkan
konstriksi suplai darah ke kantong skrotum. Hal ini kemudian akan memberikan gejala-gejala
berupa distensi abdomen, nyeri kolik abdomen, muntah, tidak ada flatus, dan tidak ada feses.
Keadaan ini dianggap sebagai kedaruratan medis yang memerlukan perbaikan secara bedah
dengan segera.

Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed III.
Jakarta: EGC; 2005.h.181-92.
2. Betz, Cecily Lynn. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed V. Jakarta: EGC; 2009.
h.230.
3. Berman, Audrey. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Ed.V. Jakarta: EGC;
2009. h.21.
4. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC; 1995. h.580.
5. Brooker, Chris. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC; 2008. h. 572.
6. Tambayong, Jan. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.h.414.
7. Tucker, Susan. Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosis, dan
Evaluasi. Vol 7. Jakarta: EGC; 2004. h.325.

Anda mungkin juga menyukai