Bab I I Tinjauan Pustaka
Bab I I Tinjauan Pustaka
1A
45
66
@6
5
Berat 3ewasa,
8antan (kg)
Betina (Kg)
456
5
445
45
45
45
4@6
4A,5
495
@#
#9#
466
?kuran +ubuh
3ewasa %8antan %
Fingkar 3ada (*m)
+inggu gumba (*m)
&anjang badan (*m)
1A1,#
1,4
15,@
1A6,#
1@,6
14#,A
1A6,@
15,@
14,1
1A.6
15,
144,@
1A5,5
15,#
1#,4
19A,A
146,1
1#@,
Betina %
Fingkar 3ada (*m)
+inggu gumba (*m)
&anjang badan (*m)
1@6,6
165,#
117,
15A,@
11#,6
11A,#
159,
11,A
11A,6
1@6,6
11,5
11A,6
1@6,A
114,@
11A,5
17#,
11#,#
16,6
&ersentase beranak2th
(>)
7@ 76 @@ 7 @9 A@
(umber % &I&M Agibisnis &edesaan http%22nusataniterpadu.w"rdpress.*"m2
66A 26@2672##
)er*"e dan /ris*h (19A6) menyatakan bahwa si$at pr"duksi dan
repr"duksi dipengaruhi "leh beberapa $akt"r antara lain bangsa sapi, keadaan
tanah, k"ndisi padang rumput, penyakit dan manajemen. .leh karena itu
21
perbaikan mutu sapi p"t"ng haruslah ditekankan pada peningkatan si$at pr"duksi
dan repr"duksi yang ditunjang "leh pengel"laan yang baik dari segi 9""teknis
dan bi"ek"n"mis
?kuran tubuh sapi bali ternyata sangat dipengaruhi "leh tempat hidupnya
yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan di daerah pengembangan.
(ebagai gambaran umum ukuran tubuh yang dilap"rkan &ane (1996) dari empat
l"kasi berbeda (Bali, I++, I+B dan (ulawesi selatan) diper"leh data sebagai
berikut % sapi bali jantan tinggi gumba 1-1@ *m, panjang badan 15-1# *m,
lingkar dada 1A6-1A5 *m, lebar dada ## *m, dalam dada @@ *m, lebar panggul 47
*m dan beratnya #56 kg, sedangkan yang betina tinggi gumba 165-11# *m,
panjang badan 117-11A *m lingkar dada 15A-1@6 *m dan berat badannya 466-#66
kg
Karateristik repr"duksi dan pr"duksi sapi bali berdasarkan 3armadja (19A6)
adalah sebagai berikut %
Fama bunting % A5-A@ hari
8arak beranak % 1#-17 bulan
&ersentase kebuntingan % A6-96>.
&ersentase beranak % 76-A5>
&ersentase kematian sebelum dan sesudah disapih pada sapi bali berturut-
turut adalah 7,64> dan 4,59>
22
&ersentase kematian pada umur dewasa sebesar ,7>.
(edangan :ibis"n" (611) melap"rkan karateristik repr"duksi dan pr"duksi
sapi bali adalah sebagai berikut %
/ertilitas sapi bali % A4 C A@ >, lebih tinggi dibandingkan sapi -r"pa yang
@6 >.
&eri"de kebuntingan% A6 C 9# hari.
&ersentase kebuntingan (Conception rate) % A@,5@ >.
+ingkat kematian kelahiran anak sapi % 4,@5 >
&ersentase kelahiran (Calving rate) % A4,# >.
,nter0al penyapihan (Calving interval) % 15,#A C 1@,A bulan.
?mur dewasa kelamin betina % 1A-# bulan, kelamin jantan % 6-@ bulan
?mur kawin pertama betina% 1A-# bulan, jantan% 4-A bulan
Beranak pertama kali % A-#6 bulan dengan rataan 46 bulan
!ata-rata siklus estrus % 1A hari, pada sapi betina dewasa muda berkisar
antara 6 C 1 hari.
(edangkan pada sapi betina yang lebih tua % 1@-4 hari, selama 4@ C #A
jam berahi dengan masa subur antara 1A C 7 jam dan menunjukkan
birahi kembali setelah beranak antara -# bulan .
23
(api bali menunjukkan estrus musiman (seas"nality "$ "estrus), pada
Bulan Agustus C januari % @@>. &ada Bulan Mei C .kt"ber % 71>
3ata dari kelahiran terjadi bulan Mei C .kt"ber,dengan se; rati" kelahiran
jantan % betina sebesar #A,6@> % 51,9#> .
