Anda di halaman 1dari 5

1

Nama : Arif Wijaya Hambali


Nim : 2012-050-018

I. UUD 1945 sebelum amandemen, sistem presidensil, parlementer, atau quasi ? Jelaskan !
UUD 1945 sebelum amandemen menganut sistem pemerintahan Presidensil. Hal ini dapat
ditunjukan di dalam beberapa pasal dan penjelasan yang terdapat di dalam UUD 1945 sebelum
amandemen, seperti :
1. Presiden merupakan kepala negara dan kepala pemerintahan. Hal ini diatur di dalam pasal 4
UUD 1945 sebelum amandemen bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar dan dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
Pengaturan ini sesuai dengan ciri sistem pemerintahan Presidensil dimana Presiden adalah
kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
2. Para menteri yang akan membantu Presiden, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Hal
ini diatur di dalam pasal 17 UUD 1945 sebelum amandemen bahwa Presiden dalam
melaksanakan tugasnya akan dibantu oleh menteri-menteri negara yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. Ketentuan ini mencerminkan ciri sistem pemerintahan
Presidensil dimana Pemilihan menteri adalah hak prerogatif Presiden. Karena itulah para
mentri tersebut bertanggung jawab, di angkat dan diberhentikan oleh Presiden. Berbeda
dengan sistem pemerintahan parlementer dimana para menteri diangkat dan diberhentikan,
serta bertanggung jawab kepada parlemen.
3. Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara terbanyak (Pasal 6 ayat
(2) UUD 1945). Namun Presiden tersebut tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Dalam menjalankan tugasnya, Presiden harus bekerja bersama-sama
dengan Dewan, akan tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan, artinya
kedudukan Presiden tidak tergantung dari Dewan (Penjelasan UUD 1945). Sehingga
kekuasaan Presiden lebih stabil dan tidak dapat dibubarkan sewaktu-waktu. Hal ini sesuai
dengan ciri sistem pemerintahan Presidensil dimana eksekutif tidak bertanggung jawab
kepada parlemen dan tidak dapat dibubarkan sewaktu-waktu dalam masa jabatannya.
4. Kedudukan DPR adalah kuat. Dewan ini tidak dapat dibubarkan oleh Presiden lalu kemudian
meminta untuk diadakan Pemilu (Penjelasan UUD 1945). Hal ini sesuai dengan sistem
pemerintahan Presidensil dimana karena parlemen dipilih oleh rakyat, maka parlemen tidak
dapat dibubarkan oleh Presiden. Berbeda dengan sistem pemerintahan parlemen, dimana
Presiden dapat membubarkan Parlemen bila tidak sesuai dengan kehendak rakyat.
Dengan ciri-ciri itulah, maka sistem pemerintahan Indonesia sebelum amandemen UUD 1945
adalah sistem Presidensil.

