Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah arsitektur telah melahirkan para pemikir dan perancang bangunan
yang karyanya sangat mengagumkan.Gabungan karya seni dan kekuatan yang
kokoh menjadikan hasil karya itu bertahan lama mengukir sejarah.Kekuatan
yang menompang keindahan itu terletak pada kesimbangan yang direncanakan
dengan baik. Pada pembahasan kali ini akan mempelajari kesimbangan benda
tegar (keseimbangan gaya).
Dalam benda tegar ukuran benda tidak diabaikan.Sehingga gaya-gaya
yang bekerja pada benda hanya mungkin menyebabkan gerak translasi dan
rotasi terhadap suatu poros.Pada benda benda tegar dikenal titik berat.
Kesetimbanganmerupakan konsep yang sangat erat kaitannya dengan
kenyamanan hidup manusia.Dalam tubuh manusia pun terdapat konsep
keseimbangan.Manusia bisa berjalan dengan baik salah satunya ada konsep
keseimbangan.Keseimbangan / benda seimbang artinya adalah Benda dalam
keadaan diam atau pusat massanya bergerak dengan kecepatan tetap.






2

BAB II
PEMBAHASAN
Mekanika adalah ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda
diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut.
Mekanika benda tegar terbagi menjadi dua, yaitu: statika yang mempelajari benda
dalam keadaan diam dan dinamika yang mempelajari benda dalam keadaan
bergerak. Pada benda tegar tidak pernah benar-benar tegar, melainkan tetap
mengalami deformasi akibat beban yang diterima tetapi umumnya deformasi
kecil, sehingga tidak mempengaruhi kondisi keseimbangan atau gerakan struktur
yang ditinjau maka diabaikan.

2.1 PENGERTIAN KESEIMBANGAN GAYA
Menurut Bueche (2006:41) Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda
dengan resultan gaya dan resultan momen gaya samadengan nol. Ada dua
kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah benda untuk dapat mencapai
keadaan kesetimbangan statis. Pertama benda tersebut harus dalam
kesetimbangan translasi yang berarti bahwa vector resultan dari semua gaya
yang bekerja pada benda harus samadengan nol. Kondisi yang lain adalah
harus dalam kesetimbangan rotasi yang berarti bahwa jumlah torka arah jarum
jam sekitar sumbu putarnya harus samadengan jumlah total yang berlawanan
arah dengan jarum jam sekitar sumbu putar. Torka didefinisikan sebagai efek
putaran sekitar sumbu putar oleh akibat beberapa gaya. Jarak tegak lurus dari
pusat putaran terhadap garis gaya aksi disebut dengan lengan gaya. Torka
didefinisikan sebagai:
3


Menurut Frick (1997:13) Gaya (force) didefinisikan sebagai tarikan atau
tekanan yang bekerja padasebuah benda yang dapat mengakibatkan perubahan
gerak. Umumnya, gayamengakibatkan dua pengaruh, yaitu: (1) menyebabkan
sebuah benda bergerak jika diarnatau perubahan gerak jika telah bergerak dan
(2) terjadi deformasi. Pengaruh pertamadisebut juga pengaruh luar (external
effect) dan yang kedua disebut pengaruh dalam (internal effect). Apabila
beberapa gaya bekerja pada sebuah benda, gaya-gaya tersebutdinyatakan
sebagai system gaya (force system) yang akan dipelajari dalarn
statika,dinarnika, dan kekuatan bahan. jika sistem gaya yang bekerja pada
sebuah benda tidak mengakibatkan pengaruh luar, gaya dikatakan setimbang
(balance) dan benda dikatakanberada dalarn kesetimbangan (equilibrium).
Statika mempelajari hubungan antaragaya-gaya yang bekerja pada benda kaku
( rigid body) pada keadaan diam dan dianggapsetimbang. Dinamika
membahas keadaan sebuah benda yang bergerak atau dipercepat,tetapi dapat
dibuat setimbang dengan menempatkan gaya inersia secara tepat. Kekuatan
bahan (strength of materials) mengkaji kekuatan bahan dalamkaitannya
dengan gaya luar yang bekerja pada sebuah benda dan pengaruhnya
terhadapgaya dalam benda. Benda tidak dianggap sebagai kaku sernpurna
(perfectly rigid) dandilakukan perhitungan deformasi benda pada beberapa
macam gaya yang bekerja.
Kesetimbangan sebuah benda diklasifikasikan menurut tiga katagori, yaitu
stabil, tak stabil, dan netral. Kesetimbangan stabil merupakan kesetimbangan
gaya yang terjadi bila torsi atau gaya yang muncul karena perpindahan kecil
4

dari benda yang memaksa benda kembali ke arah posisi kesetimbangannya.
Kesetimbangan tak stabil adalah kesetimbangan gaya yang terjadi bila gaya-
gaya atau torsi yang muncul karena perpindahan kecil dari benda memaksa
benda menjauhi posisi kesetimbangannya. Kesetimbangan netral merupakan
kesetimbangan gaya yang terjadi bila tidak ada torsi atau gaya yang bekerja,
sehingga tidak ada memaksa untuk menjauh dan netral. Pada umumnya kita
akan berhubungan dengan gaya-gaya yang bekerja pada bidang, sehingga
biasanya diperlukan komponen x dan y. Jika sebuah komponen gaya
menunjuk sepanjang arah sumbu x dan y negative, persamaan inilah yang
disebut dengan syarat pertama kesetimbangan. Pada dua benda yang telah
diberi label akan menghasilkan gaya total nol pada benda, dengan
menambahkan torsi total yang akan merotasi benda mengacu pada persamaan.
Jika pada suatu benda bekerja hanya satu gaya, maka benda akan
dipercepat searah dengan arah gaya yang bekerja. Jika dua buah gaya bekerja
pada sebuah bendatanpa mengalami percepatan maka dikatakan bahwa gaya
berada dalam kesetimbangan.Dua gaya yang berada dalam kesetimbangan
(Gambar 2.1) harus memenuhi tigapersyaratan, yaitu: (1) harus mempunyai
ukuran yang sama, (2) bekerja dalam arah yangberlawanan, dan (3) garis aksi
kedua gaya tersebut harus melewati satu titik. Dua buahgaya tersebut
dikatakan concurrent.
Tiga buah gaya bekerja pada benda dikatakan dalam kesetimbangan
(equilibrium) jika memenuhi sejumlah kondisi, yaitu: (1) gaya harus berada
pada bidangyang sama - coplanar, (2) garis aksi gaya melalui satu titik -
concurrent, dan (3) jikaarah gaya dinyatakan dengan arah panah dan besar
5

gaya dinyatakan dengan panjanggaris, maka gaya-gaya tersebut harus
membentuk segitiga gaya triangle of forces. Gambar 2.2 menunjukkan
contoh tiga gaya, coplanar dan concurrent, yang beradadalam kesetimbangan
dan menghasilkan segitiga gaya.


Gambar 2.1 Dua gaya berada dalam kesetimbangan


Jika lebih dari tiga gaya bekerja pada benda berada dalam kesetimbangan
jikagaya-gaya tersebut concurrent dan coplanar dan jika setiap besar dan arah
gayadinyatakan dalarn garis, maka garis-garis tersebut harus membentuk
poligon gaya ( polygon of forces) yang tertutup. Gambar 2.3 menunjukkan
contoh empat gaya bekerja padasatu titik dan semua pada bidang yang sama.
Karena gaya berada dalarn kesetimbangan,bentuk yang dihasilkan dinyatakan
dengan garis yang menunjukkan arah dan besar gayamembentuk poligon
tertutup.

6



Gambar 2.2 Tiga gaya dalam kesetimbangan



Gambar 2.3 Empat gaya dalam kesetimbangan

2.2 JENIS-JENIS KESETIMBANGAN GAYA
2.2.1 Kesetimbangan Sistem Gaya Konkuren
Jika sebuah sistem gaya melalui satu titik berada dalarn bidang
yang sama (coplanar concurrent force system), maka jumlah aljabar
komponen vertikal danhorizontal gaya masing-masing harus sama
dengan nol. Ini dinyatakan dengan persamaan:


7

Sebaliknya, jika dinyatakan F Y = 0 dan F X = 0 dalam sistem
gaya konkuren, makadapat kita katakan bahwa sistem dalam
kesetimbangan dan resultan gaya adalah samadengan nol.
2.2.2 Kesetimbangan Sistem Gaya Sejajar
Kesetimbangan sistem gaya sejajar dalarn satu bidang (coplanar
parallel forcesystem), jumlah aljabar gaya-gaya yang bekerja pada
sistem dan momen gaya sistem terhadap suatu titik pada bidang har-
us sama dengan nol. Persyaratan ini dinyatakandengan:


2.2.3 Kesetimbangan Sistem Gaya Non-Konkuren
Jika sistem gaya koplanar, tidak-konkuren dan tidak-sejajar berada
dalam,kesetimbangan maka jumlah aljabar komponen gaya vertikal.
dan horizontal harus samadengan nol. Juga, jumlah aljabar momen
gaya terhadap, suatu titik bidang juga harussama dengan nol.
Persyaratan ini dinyatakan dengan:


Kesetimbangan dari sistem ini tidak dapat diverifikasi
hanya.dengan penjumlahanpersamaan gaya. Pada banyak kasus, paling
tidak satu persamaan momen harusdigunakan. Dalam memilih pusat
momen, harus diingat bahwa garis gaya yang melaluipusat momen
akan berharga nol terhadap pusat momen.