Berat lahir sapi Bali anak betina sebesar 15,1 kg,dan 1@,A kg untuk anak
jantan
Berat lahir sapi bali pada pemeliharaan dengan m"n"kultur padi, p"la
tanam padi-palawija dan tegalan masing-masing sebesar 14,@, 1@,A dan
17,4 kg.
Berat sapih kisaran antara @#,#-97 kg, untuk sapih jantan sebesar 75-A7,@
kg dan betina sebesar 7-77,9 kgG 7#,# kg di MalaysiaG A,A kg pada
pemeliharaan lahan sawah, A#,9 kg dengan p"la tanam padi C palawija,
A7, kg pada tegalan .
Berat umur setahun berkisar antara 99,-19,7 kg dimana sapi betina
sebesar 11-144 kg dan jantan sebesar 144-1#@ kg .
Berat dewasa berkisar antara 11-464 kg untuk ternak betina dan 447-#9#
kg untuk ternak jantan .
&ertambahan b"b"t badan harian sampai umur @ bulan sebesar 6,4-6,47
kg dan 6,A-6,44 kg masing-masing untuk pedet jantan dan betina .
24
&ertambahan b"b"t badan pada berbagai manajemen pemeliharaan antara
lain pemeliharaan tradisi"nal sebesar 6,4-6,7 kg G penggembalaan alam
sebesar 6,4@ kgG perbaikan padang rumput sebesar 6,5-6,# kgG
pemeliharaan intensi$ sebesar 6,A7 kg.
(api bali memiliki sedikit lemak halus, kurang daripada #> dari berat
karkasnya (&ayne dan B"dges, 1997) tetapi persentase karkasnya *ukup tinggi
berkisar antara 5-@6> (&ayne dan !"llins"n, 1974) dengan perbandingan tulang
dan daging sangat rendahG k"mp"sisi daging @9-71>, tulang 1#-17> lemak 14-
1#> ((ukanten, 1991). (aka et.al (665) melap"rkan rata-rata sapi bali dari Iusa
&enida pada berat rata-rata 57,5 kg (7,6 C 94,6 kg) rata-rata lemak karkasnya
1@>
2.$ Seleksi Sapi Bali
Kemampuan memilih atau menyeleksi ternak untuk menghasilkan
keturunan yang lebih baik daripada tetuanya merupakan $akt"r yang sangat
penting dalam manajemen pembiakan sapi. (eleksi merupakan suatu tindakan
teren*ana yang dilakukan untuk memilih ternak yang mempunyai si$at unggul dan
mempunyai nilai ek"n"mi untuk dikembangkan. &anjahitan (616) melap"rkan
bahwa, pada dasarnya memilih ternak dapat dilakukan melalui *ara 0isual atau
kualitati$ dan melalui *ara pengukuran atau kuantitati$. &emilihan se*ara 0isual
sering dilakukan peternak terutama sewaktu memilih ternak untuk dijadikan induk
maupun bakalan untuk digemukkan serta pema*ek. (eleksi dilakukan pada waktu
memilih ternak sendiri maupun ternak yang dibeli dari tetangga atau pasar ternak.
25
Karakter 0isual yang menjadi dasar memilih ternak meliputi bentuk tubuh, warna
kulit, bentuk tanduk, bentuk kepala, bentuk m"n*"ng, panjang leher, warna
rambut atau bulu, panjang ek"r dan lain-lain. Bentuk luar ini selalu dihubungkan
dengan p"tensi si$at unggul yang diharapkan dimiliki "leh ternak tersebut. &ada
umumnya si$at unggul yang diinginkan peternak adalah ke*epatan pertumbuhan,
kejinakan atau temperamen yang baik, kemampuan mengk"nsumsi pakan berserat
tinggi, daya tahan terhadap penyakit, kesuburan repr"duksi, pr"duksi air susu dan
banyak yang lainnya.
&eningkatan pr"dukti0itas ternak dapat dilakukan melalui perbaikan mutu
pakan dan pr"gram pemuliaan melalui seleksi dan persilangan. &erbaikan mutu
pakan dan manajemen dapat meningkatkan pr"dukti0itas, tapi tidak meningkatkan
mutu genetik. &erbaikan pr"dukti0itas tersebut sering kali bersi$at sementara dan
tidak diwariskan pada turunannya. &erkawinan silang dapat meningkatkan
pr"dukti0itas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus
dilakukan se*ara bijak dan terarah, karena dapat mengan*am kemurniaan ternak
asli, (!us$idra, 66@).
