Anda di halaman 1dari 26

PERBEDAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI BAGIAN

PRODUKSI DAN ADMINISTRASI DI PABRIK TEKSTIL


SAFARIJUNIE TEXTINDO BANGAK,BANYUDONO BOYOLALI
OLEH :

BETHARI PUSPONING FADLI
J500090012


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kemajuan di bidang industri sampai sekarang telah
menghasilkan sekitar 70.000 jenis bahan kimia,
gas,karet,kain yang memberikan kenyamanan dalam
kehidupan sehari-hari.
Prevalensi Bisinosis di berbagai negara sekitar 1-88
%.Penelitian di Cina Bisinosis didapatkan sebesar 1,7 %
sedangkan di Indonesia didapatkan 26,2 %.

Manusia hidup di lingkungan Makro,Mikro, dan Meso
rerata waktu dihabiskan di tempat kerja sekitar 8 jam/har,
dimana akan dihirup 3500 liter udara termasuk partikel
debu di dalamnya.
Penyakit paru kerja adalah penyakit yang paling banyak dijumpai
diantara semua penyakit akibat kerja (Winariani, 2010).
Pabrik tekstil yang menggunakan kapas sebagai bahan dasar
mempunyai risiko pajanan debu kapas pada saluran napas.
Bahaya dapat ditimbulkan akibat pajanan debu kapas berulang-
ulang adalah bisinosis (Ikhsan, 2009). Bisinosis dapat dilihat
dengan mengetahui adanya kelainan faal paru yang menurun,
berarti terjadi hambatan di saluran pernafasan (Alsaggaf et al.,
2009).
RUMUSAN MASALAH
Adakah perbedaan Arus Puncak Ekspirasi antara
bagian produksi dan bagian administrasi di
pabrik tekstil Safarijunie textindo Banyudono
Boyolali?

TUJUAN PENELITIAN
UMUM KHUSUS
MANFAAT PENELITIAN
Teoritis
Aplikatif
Untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan peneliti di bidang
penelitian.



Sebagai pertimbangan untuk
menentukan pencegahan
gangguan saluran nafas pada
pekerja pabrik tekstil.

AKNE
VULGARS
BAB II
Tinjauan Pustaka
Pabrik
Tekstil



Noksa

Debu
Kapas
Penyakit
Paru
Kerja


Bisinosis
Penyakit kelainan paru yang
timbul sehubungan dengan
pekerjaan

a. Debu Organik
b. Debu Inorganik
c. Gas Iritan

a. Kapas adalah serat alam berasal
dari tanaman sepsis Gossypium,
b. Debu kapas adalah debu organik
yang lepas ke udara saat
pengolahan serat kapas

Menurut Schilling :
a. Derajat 0 : Normal
b. Derajat : kadang dada terasa tertekan
c. Derajat 1 : sama derajat ditambah setiap
hari minggu pertama kerja
d. Derajat 2 : sama derajat 1 dan diikuti hari
ke-2
e. Derajat 3 : sesak nafas menetap
Fisiologi
Pernapasan
a.Ventilasi
b. Transportasi gas
melalui darah
c.Pernapasan dalam
d.Metabolisme
penggunaan o2
e. Pernapasan luar
Pemeriksaan
faal Paru
Volume
Statis
Volume
Dinamis
Arus Puncak Ekpirasi
Ukuran normal
APE
Pria dewasa :
500-700 L/
mnt
Wanita
dewasa :380-
500 L/mnt
Sifat Peak Flow
Meter

Mudah
dipakai
Harga murah
Mudah
dibawa
Nilai APE sesaat nilai ini
didapatkan dari nilai tiupan pada
waktu tidak tertentu
Nilai APE tertinggi nilai ini di
dapatkan dari nilai APE tertinggi
setelah melakukan tiupan 2 kali pagi
dan sore hari pada keadaan asma
stabil.
APE variasi harian nilai ini
didapatkan dari hasil tiupan APE
selama 2 minggu
TIGA MACAM NILAI ARUS
PUNCAK EKSPIRASI
1
Pasien diajarkan
meniup dengan
benar
2
Tiupan setelah
inspirasi dalam,
dikeluarkan secara
kuat dan cepat
3
Pasien sebelumnya
dihindarkan dari
obat-obat
bronkodilator
CARA PEMERIKSAAN
APE