2

II. KONSTITUSI RIS 1949, sistem presidensil, parlementer, atau quasi ? Jelaskan !
Konstitusi RIS 1949 menganut sistem pemerintahan Quasi Parlementer. Karena berdasarkan
pasal 69 ayat (1) Konstitusi RIS dijelaskan bahwa Presiden adalah kepala negara, dan pasal
118 Konstitusi RIS menetapkan bahwa kekuasaan Presiden tidak dapat diganggu gugat dan
Perdana Menteri maupun menteri-menteri di bawahnya bertanggungjawab atas seluruh
kekuasaan pemerintahan, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri dalam hal itu. Sehingga Perdana Menteri merupakan kepala
pemerintahan. Hal ini menunjukan ciri sistem pemerintahan parlementer dimana kepala
pemerintahan (kepala eksekutif) terpisah dengan kepala negara. Selain itu di dalam pasal 111
ayat (1) Konstitusi RIS ditetapkan bahwa dalam tempo satu tahun sesudah Konstitusi mulai
berlaku, maka Pemerintah memerintahkan untuk mengadakan pemilihan yang bebas dan rahasia
untuk menyusun Dewan Perwakilan Rakyat yang dipilih secara umum.
Namun, dalam beberapa ketetntuan di dalam Konstitusi RIS, terdapat ketentuan yang
menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah Parlemnter yang tidak murni (Quasi
Parlementer), karena :
1. Dalam sistem parlementer murni, parlemen (legislatif) mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pernerintah (eksekutif), tapi kenyataan parlemen
kedudukannya hanya terbatas pada hal-hal tertentu saja.
2. Dalam sistem pemerintahan parlementer, Perdana Menteri, para menteri, dan kabinetnya
diangkat dan diberhentikan oleh Parlemen. Namun dalam sistem pemerintahan indonesia saat
Konstitusi RIS, Perdana Menteri diangkat oleh Presiden. Hal ini diatur di dalam pasal 74 ayat
(1) dan (2) Konstitus RIS bahwa Presiden sepakat dengan orang-orang yang dikuasakan oleh
daerah-daerah bagian menunjuk tiga pembentuk Kabinet. Lalu sesuai dengan anjuran ketiga
pembentuk Kabinet itu, Presiden mengangkat seorang dari padanya menjadi Perdana Menteri
dan mengangkat Menteri-menteri yang lain.
3. Dalam sistem pemerintahan parlementer, kekuasaan Perdana Menteri sebagai kepala
pemerintahan terpisah dari kekausaan Presiden sebagai kepala negara. Namun dalam sistem
pemerintahan Konstitusi RIS 1949, Kekuasaan Perdana Menteri masih dicampur tangani oleh
Presiden. Hal itu dapat dilihat pada pasal 68 ayat (1) bahwa Presiden dan menteri-menteri
bersama-sama merupakan pemerintah. Seharusnya Presiden hanya sebagai kepala negara,
sedangkan kepala pemerintahannya dipegang oleh Perdana Menteri.
4. Selain itu, dalam sistem Pemerintahan Konsititusi RIS, Presiden RIS mempunyai kedudukan
rangkap, yaitu sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Hal ini terdapat di dalam
pasal 68 ayat (2) Konstitusi RIS, yaitu dalam Konstitusi ini disebut Pemerintah, maka jang
dimaksud jalah Presiden dengan seorang atau beberapa atau para menteri, yakni menurut
tanggung jawab khusus atau tanggung jawab umum mereka itu.
5. Dalam sistem pemerintahan Parlementer, Perdana Menteri beserta kabinetnya harus
bertanggung jawab kepada Parlemen sebagai lembaga yang mengangkatnya. Karena itulah
kekuasaan eksekutif tidak stabil karena dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh Parlemen.
3

Lalu selanjutnya hanya Presiden yang dapat membubarkan Parlemen dan memerintahkan
untuk melakukan Pemilu kembali. Namun dalam sistem pemerintahan Konstitusi RIS,
terutama di dalam pasal 74 ayat (5), Pertanggungjawaban menteri baik secara perorangan
maupun bersama-sama adalah kepada DPR, namun harus melalui keputusan pemerintah
6. Dalam sistem pemerintahan Parlementer, Parlemen mempunyai hubungan yang erat dengan
eksekutif, sehingga parlemen mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemerintahan dan
dapat menggunakan mosi tidak percaya untuk memberhentikan Perdana Menteri. Namun di
dalam sistem pemerintahan Konsitusi RIS 1949, Parlemen tidak mempunyai hubungan erat
dengan pemerintah sehingga parlemen tidak punya pengaruh besar terhadap pemerintah.
DPR juga tidak dapat menggunakan mosi tidak percaya terhadap Kabinet. Hal ini tercantum
di dalam pasal 122 Konstitusi RIS bahwa Dewan Perwakilan Rakyat yang ditunjuk menurut
pasal 109 dan 110 tidak dapat memaksa Kabinet atau masing-masing Menteri meletakkan
jabatannya.
Karena itulah sistem pemerintahan yang dianut pada masa Konstitusi RIS 1949, dalam kurun
waktu 27 Desember 1949 - 17 agustus 1950 adalah sistem pemerintahan Quasi Parlementer.
III. UUDS 1950, sistem presidensil, parlementer, atau quasi ? Jelaskan !
UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan Quasi Parlementer. Karena berdasarkan pasal 45
UUDS 1950, ditetapkan bahwa Presiden adalah Kepala Negara yang dibantu oleh Wakil
Presiden, dan dalam hal menjadi Kepala negara, kekuasaan Presiden dan Wakil Presiden tidak
dapat diganggu gugat (pasal 83 ayat 1). Selain itu juga terdapat Perdana Menteri sebagai kepala
Pemerintaha, seperti yang diatur di dalam pasal 83 ayat (2) UUDS 1950, bahwa Menteri-menteri
bertanggungjawab atas keseluruhan kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk
seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri. Sehingga menunjukan
adanya keberadaan Perdana Menteri sebagai pelaksana pemerintahan.
Lalu dalam hal Parlemen, berdasarkan pasal 57, ditetapkan bahwa Anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dipilih dalam suatu pemilihan umum oleh warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat-syarat dan menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. Hal
ini telah sesuai dengan ciri-ciri sistem pemerintahan Parlementer, dimana terdapat pemisahan
antara Kepala negara dan kepala pemerintahan, serta adanya pemilu yang hanya memilih
Parlemen, bukan untuk memilih Presiden. Terlebih lagi di dalam pasal 84 UUDS 1950,
dijelaskan bahwa Presiden berhak membubarkan DPR, keputusan Presiden yang menyatakan
pembubaran itu, memerintahkan pula untuk mengadakan pemilihan DPR dalam 30 hari.
Sehingga semakin menunjukan ciri dari sistem pemerintahan Parlementer.
Namun, seperti dalam Konstitusi RIS, di dalam UUDS 1950 terdapat beberapa ketentuan yang
menunjukan bahwa sistem pemerintahan Indonesia pada saat itu adalah bukan parlementer
murni, melainkan parlementer semu (Quasi Parlementer), dengan alasan :
4