&engel"mp"kan, pemeringkatan dan pemb"b"tan *iri 0isual terhadap
hubungannya dengan si$at unggul akan membantu mengurangi keragaman $isik
dan pr"duksi yang besar kemungkinan merupakan turunan dari keragamaan
genetik dan bila dilakukan se*ara partisipati$ dapat men"l"ng untuk mengetahui
si$at-si$at unggul ternak yang diinginkan peternak. (i$at unggul pertumbuhan dan
kemampuan pr"duksi sebenarnya dapat diketahui dengan pengukuran terutama
26
umur dan berat. ?mur dihubungkan dengan perkembangan $isi"l"gi ternak seperti
umur sapih, pubertas, dewasa kelamin, dewasa tubuh, kawin pertama, beranak
pertama dan lainnya. Berat dihubungkan dengan perkembangan $isik ternak
seperti berat lahir, berat sapih, berat pubertas, berat kawin pertama dan lainnya.
&engukuran berat dik"mbinasi dengan dimensi tubuh seperti lingkar dada, tinggi
gumba atau pinggul dan panjang badan untuk menggambarkan k"ndisi $isik
ternak. (api terpilih berdasarkan 0isual dan pengukuran perlu dilengkapi silsilah
keturunan atau riwayat kehidupan dan kesehatan ternak untuk mendapatkan
gambaran yang lebih baik akan p"tensi kemampuannya. &ertimbangan ek"n"mi
sangat diperlukan dalam melakukan seleksi. Kemampuan ternak beradaptasi
terhadap *ekaman lingkungan alam dan pakan, temperamen dan persentase karkas
merupakan si$at unggul yang dapat berdampak ek"n"mis. Kemampuan
beradaptasi terhadap *ekaman lingkungan alam dan pakan berkaitan langsung
dengan daya tahan hidup, kesuburan repr"duksi yang berhubungan dengan
kemampuan menghasilkan pedet setiap tahun, kemampuan menggunakan pakan
se*ara e$isien untuk mengasilkan satu pedet dan kemampuan pedet untuk tetap
tumbuh dalam k"ndisi pakan yang buruk. (api bali mempunyai kemampuan
adaptasi yang baik pada wilayah kering beriklim panas kering dengan tingkat
*ekaman iklim dan lingkungan pakan yang berat dengan demikian biaya pr"duksi
lebih rendah. &eningkatan pr"dukti0itas dapat dilakukan melalui perbaikan
manajemen untuk meng"ptimalkan penggunaan sumberdaya tersedia (&anjahitan,
616).
27
(eleksi sapi Bali dapat menyebabkan perubahan keragaman genetik,
tergantung pada *ara seleksi yang digunakan. (eleksi se*ara langsung
mengakibatkan ragam genetik berkurang sampai ter*apainya keadaan k"nstan
pada suatu generasi tertentu. 3engan seleksi terarah suatu si$at yang dikehendaki
maka mutu genetik dapat ditingkatkan. 3alam memilih suatu si$at untuk dijadikan
dasar seleksi perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu tujuan pr"gram seleksi,
nilai heritabilitas suatu si$at, nilai ek"n"mi dari adanya peningkatan si$at, k"relasi
antar si$at serta biaya dan waktu dari pr"gram seleksi. Beberapa si$at yang
mempunyai nilai ek"n"mi tinggi meliputi $ertilitas, daya hidup, nilai karkas,
b"b"t lahir, b"b"t sapih, tipe dan k"n$"rmasi tubuh, b"b"t dan kualitas bulu
(!us$idra, 66@).
Manajemen pembibitan merupakan suatu upaya pembiakan untuk
meningkatkan si$at unggul yang diinginkan dan bernilai ek"n"mi dari ternak
yang dipelihara. .leh karena itu tingkat keberhasilannya sangat ditentukan "leh
strategi, manajemen dan sistim perkawinan. Keterbatasan kemampuan
menyediakan input terutama pakan pada peternakan rakyat merupakan
pertimbangan dalam mengembangkan si$at unggul. Kemampuan ternak sapi
merubah rumput dan pakan berserat lainnya menjadi pr"tein haruslah menjadi
pertimbangan utama dalam mengembangkan peternakan rakyat (trategi yang
harus dilakukan adalah memilih dan mengembangkan sapi yang dapat
mempertahankan kesuburannya, beranak setiap tahun, pedet dapat bertumbuh
dengan pakan rumput dan pakan berkualitas rendah lainnya. &ejantan yang
dipilih haruslah pejantan yang tetap mampu menjaga kesuburan repr"duksi dan
28
mampu kawin dengan pakan kualitas rendah. (api betina yang tidak bunting
dikawinkan dengan pejantan subur dengan pakan kualitas rendah sebaiknya
segera dikeluarkan dari p"pulasi. &engeluaran pema*ek dan betina yang tidak
melakukan $ungsi seperti yang diharapkan selama musim kawin memper*epat
terbentuknya sapi bibit yang diinginkan. (api jantan dan betina mempunyai
kemampuan yang sama dalam mewariskan si$at unggul pada generasi berikutnya.