8

BAB III
PENERAPAN KESEIMBANGAN GAYA

3.1 KESETIMBANGAN GAYA PADA JEMBATAN
Kesetimbangan statis banyak diaplikasikan dalam bidang teknik,
khususnya yang berhubungan dengan desain struktur jembatan.Suatu jembatan
sederhana dapat dibuat dari batang pohon atau lempengan batu yang disangga
di kedua ujungnya.Sebuah jembatan, walaupun hanya berupa jembatan
sederhana, harus cukup kuat menahan berat jembatan itu sendiri, kendaraan,
dan orang yang menggunakannya.Jembatan juga harus tahan terhadap
pengaruh kondisi lingkungan.Seiring dengan perkembangan jaman dan
kemajuan teknologi, dibuatlah jembatan-jembatan yang desain dan
konstruksinya lebih panjang dan indah, serta terbuat dari material yang lebih
kuat dan ringan, seperti baja.Secara umum, terdapat tiga jenis konstruksi
jembatan.
3.1.1 Jembatan Kantilever
Jembatan kantilever adalah jembatan panjang yang mirip dengan
jembatan sederhana yang terbuat dari batang pohon atau lempengan batu,
tetapi penyangganya berada di tengah.Pada bagian-bagiannya terdapat
kerangka keras dan kaku (terbuat dari besi atau baja).Bagianbagian
kerangka pada jembatan kantilever ini meneruskan beban yang
ditanggungnya ke ujung penyangga jembatan melalui kombinasi antara
tegangan dan regangan. Tegangan timbul akibat adanya pasangan gaya
9

yang arahnya menuju satu sama lain, sedangkan regangan ditimbulkan
oleh pasangan gaya yang arahnya saling berlawanan.
Perhatikanlah Gambar 3.1. Kombinasi antara pasangan gaya yang
berupa regangan dan tegangan, menyebabkan setiap bagian jembatan yang
berbentuk segitiga membagi berat beban jembatan secara sama rata
sehingga meningkatkan perbandingan antara kekuatan terhadap berat
jembatan. Pada umumnya, jembatan kantilever digunakan sebagai
penghubung jalan yang jaraknya tidak terlalu jauh, karena jembatan jenis
ini hanya cocok untuk rentang jarak 200 m sampai dengan 400 m.


Gambar 3.1 Jembatan kantilever ini banyak digunakan di Indonesia
untuk menghubungkan wilayah antar daerah.

10

3.1.2 Jembatan Lengkung
Jembatan lengkung adalah jembatan yang konstruksinya berbentuk
busur setengah lingkaran dan memiliki struktur ringan dan terbuka.
Rentang maksimum yang dapat dicapai oleh jembatan ini adalah sekitar
900 m. Pada jembatan lengkung ini, berat jembatan serta beban yang
ditanggung oleh jembatan (dari kendaraan dan orang yang melaluinya)
merupakan gaya-gaya yang saling berpasangan membentuk tekanan. Oleh
karena itu, selain menggunakan baja, jembatan jenis ini dapat
menggunakan batuan-batuan sebagai material pembangunnya.
Perhatikanlah Gambar 3.2. Desain busur jembatan menghasilkan sebuah
gaya yang mengarah ke dalam dan ke luar pada dasar lengkungan busur.
Ketika menahan beban akibat berat sendiri dan beban lalu lintas, setiap
bagian lengkung menerima gaya tekan, karena alasan itulah jembatan
lengkung harus terdiri dari material yang tahan terhadap gaya tekan.
Walaupun jembatan lengkung tidak mengalami gaya tarik yang
membuat lengkung lebih efisien dari jembatan balok, namun kekuatan
struktur jembatan lengkung juga masih dibatasi. Misal, untuk jembatan
yang struktur utamanya diatas lantai kendaraan, semakin besar sudut
kelengkungannya (semakin tinggi lengkungannya) maka pengaruh gaya
tekan akan semakin kecil, namun itu berarti bentangnya menjadi lebih
kecil, jika diinginkan membuat jembatan lengkung dengan bentang
panjang, maka sudut lengkung harus diperkecil sehingga gaya tekanpun
menjadi lebih besar dan diperlukan abutmen yang lebih besar untuk
11

