Disusun Oleh Kelompok 1 II Reguler C Lisnawati Rahmaniar Risna Dewi Pembimbing :Drs. ZulkifliRisyad, AK, M.Kes
Tuberkulosis Paru Definisi Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti ginjal,tulang,dan nodus limfe.
Etiologi Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia. Bakteri ini bersifat aerob suka pada daerah banyak oksigen apikal paru
Gambaran Klinis
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif yang meliputi cara-cara seperti berikut ini.
Penyuluhan Pencegahan Pemberian obat-obat, seperti: a) OAT (Obat Anti-Tuberkulosis) b) bronkodilator c) ekspektoran d) OBH; dan e) vitamin Fisioterapi dan rehabilitasi Konsultasi secara teratur
Askep pada TB Paru
Pengkajian
1. Biodata Meliputi nama, umur, jenis kelamin,pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa 2. Keluhan Utama 3. Riwayat Kesehatan Sekarang 4. Riwayat Kesehatan Terdahulu 5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data dasar pengkajian pasien : Aktivitas /istirahat. Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan. Nafas pendek karena bekerja. Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat. Mimpi buruk. Tanda : Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja. Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut). Integritas Ego. Gejala : Adanya faktor stres lama. Masalah keuanagan, rumah. Perasaan tak berdaya / tak ada harapan. Populasi budaya.
Tanda : Menyangkal. (khususnya selama tahap dini). Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
Makanan / cairan. Gejala : Anorexia. Tidak dapat mencerna makanan. Penurunan BB. Tanda : Turgor kulit buruk. Kehilangan lemak subkutan pada otot.
Nyeri / kenyamanan. Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit. Perilaku distraksi, gelisah.
Pernafasan. Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif. Nafas pendek. Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi nafas. Pengembangan pernafasan tak simetris. Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels posttusic). Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah. Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ). Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
Pemeriksaan fisik
Pada tahap dini klien sering kali tidak menunjukkan kondisi tuberculosis. Tanda dan gejala baru dapat terlihat pada tahap selanjutnya berupa: Sistemik; Akan ditemukan malaise,anoreksia,penurunan berat badan,dan keringat malam. System pernapasan; 1. Ronchi basah, kasar, dan nyaring terjadi akibat adanya peningkatan produksi secret pada saluran pernapasan. 2. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberikan suara sedikit bergemuruh (umforik) 3.Tanda-tanda adanya infiltrate luas atau konsolidasi, terdapat fremitus mengeras. 4.Pemeriksaan ekspansi pernapasan ditemukan gerakan dada asimetris. 5.Bila mengenal pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pendek) 6.Bentuk dinding dada pectus karinatum.
System pencernaan Meningkatnya sputum pada saluran napas secara tidak langsung akan memengaruhi saluran cerna. Klien mungkin akan mengeluh tidak nafsu makan dikarenakan menurunnya keinginan untuk makan, disertai dengan batuk, pada akhirnya klien akan mengalami penurunan berat badan yang signifikan (badan terlihat kurus).
Pemeriksaan fungsi paru Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
Diagnosa Keperawataan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman. Intervensi
Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal. Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat. Intervensi: a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
e.Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa. g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial. Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan. Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim. Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan. Rasional: mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
e. Monitor GDA. Rasional: menurunnya saturasi oksigen (pao2) atau meningkatnya pac02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. Adekuat atau perubahan terapi.
f.Berikan oksigen sesuai indikasi. Rasional: membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.
EFUSI PLEURA
Definisi.
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan (terjadi penumpukan cairan dalan rongga pleura) Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak di antara permukaan viseral dan parietal,adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.
Etiologi
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar : Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik. Penurunan tekanan osmotic koloid darah. Peningkatan tekanan negative intrapleural. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura.
Gambaran Klinis
Berikut tanda dan gejala: Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis). Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
Askep pada Efusi Pleura
Pengkajian Biodata Meliputi nama, umur, jenis kelamin,pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa. Keluhan Utama Riwayat Kesehatan sekarang Riwayat Kesehatan terdahulu Riwayat Kesehatan keluarga
Data Dasar Pengkajian : Aktifitas/istirahat Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat Sirkulasi Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi Integritas ego Tanda : ketakutan, gelisah Nyeri/kenyamanan Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi Pernapasan Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma, Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan. Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan
Pemeriksaan fisik
Pada klien efusi pleura bentuk hemitorak yang sakit mencembung, kosta mendatar, ruang interkosta melebar, pergerakan pernapasan menurun. Pendorongan mediastinum kea rah hemitorak kontraleteral yang diketahui dari posisi trakea dan iktus kordis. RR cenderung meningkat dank lien biasanya dispneu. Vocal premitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Suara perkusi redup sampai pekak bergantungan pada jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka pada pemeriksaan ekskursi disfragma akan didapatkan adanya penurunan kemampuan pengembangan diafragma. Auskultasi suara napas menurun samapai menghilang,egofoni.
Pemeriksaan penunjang Sinar tembus dada Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila pemukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang bias berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri.
Torakosentesis Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostic maupun terapeutik. Torakonsentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk.
Biopsy pleura Pemeriksaan histologist satu beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberculosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsy pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsy ulangan.
Bronkoskopi: pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, abses paru.
Scanning isotop: pada kasus-kasus dengan emboli paru.
Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada). Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
Intervensi
Dx 1 : Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi. Tujuan : pola nafas efektif Intervensi : 1. Identifikasi etiologi atau factor pencetus. 2. Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital). 3. Auskultasi bunyi napas 4. Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus. 5. Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur 6. Bila selang dada dipasang : - periksa pengontrol penghisap, batas cairan - Observasi gelembung udara botol penampung - Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran - Awasi pasang surutnya air penampung - Catat karakter/jumlah drainase selang dada. 7. Berikan oksigen melalui kanul/masker
Dx 2 : Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada) Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Intervensi : 1. Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri 2. Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi 3. Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi 4. Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri 5. Berikan analgetik sesuai indikasi
Dx 3 : Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas Intervensi : 1. Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan 2. Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah 3. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan 4. Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang 5. Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.