Iamun perbaikan kualitas melalui sapi betina akan berjalan sangat lambat karena
keterbatasan seek"r betina pr"dukti$ dalam menghasilkan pedet yang hanya
berkisar 16 ek"r selama hidupnya. Berbeda dengan sapi jantan yang dapat
mengawini 56 sampai 166 ek"r betina selama @ bulan atau A sampai 1@ betina
per bulan. &erbaikan kualitas ternak akan lebih *epat ter*apai melalui pejantan
(&anjahitan, 616). Murtidj" (1996) melap"rkan dengan kawin alam seek"r sapi
jantan hanya mampu mengawini betina 16 ek"r per tahun, sedangkan dengan
insiminasi buatan mampu mengawini 6.666 ek"r betina per tahun.
&enyapihan memberi waktu istirahat pada induk untuk memperbaiki
k"ndisi tubuhnya. Bal ini sangat menentukan keberhasilan induk merawat
kebuntingan sampai beranak berikutnya. &ada musim kering induk menyusui
pedet sebaiknya tidak lebih daripada 5 bulan. &enyapihan dapat mengurangi
*ekaman bagi induk yang disebabkan "leh berkurangnya jumlah dan mutu pakan
selama musim kering. &akan berkualitas baik yang masih tersisa sebaiknya
diberikan pada pedet sapihan untuk menghindari terjadinya kekurangan nutrisi
akibat penyapihan. &ada musim hujan dengan ketersediaan pakan yang *ukup,
induk dapat menyusui pedet sampai umur @ bulan.
29
(e*ara umum, meningkatkan kualitas genetik dan sekaligus meningkatkan
p"pulasi ternak sapi bali yaitu% melakukan pengebirian terhadap semua sapi jantan
atau anak sapi jantan yang bukan pejantan atau yang tidak akan digunakan sebagai
pejantanG mendatangkan pejantan unggul untuk dijadikan pejantan atau sebagai
d"n"r sperma G membangun pusat pembibitan pada tingkat kabupaten yang
p"tensil dan pada tingkat pr"pinsi. ("lusi lainnya, dengan menggalakkan
,nseminasi Buatan dengan menggunakan sperma dari pejantan sapi bali unggul
yang ada ataukah mendatangkan sperma dari pusat ,B, dengan menggalakkan
+rans$er -mbri" yang dik"mbinasikan dengan ,B (!us$idra,66@).
2.% Pert!m&!han Ternak
Kata pertumbuhan dapat diterapkan pada suatu sel, "rgan, jaringan, seek"r
ternak maupun p"pulasi ternak. &ertumbuhan menurut :illiams (19A) adalah
perubahan bentuk atau ukuran seek"r ternak yang dapat dinyatakan dengan
panjang, 0"lume ataupun massa. Menurut (watland (19A#) dan Aberle et al.
(661) pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran
lingkar dan b"b"t yang terjadi pada seek"r ternak muda yang sehat serta diberi
pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak. &eningkatan sedikit
saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang pr"p"rsi"nal dari b"b"t
tubuh, karena b"b"t tubuh merupakan $ungsi dari 0"lume. &ertumbuhan
mempunyai dua aspek yaitu% menyangkut peningkatan massa persatuan waktu,
dan pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan k"mp"sisi sebagai akibat
dari pertumbuhan di$erensial k"mp"nen-k"mp"nen tubuh
30
/irman (611) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak menunjukkan
peningkatan ukuran linear, b"b"t, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitr"gen
dan air. +erdapat tiga hal penting dalam pertumbuhan seek"r ternak, yaitu% pr"ses-
pr"ses dasar pertumbuhan sel, di$erensiasi sel-sel induk menjadi ekt"derm,
mes"derm dan end"derm, dan mekanisme pengendalian pertumbuhan dan
di$erensiasi. &ertumbuhan sel meliputi perbanyakan sel, pembesaran sel dan
akumulasi substansi ekstraseluler atau material-material n"n pr"t"plasma.