menahan gaya horizontal tersebut. Jadi sama seperti jembatan balok
bentang dari jembatan pelengkung juga dibatasi hingga 50 sampai 150 m.
Bentuk melengkung dari struktur memungkinkan berat sendiri struktur
disalurkan ke pondasi sebagai gaya normal tekan tanpa lenturan. Hal ini
sangat penting untuk material pasangan batu dan beton yang memiliki kuat
tekan relatif sangat tinggi dibandingkan kuat tariknya., bahan tersebut juga
memiliki kekakuan yang sangat besar sehingga faktor tekukan akibat gaya
aksial tekan tidak menjadi masalah utama.
Karena bentuk struktur utamanya yang melengkung maka diperlukan
lantai kerja untuk lalu lintas yang bisa diletakkan diatas, dibawah, atau
diantara struktur utamanya.
Untuk struktur lengkung yang dikakukan oleh lantai kerjanya (Deck
Stiffened-arch) atau jembatan lengkung yang struktur utamanya diatas
lantai kerja, seperti pada jembatan Sydney Harbour, Australia, lantai kerja
tersebut harus lebih tebal dari lengkungnya karena lantai kerja harus dapat
mengatasi dari kemungkinan melentur/menekuk dan lengkung tetap
menerima gaya tekan. Pada beberapa jembatan, lantai kerja bisa lebih tipis
dari balok sedehana biasa karena berat sendirinya sudah ditopang oleh
lengkung dan lengkung bisa juga lebih tipis dari lengkung biasa karena
sudah dikakukan oleh balok diatasnya. Karena alasan inilah jembatan
lengkung bisa membentang lebih panjang dari jembatan balok.
12

Efesiensi pemakaian struktur lengkung akan lebih tinggi lagi jika
lokasinya tepat seperti lembah ataupun sungai yang dalam dimana pondasi
melengkung terletak pada tanah keras. Masuk akal apabila jembatan
lengkung adalah salah satu jembatan paling sederhana karena jika kita
membangun jembatan lengkung di atas tanah keras kita hanya memerlukan
lengkung tanpa memerlukan bagian yang lain. Tanah keras tersebut bisa
berperan sebagai abutmen dan kita bisa menempatkan tanah atau batu
disampingnya dengan sudut yang tepat seperti terlihat pada gambar.
Pada tanah yang kurang keras kita perlu menyediakan abutmen yang
lebih besar untuk menahan gaya horizontal seperti yang terlihat pada
gambar. Kegunaan dari abutmen ini adalah untuk membuat tegangan yang
terjadi akibat dorongan lengkung menurun sampai pada titik yang bisa
dipikul oleh tanah karena tanah mampu menerima tekan dan tanah tidak
akan bergerak lagi (selama tegangan tanah lebih besar dari tegangan yang
terjadi), biasanya juga ada gaya geser yang bekerja di daerah dekat
abutmen.
Jembatan lengkung pada awalnya terbuat dari batu, bata, besi cor, besi
tempa dan baja. Saat ini jembatan lengkung seperti beton pratekan dan
baja membuat jembatan lengkung bisa dibuat lebih panjang dan lebih
elegan.


13

a. Kelebihan Jembatan Lengkung
1. Keseluruhan bagian lengkung menerima tekan, dan gaya tekan ini
ditransfer ke abutmen dan ditahan oleh tegangan tanah dibawah
lengkung. Tanpa gaya tarik yang diterima oleh lengkung
memungkinkan jembatan lengkung bisa dibuat lebih panjang dari
jembatan balok dan bisa menggunakan material yang tidak
mampu menerima tarik dengan baik seperti beton.
2. Bentuk jembatan pelengkung adalah inovasi dari peradaban
manusia yang memiliki nilai estetika tinggi namun memiliki
struktur yang sangat kuat yang terbukti jembatan pelengkung
Romawi kuno masih berdiri sampai sekarang.

b. Kekurangan Jembatan Lengkung
1. Konstruksi jembatan pelengkung lebih sulit daripada jembatan
balok karena pembangunan jembatan ini memerlukan metode
pelaksanaan yang cukup rumit karena struktur belum dikatakan
selesai sebelum kedua bentang bertemu di tengah-tengah. Salah
satu tekniknya dengan membuat "scaffolding" dibawah bentang
untuk menopang struktur sampai bertemu dipuncak.
14


Gambar 3.2 Salah satu contoh jembatan lengkung adalah jembatan
Rumpyang yang terdapat di Kalimantan Selatan.