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI ARUS
PUNCAK EKSPIRASI

Faktor Host :
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Ras
d. Tinggi badan

Faktor Lingkungan:
a. Kebiasaan
merokok
b. Infeksi saluran
napas
c. Polusi udara
d. Status gizi
e. Pemakaian alat
pelindung diri
HUBUNGAN DEBU KAPAS DAPAT
MENIMBULKAN PENURUNAN ARUS PUNCAK
EKSPIRASI
Teori Alergi
Teori Pelepasan
dan Mediator
lainnya
Mekanisme
Kemotatik
Inhalasi debu produksi
tekstil

Saluran nafas
Kerusakan Jaringan
Obstruksi saluran nafas
APE

Usia Jenis
Kelamin
IMT
1. Kontraksi otot polos
2. Hipertrofi selaput lendir
3. Hipersekresi mukus
Kerangka Pikiran
HIPOTESIS
Terdapat perbedaan rerata Arus Puncak
Ekspirasi pada bagian produksi p dan bagian
administrasi di pabrik tekstil Safarijunie
textindo di Banyudono Boyolali.

BAB III
Jenis Penelitian
Lokasi dan Waktu
Penelitian
Populasi Penelitian
Identifikasi Variabel
Sampel dan Teknik
Sampling
Metode analitik dengan pendekatan cross
sectional (Notoatmodjo, 2010).).
Penelitian dilakukan di pabrik tekstil Safarijunie
textindo Banyudono Boyolali.
Definisi Operasional
Jalannya Penelitian
Pengolahan dan
Analisa Data
Kriteria Ekstriksi
Instrumen penelitian

Pekerja bagian produksi dan bagian administrasi
di pabrik tekstil Safarijunie textindo Bangak,
Banyudono Boyolali
Z = Tingkat kesalahan dilihat dari
tabel 1,96
Z = power dilihat dari tabel 1,645
S =

Teknik Sampling
n = 50 orang
purposive sampling yaitu
teknik penetapan sampel
dengan cara memilih
sampel di antara populasi
sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti.
n =
BAB III
Jenis Penelitian
Lokasi dan Waktu
Penelitian
Populasi Penelitian
Identifikasi Variabel
Kriteria Restriksi
Definisi Operasional
Jalannya Penelitian
Pengolahan dan
Analisis Data
Kriteria inklusi:
a. Siswa-siswi kelas III
b. Bersedia ikut dalam penelitian

Kriteria eksklusi:
a.Sedang menstruasi pada saat pengambilan data.
b.Sedang dalam pengobatan kortikosteroid baik per oral
maupun topikal dan obat hormonal

1. Variabel bebas : stres
2. Variabel terikat : akne vulgaris
3. Variabel perancu : Diet, Kebersihan, herediter,
obat-obatan kortikosteroid, dan hormon


Stres dikelompokkan menjadi dua yaitu subjek
mengalami skor stres dan tidak mengalami skor stres.
Pengukuran digunakan PSS yang terdiri atas 10 item
dimana masing-masing item bernilai 0-4 sehingga total
nilai 0-40.
Skala nominal
Tingkat tidak stres = skor 0 hingga 15
Tingkat stres = skor > 16
Akne dilihat dari foto wajah dengan menggunakan
Kamera digital sanyo 12 megapixel
Skala: nominal
Instrumen penelitian


a.Kuesioner penelitian sebagai pengendali variabel
luar.
b.Kuesioner Perceived stress scale (PSS).
d.Kamera Digital Sanyo 12 megapixel

Populasi
Sampel
Siswa-siswi dengan
akne vulgaris
Siswa-siswi tanpa
akne vulgaris
PSS PSS
Stres (+) Stres (+) Stres (-) Stres (-)
Analisis Data
Dengan Fishers Exact Test
Pengolahan dan Analisis secara statistik dengan
program SPSS 17
Dengan Fishers Exact Test
Pengolahan dan
Analisa Data
Jenis Penelitian
Lokasi dan Waktu
Penelitian
Populasi Penelitian
Identifikasi Variabel
Kriteria Restriksi
Definisi Operasional
Jalannya Penelitian
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Agus ,D. 2006. Stres kerja, Patogenesis dan Penanganannya. Vol 5 . Jakarta : FK Unika Atma Jaya,pp: 41-
51.

Arief, T.M, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Klaten : CSGF, pp: 126-7.