&ertumbuhan dimulai sejak terjadinya pembuahan, dan berakhir pada saat
di*apainya kedewasaan. &ertumbuhan ternak dapat dibedakan menjadi
pertumbuhan sebelum kelahiran atau pralahir (prenatal) dan pertumbuhan setelah
terjadi kelahiran pas*alahir (p"stnatal)
&ertumbuhan prenatalis pada sapi dimulai sejak terjadinya k"nsepsi yakni saat
pertemuan sel telur betina dengan sel jantan, bersatunya sel jantan dan sel telur
tadi mengasilkan *al"n mahkluk baru di dalam kandungan yang disebut embri"
atau $"etus. &ada awal kebuntingan pertumbuhan $"etus berjalan sangat lambat,
sedangkan pada akhir kebuntingan pertumbuhan berlangsung sangat *epat.
/"etus, hampir 24 bagian bagian pertumbuhan hanya berlangsung 124 dari dari
seluruh waktu yang digunakan dalam kandungan ((udarm"n" dan (ugeng, 66A).
&ertumbuhan pas*a lahir biasanya dibagi menjadi pertumbuhan pra sapih dan
pas*a sapih. &ertumbuhan pra sapih sangat tergantung pada jumlah dan mutu susu
yang dihasilkan "leh induknya &ada d"mba, pertumbuhan pra sapih dipengaruhi
"leh gen"tip, b"b"t lahir, pr"duksi susu induk, litter si9e, umur induk, jenis
kelamin anak dan umur penyapihan. &ertumbuhan pas*a sapih (lepas sapih) sangat
31
ditentukan "leh bangsa, jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan
b"b"t sapih serta lingkungan misalnya suhu udara, k"ndisi kandang, pengendalian
parasit dan penyakit lainnya (/irman, 611)..
Bill (19AA) menyatakan pertumbuhan adalah hasil k""rdinasi pr"ses bi"l"gis
dan pr"ses kimia sejak $ertilisasi sel telur dan diakhiri pada saat ukuran tubuh dan
$ungsi $isi"l"gis ternak dewasa ter*apai. &ertumbuhan terjadi karena perbanyakan
sel (hyperplasia) dan pembesaran sel (hyperthr"py), juga karena adanya
penimbunan nutrisi akibat adanya kebutuhan untuk hidup p"k"k. ("darm"n" dan
(ugeng (66A) menyatakan bahwa setelah pedet lahir pertumbuhan menjadi
semakin *epat hingga usia penyapihan. 3ari usia penyapihan hingga pubertas laju
pertumbuhan masih bertahan pesat, tetapi dari usia pubertas hingga usia jual laju
pertumbuhan mulai menurun dan terus menurun hingga usia dewasa, akhirnya
pertumbuhan terhenti. &ada sapi bali terhenti pada umur # tahun, dan men*apai
berat tubuh rata-rata 466-#66 kg.
&emeliharaan sapi dewasa untuk tujuan pr"duksi daging disebut
penggemukan, penggemukan sapi adalah pemeliharaan sapi dewasa untuk
ditingkatkan berat badannya dan mengasilkan daging dalam waktu singkat yaitu
4-5 bulan (3epartemen &ertanian, 669). 1unt"r" (66) melap"rkan
penggemukan sapi bali dengan bibit yang baik dan pakan berkualitas dapat
men*apai berat p"t"ng #66 kg, dengan lama penggemukan sesuai dengan umur
atau berat mulai digemukan. (api bali yang digemukkan mulai umur 1,5 tahun
dengan berat 116-156 kg memelukan waktu selama 1A bulan, yang berumur
32
tahun dengan berat 66-56 kg memerlukan waktru 1 bulan, yang berumur ,5
tahun dengan berat 75-466 kg memerlukan waktu @-A bulan dan yang berumur 4
tahun dengan berat 466-456 kg memelukan waktu 5-@ bulan &emberian pakan
tambahan berupa k"nsentrat akan dapat memper*epat pertumbuhan,namun resp"n
pertumbuhan tertinggi saat penggemukan antara umur ,5-4,5 tahun. (elama
penggemukan sapi harus dikandangkan se*ara terus menerus dan tidak b"leh
dipekerjakan karena banyak kehilangan kal"ri sehingga menghambat
pertumbuhan
Br"dy (19#5) dalam Baripin (665) melap"rkan bahwa pertumbuhan dapat
diukur dengan tiga *ara, yakni% (1) laju pertumbuhan kumulati$ (*umulati0e
gr"wth rate), () laju pertumbuhan relati0e (relati0e gr"wth rate) dan (4) laju
pertumbuhan abs"lute (abs"lute gr"wth rate).
a. Pert!m&!han K!m!lati'
Kur0a laju pertumbuhan kumulati$ adalah kur0a b"b"t badan 0ersus waktu,
bentuk kur0anya sigm"id. Menurut +ull"h (197A) pertumbuhan sapi jantan di
bawah k"ndisi lingkungan yang terkendali dapat digambarkan sebagai kur0a yang
berbentuk sigm"id (1ambar .@.1).
