Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR I

PERCOBAAN 1
PENGENALAN MIKROSKOP








OLEH :
NAMA : AHMAD FAUZI
NIM : J1F109031
KELOMPOK : 5
ASISTEN : ADITYAWARMAN






PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antonius Van Leuweenhook
(1675). Antonius Van Leuweenhook adalah orang yang pertama kali melihat
bakteri dengan menggunakn suatu alat optik yang terdiri dari lensa-lensa
bikonveks. Dari hasil penemuan itu, sehingga membuka peluang untuk melakukan
penelitian mengenai proses terjadinya fermentasi dan penemuan jasad renik
penyebabnya penyakit (Dwidjoseputro, 1994).
Meskipun beberapa pendapat mengatakan bahwa penemuan bakteri
sebenarnya telah ditemukan oleh beberapa penemu sebelumnya, tetapi penemuan
terbesar dan diakui adalah penemuan yang dilakukan oleh Antonio Van
Leuweenhook (Gabriel, 1996).
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat
mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan
persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil atau mikroskopik
(Saktiyono,2006).
Suatu objek yang diamati di bawah mikroskop dapat diabadikan dengan
kamera. Biasanya mikroskop majemuk yang mempunyai dua lensa okuler
dilengkapi dengan bagian lensa untuk kamera. Mikroskop telah mengalami
perkembangan seiring berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan Teknologi
sehingga hasil karya manusia setiap waktu selalu mengalami perkembangan.
Dahulu hanya ada Mikroskop sederhana dan beberapa mikroskop optik lainnya
yang hanya mampu memperbesar benda dari sekitar 100-1000 kali, sedangkan
teknologi mikroskop sekarang contohnya mikroskop elektron telah dapat
menghasilkan perbesaran hingga 1.000.000 kali (Saktiyono,2006).
Berdasarkan sistem pencahayaannya mikroskop dibagi menjadi dua yaitu
mikroskop optik dan mikroskop bukan optik.
a. Mikroskop optik, yaitu mikroskop yang proses perbesaran benda
menggunakan cahaya biasa (cahaya tampak). Jenis- jenis mikroskop
optik antara lain mikroskop majemuk, mikroskop binokuler (dua lensa
okuler), mikroskop binokuler stereoskopi yang menghasilkan gambar 3
dimensi, dan mikroskop ultraviolet (Saktiyono,2006).
b. Mikroskop bukan optik, yaitu mikroskop yang memperbesar benda
dengan bantuan radiasi panjang gelombang sinar pendek. Contohnya
mikroskop sinar- X, mikroskop ion, dan mikroskop elektron. Dari
ketiga jenis mikroskop bukan optik, mikroskop elektron paling banyak
digunakan. Melalui mikroskop elektrondapat dipelajari pola- pola sel
hewan, tumbuhan, dan bakteri. Mikroskop elektron juga digunakan
dalam menganalisis hasil industri dan pengontrol hasil produksi
(Saktiyono,2006).
Seiring dengan perkembangan tersebut tidaklah semua orang mengenal
ataupun mengetahui tentang mikroskop termasuk juga mahasiswa sendiri, tidak
semuanya mengerti tentang permasalahan di atas. Oleh karena itu dilakukanlah
percobaan ini agar mahasiswa mengetahui macam-macam mikroskop, bagaian-
bagain mikroskop dan fungsinya serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
mikroskop itu sendiri (Saktiyono,2006).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengenali bagian-bagian
mikroskop, memahami fungsi dan terampil menggunakannya.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mikroskop
Mikroskop berasal dari kata mikro yang berarti sangat kecil, dan scope
yang berarti alat untuk melihat. Jadi dapat disimpulkan bahwa mikroskop
merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang
berukuran sangat kecil (mikro). Hal ini membantu memecahkan persoalan
manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop
berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi
(mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan
berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya
dan mikroskop electron (Saipuddin,2007).
2.2 Jenis-Jenis Mikroskop
A. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali.
Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat
berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa
obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak
pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk
lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop
terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih.
Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat
preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk
menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain (Campbell,2000).
Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar
matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang
terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar
kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi lampu sebagai
pengganti sumber cahaya matahari (Campbell,2000).
Lensa obyektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini
menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir.
Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek dan mempunyai
nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif
yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan
struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah (Campbell,2000).
Lensa okuler, merupakan lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung
atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk
memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan
yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali (Campbell,2000).
Lensa kondensor, berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan
pada obyek yang akan difokus, sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh
daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda akan tampak
menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop
kurang baik (Campbell,2000).

B. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan
untuk benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai
perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat
terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama
dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa obyektif.
Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa
mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya
sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber
cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat diamati. Perbesaran
lensa okuler biasanya 10 kali, sedangkan lensa obyektif menggunakan sistem
zoom dengan perbesaran antara 0,7 hingga 3 kali, sehingga perbesaran total obyek
maksimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada
daerah dekat lensa obyektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan
transformator. Pengatur fokus obyek terletak disamping tangkai mikroskop,
sedangkan pengatur perbesaran terletak diatas pengatur fokus (Campbell,2000).


C. Mikroskop Elektron
Sebagai gambaran mengenai mikroskop elektron kita uraikan sedikit
dalam buku ini. Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali,
elektron digunakan sebagai pengganti cahaya. Mikroskop elektron mempunyai
dua tipe, yaitu mikroskop elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron
transmisi (TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan sel (atau
struktur renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga dimensi. Sedangkan TEM
digunakan untuk mengamati struktur detil internal sel (Campbell,2000).

D. Mengatur Besarnya Obyek
Perbesaran bayangan dari suatu obyek dapat diketahui dari angka
perbesaran lensa obyektif dan lensa okuler. Ukuran suatu benda dapat diketahui
dengan membandingkan terhadap ukuran bidang pandang. Hal ini dapat
dikerjakan dengan beberapa langkah berikut: letakkan penggaris plastik berskala
mm diatas meja obyek dan perkirakan diameter bidang pandang tersebut, dan
catat perbesaran lensa obyektifnya. Ubahlah lensa obyektif dengan lensa obyektif
perbesaran kuat dan tentukan diameter bidang pandangnya dengan rumus berikut:
ok = ol x pl/pk dimana :
ok = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran kuat
ol = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran lemah
pk = perbesaran lensa obyektif kuat
pl = perbesaran lensa obyektif lemah
(Campbell,2000)

E. Preparasi sediaan
Persiapan preparat di dalam mikroskop cahaya terbagi menjadi dua jenis,
yaitu :
a. Preparat Non-permanen, yang dapat diperoleh dengan
menambahkan air pada sel hidup di atas kaca objek, kemudian
diamati di bawah mikroskop (Campbell,2000).
b. Preparat permanen, yang dapat diperoleh dengan melakukan fiksasi
yang bertujuan untuk membuat sel dapat menyerap warna,
membuat sel tidak bergerak, mematikan sel, dan mengawetkannya
(Campbell,2000).
c. Tahap selanjutnya, yaitu pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk
memotong sayatan hingga setipis mungkin agar mudah diamati di
bawah mikroskop. preparat dilapisi dengan monomer resin melalui
proses pemanasan karena pada umumnya jaringan memiliki tekstur
yang lunak dan mudah pecah setelah mengalami fiksasi, kemudian
dilanjutkan dengan pemotongan menggunakan mikrotom.
Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari berlian karena berlian
tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh karena itu, sayatan
yang terbentuk lebih rapi. Setelah dilakukan penyayatan,
dilanjutkan dengan pewarnaan, yang bertujuan untuk memperbesar
kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan
sekitarnya. Setiap pewarna mengikat molekul yang memiliki
kespesifikan tertentu, contohnya : Hematoksilin, yang mampu
mengikat asam amino basa (lisin dan arginin) pada berbagai
protein, dan eosin, yang mampu mengikat molekul asam (DNA
dan rantai samping pada aspartat dan glutamat) (Campbell,2000).


















BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Oktober 2009, pukul
08.00 10.00 WITA. Bertempat di Ruang Biologi I, Laboratorium Dasar Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.

3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: mikroskop
cahaya monokuler dan binokuler, kaca benda, kaca penutup, pinset, pipet tetes,
kuas, air, preparat, dan lain-lain.

3.3 Prosedur Kerja
1. Mencari bidang penglihatan
Mula-mula tabung dinaikkan menggunakan makrometer (pemutar
kasar), hingga lensa obyektif tidak membentur meja/panggung bila
revolver diputar-putar. Lalu lensa obyektif ditempatkan pada pembesaran
lemah (4X atau 10X) dengan revolver diputar sampai berbunyi klik (posisi
satu poros dengan lensa okuler). Kemudian diafragma dibuka sebesar-
besarnya dengan menarik tangkainya ke belakang. Letak cermin diatur
sedemikian rupa ke arah cahaya, hingga terlihat lingkaran (lapangan
pandang) yang sangat terang di dalam lensa okuler. Mikroskop siap
digunakan.
2. Mencari bayangan sediaan
Tabung mikroskop dinaikkan dengan menggunakan makrometer,
hingga jarak antara lensa obyektif dengan permukaan meja 3cm. sediaan
yang akan diamati diletakkan di tengah-tengah lubang meja benda, agar
tidak begeser digunakan penjepit sediaan. Kemudian makrometer diputar
ke belakang sampai penuh (hati-hati), sambil noda sediaan ditempatkan
tepat di bawah lensaobyektif, hingga jarak antara ujung lensa obyektif
dengan permukaan atas kaca penutup hanya 1 mm. kemudian mata
dibidikkan ke lensa okuler sambil diputar makrometer ke depan searah
jarum jam secara hati-hati sampai tampak bayangan yang jelas. Untuk
didapatkan pembesaran kuat, revolver diputar dan lensa obyektif
disesuaikan. Kemudian fungsi micrometer dimainkan secara perlahan dan
hati-hati. (Ingat bila menggunakan lensa obyektif 100X, maka di atas
sediaan perlu ditetesi minyak imersi dahulu).
3. Memelihara Mikroskop
Mikroskop harus selalu diangkat dan dibawa dalam posisi tegak,
dengan satu tangan memegang erat pada lengan mikroskop dan tangan
yang lain menyangga pada dasar atau kakinya. Apabila tabung perlu
dicondongkan posisinya, maka cukup dilakukan dengan memutar engsel
penggerak sebagai titik putar. Setelah selesai harus ditegakkan kembali.
Diusahan agar lensa obyektif lemah (4X atau 10X) berada satu poros di
bawah lensa okuler. Kedudukan tabung diatur seemikian rupa sehingga
ujung lensa obyektif lemah berjarak 1 cm dari atas meja benda.
Kedudukan penjepit sediaan diatur dengan rapi dan cermin pada posisi
tegak agar debu tidak banyak menempel. Apabila pengamatan
menggunakan minyak imersi telah berakhir, sisa minyak dibersihkan
dengan menggunakan Xilol sesegera mungkin, dan dikeringkan dengan lap
yang bersih. Selanjutnya setiap akan menggunakan mikroskop, lensa atau
bagian lainnya dibersihkan dengan kain lap bersihdari bahan halus (flanel).
4. Pengukuran Mikroskopis/Mikrometri
Untuk mengetahui ukuran obyek yang diamatki dengan mikroskop
dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebutMikrometer
Obyektif dan Mikrometer Okuler.
5. Menggambar Hasil
Hasil pengamatan dengan mikroskp dapat dituangkan dalam bentuk
gambar, yang dilakukan dengan alat fotografi atau dengan tangan
(manual). Gambar yang baik harus dapat menyampaikan ide yang jelas
dari suatu struktur yang nyata sebagaimana tampak hubungan antara
bagian-bagian yang tampak diamati. Adapun cirri-ciri gambar yang baik
adalah: jelas, mempunyai keterangan yang lengkap, rapi dan cermat.

























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan dan percobaan ini telah kita dapatkan dan
ketahui bagian-bagian mikroskop baik mikroskop cahaya, mikroskop monokuler,
dan mikroskop binokuler listrik. Bagian-bagian dari mikroskop beserta fungsinya
yaitu sebagai berikut:
1. Bagian mekanis, bagian ini bersifat sekunder namun sangat penting
agar mikroskop dapat digunakan dengan baik terdiri atas :
a. Kaki/dasar atau basis, dapat berbentuk tapal kuda, persegi atau
bentuk yang lain.
b. Pilar, lengan atau engsel penggerak, diatas kaki terdapat pilar, di
atas terdapat lengan. Bagian pilar dan lengan dihubungkan dengan
engsel penggerak yang berfungsi untuk mengatur kedudukan
miroskop sesuai dengan yang dikehendaki.
c. Meja benda merupakan temapat untuk meletakkan obyek yang
diamati. Pada bagian tengah meja terdapat lubang yang berfungsi
untuk meloloskan cahaya yang berasal dari cermin pantul. Dibawah
meja/panggung terdapat sub panggung yang padanya melekat
kondensor yang berfungsi untuk memfokuskan cahay ke obyek
yang diamati. Di bawah kondensor terdapat diafragma untuk
mengatur banyak sedikitnya cahaya yang diperlukan.
d. Sekrup penggerak sedian/obyek, jumlahnya dua, tersusun pada satu
sumbu yang berfungsi untuk menggerakkan sedian ke muka dan
kebelakang (sekrup atas), menggerakkan sedian kekiri dan
kekanan (sekrup bawah).
e. Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sedian, jumlahnya
dua buah atau menjadi satu, yang mempunyai dua fungsi, yaitu
sebagai pengatur atau penggerak kasar/makrometer dan sebagai
penggerak halus atau mikrometer.
2. Bagian optik, bagian ini terdiri dari cermin, lensa kondensor, diafragma,
lensa obyektif dan lensa okuler. Alat-alat tersebut merupakan bagian
yang utama atau primer dari sebuah mikroskop.
a. Cermin, berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumber cahay
ke obyek yang diamati. Pada setiap mikroskop selalu dilengkapi
cermin dengan permukaan ganda, yaitu permukaan datar dan
cekung. Permukaan datar digunakan apabila intensitas sumber
cahaya kurang.
b. Lensa kondensor, mikroskop yang baik biasanya dilengkapi dengan
lensa kondensor yang merupakan kombinasi dari dua lensa yang
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke obyek yang sedang
diamati. Apabila kondisi ruangan kekurangan cahaya, maka dengan
menggunakan cermin cekung mengatur kondensor akan diperoleh
pencahayaan yang lebih baik.
c. Diafragma merupakan bagian yang dapat diputar/digeser
tangkainya ke salah satu arah, berfungsi untuk mengatur intensitas
cahay yang diperlukan saat sednag mengamati obyek.
d. Lensa obyektif, letaknya dekat dengan sedian, biasanya terdapat
2,3 atau lebih lensa yang dipasang sekaligus pada revolver yang
dapat diputar. Pada umumnya dijumpai mikroskop dengan tiga
lensa obyektif yaitu : 4X, 10X, 40X, atau 45X. Jika diperhatikan
pada batang lensa obyektif tertera angka atau tulisan yang perlu
dipahami.
e. Lensa okuler, terletak apabila pada bagian atas tabung berdekatan
dengan mata apabila seseorang mengamati objek dengan
mikroskop.
Dengan kita mengetahui bagian-bagian dari mikroskop dan mengetahui
fungsi-fungsinya, maka kita akan dapat menggunakannya dengan cermat sehingga
akan memudahkan dalam penelitian menggunakan mikroskop.
4.2 Pembahasan
Mikroskop berasal dari kata mikro yang berarti sangat kecil, dan scope
yang berarti alat untuk melihat. Jadi dapat disimpulkan bahwa mikroskop
merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang
berukuran sangat kecil (mikro). Mikroskop berfungsi untuk menigkatkan
kemampuan daya pisah seseorang sehingga memungkinkan dapat mengamati
obyek yang sangat halus sekalipun.
Cara memelihara Mikroskop yaitu mikroskop harus selalu diangkat dan
dibawa dalam posisi tegak, dengan satu tangan memegang erat pada lengan
mikroskop dan tangan yang lain menyangga pada dasar atau kakinya. Apabila
tabung perlu dicondongkan posisinya, maka cukup dilakukan dengan memutar
engsel penggerak sebagai titik putar. Setelah selesai harus ditegakkan kembali.
Diusahan agar lensa obyektif lemah (4X atau 10X) berada satu poros di bawah
lensa okuler. Kedudukan tabung diatur seemikian rupa sehingga ujung lensa
obyektif lemah berjarak 1 cm dari atas meja benda. Kedudukan penjepit sediaan
diatur dengan rapi dan cermin pada posisi tegak agar debu tidak banyak
menempel. Apabila pengamatan menggunakan minyak imersi telah berakhir, sisa
minyak dibersihkan dengan menggunakan Xilol sesegera mungkin, dan
dikeringkan dengan lap yang bersih. Selanjutnya setiap akan menggunakan
mikroskop, lensa atau bagian lainnya dibersihkan dengan kain lap bersihdari
bahan halus (flanel).
Ternyata telah terbukti kebenarannya bahwa dengan menggunakan
mikroskop kita dapat melihat benda-benda yang berukuran kecil (mikro) sesuai
dengan pengertian dari mikroskop itu sendiri yaitu merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikro).
Jadi hanya diperlukan keterampilan dan kecermatan kita dalam melakukan
penelitian dengan menggunakan mikroskop agar mendapatkan hasil pengamatan
yang tepat.


















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan
adalah kita dapat melihat benda-benda yang berukuran kecil (mikro) dengan
menggunakan mikroskop. Beberapa jenis mikroskop telah mempunyai tingkat
ketelitian yang lebih tinggi dengan adanya kemampuan pembesaran yang lebih
akurat. Penggunaan mikroskop dalam penelitian sangat menunjang sekali karena
banyak pengamatan terhadap benda-benda yang berukuran mikro.

5.2 Saran
Penggunaan mikroskop ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti agar
data yang dihasilkan sesuai. Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya tingkat
kecermatan dan ketelitian harus lebih ditingkatkan dan yang lebih penting harus
lebih berhati-hati dalam menggunakan alat-alat dalam praktikum agar tidak terjadi
kerusakan-kerusakan alat praktikum.












DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neill C. 2000. Biologi Jilid 1, edisi kelima terjemahan Rahayu Lestari
dkk. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Gabriel, F. J.1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.
Saipuddin, Aip. 2007. Fisika 1. Jakarta: Visindo
Saktiyono. 2006. Biologi Jilid 1. Jakarta: Esis.
Tim Fisika. 2007. Mikroskop.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/1672308-mikroskop/
Diakses tanggal 24 Oktober 2009

Anda mungkin juga menyukai