Brown, G.R. and Burns, T. 2005. Akne, Erupsi, Akneiformis, dan Rosasea. Lecture Notes : Dermatology. Ed
8. Jakarta : Erlangga, pp: 55-65.

Colman, H. 2007. Healthy Lifestyle Can Fight Acne.
www.acneskincaresite.com/skincarereports/fightacne.htm.

Efendi, Z., 2003. Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Akne Vulgaris. Available from:
http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti3.pdf [ Accessed: Maret 17, 2012].

Folkman, L., et al. (2001). Psyhososial impact of acne vulgaris. evaluation of the relation between a change in
clinical acne severity and psychosocial state. Dermatology. 2001: 203(2):124-30.

Gunawan ,B . 2007. Stres dan Sistem Imun Tubuh : Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi. Cermin Dunia
Kedokteran. 154 : 13-16.

Guyton , A.C .2008. Buku Ajar Kedokteran. Jakarta : EGC.

Handa, S. 2009. Propionibacterium Infection. http://emedicine.medscape.com (17 Maret 2012)

Harahap, M. (2008). Aspek psikis dan Akne Vulgaris. Dalam: Harahap, M. ed. Ilmu Penyakit Kulit Psikologis.
Jakarta: Erlangga.



Jeffry,S. 2002. Stres Faktor Psikologis Abnormal. Edisi 5. Surabaya :Erlangga University Press,pp
:135-8.

Kery, J.E. 2007. Acne & Rosacea: Just the fact, Does Stress Cause Acne.
www.skinandaging.com/article/6263.

Kimbal, A.B, Chiu,A., Chon, S.Y. 2003. The Respon of Skin Disease to Stress. Arch Dermatol.
193(139):879-900.

Lubis DB. (2007). Stress. Dalam: Lubis, DB, ed. Pengantar Psikiatri Klinik. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Indonesia.

Leyden J. 1997. Therapy for Acne Vulgaris. The new Egland Journal of Medicine.365(16).1156-1162.

Maramis, Willy F. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2 . Surabaya : Airlangga University Press.

Pardede N. 2002. Masa remaja. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh
ING, Wiradisuria S, penyunting. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: Sagung Seto; h.
138-70.

Pindha,I.G.A.S. 2007. Akne Vulgaris. Dalam : Soetjiningsih (ed). Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Cetakan 2. Jakarta : Sagung Seto,p :109.

Pochi et al. 1991. Report of the consensus conference on acne classification. J Am Acad of Dermatol,
pp :495-500.

Remor ,E, Cohen .2006. Psycometric Properties of a European Spanish version of Perceived Stress
Scale. The Spanish Journal of pshychology. 9. (1): 86-93.[ Accessed: Maret 17, 2012].





Siregar , R. S., (2004). Akne Vulgaris, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed. Carolin wijaya &
Peter Anugrerah, Cetakan V. Jakarta: Erlangga.

SMAN 7 Surakarta. 2012. http://sman7-slo.sch.id/

Strauss, J. S., (2005), Acne & Rosacea, Dermathology, Ed. Milton Orkin, dkk., first edition,Alarge
Medical Book, Hall International Inc., Minnesota, pg:332-339. [ Accessed: Maret 17, 2012].


Stephen, J. 2003. Stress, acne and skin survace Free Fatty Acids. Psycosomatic Medicine. Vol 32 (5):
503-508.Syamsulhadi, Aliyah.M. 2002. Aspek Psikiatri Acne Vulgaris, Simposium Acne Tinjauan
Klinis dan Psikologis Serta Penatalaksanaannya. Surakarta.

Tafsir , QS. At Taghaabun :11.

Wasitaatmadja, S., 2006, Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofema, Ilmu Penyakit kulit Dan
Kelamin, Ed. Adhi Djuanda, Edisi ke-5, Cetak ulang 2002 dengan perbaikan. Jakarta : FKUI.

Widjaja, E.S. 2000. Rosasea dan Akne Vulgaris. Dalam : Marwali Harahap. (ed). Ilmu Penyakit Kulit.
Jakarta : Hipokrates, pp: 31-45.


Wolff K., Johnson RA., Suurmond D. 2007. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology.5th Edition. McGraw-Hill. USA.

Yosipovitch, Gil .2007. Study of Psychological Stress, Sebum Production and Acne Vulgaris in
Adolescents. Singapore : National University of Singapore.

Anda mungkin juga menyukai