Kur0a pertumbuhan kumulati$ diper"leh dengan *ara menimbang b"b"t hidup
ternak sesering mungkin, selanjutnya dibuat kur0a dengan aksisnya adalah umur
dan "rdinatnya adalah b"b"t hidup. 3i bawah k"ndisi lingkungan yang terkendali,
b"b"t ternak muda akan meningkat terus dengan laju pertambahan b"b"t badan
yang tinggi sampai di*apainya pubertas. (etelah pubertas di*apai b"b"t badan
33
meningkat terus dengan laju pertambahan b"b"t badan yang semakin menurun,
dan akhirnya tidak terjadi peningkatan b"b"t badan setelah di*apai kedewasaan
$isi"l"gi. &ertumbuhan selanjutnya adalah pertumbuhan negati$ atau tidak terjadi
lagi penambahan b"b"t badan bahkan terjadi penurunan b"b"t badan karena
ketuaan
b. Pert!m&!han A&sol!t
Menurut Br"dy (19#5) dalam Baripin (665) adalah pertambahan b"b"t
badan per unit waktu atau laju pertumbuhan abs"lut (F&A). 3apat digambarkan
dengan rumus %
1
JJJJJJJJ 1
t t
!"#
=
Kang di dalamnya % :
1
L b"b"t badan pada umur t
1
:
(ln
t t
k
=
&ersentase laju pertumbuhan selalu menurun sepanjang hidup ternak, laju
pertumbuhan tertinggi di*apai saat terjadinya pembuahan. Meskipun laju
pertumbuhannya sama, ternak yang lebih ke*il tumbuh tiga kali lebih *epat bila
perbandingan dibuat dalam persentase laju pertumbuhan. +ernak dari bangsa
yang besar kerangka tubuhnya meskipun pertambahan b"b"t badan hariannya
lebih tinggi tetapi persentase laju pertumbuhannya lebih ke*il bila dibandingkan
dengan bangsa yang kerangka tubuhnya ke*il
35
1ambar .@.1. Kur0a &ertumbuhan (ejak Fahir sampai +ernak 3ewasa
Keterangan %
K L B"b"t hidup, &ertambahan b"b"t badan harian atau persentase laju
pertumbuhan
E L ?mur ' L &embuahan B L Kelahiran & L &ubertas M L 3ewasa tubuh 3 L
Mati
&erkembangan tubuh ternak dapat dipelajari dengan mengukur
pertumbuhan relati$ k"mp"nen-k"mp"nen tubuh dan biasanya dilakukan dengan
teknik pem"t"ngan ternak se*ara beruntun (Butter$ield, 19AA). 3engan
menggunakan persamaan al"metrik Bu;ley dalam Baripin 665 yaitu * + a,
b
,
dapat diketahui gambaran pertumbuhan "rgan atau k"mp"nen tubuh se*ara
kuantitati$. +rans$"rmasi l"garitma persamaan Bu;ley akan menghasilkan garis
Kurva Pertumbuhan Relatif
36
lurus untuk setiap k"mp"nen tubuh terhadap b"b"t tubuh. Bentuk tran$"rmasi
l"garitmanya adalah -
lo. * + lo. a / & lo. ,. ata! ln * + ln a / & ln ,
1ambar .@.. &ertumbuhan Al"metri Bagian +ubuh (api
Menurut Iatasasmita (1979) dengan mengetahui besaran nilai k"e$isien
pertumbuhan relati$ (b) dari suatu bagian k"mp"nen tubuh (K) terhadap b"b"t
tubuh (E) di dalam persamaan Al"metrik Bu;ley, dapat dipelajari $en"mena
pertumbuhan k"mp"nen bersangkutan. 8ika prinsip all"metrik Bu;ley
diaplikasikan se*ara tepat pada sejumlah indi0idu hewan, kita akan menghasilkan
hewan yang mempunyai k"mp"sisi karkas dan b"b"t yang spesi$ik selama
pertumbuhan (M* 3"nald et al., 1975). Bila kemiringan atau k"e$isien
pertumbuhan relati$ bL1, maka kedua k"mp"nen tubuh tumbuh dengan laju yang
sama. Bila bM1 berarti k"mp"nen tubuh (yang diwakili pada sumbu K) tumbuh
lebih lambat dari b"b"t tubuh (yang diwakili pada sumbu E), dan bila bN1
menunjukkan k"mp"nen tubuh (K) bertambah sejalan dengan peningkatan b"b"t
37
tubuh (E), atau dapat diinterpretasikan bahwa ke*epatan pertumbuhan relati$
k"mp"nen tubuh (K) lebih tinggi, bila dibandingkan dengan peningkatan b"b"t
tubuh (E) K"e$isisen ini menunjukkan bahwa waktu perkembangan k"mp"nen
tubuh (K) termasuk masak lambat, sehingga p"tensi pertumbuhan relati$ dari
k"mp"nen tubuh (K) termasuk tinggi.
&enggunaan persamaan ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan relati$
k"mp"nen tubuh selama pertumbuhan lebih tergantung pada b"b"t hidup,
dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk men*apai ukuran tersebut dan
pakan (+ull"h.19@4). Bal ini berarti bahwa umur $isi"l"gi (berdasarkan b"b"t
hidup) lebih berpengaruh daripada umur kr"n"l"gi (Iatasasmita, 197A).
Kemudian untuk mengetahui karakteristik tumbuh kembang k"mp"nen tubuh,
Iatasasmita (1979) men*"ba menginterpretasikan dengan menguji nilai b
terhadap satu dengan $"rmula % (b-1) 2 (b. ?ntuk men*egah penyimpangan hasil
yang didapat dalam analisis ini, dianjurkan agar pem"t"ngan ternak se*ara serial,
sesuai dengan masa pertumbuhan atau pada selang b"b"t p"t"ng yang tidak terlalu
besar. +ull"h (19@4) menganjurkan pemakaian persamaan al"metrik Bu;ley
dalam bentuk linier dengan alasan penggunaan rati" ataupun persentase dari
bagian tubuh terhadap b"b"t tubuh se*ara keseluruhan, dapat memper"leh
gambaran tentang perubahan k"mp"nen tubuh selama pertumbuhan seek"r ternak
tidak terlalu besar.
(ampurna (1999) melap"rkan bahwa k"e$isien pertumbuhan al"metri itik
bali jantan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan yang betina. &erkembangan
bagian-bagaian itik bali dimulai dari kepala, leher, kemudian menuju kebagian
38
punggung. 3emikian pula mulai dari kaki, paha bawah, paha atas, dada dan
berakhir pada bagian sayap. (ampurna dan (uatha (616) berdasarkan
pertumbuhan al"metri diper"leh hasil bahwa pertumbuhan dimensi panjang sapi
bali jantan di mulai dari panjang leher, panjang kepala, panjang tubuh bagian
belakang dan paling akhir panjang tubuh bagian depan (edangkan lingkar dada
merupakan bagian tubuh yang tumbuh atau berkembang paling dini kemudian
diikuti lingkar abd"men lingkar leher belakang dan lingkar leher depan tumbuh
paling belakang
2.0 K!r"a Pert!m&!han
Kur0a pertumbuhan yang paling sederhana adalah m"del linier, tetapi
umumnya pertumbuhan tidak mengikuti m"del linier. Kur0a pertumbiuhan yang
umum, ukuran tubuh mulai saat menetas atau lahir (1o) dan ukuran tubuh pada
umur tertentu (1t), dengan ke*epatan pertumbuhan k adalah eksp"nensial (1t +
&e
kt
), m"n"m"lekuler2l"gestik (1t + A 2 &e
kt
), sigm"id ( kt -
be 1
______ A
Wt
+
=
), g"mpert9 (
kt
be
e Wt
+
=
Kur0a pertumbuhan ini dibagi menjadi dua $ase,
yaitu% $ase pertama self accelerating phase ($ase per*epatan diri), yang pada $ase
ini ke*epatan tumbuh meningkat, dengan persamaan 1
t
+ 1
8
e
kt
3 disini
1
8
ukuran tubuh pada saat lahir atau menetas dan k adalah ke*epatan pertumbuhan.