1. Dalam sistem pemerintahan parlementer, Perdana Menteri seharusnya diangkat dan
diberhentikan oleh Parlemen. Selain itu juga lazimnya Perdana Menteri harus bertanggung
jawab kepada Parlemen. Namun dalam sistem pemerintahan UUDS 1950, Perdana Menteri
diangkat oleh Presiden setelah menunjuk pembentuk kabinet. Setelah itu Presiden juga
menetapkan Kabinet dan para menteri yang menjadi bawahan dari Perdana Menteri. Terlebih
lagi, walaupun pertanggungjawaban Perdana Menteri tetap pada Parlemen, namun
pertanggungjawaban tersebut harus dilakukan dengan Keputusan Presiden (pasal 51 UUDS
1950).
Walaupun hanya sedikit ketentuan dalam UUDS 1950 yang menyimpang dari sistem
pemerintahan Parlementer, namun tetap dapat dikatakan bahwa Sistem pemerintahan yang dianut
adalah sistem pemerintahan Quasi (campuran) dimana lebih banyak unsur Parlemneternya,
sehingga disebut Quasi Parlementer.
IV. UUD 1945 setelah amandemen, sistem presidensil, parlementer, atau quasi ? Jelaskan !
UUD 1945 setelah amandemen sangat jelas menganut sistem pemerintahan Presidensil. Hal ini
dapat ditunjukan dan dijelaskan melalui beberpa ketentuan di dalam pasal-pasal UUD 1945 itu
sendiri, yaitu :
1. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Hal ini dapat dilihat di dalam
pasal 4 UUD 1945, yakni bahwa Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
dengan dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Ketentuan ini sejalan dengan sistem
pemerintahan Presidensil dimana Presiden merupakan kepala negara dan kepala
pemerintahan
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui suatu pemilihan Umum. Hal ini ditetapkan di
dalam pasal 6A ayat 1 UUD 1945, bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat; dan pasal 22E ayat 2 UUD 1945, bahwa Pemilu
diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden.
Hal ini sejalan dengan sistem pemerintahan Presidensil, yakni Presiden dipilih langsung oleh
rakyat, sehingga ketua partai yang menang pemilu DPR belum tentu menjadi Presiden.
Sehingga Presiden tidak dapat dibubarkan sewaktu-waktu oleh Parlemen dalam masa
jabatannya, kecuali terjadi Impachment (pasal 7A dan B UUD 1945)
3. Presiden juga tidak dapat membubarkan Parlemen dan meminta untuk mengadakan Pemilu
ulang. Hal ini dijelaskan di dalam pasal 7C UUD 1945, bahwa Presdien tidak dapat
membekukan dan/atau membubarkan DPR. Begitupula halmya dengan sistem pemerintahan
Presidensil, dimana Parlemen tidak dapat dibubarkan oleh Parlemen dalam keadaan apapun.
Berbeda halnya dengan sistem pemerinrtahan Parlementer
4. Presiden dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibantu oleh Wakil Presiden yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden (pasal 17 UUD 1945), sehingga para menteri tersebut tidak
bertanggung jawab kepada Parlemen, melainkan kepada Presiden sebagai lembaga yang
5

mengangkatnya. Hal ini jelas menunjukan ciri sistem pemrintahan Presidensil, dimana tidak
adanya campur tangan parlemen dalam hal pengangkatan menteri-menteri.
Karena itulah sistem pemerintahan indonesia pada saat UUD 1945 setelah amandemen adalah
sistem pemerintahan Presidensil.

Anda mungkin juga menyukai