Anda di halaman 1dari 21

Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran

Kelompok 2
1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengetahuan dan kebenaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Pengetahuan merupakan hasil dari pencarian sebuah kebenaran. Kebenaran adalah
hasil dari rasa ingin tahu. Jadi antara pengetahuan dan kebenaran selalu bersama-
sama. Hasrat ingin tahu seseorang terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan
mengenai hal yang dipertanyakan. Pengetahuan yang diinginkan manusia adalah
pengetahuan yang benar atau kebenaran. Banyak pendapat tentang pengetahuan
maupun kebenaran yang mengatakan keduanya saling terkait. Akan tetapi banyak
orang masih bingung tentang apa itu pengetahuan ataupun kebenaran.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi pengetahuan?
2. Bagaimana terjadinya pengetahuan ?
3. Apakah definisi kebenaran?
4. Bagaimana tingkatan dan teori kebenaran ?
5. Apa sajakah jenis kebenaran itu ?
6. Bagaimana hakikat kebenaran dan pengetahuan ?



Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
2

I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi pengetahuan?
2. Mengetahui terjadinya pengetahuan ?
3. Mengetahui definisi kebenaran?
4. Mengetahui tingkatan dan teori kebenaran ?
5. Mengetahui Jenis kebenaran ?
6. Mengetahui hakikat kebenaran dan pengetahuan ?















Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
3

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) berasal dari kata tahu. Pengetahuan berarti apa
yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Dalam Encyclopedia of Philosophy
dideskripsikan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified tru blief). Dalam mengetahui yaitu paham suatu subjek
terhadap objek yang dihadapinya. Subjek di sini tentunya manusia yang memiliki
akal, perasaan, hati nurani, intuisi, dan panca indera. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu, atau segenap apa yang diketahui tentang
suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, seni, dan agama (Qalbi,
2013).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan berarti
segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Menurut Kusuma (2013), Adapun
pengetahuan menurut beberapa ahli adalah :
1. Pudjawidjana, pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya
oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan
pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
4

penginderaan sebuah objek tertentu. Jadi, pengguaan panca indera sangat
diperlukan untuk mencari sebuah pengetahuan.
2. Ngatimin, pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang
telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali
sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi
apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
Jadi, ingatan sebagai proses menyimak dan menarik kembali informasi
yang pernah terjadi pada masa lampau,dimana disini juga memerlukan
pancaindera untuk mengolah informasi tersebut menjadi sebuah ingatan.
3. Notoatmodjo, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini
setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Jadi
pengetahuan disini juga berasal dari panca indera.
Jadi pengetahuan menurut tiga ahli filsup di atas adalah segala sesuatu
yang diketahui, yang diperoleh dari panca indera, termasuk melihat, mendengar,
merasakan, dan berpikir terhadap objek yang diamati. Pengguanaan panca indera
tersebut akan diolah dan menjadi sebuah ingatan, yang akan disampaikan
dikemudian hari.




Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
5

Pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat yaitu (Anonim):
1. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan yang diartikan dengan good sense,
karena sesorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Bola
itu dikatakan bulat karena memang berbentuk bulat, air jika dipanaskan
akan mendidih dan sebagainya. Pengetahuan ini diperoleh dari kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Pengetahuan ilmu (secience), yaitu ilmu yang diartikan sebagai ilmu
pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Pengetahuan ini
diperoleh karena adanya observasi atau pengamatan terhadng terjadap
suatu objek. Hasil dari penelitian ini dibuktikan dengan kegiatan ilmiah
melalui tahap pengujian, pembuktian, dan penyesuaian fakta yang terjadi.
3. Pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Filsafat membahas segala hal
dengan kritis sehingga dapat diketahui secara mendalam tetntang apa yang
sedang dikaji.
4. Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang bersumber dari Tuhan
sehingga pengetahuan ini bersifat mutlak tentang apa-apa yang sudah
ditetapkan. Misalnya tentang hal yang baik dan buruk.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
6

rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuan merupakan salah satu unsur yang penting dalam hubungan
dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik dan lebih sempurna.
Manusia adalah makhluk yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya.
Selain itu, manusia juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai tempat
dirinya bereksistensi. Dunia yang dimaksud disini adalah dunia yang mampu
memberikan manusia kemudahan dan tangtangan dalam hidup. Dunia dimana
bereksistensi dapat memberikan kepada manusia sesuatu yang berguna bagi
pembentukan dan pengembangan dirinya (Temorubun).
II. 2 Terjadinya Pengetahuan
Menurut E-nas76 (2012) masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang
amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan
maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawabannya
yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a
priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi
tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun
pengalaman batin. Pengetahuan ini biasanya bersifat mutlak dimana tidak perlu
dibuktikan secara empiris. Contohnya lingkaran itu tidak memiliki sudut.
Sedangkan pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman. Pengetahuan ini harus dibuktikan. Contohnya kupu-kupu itu
memiliki dua sayap.


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
7

Menurut Eko (2011:3) ada beberapa sumber atau alat untuk mengetahui
terjadinya pengetahuan yaitu:
1. Pengalaman Indra (Sense Experience)
Pengindraan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan,
karena pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diinderai. Paham
seperti ini dapat juga disebut dengan realisme, yaitu paham yang berpendapat
bahwa semua yang dapat diketahui adalah kenyataan saja.

2. Nalar (Reason)
Penalaran (reason) yaitu berfikir dengan menggabungkan beberapa
pemikiran yang dianggap dapat diterima oleh akal (rasional) untuk memperoleh
pengetahuan baru.
3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena
dengan hak otoritas seseorang, kelompok memiliki pengetahuan, dan pengetahuan
yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tidak diujikan lagi kebenarannya,
karena kewibawaan sang penguasa. Jadi sebagai kesimpulan bahwa yang terjadi
karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang
sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
8

4. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan manusia melalui proses kejiwaan dengan
ada atau tidaknya suatu rangsangan yang mampu membuat suatu pernyataan yang
dapat diakui sebagai pengetahuan. Dengan demikian sesungguhnya peran intuisi
sebagai sumber pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan yang
ada dalam diri manusia dan mampu melahirkan suatu pengetahuan. Pengetahuan
yang diperoleh dari intuisi ini tidak dapat dibuktikan melalui kanyataan, namun
diyakini kuat sebagai pengetahuan.

5. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan tuhan kepada utusannya untuk
kepentingan umat. Yang kemudian dijadikan sebagai suatu kepercayaan karena
didalamnya terdapat pengetahuan. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu
sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan.
Wahyu ini merupakan sesuatu yang mutlak, karena sumbernya berasala dari
Tuhan Yang Maha Esa.
II.3 Kebenaran
Menurut Banasuru (2014:106) kata kebenaran berasal dari kata benar.
Kata benar bermakna (1) sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), (2) tidak
berat sebelah, (3) lurus hati, (4) dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang
sebenarnya), (5) sah, dan (sangat). Kata kebenaran bermakna (1) keadaan yang


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
9

cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, (2) sesuatu yang sungguh-sungguh
adanya, misalnya kebenaran yang diajarkan oleh agama, dan kelurusan hati:
kejujuran, misalnya tidak ada seseorang yang sangsi akan kebaikan dan kebenaran
hati.
Jadi kebenaran adalah sesuatu pernyataan yang berdasarkan pada sebuah
fakta yang dirumuskan melelui pemikiran yang logis dengan suatu standar atau
aturan tertentu. Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan
memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan
kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa
melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin,
konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan
harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia
juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana
selalu ditunjukkan oleh kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan objek piker manusia sudah lama
menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya
menyelidiki secara terus menerus. Jika manusia mengerti dan memahami
kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa
melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin,
konflik spikologis.




Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
10

II.4 Tingkatan dan Teori Kebenaran
Kebenaran bersifat relatif sehingga semua orang memiliki kriteria
kebenaran yang berbeda-beda. Tingkatan kebenaran dari yang terendah ke
pemahaman yang tertinggi adalah sebagai berikut (Musrida, 2009) :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan
pertama yang dialami manusia. Sesuatu dikatakan benar jika dapat dilihat
dengan indera tanpa berfikir lebih lanjut.
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping
melalui indara, diolah pula dengan rasio. Sehingga kebenaran dapat diakui
jika dapat dirasio dan di lihat atau dirasakan dengan indera.
3. Tingkat filosofis, kebenaran pada tingkatan ini diperoleh dari rasio dan
pemikiran lebih mendalam (perenungan) tentang suatu hal. Sehingga dapat
diketahui kebenaran yang lebih mendalam
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang
Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman
dan kepercayaan. Kebenaran ini bisa juga dikatakan kebenaran yang mistis
karena tidak dapat dilihat dengan indera dan di rasio.

Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya
bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang
menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang
menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi
subyek yang menangkapnya ialah panca indra. Kebenaran itu ialah fungsi


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
11

kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu, membina dan
menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.
Menurut Dee (2011) dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang
kebenaran, diantaranya tiga yang utama, yakni: Pertama, teori kebenaran sebagai
persesuaian (the correspondence theory of truth), disebut juga teori
korespondensi; teori kebenaran sebagai peneguhan (the coherence theory of truth),
atau disebut juga sebagai teori koherensi; dan ketiga, teori pragmatis (the
pragmatis theory of truth).
Berikut merupakan rangkuman tentang teori kebenaran menurut beberapa
pendapat:
1. Teori Kebenaran Koherensi
Teori kebenaran koherensi mengatakan bahwa suatu pernyataan bernilai
benar apabila berkaitan dengan pernyataan lain (terdahulu) yang bernilai benar.
Suatu pernyataan bernilai benar bila mempunyai hubungan logis bernilai benar
yang dapat dibuktikan dengan hokum-hukum logika. Sultan Hasanuddin adalah
seorang pemberani yang melawan penjajah. Dari pernyataan ini, kita dapat
mengatakan dengan benar bahwa Sultan Hasanuddin adalah seorang pahlawan.
Pernyataan terakhir ini bernilai benar apabila kita menggunakan sebutan pahlwan
dengan criteria menentang penjajah (Dee, 2011).
2. Teori Kebenaran Korespondensi
Teori ini kadang disebut The Accordance Theory of Truth. Teori ini
menjelaskan bahwa suatu kebenaran atau sesuatu keadaan benar bila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
12

objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Sebagai
contoh, Misalnya, pernyataan Meja itu berwarna merah. Adalah benar apabila
mata kita dapat melihat meja itu memang berwarna merah. Ahmad adalah anak
oaring kaya. Bernilai benar apabila orang tua Ahmad memang adalah orang kaya
berdasarkan bukti-bukti yang dapat disaksikan oleh panca indera. sehingga
pernyataan tersebut merupakan suatu kebenaran. Jadi berdasarkan teori
korespondensi ini, kebenaran atau keadaan dapat dinilai dengan membandingkan
antara preposisi dengan fakta atau kenyataan yang berhubungan. Apabila
keduanya terdapat kesesuaian (correspondence), maka preposisi tersebut dapat
dikatakan memenuhi standar kebenaran. Teori ini sering dianut oleh realisme atau
empirisme. K. Roger adalah seorang penganut realisme kritis Amerika, dengan
pendapatnya keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara esensi atau arti
yang kita berikan dengan esensi yang terdapat dalam objeknya (Riezkyckky,
2012).
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Teori kebenaran pragmatis mengatakan bahwa pengetahuan bernilai benar
apabila dapat digunakan dan bermanfaat pada orang yang maemiliki pengetahuan
itu. Paham ini disebut apaham tradisional atau paham pragmatisme (utility
pinciple). Kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Jadi ide, konsep, pernyataan,
atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Ide yang benara adalah ide
yang mampu memungkinkan seseorang berdarkan ide itu melakukan sesuatu
yang berhasil dan tepat guna (Hidayahilya, 2008).



Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
13

4. Teori Kebenaran Semantik
Teori kebenaran semantik berdasarkan pada arti pernyataan ditinjau dari
segi maknanya. Pernyataan itu menunujkkan makna yang sesungguhnya, atau jug
arti yang bersifay definitif yang jelas denga menunjukkan cirri khas yang ada.
Misalnya, bulan bersina. Bulan Januari terdiri atas 31 hari. Dua kata bulan di sini
mempunyai arti yang berbeda, dan ditentuka oleh latar belakang kalimatnya. Kata
bulan yang pertama merujuk kepada benda fisik yang mengeluarkan cahaya,
sedangkan kata bulan yang kedua merujuk kepada suatu sistem penanggalan. Jadi
kebenaran suatu pernyataan sangat bergantung pada situasi dan konteksnya (Dee,
2011).
5. Teori Kebenaran Performatif
Teori kebenaran performatif mengatakan bahwa suatu pernyaan dianggap
benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. Jadi, pernyataan yang benar
bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas, tetapi justru dengan
pernyataan itu tercipta suatu realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam
pernyataan itu. Contohnya: Sesuatu dianggap benar bila memang dpt diaktualkan
dalam tindakan. Dan kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang
otoritas tertentu, missal: pemerintah, pemimpin agama, pemimpin masyarakat, dll.
Contoh : dalam menetapkan 1 Ramadhan atau 1 Syawal, sebagian muslim di
Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan
sebagian yg lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu (Fatayati,
2013).



Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
14

II.5 Jenis-jenis Kebenaran
Kebenaran yang ditemukan dengan cara pencarian kebenaran melalui
penelitian ilmiah dapat berbentuk dalam beberapa macam. Menurut Surajiyo
dalam buku Banasuru (2014 : 110) menyebutkan kebenaran itu atas tiga macam
yakni (1) kebenaran epistemologis, (2) kebenaran ontologism dan (3) kebenaran
sistematis. Kebenaran epistemologik adalah kebenaran dalam hubungannya
dengan pengetahuan manusia. Kebenaran jenis ini disebut veritas conitionis atau
veritas logica. Kebenaran ontological adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang
melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun yang diadakan. Apabila
dihubungkan dengan kebenaran epistemological, kebenaran ini disebut kebenaran
sebagai dasar yang ada di dalam objek pengetahuan itu sendiri. Kebenaran dalam
arti semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat didalam tutur kata
dan bahasa. Kebenaran semantkal disebut juga kebenaran moral atau varitas
moral. Hal ini disebabkan karena tutur kata dan bahasa itu mengkhianati atau
tidak terhadap kebenaran epistemological atau kebenaran ontological tergantung
kepada manusia yang mempunyai kemerdekaan untuk menggunakan tutur kata
ataupun bahasa itu.
Telah dikatakan bahwa yang dibutuhkan bukan hanya kebenaran logis,
melainkan juga kebenaran empiris. Diharapkan pula bahwa kebenaran ilmiah
yang logis dan empiris itu akhirnya dapat diterapkan dan digunakan bagi
kehidupan manusia. Atas dasar ini, kita dapat mengatakan bahwa kebenaran
ilmiah selalu mempunyai paling sedikit tiga sifat dasar, yaitu struktur yang
rasional-logis, materi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis). Karena


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
15

kebenaran ilmiah bersifat rasional, semua orang yang bersifat rasional, yaitu yang
dapat menggunakan akal budinya secara baik, bisa memahami kebenaran ilmiah.
Atas dasar ini, kebenaran ilmiah dianggap kebenaran yang berlaku universal.
Sifat empiris suatu kebenaran adalah ilmiah mengatakan bahwa bagaimana
pun juga kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada. bahkan,
sebagian besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah berkaitan dengan kenyataan
dan empiris di atas dunia ini. Sifat pragmatis terutama menggabungkan kedua
sifat kebenaran yaitu logis dan empiris, artinya kalau sebuah pernyataan dianggap
benar secara logis dan empiris, pernyataan tersebut juga harus berguna dalam
kehidupan manusia, yaitu berguna untuk membantu manusia memecahkan
berbagai persoalan dalam kehidupannya. (Tiro, 2002).
Pembahasan benar dalam makna filsafati akan menjadi bagian dari
cabang-cabang ilmu dalam filsafat ilmu. Benar dalam makna filsafati terkait
dengan pandangan ontology, pandangan axiology, dan pandangan epistemology.
1. Kebenaran epistemologik ;
Mencari cara membuktikan kebenaran (Muhadjir, 2011)
2. Kebenaran positivistic
Kebenaran positivistik kualitatif dibuktika dengan causal realtions
serangkaian fakta empiric indriawi, mereduksi empiri non-indriawi.
Kebenaran positivistik kuantitatif dilandaskan pada ditemukannya
frekuensi tinggi atau variansi besar pada fakta empiric indriawi.




Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
16

3. Kebenaran konstruk interpretif kebahasann
Pemaknaan bahasa mendasarkan pada konstruk bahasa; konstruk dalam
pemaknaan satu dan lainnya.
4. Kebenaran phenomenologik
Kebenaran phenomonologik dibuktikan dengan diketemukannya yang
esensial atau yang bersifat mendasar, pilah dari nono-esensial dan
exemplar, dan sesuai dengan skema moral tertentu.
Perlu juga disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian
terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah ditemukan
melalui proses ilmiah, karena penelitian tersebut dilakukan secara ilmiah.
Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana tidak melalui
proses penelitian. Umpama, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan
oleh tiga hal, yaitu: adanya koheren, adanya korespondensi, dan adanya
pragmatis. Di sini makna kebenaran dibatasi pada kekhususan makna kebenaran
keilmuan (ilmiah). Kebenaran ini tidak mutlak dan tidak samad (langgeng),
melainkan bersifat nisbi (relatif), semen-tara (tentatif), dan hanya merupakan
pendekatan. Tegasnya, apa yang dewasa ini kita pegang teguh sebagai kebenaran
senantiasa merupakan hasil jerih payah bertahun-tahun mengembangkan dan
menyempurnakan kebenaran lama, yaitu kebenaran yang kurang umum
cakupannya dan barangkali bahkan sekarang sudah dianggap usang (Kertayasa,
2011:40).
Kebenaran yang sekarang ini pun, mungkin suatu waktu nanti akan
ternyata hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih nyata lagi.


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
17

Bahkan pada waktu itu barangkali kebenaran yang sekarang kita agungkan itu
terpaksa akan kita campakkan dari khazanah pengetahuan keilmuan, sebab
ternyata tak lebih dari keyakinan yang salah. Sudah diketahui bahwa kebenaran
pada sains secara mutlak tidak pernah ada, atau dengan kata lain, kebenaran pada
sains bersifat tentatif. Oleh karena itu, seorang scientist seyogianya bersifat
skeptik terhadap kebenaran pada sains, sehingga timbul hasrat untuk menguji
kebenaran tersebut. Bilamana kebenaran sebelumnya dapat di buktikan salah
berdasarkan data yang didapatkan pada saat pengujian kebenaran tersebut, maka
kebenaran tersebut dianggap batal dan diganti dengan kebenaran yang baru.
II.6 Hakekat Kebenaran dan Pengetahuan
Pengetahuan dan kebenaran adalah merupakan dua hal yang berbeda dan
tidak dapat dipisahkan. Kebenaran dapat diperoleh manusia melalui pendekatan
non-ilmiah atau pendekatan ilmiah. Dengan demikian pada hakikatnya kebenaran
itu terdiri dari dua macam, yaitu kebenaran ilmiah dan kebenaran non ilmiah.
Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya cara atau langkah tertentu pula
dengan urutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar. Pengetahuan
yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah pada umumnya melalui penelitian yang
berdasar pada suatu teori tertentu. Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah,
yaitu penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasarkan data empiris.
Namun, tidak semua orang mengikuti pendekatan ilmiah untuk sampai
kepada pengetahuan yang benar. Bahkan dalam masyarakat, pendekatan non-
ilmiah juga banyak digunakan. Sebagian besar manusia di dunia ini memiliki