3.1.3 Jembatan Gantung
Jembatan gantung adalah jenis konstruksi jembatan yang
menggunakan kabel-kabel baja sebagai penggantungnya, dan
terentang di antara menara-menara.Setiap ujung kabel-kabel
penggantung tersebut ditanamkan pada jangkar yang tertanam di
pinggiran pantai. Perhatikanlah Gambar 3.3. Jembatan gantung
menyangga bebannya dengan cara menyalurkan beban tersebut
(dalam bentuk tekanan oleh gaya-gaya) melalui kabel-kabel baja
menuju menara penyangga. Kemudian, gayatekan tersebut diteruskan
oleh menara penyangga ke tanah. Jembatan gantung ini memiliki
15

perbandingan antara kekuatan terhadap berat jembatan yang paling
besar, jika dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya.Oleh karena
itu, jembatan gantung dapat dibuat lebih panjang, seperti Jembatan
Akashi-Kaikyo di Jepang yang memiliki panjang rentang antarmenara
1780 m.
a. Sistem Kabel
Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur
jembatan gantung. Karakteristik kabel kaitannya dengan
struktur jembatan gantung antara lain:
1. Mempunyai penampang yang seragam/homogen pada
seluruh bentang ,
2. Tidak dapat menahan momen dan gaya desak,
3. Gaya-gaya dalam yang bekerja selalu merupakan gaya tarik
aksial,
4. Bentuk kabel tergantung pada beban yang bekerja padanya,
5. Bila kabel menderita beban terbagi merata, maka wujudnya
akan merupakan lengkung parabola,
6. Pada jembatan gantung kabel menderita beberapa beban
titik sepanjang beban mendatar.
Schodek (1991) menyatakan bahwa kabel bersifat fleksibel cenderung
berubah bentuk drastis apabila pembebanan berubah. Dalam hal
pemakaiannya kabel berfungsi sebagai batang tarik.

16

b. Menara (Tower)
Menara pada sistem jembatan gantung akan menjadi
tumpuan kabel utama. Beban yang dipikul oleh kabel
selanjutnya diteruskan ke menara yang kemudian disebarkan ke
tanah melalui pondasi. Konstruksi menara dapat juga berupa
konstruksi cellular, yang terbuat dari pelat baja lembaran, baja
berongga, atau beton bertulang.

c. Kelebihan Jembatan Gantung
1. Seluruh struktur jembatan dapat dibangun tanpa perancah
dari tanah.
2. Struktur utamanya nampak gagah dan mengekspresikan
fungsinya dengan baik.
3. Merupakan pilihan yang ekonomis untuk jembatan dengan
panjang bentang lebih dari 600 meter.
d. Kelemahan Jembatan Gantung
Apabila lantai kerja tidak cukup kaku, maka jembatan
penggantung akan bergoyang dan menjadi tidak stabil jika
terkena angin dan getaran akibat resonansi, seperti pada
jembatan Tacoma Narrows, Seattle, Amerika dan jembatan
Millenium, River Thames, London
17


Gambar 3.3 Jembatan Ampera yang terdapat di Sumatra
Selatan ini menggunakan konstruksi jembatan gantung dengan
duamenara.













18

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kesetimbangan merupakan suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan
resultan momen gaya samadengan nol. Adapun jenis-jenis dari kesetimbangan
gaya adalah kesetimbangan sistem gaya konkuren, kesetimbangan sistem gaya
sejajar, dan kesetimbangan sistem gaya non-konkuren. Aplikasi
kesetimbangan gaya banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti
pada pembuatan jembatan. Jembatan dirangkai sedemikian rupa sehingga
dapat menampung banyak beban (kendaraan dan orang yang melintas) di
atasnya hanya dengan menggunakan konsep kesetimbangan gaya.












19

DAFTAR PUSTAKA

Bueche, Frederick J. 2006. FISIKA UNIVERSITAS. Jakarta: Erlangga.
Freedman, Roger A & Hugh D. Young. 2001. FISIKA UNIVERSITAS.
Jakarta: Erlangga.
Frick, Heinz. 1997. MEKANIKA TEKNIK. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Anda mungkin juga menyukai