/ase kedua self inhibiting phase ($ase penghambatan sendiri), yang pada $ase ini
pertambahan ukuran tubuh per unit waktu turun sampai pertambahan ukuran
tubuh tersebut menjadi n"l atau men*apai ukuran maksimum, dan dalam keadaan
A _________
kt
be 1
t
W
+
=
A
Self accelerating phase
W
t
= W
0
e
kt
Self inhibiting phase W
t
=
A be
-kt
.
40
ini ukuran tubuh dewasa telah ter*apai dengan persamaan 1
t
+ A 4 &e
2kt
. +itik
antara kedua $ase ini disebut titik balik (<in$le*ti"n p"int=). 8adi %
[
kt -
be - A
A
kt
e
0
W
_________
kt
be 1
t W =
+
=
Bentuk sigm"id untuk semua jenis ternak ternak dan gambaran pr"ses
pertumbuhan yang terus menerus dan perkembangan ternak dari lahir hingga
men*apai dewasa, rata-rata pertumbuhannya lebih *epat pada pertengahan atau
saat in$leksi (A*ker, 19A4). (ampurna (199) mendapatkan bahwa p"la
pertumbuhan "rgan dan bagaian tubuh ayam Br"iler berbentuk sigm"id. Ayam
jantan men*apai titik in$leksi pada umur yang lebih dewasa dibandingkan ayam
betina, disamping itu ayam jantan men*apai ukuran maksimum yang lebih berat
daripada ayam betina. (edangkan pl"t data berat dan panjang bayi pada manusia
dengan umurnya berbentuk l"gistik (:ars"n dan F"wrey, 19@). (ampurna et al.
(611) melap"rkan bahwa p"la pertumbuhan panjang dan lingkar tubuh babi
Fandra*e berbentuk l"gistik
2.9 :aktor2'aktor ;an. <empen.ar!hi Pert!m&!han Ternak.
&ertumbuhan dipengaruhi "leh $akt"r eksternal dan internal, $akt"r
e;ternal yang paling berperan adalah pakan, $akt"r internal yang paling d"minan
mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik dan end"krin atau sekresi h"rm"n
(/irman, 611)
+umbuh-kembang dipengaruhi "leh $akt"r genetik, pakan, jenis kelamin,
h"rm"n, lingkungan dan manajemen. Beberapa $akt"r utama yang mempengaruhi
pertumbuhan sebelum lepas sapih adalah gen"tipe, b"b"t lahir, pr"duksi susu
41
induk, jumlah anak per kelahiran, umur induk, jenis kelamin anak dan umur sapih.
Faju pertumbuhan setelah disapih ditentukan "leh beberapa $akt"r, antara lain
p"tensi pertumbuhan dari masing-masing indi0idu ternak dan pakan yang
tersedia . &"tensi pertumbuhan dalam peri"de ini dipengaruhi "leh $akt"r bangsa,
heter"sis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. &"la pertumbuhan ternak tergantung
pada sistem manajemen (pengel"laan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang
tersedia, kesehatan dan iklim ((inaga, 669)
+ernak yang kurang mendapat pakan baik selama menyusu yang
disebabkan "leh karena induk kurang mempr"duksi susu, *enderung akan
dik"mpensasi pada saat lepas menyusu sepanjang pakan yang diberikan kualitas
dan kuantitasnya baik. Kebalikannya anak yang menyusu pada induk yang
pr"duksi susunya melimpah, pada saat disapih dan setelah mendapat makanan
lain pada saat lepas sapih maka pertumbuhannya akan kurang memuaskan, tidak
seperti pada saat anak tersebut masih menyusu. Meskipun anak yang pakannya
kurang baik pada saat menyusu akan mengalami pertumbuhan k"mpensasi,
namun tidak akan men*apai berat yang n"rmal seperti anak yang menerima
pakan yang baik pada saat menyusu (/irman, 611).
&er$"rman seek"r ternak merupakan hasil dari pengaruh $akt"r keturunan
dan pengaruh k"mulati$ dari $akt"r lingkungan yang dialami "leh ternak
bersangkutan Bardj"subr"t" (199#) dan Astuti (1999). (elanjutnya menyatakan
bahwa $akt"r genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki "leh seek"r
ternak sedang $akt"r lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk
42
menampilkan p"tensi genetiknya. 3itegaskan pula bahwa seek"r ternak tidak
akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung "leh lingkungan
yang baik yang didalamnya ternak tersebut hidup atau dipelihara, sebaliknya
lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki
mutu genetik yang baik. Kuliant" dan (uparint" (616) menyatakan baha $akt"r
ekternal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu % iklim, musim, lahan pakan,
kerusakan lingkungan dan k"ndisi pakan yang ada dilingkungannya