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
18

komitmen terhadap berbagai sudut pandang non-ilmiah, dan jika kita
menyepelekan atau menganggap sudut pandang semacam itu tidak ada atau tidak
berarti, kita akan dihadang masalah besar. Agama, jika dipandang dari makna
istilahnya yang biasa kita gunakan, mungkin tidak ilmiah. Namun, jika
mengabaikan arti penting praktik keagamaan dan keyakinan keagamaan, berarti
kita mengecualikan mayoritas penduduk dunia dari perimbangan kita.
Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh secara mendalam
berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Lalu, kebenaran non
ilmiah adalah kebalikan dari kebenaran ilmiah, yang mana pada kebenaran non
ilmiah ini lebih mengacu pada kebenaran karena kebetulan, kebenaran karena akal
sehat, kebenaran agama dan wahyu, kebenaran intuitif, kebenaran karena trial dan
error, kebenaran spekulasi, dan kebenaran karena kewibawaan. Lalu, ilmu
pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-
pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam
suatu bangunan yang teratur. Berkaitan dengan pembahasan tentang pengetahuan
dan kebenaran yang dihubungkan dengan hakikat ilmu pengetahuan, terdapat dua
teori yang digunakan untuk mengetahuinya yaitu (Sucand,2012) :
1. Teori Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Menurut
teori Realisme yang dimaksudkan dengan pengetahuan adalah gambaran yang
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata. Gambaran sebenarnya inilah
yang memuat kebenaran. Artinya bahwa jika pandangan terhadap alam itu tidak
sesuai dengan realitas yang ada (terdapat penyimpangan) atau tidak benar, maka
apapun yang dihasilkannya bukan sebuah kebenaran dan bukan sebuah


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
19

pengetahuan. Dengan demikian ukuran kebenaran pengetahuan itu didasarkan
pada kesesuaian realitas yang diperolehnya dengan informasi yang
disampaikannya atau disimpulkan. Jika informasi tersebut memuat kebenaran,
maka kebenaran yang disampiakan itulah yang disebut pengetahuan yang benar,
dan jika informasi yang disampaikannya salah maka itulah yang dikategorikan
pengetahuan salah.
2. Teori Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses
mental/ psikologis yang bersifat subjektif. Sifat dari pandangan idealisme ini lebih
menitik beratkan pada pengumpulan data yang bersifat subjektif yang dirumuskan
dalam bentuk kesimpulan. Ukuran kebenaran yang digunakan di dasarkan pada
subjektifitas seseorang. Sehingga sesuatu obyek dianggap sebagai Pengetahuan
tak lebih dari sebuah gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam
yang di dasarkan pada pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan
mengetahuinya. Berarti bahwa pengetahuan dan kebenaran dalam konteks ini
sangat bersifat subjektif di mana premis pokok yang dijadikan landasan adalah
jiwa dimana kedudukan jiwa menjadi sangat utama untuk merumuskan
kesimpulan atau kebenaran dari alam semesta.






Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
20

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah:
1. Pengetahuan pada intinya adalah informasi atau maklumat yang diketahui
atau disadari oleh seseorang. Definisi pengetahuan merupakan hasil proses
dari usaha manusia untuk tahu, atau segenap apa yang diketahui tentang
suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, seni, dan agama
merupakan suatu pengetahuan
2. Terjadinya pengetahuan dapat diketahui dengan berfilsafat a priori atau a
posteriori.
3. Kebenaran berdasarkan pada siapa dan apa yang di anggap benar. Jadi
kebenaran adalah sesuatu pernyataan yang berdasarkan pada sebuah fakta
yang dirumuskan melelui pemikiran yang logis dengan suatu standar atau
aturan tertentu.
4. Kebenaran bersifat relatif sehingga semua orang memiliki kriteria
kebenaran yang berbeda-beda. Tingkatan kebenaran dari yang terendah ke
pemahaman yang tertinggi adalah tingkatan kebenaran indera, tingkatan
ilmiah, tingkat filosofis, dan tingkatan religious.
Teori tentang kebenaran, yakni: teori korespondensi, teori koherensi, teori
pragmatis, teori semantik, dan teori performatif


Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran
Kelompok 2
21

5. Jenis kebenaran yakni (1) kebenaran epistemologis, (2) kebenaran
ontologism dan (3) kebenaran sistematis.
6. Hakikat kebenaran itu terdiri dari dua macam, yaitu kebenaran ilmiah dan
kebenaran non ilmiah.
Hakikat pengetahuan dapat diketahui melalui dua teori yaitu realisme dan
idealisme.
III.2 Saran
Diharapkan untuk semua pembaca agar terus meningkatkan
pengetahuannya yang berhubungan dengan Filsafat terutama tentang Pengetahuan
dan kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai