Anda di halaman 1dari 37

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karateristik Sapi Bali
Bangsa (breed)) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki
karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, ternak-ternak
tersebut dapat dibedakan dengan ternak lainnya meskipun masih dalam jenis
hewan (species) yang sama. Karakteristik yang dimiliki dapat diturunkan ke
generasi berikutnya.
Menurut Blakely dan Bade (199), !"mans et al. (199#) sapi bali
mempunyai klasi$ikasi taks"n"mi sebagai berikut %
&hylum % 'h"rdata
(ubphylum % )ertebrata
'lass % Mamalia
(ub *lass % +heria
,n$ra *lass % -utheria
.rd" % Arti"da*tyla
(ub "rd" % !uminantia
,n$ra "rd" % &e*"ra
/amili % B"0idae
1enus % B"s (*attle)
1r"up % +aurinae
(pesies % B"s s"ndai*us (banteng2sapi Bali)
6
7
3inamakan (api Bali karena memang penyebaran p"pulasi bangsa sapi ini
terdapat di pulau bali. (api bali (B"s s"ndai*us) adalah salah satu bangsa sapi asli
dan murni ,nd"nesia, yang merupakan keturunan asli banteng (Bib"s banteng) dan
telah mengalami pr"ses d"mestikasi yang terjadi sebelum 4.566 (M, sapi bali asli
mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. (api Bali dikenal juga
dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos
javanicus, meskipun sapi bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos
taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae,
kedudukan sapi Bali diklasi$ikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih
termasuk genus bos. &ayne dan !"llins"n (1974) menyatakan bahwa bangsa sapi
ini diduga berasal dari pulau Bali, karena pulau ini sekarang merupakan pusat
penyebaran2distribusi sapi untuk ,nd"nesia, karena itu dinamakan sapi bali dan
tampaknya telah did"mestikasi sejak jaman prasejarah 4566 (M
1ambar .1.1 (api Bali 8antan dan Betina
3itinjau dari sejarahnya, sapi merupakan hewan ternak yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat petani di Bali. (api bali sudah dipelihara
8
se*ara turun menurun "leh masyarakat petani Bali sejak 9aman dahulu. &etani
memeliharanya untuk membajak sawah dan tegalan, serta menghasilkan pupuk
kandang yang berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian
(e*ara $isik, sapi bali mudah dikenali karena mempunyai *iri-*iri sebagai berikut %
1. :arna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis
kelaminnya, sehingga termasuk hewan dim"prhism-se;. &ada saat masih
<pedet=, bulu badannya berwarna saw" matang sampai kemerahan, setelah
dewasa sapi bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan
sapi bali betina. :arna bulu sapi bali jantan biasanya berubah dari merah
bata menjadi *"klat tua atau hitam setelah sapi itu men*apai dewasa
kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 4
tahun. :arna hitam dapat berubah menjadi *"klat tua atau merah bata
kembali apabila sapi bali jantan itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh
h"rm"n test"ster"ne.
. Kaki di bawah persendian telapak kaki depan (articulatio carpo
metacarpeae) dan persendian telapak kaki belakang (articulatio tarco
metatarseae) berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada
bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih
tersebut berbentuk "0al (white mirror). :arna bulu putih juga dijumpai
pada bibir atas2bawah, ujung ek"r dan tepi daun telinga. Kadang-kadang
bulu putih terdapat di antara bulu yang *"klat (merupakan bintik-bintik
putih) yang merupakan keke*ualian atau penyimpangan yang ditemukan
9
sekitar kurang daripada 1> . Bulu sapi bali dapat dikatakan bagus (halus)
pendek-pendek dan mengkilap.
4. ?kuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
#. Badan padat dengan dada yang dalam.
5. +idak berpunuk dan se"lah-"lah tidak bergelambir
@. Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
7. &ada tengah-tengah (median) punggungnya selalu ditemukan bulu hitam
membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal
ek"r.
A. 'ermin hidung, kuku dan bulu ujung ek"rnya berwarna hitam
9. +anduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya
untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam
3itinjau dari karakteristik karkas dan bentuk badan yang k"mpak dan
serasi, sapi bali dig"l"ngkan sapi pedaging ideal, bahkan nilai mutu dagingnya
lebih unggul daripada sapi pedaging -r"pa seperti Bere$"rd, (h"rt"rn (Murtidj",
1996). .leh karena itu dianggap lebih baik sebagai ternak pada iklim tr"pik yang
lembab karena memperlihatkan kemampuan tubuh yang baik dengan pemberian
makanan yang bernilai gi9i tinggi (:illiams"n dan &ayne, 1994). (edangkan (aka
et.al (665) melap"rkan untuk karkas sapi bali jantan (beef) tidak ideal karena
perempatan karkas depan (nilai ek"n"minya lebih rendah) lebih besar (5>)
daripada perempatan karkas belakang (#A>), ke*uali kalau dikastrasi ketika masih
pedet.
10
)ariasi merupakan *iri-*iri umum yang terdapat di dalam suatu p"pulasi.
Keragaman terjadi tidak hanya antar bangsa tetapi juga di dalam satu bangsa yang
sama, antar p"pulasi maupun di dalam p"pulasi, di antara indi0idu tersebut.
Keragaman pada sapi bali dapat dilihat dari *iri-*iri $en"tipe yang dapat diamati
atau terlihat se*ara langsung, seperti tinggi, berat, tekstur dan panjang bulu, warna
dan p"la warna tubuh, perkembangan tanduk, dan sebagainya.
(api bali mempunyai *iri-*iri $isik yang seragam, dan hanya mengalami
perubahan ke*il dibandingkan dengan leluhur liarnya (Banteng). :arna sapi
betina dan anak atau muda biasanya *"klat muda dengan garis hitam tipis terdapat
di sepanjang tengah punggung. :arna sapi jantan adalah *"klat ketika muda tetapi
kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 1-1A bulan sampai mendekati
hitam pada saat dewasa, ke*uali sapi jantan yang dikastrasi akan tetap berwarna
*"klat. &ada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada bagian belakang paha
(pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white stocking) sampai di
atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir atas. (Bardj"subr"t" dan
Astuti, 1994)
3i samping p"la warna yang umum dan standar, pada sapi bali juga
ditemukan beberapa p"la warna yang menyimpang seperti dikemukakan
Bardj"subr"t" dan Astuti (1994), yaitu
1. (api injin adalah sapi bali yang warna bulu tubuhnya hitam sejak ke*il,
warna bulu telinga bagian dalam juga hitam, pada yang jantan sekalipun
dikebiri tidak terjadi perubahan warna.
11
. (api mores adalah sapi bali yang semestinya pada bagian bawah tubuh
berwarna putih tetapi ada warna hitam atau merah pada bagian bawah
tersebut.
4. (api tutul adalah sapi bali yang bertutul-tutul putih pada bagian tubuhnya.
#. (api bang adalah sapi bali yang ka"s putih pada kakinya berwarna merah.
5. (api panjut adalah sapi bali yang ujung ek"rnya berwarna putih.
@. (api cundang adalah sapi bali yang di dahinya berwarna putih.
Abidin (66A) menyatakan bahwa kemampuan repr"duksi sapi bali adalah
terbaik di antara sapi-sapi l"kal di ,nd"nesia, karena sapi bali bisa beranak
setiap tahun. 3engan manajemen yang baik penambahan berat badan harian
bisa men*apai 6,7 kg per hari. Keunggulan yang lain bahwa sapi bali mudah
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga sering disebut ternak
perintis.
2.2 Tata Cara Pemeliharaan Pedet Sapi Bali
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur A bulan. (elama 4-#
hari setelah lahir pedet harus mendapatkan kolostrum dari induknya, karena pedet
belum mempunyai anti b"di untuk resistensi terhadap penyakit. (etelah
dipisahkan dari induk sapi, barulah pedet dilatih mengk"nsumsi suplemen
makanan sedikit demi sedikit sehingga pertumbuhanya "ptimal ((anuri, 616).
&ada saat lahir pedet memiliki ukuran tubuh yang ke*il, tetapi dengan ukuran
12
kepala yang relati$ besar dengan kaki yang panjang. Bal ini disebabkan "leh
karena pr"ses pertumbuhan bagian tubuh yang memang berbeda-beda. &ada saat
pedet lahir pen*apaian berat badan baru men*apai sekitar A>. (e*ara berurutan
yang tumbuh atau terbentuk setelah lahir adalah sara$, kerangka, dan "t"t yang
menyelubungi seluruh kerangka. (emua itu sudah terbentuk sejak dalam
kandungan. Kepala dan kaki merupakan bagian tubuh yang tumbuh paling awal
daripada bagan tubuh yang lain, sedangkan bagian punggung pinggang dan paha
baru tumbuh kemudian. 8ika dibandingkan dengan ternak sapi dewasa, pedet
relati$ kakinya lebih tinggi dan dadanya lebih sempit. Kaki belakang lebih
panjang daripada kaki depan Badannya lebih pendek atau dangkal dan tipis
(krempeng) serta ukuran kepalanya lebih pendek. (emakin bertambah umurnya
semakin memanjang ukuran kepalanya (3unia (api 611).
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari pr"ses
pen*iptaan bibit sapi yang bermutu. ?ntuk itu maka sangat diperlukan
penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai men*apai usia
sapih2dara. &enanganan pedet pada saat lahir % semua lendir yang ada dimulut
dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada pada tubuhnya
menggunakan handuk yang bersih. Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa
bernapas. &"t"ng tali pusarnya sepanjang 16 *m dan di"lesi dengan i"dium
untuk men*egah in$eksi lalu diikat. Berikan jerami kering sebagai alas. Beri
k"l"strum se*epatnya paling lambat 46 menit setelah lahir ((anuri, 616).
(etelah lahir pedet harus segera mendapatkan k"l"strum dari induknya, karena
tingkat kematian dapat men*apai 1@-6>, 4-# hari setalah lahir pedet perlu
13
mendapatkan perhatian tata *ara pemeliharaan. Khusus pada peri"de k"l"strum
pedet belum bisa mengasilkan antib"di (,m"n"glubulin) di minggu pertama
setelah kelahiran dan harus mendapatkan dari k"l"strum agar tahan terhadap
serangan penyakit. K"l"strum juga ber$ungsi sebagai la;ati0e (urus-urus) untuk
mengeluarkan k"t"ran sisa-sisa metab"lisnme. &emeliharaan pedet se*ara alami
dapat dilakukan dengan membiarkan pedet selalu bersama induknya sampai
dengan pedet disapih umur @ C A bulan, baik saat digembalakan maupun didalam
kandang (3unia (api 611).

1
1ambar .4.1 &edet (api Bali
Balai -mbri" +ernak (611) melap"rkan bahwa. untuk dapat
melaksanakan pr"gram pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus
memahami dulu susunan dan perkembangan alat pen*ernaan anak sapi.
&erkembangan alat pen*ernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-
langkah pemberian pakan yang benar.
14
(ejak lahir anak sapi telah mempunyai # bagian perut, yaitu % rumen
(perut handuk), retikulum (perut jala), "masum (perut buku) dan ab"masum
(perut sejati). &ada awalnya saat sapi itu lahir hanya ab"masum yang telah
ber$ungsi, kapasitas ab"masum sekitar @6 > dan menjadi A > bila nantinya telah
dewasa. (ebaliknya untuk rumen semula 5 > berubah menjadi A6 > saat
dewasa. :aktu ke*il pedet hanya akan mengk"nsumsi air susu melalui
oesophageal groove yaitu langsung dari kr"ngk"ngan (oesophagus) ke
ab"masum sedikit demi sedikit dan se*ara bertahap anak sapi akan
mengk"nsumsi calf starter (k"nsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan
gi9i, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar
menk"nsumsi rumput. &ada saat ke*il, alat pen*ernaan ber$ungsi mirip seperti
hewan m"n"gastrik.
&ada saat pedet air susu yang diminum akan langsung disalurkan ke
ab"masum, berkat adanya saluran yang disebut <Oesophageal groove=. (aluran
ini akan menutup bila pedet meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke
dalam rumen. Bila ada pakan baik k"nsentrat atau rumput, saluran tersebut akan
tetap membuka, sehingga pakan padat jatuh ke rumen. &r"ses membuka dan
menutupnya saluran ini mengikuti pergerakan re$leks. (emakin besar pedet,
maka gerakan re$lek ini semakin menghilang. (elama # minggu pertama
sebenarnya pedet hanya mampu mengk"nsumsi pakan dalam bentuk *air.
Dat-9at makanan atau makanan yang dapat di*erna pada saat pedet
adalah % pr"tein air susu *asein, lemak susu atau lemak hewan lainnya, gula-gula
susu (lakt"sa, gluk"sa), 0itamin dan mineral. ,a mampu meman$aatkan lemak
15
terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun kurang dapat
meman$aatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau kedelai. (ejak
umur minggu pedet dapat men*erna pati-patian, setelah itu se*ara *epat akan
diikuti kemampuan untuk men*erna karb"hidrat lainnya (namun tetap tergantung
pada perkembangan rumen). )itamin yang dibutuhkan pada saat pedet adalah
0itamin A, 3 dan -. &ada saat lahir 0itamin-0itamin tersebut masih sangat sedikit
yang terkandung di dalam k"l"strum sehingga perlu diinjeksi ketiga 0itamin itu
pada saat baru lahir.
3alam k"ndisi n"rmal, perkembangan alat pen*ernaan dimulai sejak
umur minggu. &"pulasi mikr"ba rumennya mulai berkembang setelah pedet
mengk"nsumsi pakan kering dan menjilat-jilat tubuh induknya. (emakin besar
pedet maka pedet tersebut akan men*"ba mengk"nsumsi berbagai jenis pakan
dan akan menggertak k"mp"nen perutnya berkembang dan mengalami
m"di$ikasi $ungsi. Anak sapi 2 pedet dibuat sedikit lapar, agar *epat terangsang
belajar makan padatan (calf starter). &edet yang baru lahir mempunyai sedikit
*adangan makanan dalam tubuhnya. Bila pemberian pakan sedikit dibatasi
(dikurangi), akan memberikan kesempatan pedet menyesuaikan diri terhadap
perubahan k"ndisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami *ekaman.
+ahap men*apai alat pen*ernaan sapi dewasa umunya pada umur A
minggu, namu pada umur A minggu kapasitas rumen masih ke*il, sehingga pedet
belum dapat men*erna rumput atau pakan kasar lainnya se*ara maksimal. ?mur
men*apai tahapan ini sangat dipengaruhi "leh tipe pakannya (yaitu berapa lama
dan banyak air susu diberikan, serta kapan mulai diperkenalkan pakan kering).
16
(etelah disapih, pedet akan mampu meman$aatkan pr"tein hijauan dan setelah
penyapihan perkembangan alat pen*ernaan sangat *epat.
8enis bahan pakan untuk anak sapi dapat dig"l"ngkan menjadi yaitu%
pakan *air2likuid % k"l"strum, air susu n"rmal, milk replacer, dan pakan
padat2kering % k"nsentrat pemula (calf starter). Agar pemberian setiap pakan
tepat waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap pakan untuk pedet
perlu diketahui sebelumnya. &enggunaan makanan pr"duksi pabrik sebagai
pengganti susu bisa dimulai sejak sapi berusia 16 hari, kemudian diganti setelah
men*apai umur # minggu (Murtidj", 1996).
K"l"strum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi induk yang
baru melahirkan, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental daripada air susu
n"rmal. K"mp"sisi k"l"strum dibandingkan susu sapi biasa, k"l"strum lebih
banyak mengandung energi, @E lebih banyak kandungan pr"teinnya, 166E untuk
0itamin A dan 4E lebih kaya akan mineral dibanding air susu n"rmal. 8uga
mengandung en9ym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pen*ernaan
pedet supaya se*epatnya dapat ber$ungsi (mengeluarkan en9im pen*ernaan).
K"l"strum mengandung sedikit lakt"sa sehingga mengurangi resik" diare. 8uga
pada k"l"strum mengandung inhibitor trypsin, sehingga antib"di dapat diserap
dalam bentuk pr"tein. K"l"strum kaya akan 9at antib"di yang ber$ungsi
melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit in$eksi. K"l"strum dapat juga
menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena
mengandung lakt"$erin) dalam waktu # jam pertama (Balai -mbri" +ernak,
611). Murtidj" (1996) menyatakan k"l"strum mengandung antib"dy yang
17
membentuk kekebalan anak sapi terhadap in$eksi atau terhadap penyakit dan
k"l"strum juga mengandung lebih banyak pr"tein daripada susu n"rmal.
Balai -mbri" +ernak (611) melap"rkan nutrisi yang baik saat pedet akan
memberikan nilai p"siti$ saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima,
sehingga pr"dukti0itas yang "ptimal dapat di*apai. &edet yang lahir dalam
k"ndisi sehat serta induk sehat disatukan dalam kandang bersama dengan induk
dengan diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas. &raktik ini bertujuan agar
pedet mendapat susu se*ara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi. (elain itu
pedet dapat mulai mengenal pakan yang dik"nsumsi induk yang kelak akan
menjadi pakan hariannya pedet tersebut setelah lepas sapih atau juga melatih
pedet agar perlahan-lahan bisa makan pakan pedet. &erlakuan ini haruslah dalam
pengawasan yang baik sehingga dapat mengurangi ke*elakaan baik pada pedet
atau induk.
&edet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan sampai
sembuh sehingga pedet siap kembali disatukan dengan induk atau induk lain
yang masih menyusui. (elama pedet dalam perawatan susu diberikan "leh
petugas sesuai dengan umur dan berat badan.
2. Prod!kti"itas Sapi Bali
&r"dukti0itas adalah hasil yang diper"leh dari seek"r ternak pada ukuran
waktu tertentu Bardj"subr"t" (199#) menyatakan bahwa pr"dukti0itas sapi
p"t"ng biasanya dinyatakan sebagai $ungsi dari tingkat repr"duksi dan
pertumbuhan. :"d9i*ka-+"mas9ewska et al. (19AA) menyatakan bahwa aspek
pr"duksi seek"r ternak tidak dapat dipisahkan dari repr"duksi ternak yang
18
bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya repr"duksi tidak
akan terjadi pr"duksi. 8uga dijelaskan bahwa tingkat dan e$isiensi pr"duksi
ternak dibatasi "leh tingkat dan e$esiensi repr"duksinya. 3alt"n (19A7)
menyatakan bahwa pr"dukti0itas nyata ternak merupakan hasil pengaruh genetik
dan lingkungan terhadap k"mp"nen-k"mp"nen pr"dukti0itas dan interaksi antara
keduanya. 3alam bentuk paling sederhana pr"duksi sapi pedaging merupakan
$ungsi dari repr"duksi dan laju pertumbuhannya, yaitu berapa pedet dilahirkan
per tahun untuk jumlah induk yang tersedia dan seberapa *epat sapi-sapi tersebut
tumbuh hingga men*apai berat jual, jika dua k"mp"nen ini dapat dimaksimalkan
dengan masukan dan biaya minimal maka suatu sistem pr"duksi sapi daging
yang e$isien ter*apai ((ae$ent, 197A) (elanjutnya :arwi*k dan Fagetes (1979)
menyatakan bahwa per$"rman seek"r ternak merupakan hasil dari pengaruh
$akt"r keturunan dan pengaruh k"mulati$ dari $akt"r lingkungan yang dialami
"leh ternak bersangkutan sejak terjadinya pembuahan hingga saat ternak diukur
dan di"bser0asi. Bardj"subr"t" (199#) dan Astuti (1999) menyatakan bahwa
$akt"r genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki "leh seek"r ternak
sedang $akt"r lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk
menampilkan kemampuannya. 3itegaskan pula bahwa seek"r ternak tidak akan
menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung "leh lingkungan
yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik
tidak menjamin panampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang
baik.
19
Astuti et al. (19A4) dan Keman (19A@) menyatakan bahwa pr"dukti0itas
ternak p"t"ng di ,nd"nesia masih terg"l"ng rendah dibandingkan dengan
pr"dukti0itas ternak sapi di negara-negara yang telah maju dalam bidang
peternakannya, namun demikian )er*"e dan /ris*h (19A6)G 3januar (19A5)G
Keman (19A@) menyatakan bahwa pr"dukti0itas sapi daging dapat ditingkatkan
baik melalui m"di$ikasi lingkungan atau mengubah mutu genetiknya dan dalam
praktek adalah k"mbinasi antara kedua alternati$ di atas.
+abel .#.1 !ataan persentase Kelahiran, Kematian dan calf crop Beberapa (api
&"t"ng di ,nd"nesia
Bangsa Kelahiran Kematian Calf crop
Brahman
Brahman *r"ss
.ng"le
F"kal *r"ss
Bali
56,71
#7,7@
51,6#
@,#7
5,15
a
16,45
5,5A
#,14
1,@
,@#
b
#A,A6
#5,A7
#A,54
@,6
51,#6
*
(umadi, (19A5)
a
3armadja, (19A6)
b
(utan, (19AA)
*
&ane, (19A9)
+rikes"w" et al. (1994) menyatakan bahwa yang termasuk dalam
k"mp"nen pr"dukti0itas sapi p"t"ng adalah jumlah kebuntingan, kelahiran,
kematian, panen pedet (calf crop), perbandingan anak jantan dan betina, jarak
beranak, b"b"t sapih, b"b"t setahun (yearling), b"b"t p"t"ng dan pertambahan
b"b"t badan.
Berdasarkan +abel .#.1. dapat dilihat bahwa sapi bali memperlihatkan
persentase kelahiran (5,15>) lebih tinggi di banding dengan sapi Brahman
(56,71>), Brahman *r"ss (#7,7@>) dan sapi .ng"le (51,6#>) ke*uali F"kal
*r"ss (F;) (@,#7>), demikian pula calf crop sapi bali (51,#6>) lebih tinggi
dibanding sapi Brahman (#A,A6>), Brahman *r"ss (#5,A7>) dan sapi .ng"le
(#A,54>) ke*uali F"kal *r"ss sebesar (@,6>) serta persentase kematian yang
20
rendah. Bal tersebut dapat memberi gambaran bahwa pr"dukti0itas sapi bali
sebagai sapi asli ,nd"nesia masih tinggi, namun jika dibandingkan dengan sapi
asal Australia masih terg"l"ng rendah yakni calf crop-nya dapat men*apai A5 >
(+rikes"w" et al., 1994).
+abel .#. &enampilan (api Bali di Beberapa &r"0insi di ,nd"nesiaH
Keterangan (ul.(el I++ ,rja I+B Bali &4Bali
Berat Fahir (Kg)
Berat (apih (Kg)
1
76
1
75
1,A
74,5
14
7
1@
A@
1A
9#
Berat 1 th,
8antan (kg)
Betina (Kg)
115
116
16
116
11A
111
117,A
114
145
15
1#5
145
Berat th,
8antan (Kg)
Betina (Kg)
16
176
6
1A6
1A
179

1A
45
66
@6
5
Berat 3ewasa,
8antan (kg)
Betina (Kg)
456
5

445
45
45
45
4@6
4A,5
495
@#
#9#
466
?kuran +ubuh
3ewasa %8antan %
Fingkar 3ada (*m)
+inggu gumba (*m)
&anjang badan (*m)
1A1,#
1,4
15,@
1A6,#
1@,6
14#,A
1A6,@
15,@
14,1
1A.6
15,
144,@
1A5,5
15,#
1#,4
19A,A
146,1
1#@,
Betina %
Fingkar 3ada (*m)
+inggu gumba (*m)
&anjang badan (*m)
1@6,6
165,#
117,
15A,@
11#,6
11A,#
159,
11,A
11A,6
1@6,6
11,5
11A,6
1@6,A
114,@
11A,5
17#,
11#,#
16,6
&ersentase beranak2th
(>)
7@ 76 @@ 7 @9 A@
(umber % &I&M Agibisnis &edesaan http%22nusataniterpadu.w"rdpress.*"m2
66A 26@2672##
)er*"e dan /ris*h (19A6) menyatakan bahwa si$at pr"duksi dan
repr"duksi dipengaruhi "leh beberapa $akt"r antara lain bangsa sapi, keadaan
tanah, k"ndisi padang rumput, penyakit dan manajemen. .leh karena itu
21
perbaikan mutu sapi p"t"ng haruslah ditekankan pada peningkatan si$at pr"duksi
dan repr"duksi yang ditunjang "leh pengel"laan yang baik dari segi 9""teknis
dan bi"ek"n"mis
?kuran tubuh sapi bali ternyata sangat dipengaruhi "leh tempat hidupnya
yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan di daerah pengembangan.
(ebagai gambaran umum ukuran tubuh yang dilap"rkan &ane (1996) dari empat
l"kasi berbeda (Bali, I++, I+B dan (ulawesi selatan) diper"leh data sebagai
berikut % sapi bali jantan tinggi gumba 1-1@ *m, panjang badan 15-1# *m,
lingkar dada 1A6-1A5 *m, lebar dada ## *m, dalam dada @@ *m, lebar panggul 47
*m dan beratnya #56 kg, sedangkan yang betina tinggi gumba 165-11# *m,
panjang badan 117-11A *m lingkar dada 15A-1@6 *m dan berat badannya 466-#66
kg
Karateristik repr"duksi dan pr"duksi sapi bali berdasarkan 3armadja (19A6)
adalah sebagai berikut %
Fama bunting % A5-A@ hari
8arak beranak % 1#-17 bulan
&ersentase kebuntingan % A6-96>.
&ersentase beranak % 76-A5>
&ersentase kematian sebelum dan sesudah disapih pada sapi bali berturut-
turut adalah 7,64> dan 4,59>
22
&ersentase kematian pada umur dewasa sebesar ,7>.
(edangan :ibis"n" (611) melap"rkan karateristik repr"duksi dan pr"duksi
sapi bali adalah sebagai berikut %
/ertilitas sapi bali % A4 C A@ >, lebih tinggi dibandingkan sapi -r"pa yang
@6 >.
&eri"de kebuntingan% A6 C 9# hari.
&ersentase kebuntingan (Conception rate) % A@,5@ >.
+ingkat kematian kelahiran anak sapi % 4,@5 >
&ersentase kelahiran (Calving rate) % A4,# >.
,nter0al penyapihan (Calving interval) % 15,#A C 1@,A bulan.
?mur dewasa kelamin betina % 1A-# bulan, kelamin jantan % 6-@ bulan
?mur kawin pertama betina% 1A-# bulan, jantan% 4-A bulan
Beranak pertama kali % A-#6 bulan dengan rataan 46 bulan
!ata-rata siklus estrus % 1A hari, pada sapi betina dewasa muda berkisar
antara 6 C 1 hari.
(edangkan pada sapi betina yang lebih tua % 1@-4 hari, selama 4@ C #A
jam berahi dengan masa subur antara 1A C 7 jam dan menunjukkan
birahi kembali setelah beranak antara -# bulan .
23
(api bali menunjukkan estrus musiman (seas"nality "$ "estrus), pada
Bulan Agustus C januari % @@>. &ada Bulan Mei C .kt"ber % 71>
3ata dari kelahiran terjadi bulan Mei C .kt"ber,dengan se; rati" kelahiran
jantan % betina sebesar #A,6@> % 51,9#> .
Berat lahir sapi Bali anak betina sebesar 15,1 kg,dan 1@,A kg untuk anak
jantan
Berat lahir sapi bali pada pemeliharaan dengan m"n"kultur padi, p"la
tanam padi-palawija dan tegalan masing-masing sebesar 14,@, 1@,A dan
17,4 kg.
Berat sapih kisaran antara @#,#-97 kg, untuk sapih jantan sebesar 75-A7,@
kg dan betina sebesar 7-77,9 kgG 7#,# kg di MalaysiaG A,A kg pada
pemeliharaan lahan sawah, A#,9 kg dengan p"la tanam padi C palawija,
A7, kg pada tegalan .
Berat umur setahun berkisar antara 99,-19,7 kg dimana sapi betina
sebesar 11-144 kg dan jantan sebesar 144-1#@ kg .
Berat dewasa berkisar antara 11-464 kg untuk ternak betina dan 447-#9#
kg untuk ternak jantan .
&ertambahan b"b"t badan harian sampai umur @ bulan sebesar 6,4-6,47
kg dan 6,A-6,44 kg masing-masing untuk pedet jantan dan betina .
24
&ertambahan b"b"t badan pada berbagai manajemen pemeliharaan antara
lain pemeliharaan tradisi"nal sebesar 6,4-6,7 kg G penggembalaan alam
sebesar 6,4@ kgG perbaikan padang rumput sebesar 6,5-6,# kgG
pemeliharaan intensi$ sebesar 6,A7 kg.
(api bali memiliki sedikit lemak halus, kurang daripada #> dari berat
karkasnya (&ayne dan B"dges, 1997) tetapi persentase karkasnya *ukup tinggi
berkisar antara 5-@6> (&ayne dan !"llins"n, 1974) dengan perbandingan tulang
dan daging sangat rendahG k"mp"sisi daging @9-71>, tulang 1#-17> lemak 14-
1#> ((ukanten, 1991). (aka et.al (665) melap"rkan rata-rata sapi bali dari Iusa
&enida pada berat rata-rata 57,5 kg (7,6 C 94,6 kg) rata-rata lemak karkasnya
1@>
2.$ Seleksi Sapi Bali
Kemampuan memilih atau menyeleksi ternak untuk menghasilkan
keturunan yang lebih baik daripada tetuanya merupakan $akt"r yang sangat
penting dalam manajemen pembiakan sapi. (eleksi merupakan suatu tindakan
teren*ana yang dilakukan untuk memilih ternak yang mempunyai si$at unggul dan
mempunyai nilai ek"n"mi untuk dikembangkan. &anjahitan (616) melap"rkan
bahwa, pada dasarnya memilih ternak dapat dilakukan melalui *ara 0isual atau
kualitati$ dan melalui *ara pengukuran atau kuantitati$. &emilihan se*ara 0isual
sering dilakukan peternak terutama sewaktu memilih ternak untuk dijadikan induk
maupun bakalan untuk digemukkan serta pema*ek. (eleksi dilakukan pada waktu
memilih ternak sendiri maupun ternak yang dibeli dari tetangga atau pasar ternak.
25
Karakter 0isual yang menjadi dasar memilih ternak meliputi bentuk tubuh, warna
kulit, bentuk tanduk, bentuk kepala, bentuk m"n*"ng, panjang leher, warna
rambut atau bulu, panjang ek"r dan lain-lain. Bentuk luar ini selalu dihubungkan
dengan p"tensi si$at unggul yang diharapkan dimiliki "leh ternak tersebut. &ada
umumnya si$at unggul yang diinginkan peternak adalah ke*epatan pertumbuhan,
kejinakan atau temperamen yang baik, kemampuan mengk"nsumsi pakan berserat
tinggi, daya tahan terhadap penyakit, kesuburan repr"duksi, pr"duksi air susu dan
banyak yang lainnya.
&eningkatan pr"dukti0itas ternak dapat dilakukan melalui perbaikan mutu
pakan dan pr"gram pemuliaan melalui seleksi dan persilangan. &erbaikan mutu
pakan dan manajemen dapat meningkatkan pr"dukti0itas, tapi tidak meningkatkan
mutu genetik. &erbaikan pr"dukti0itas tersebut sering kali bersi$at sementara dan
tidak diwariskan pada turunannya. &erkawinan silang dapat meningkatkan
pr"dukti0itas dan mutu genetik, namun membutuhkan biaya besar dan harus
dilakukan se*ara bijak dan terarah, karena dapat mengan*am kemurniaan ternak
asli, (!us$idra, 66@).
&engel"mp"kan, pemeringkatan dan pemb"b"tan *iri 0isual terhadap
hubungannya dengan si$at unggul akan membantu mengurangi keragaman $isik
dan pr"duksi yang besar kemungkinan merupakan turunan dari keragamaan
genetik dan bila dilakukan se*ara partisipati$ dapat men"l"ng untuk mengetahui
si$at-si$at unggul ternak yang diinginkan peternak. (i$at unggul pertumbuhan dan
kemampuan pr"duksi sebenarnya dapat diketahui dengan pengukuran terutama
26
umur dan berat. ?mur dihubungkan dengan perkembangan $isi"l"gi ternak seperti
umur sapih, pubertas, dewasa kelamin, dewasa tubuh, kawin pertama, beranak
pertama dan lainnya. Berat dihubungkan dengan perkembangan $isik ternak
seperti berat lahir, berat sapih, berat pubertas, berat kawin pertama dan lainnya.
&engukuran berat dik"mbinasi dengan dimensi tubuh seperti lingkar dada, tinggi
gumba atau pinggul dan panjang badan untuk menggambarkan k"ndisi $isik
ternak. (api terpilih berdasarkan 0isual dan pengukuran perlu dilengkapi silsilah
keturunan atau riwayat kehidupan dan kesehatan ternak untuk mendapatkan
gambaran yang lebih baik akan p"tensi kemampuannya. &ertimbangan ek"n"mi
sangat diperlukan dalam melakukan seleksi. Kemampuan ternak beradaptasi
terhadap *ekaman lingkungan alam dan pakan, temperamen dan persentase karkas
merupakan si$at unggul yang dapat berdampak ek"n"mis. Kemampuan
beradaptasi terhadap *ekaman lingkungan alam dan pakan berkaitan langsung
dengan daya tahan hidup, kesuburan repr"duksi yang berhubungan dengan
kemampuan menghasilkan pedet setiap tahun, kemampuan menggunakan pakan
se*ara e$isien untuk mengasilkan satu pedet dan kemampuan pedet untuk tetap
tumbuh dalam k"ndisi pakan yang buruk. (api bali mempunyai kemampuan
adaptasi yang baik pada wilayah kering beriklim panas kering dengan tingkat
*ekaman iklim dan lingkungan pakan yang berat dengan demikian biaya pr"duksi
lebih rendah. &eningkatan pr"dukti0itas dapat dilakukan melalui perbaikan
manajemen untuk meng"ptimalkan penggunaan sumberdaya tersedia (&anjahitan,
616).
27
(eleksi sapi Bali dapat menyebabkan perubahan keragaman genetik,
tergantung pada *ara seleksi yang digunakan. (eleksi se*ara langsung
mengakibatkan ragam genetik berkurang sampai ter*apainya keadaan k"nstan
pada suatu generasi tertentu. 3engan seleksi terarah suatu si$at yang dikehendaki
maka mutu genetik dapat ditingkatkan. 3alam memilih suatu si$at untuk dijadikan
dasar seleksi perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu tujuan pr"gram seleksi,
nilai heritabilitas suatu si$at, nilai ek"n"mi dari adanya peningkatan si$at, k"relasi
antar si$at serta biaya dan waktu dari pr"gram seleksi. Beberapa si$at yang
mempunyai nilai ek"n"mi tinggi meliputi $ertilitas, daya hidup, nilai karkas,
b"b"t lahir, b"b"t sapih, tipe dan k"n$"rmasi tubuh, b"b"t dan kualitas bulu
(!us$idra, 66@).
Manajemen pembibitan merupakan suatu upaya pembiakan untuk
meningkatkan si$at unggul yang diinginkan dan bernilai ek"n"mi dari ternak
yang dipelihara. .leh karena itu tingkat keberhasilannya sangat ditentukan "leh
strategi, manajemen dan sistim perkawinan. Keterbatasan kemampuan
menyediakan input terutama pakan pada peternakan rakyat merupakan
pertimbangan dalam mengembangkan si$at unggul. Kemampuan ternak sapi
merubah rumput dan pakan berserat lainnya menjadi pr"tein haruslah menjadi
pertimbangan utama dalam mengembangkan peternakan rakyat (trategi yang
harus dilakukan adalah memilih dan mengembangkan sapi yang dapat
mempertahankan kesuburannya, beranak setiap tahun, pedet dapat bertumbuh
dengan pakan rumput dan pakan berkualitas rendah lainnya. &ejantan yang
dipilih haruslah pejantan yang tetap mampu menjaga kesuburan repr"duksi dan
28
mampu kawin dengan pakan kualitas rendah. (api betina yang tidak bunting
dikawinkan dengan pejantan subur dengan pakan kualitas rendah sebaiknya
segera dikeluarkan dari p"pulasi. &engeluaran pema*ek dan betina yang tidak
melakukan $ungsi seperti yang diharapkan selama musim kawin memper*epat
terbentuknya sapi bibit yang diinginkan. (api jantan dan betina mempunyai
kemampuan yang sama dalam mewariskan si$at unggul pada generasi berikutnya.
Iamun perbaikan kualitas melalui sapi betina akan berjalan sangat lambat karena
keterbatasan seek"r betina pr"dukti$ dalam menghasilkan pedet yang hanya
berkisar 16 ek"r selama hidupnya. Berbeda dengan sapi jantan yang dapat
mengawini 56 sampai 166 ek"r betina selama @ bulan atau A sampai 1@ betina
per bulan. &erbaikan kualitas ternak akan lebih *epat ter*apai melalui pejantan
(&anjahitan, 616). Murtidj" (1996) melap"rkan dengan kawin alam seek"r sapi
jantan hanya mampu mengawini betina 16 ek"r per tahun, sedangkan dengan
insiminasi buatan mampu mengawini 6.666 ek"r betina per tahun.
&enyapihan memberi waktu istirahat pada induk untuk memperbaiki
k"ndisi tubuhnya. Bal ini sangat menentukan keberhasilan induk merawat
kebuntingan sampai beranak berikutnya. &ada musim kering induk menyusui
pedet sebaiknya tidak lebih daripada 5 bulan. &enyapihan dapat mengurangi
*ekaman bagi induk yang disebabkan "leh berkurangnya jumlah dan mutu pakan
selama musim kering. &akan berkualitas baik yang masih tersisa sebaiknya
diberikan pada pedet sapihan untuk menghindari terjadinya kekurangan nutrisi
akibat penyapihan. &ada musim hujan dengan ketersediaan pakan yang *ukup,
induk dapat menyusui pedet sampai umur @ bulan.
29
(e*ara umum, meningkatkan kualitas genetik dan sekaligus meningkatkan
p"pulasi ternak sapi bali yaitu% melakukan pengebirian terhadap semua sapi jantan
atau anak sapi jantan yang bukan pejantan atau yang tidak akan digunakan sebagai
pejantanG mendatangkan pejantan unggul untuk dijadikan pejantan atau sebagai
d"n"r sperma G membangun pusat pembibitan pada tingkat kabupaten yang
p"tensil dan pada tingkat pr"pinsi. ("lusi lainnya, dengan menggalakkan
,nseminasi Buatan dengan menggunakan sperma dari pejantan sapi bali unggul
yang ada ataukah mendatangkan sperma dari pusat ,B, dengan menggalakkan
+rans$er -mbri" yang dik"mbinasikan dengan ,B (!us$idra,66@).
2.% Pert!m&!han Ternak
Kata pertumbuhan dapat diterapkan pada suatu sel, "rgan, jaringan, seek"r
ternak maupun p"pulasi ternak. &ertumbuhan menurut :illiams (19A) adalah
perubahan bentuk atau ukuran seek"r ternak yang dapat dinyatakan dengan
panjang, 0"lume ataupun massa. Menurut (watland (19A#) dan Aberle et al.
(661) pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran
lingkar dan b"b"t yang terjadi pada seek"r ternak muda yang sehat serta diberi
pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak. &eningkatan sedikit
saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang pr"p"rsi"nal dari b"b"t
tubuh, karena b"b"t tubuh merupakan $ungsi dari 0"lume. &ertumbuhan
mempunyai dua aspek yaitu% menyangkut peningkatan massa persatuan waktu,
dan pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan k"mp"sisi sebagai akibat
dari pertumbuhan di$erensial k"mp"nen-k"mp"nen tubuh
30
/irman (611) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak menunjukkan
peningkatan ukuran linear, b"b"t, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitr"gen
dan air. +erdapat tiga hal penting dalam pertumbuhan seek"r ternak, yaitu% pr"ses-
pr"ses dasar pertumbuhan sel, di$erensiasi sel-sel induk menjadi ekt"derm,
mes"derm dan end"derm, dan mekanisme pengendalian pertumbuhan dan
di$erensiasi. &ertumbuhan sel meliputi perbanyakan sel, pembesaran sel dan
akumulasi substansi ekstraseluler atau material-material n"n pr"t"plasma.
&ertumbuhan dimulai sejak terjadinya pembuahan, dan berakhir pada saat
di*apainya kedewasaan. &ertumbuhan ternak dapat dibedakan menjadi
pertumbuhan sebelum kelahiran atau pralahir (prenatal) dan pertumbuhan setelah
terjadi kelahiran pas*alahir (p"stnatal)
&ertumbuhan prenatalis pada sapi dimulai sejak terjadinya k"nsepsi yakni saat
pertemuan sel telur betina dengan sel jantan, bersatunya sel jantan dan sel telur
tadi mengasilkan *al"n mahkluk baru di dalam kandungan yang disebut embri"
atau $"etus. &ada awal kebuntingan pertumbuhan $"etus berjalan sangat lambat,
sedangkan pada akhir kebuntingan pertumbuhan berlangsung sangat *epat.
/"etus, hampir 24 bagian bagian pertumbuhan hanya berlangsung 124 dari dari
seluruh waktu yang digunakan dalam kandungan ((udarm"n" dan (ugeng, 66A).
&ertumbuhan pas*a lahir biasanya dibagi menjadi pertumbuhan pra sapih dan
pas*a sapih. &ertumbuhan pra sapih sangat tergantung pada jumlah dan mutu susu
yang dihasilkan "leh induknya &ada d"mba, pertumbuhan pra sapih dipengaruhi
"leh gen"tip, b"b"t lahir, pr"duksi susu induk, litter si9e, umur induk, jenis
kelamin anak dan umur penyapihan. &ertumbuhan pas*a sapih (lepas sapih) sangat
31
ditentukan "leh bangsa, jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan
b"b"t sapih serta lingkungan misalnya suhu udara, k"ndisi kandang, pengendalian
parasit dan penyakit lainnya (/irman, 611)..
Bill (19AA) menyatakan pertumbuhan adalah hasil k""rdinasi pr"ses bi"l"gis
dan pr"ses kimia sejak $ertilisasi sel telur dan diakhiri pada saat ukuran tubuh dan
$ungsi $isi"l"gis ternak dewasa ter*apai. &ertumbuhan terjadi karena perbanyakan
sel (hyperplasia) dan pembesaran sel (hyperthr"py), juga karena adanya
penimbunan nutrisi akibat adanya kebutuhan untuk hidup p"k"k. ("darm"n" dan
(ugeng (66A) menyatakan bahwa setelah pedet lahir pertumbuhan menjadi
semakin *epat hingga usia penyapihan. 3ari usia penyapihan hingga pubertas laju
pertumbuhan masih bertahan pesat, tetapi dari usia pubertas hingga usia jual laju
pertumbuhan mulai menurun dan terus menurun hingga usia dewasa, akhirnya
pertumbuhan terhenti. &ada sapi bali terhenti pada umur # tahun, dan men*apai
berat tubuh rata-rata 466-#66 kg.
&emeliharaan sapi dewasa untuk tujuan pr"duksi daging disebut
penggemukan, penggemukan sapi adalah pemeliharaan sapi dewasa untuk
ditingkatkan berat badannya dan mengasilkan daging dalam waktu singkat yaitu
4-5 bulan (3epartemen &ertanian, 669). 1unt"r" (66) melap"rkan
penggemukan sapi bali dengan bibit yang baik dan pakan berkualitas dapat
men*apai berat p"t"ng #66 kg, dengan lama penggemukan sesuai dengan umur
atau berat mulai digemukan. (api bali yang digemukkan mulai umur 1,5 tahun
dengan berat 116-156 kg memelukan waktu selama 1A bulan, yang berumur
32
tahun dengan berat 66-56 kg memerlukan waktru 1 bulan, yang berumur ,5
tahun dengan berat 75-466 kg memerlukan waktu @-A bulan dan yang berumur 4
tahun dengan berat 466-456 kg memelukan waktu 5-@ bulan &emberian pakan
tambahan berupa k"nsentrat akan dapat memper*epat pertumbuhan,namun resp"n
pertumbuhan tertinggi saat penggemukan antara umur ,5-4,5 tahun. (elama
penggemukan sapi harus dikandangkan se*ara terus menerus dan tidak b"leh
dipekerjakan karena banyak kehilangan kal"ri sehingga menghambat
pertumbuhan
Br"dy (19#5) dalam Baripin (665) melap"rkan bahwa pertumbuhan dapat
diukur dengan tiga *ara, yakni% (1) laju pertumbuhan kumulati$ (*umulati0e
gr"wth rate), () laju pertumbuhan relati0e (relati0e gr"wth rate) dan (4) laju
pertumbuhan abs"lute (abs"lute gr"wth rate).
a. Pert!m&!han K!m!lati'
Kur0a laju pertumbuhan kumulati$ adalah kur0a b"b"t badan 0ersus waktu,
bentuk kur0anya sigm"id. Menurut +ull"h (197A) pertumbuhan sapi jantan di
bawah k"ndisi lingkungan yang terkendali dapat digambarkan sebagai kur0a yang
berbentuk sigm"id (1ambar .@.1).
Kur0a pertumbuhan kumulati$ diper"leh dengan *ara menimbang b"b"t hidup
ternak sesering mungkin, selanjutnya dibuat kur0a dengan aksisnya adalah umur
dan "rdinatnya adalah b"b"t hidup. 3i bawah k"ndisi lingkungan yang terkendali,
b"b"t ternak muda akan meningkat terus dengan laju pertambahan b"b"t badan
yang tinggi sampai di*apainya pubertas. (etelah pubertas di*apai b"b"t badan
33
meningkat terus dengan laju pertambahan b"b"t badan yang semakin menurun,
dan akhirnya tidak terjadi peningkatan b"b"t badan setelah di*apai kedewasaan
$isi"l"gi. &ertumbuhan selanjutnya adalah pertumbuhan negati$ atau tidak terjadi
lagi penambahan b"b"t badan bahkan terjadi penurunan b"b"t badan karena
ketuaan
b. Pert!m&!han A&sol!t
Menurut Br"dy (19#5) dalam Baripin (665) adalah pertambahan b"b"t
badan per unit waktu atau laju pertumbuhan abs"lut (F&A). 3apat digambarkan
dengan rumus %
1
JJJJJJJJ 1
t t

!"#

=
Kang di dalamnya % :
1
L b"b"t badan pada umur t
1
:

L b"b"t badan pada


umur t

Kur0a ini diper"leh dengan *ara menggambarkan pertambahan b"b"t


badan harian 0ersus umur. &ada saat lahir sampai pubertas terjadi peningkatan
pertambahan b"b"t badan yang semakin meningkat. (etelah di*apai pubertas,
pertambahan harian menurun sampai di*apai titik n"l setelah di*apainya
kedewasaan. (etelah kedewasaan laju pertumbuhannya menjadi negati0e..
(. Pert!m&!han )elati'
34
Menurut Br"dy (19#5) dalam Baripin (665) laju pertumbuhan relati$
(F&!) pada <sel$ a**elerating phase= dide$inisikan sebagai ke*epatan tumbuh
abs"lut dibagi dengan setengah jumlah b"b"t badan awal dan b"b"t badan akhir
pengamatan. 3alam bentuk rumus adalah sebagai berikut %
)
1
( 2 1
JJJJ JJJJJJJJJJ
)
1
2( )
1
(

t t
!"$
+

=
ata!
)
1
(
JJ JJJJJJJJJJ
)
1
ln

(ln
t t

k

=
&ersentase laju pertumbuhan selalu menurun sepanjang hidup ternak, laju
pertumbuhan tertinggi di*apai saat terjadinya pembuahan. Meskipun laju
pertumbuhannya sama, ternak yang lebih ke*il tumbuh tiga kali lebih *epat bila
perbandingan dibuat dalam persentase laju pertumbuhan. +ernak dari bangsa
yang besar kerangka tubuhnya meskipun pertambahan b"b"t badan hariannya
lebih tinggi tetapi persentase laju pertumbuhannya lebih ke*il bila dibandingkan
dengan bangsa yang kerangka tubuhnya ke*il
35
1ambar .@.1. Kur0a &ertumbuhan (ejak Fahir sampai +ernak 3ewasa
Keterangan %
K L B"b"t hidup, &ertambahan b"b"t badan harian atau persentase laju
pertumbuhan
E L ?mur ' L &embuahan B L Kelahiran & L &ubertas M L 3ewasa tubuh 3 L
Mati
&erkembangan tubuh ternak dapat dipelajari dengan mengukur
pertumbuhan relati$ k"mp"nen-k"mp"nen tubuh dan biasanya dilakukan dengan
teknik pem"t"ngan ternak se*ara beruntun (Butter$ield, 19AA). 3engan
menggunakan persamaan al"metrik Bu;ley dalam Baripin 665 yaitu * + a,
b
,
dapat diketahui gambaran pertumbuhan "rgan atau k"mp"nen tubuh se*ara
kuantitati$. +rans$"rmasi l"garitma persamaan Bu;ley akan menghasilkan garis
Kurva Pertumbuhan Relatif
36
lurus untuk setiap k"mp"nen tubuh terhadap b"b"t tubuh. Bentuk tran$"rmasi
l"garitmanya adalah -
lo. * + lo. a / & lo. ,. ata! ln * + ln a / & ln ,
1ambar .@.. &ertumbuhan Al"metri Bagian +ubuh (api
Menurut Iatasasmita (1979) dengan mengetahui besaran nilai k"e$isien
pertumbuhan relati$ (b) dari suatu bagian k"mp"nen tubuh (K) terhadap b"b"t
tubuh (E) di dalam persamaan Al"metrik Bu;ley, dapat dipelajari $en"mena
pertumbuhan k"mp"nen bersangkutan. 8ika prinsip all"metrik Bu;ley
diaplikasikan se*ara tepat pada sejumlah indi0idu hewan, kita akan menghasilkan
hewan yang mempunyai k"mp"sisi karkas dan b"b"t yang spesi$ik selama
pertumbuhan (M* 3"nald et al., 1975). Bila kemiringan atau k"e$isien
pertumbuhan relati$ bL1, maka kedua k"mp"nen tubuh tumbuh dengan laju yang
sama. Bila bM1 berarti k"mp"nen tubuh (yang diwakili pada sumbu K) tumbuh
lebih lambat dari b"b"t tubuh (yang diwakili pada sumbu E), dan bila bN1
menunjukkan k"mp"nen tubuh (K) bertambah sejalan dengan peningkatan b"b"t
37
tubuh (E), atau dapat diinterpretasikan bahwa ke*epatan pertumbuhan relati$
k"mp"nen tubuh (K) lebih tinggi, bila dibandingkan dengan peningkatan b"b"t
tubuh (E) K"e$isisen ini menunjukkan bahwa waktu perkembangan k"mp"nen
tubuh (K) termasuk masak lambat, sehingga p"tensi pertumbuhan relati$ dari
k"mp"nen tubuh (K) termasuk tinggi.
&enggunaan persamaan ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan relati$
k"mp"nen tubuh selama pertumbuhan lebih tergantung pada b"b"t hidup,
dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk men*apai ukuran tersebut dan
pakan (+ull"h.19@4). Bal ini berarti bahwa umur $isi"l"gi (berdasarkan b"b"t
hidup) lebih berpengaruh daripada umur kr"n"l"gi (Iatasasmita, 197A).
Kemudian untuk mengetahui karakteristik tumbuh kembang k"mp"nen tubuh,
Iatasasmita (1979) men*"ba menginterpretasikan dengan menguji nilai b
terhadap satu dengan $"rmula % (b-1) 2 (b. ?ntuk men*egah penyimpangan hasil
yang didapat dalam analisis ini, dianjurkan agar pem"t"ngan ternak se*ara serial,
sesuai dengan masa pertumbuhan atau pada selang b"b"t p"t"ng yang tidak terlalu
besar. +ull"h (19@4) menganjurkan pemakaian persamaan al"metrik Bu;ley
dalam bentuk linier dengan alasan penggunaan rati" ataupun persentase dari
bagian tubuh terhadap b"b"t tubuh se*ara keseluruhan, dapat memper"leh
gambaran tentang perubahan k"mp"nen tubuh selama pertumbuhan seek"r ternak
tidak terlalu besar.
(ampurna (1999) melap"rkan bahwa k"e$isien pertumbuhan al"metri itik
bali jantan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan yang betina. &erkembangan
bagian-bagaian itik bali dimulai dari kepala, leher, kemudian menuju kebagian
38
punggung. 3emikian pula mulai dari kaki, paha bawah, paha atas, dada dan
berakhir pada bagian sayap. (ampurna dan (uatha (616) berdasarkan
pertumbuhan al"metri diper"leh hasil bahwa pertumbuhan dimensi panjang sapi
bali jantan di mulai dari panjang leher, panjang kepala, panjang tubuh bagian
belakang dan paling akhir panjang tubuh bagian depan (edangkan lingkar dada
merupakan bagian tubuh yang tumbuh atau berkembang paling dini kemudian
diikuti lingkar abd"men lingkar leher belakang dan lingkar leher depan tumbuh
paling belakang
2.0 K!r"a Pert!m&!han
Kur0a pertumbuhan yang paling sederhana adalah m"del linier, tetapi
umumnya pertumbuhan tidak mengikuti m"del linier. Kur0a pertumbiuhan yang
umum, ukuran tubuh mulai saat menetas atau lahir (1o) dan ukuran tubuh pada
umur tertentu (1t), dengan ke*epatan pertumbuhan k adalah eksp"nensial (1t +
&e
kt
), m"n"m"lekuler2l"gestik (1t + A 2 &e
kt
), sigm"id ( kt -
be 1

______ A
Wt
+
=
), g"mpert9 (
kt
be
e Wt

= ) dan parab"la (1t + &t


k
) (Medawar dalam
(watland, 19A#). (edangkan Mart"n" dan Basibuan (1994) memperkenalkan tiga
kur0a pertumbuhan yaitu % 1t + 1oe
kt
3 1t + K 4 Ce
2kt
dan
kt -
be 1

______ K
Wt
+
=
, disini A atau K ukuran tubuh maksimum, ' atau b
k"nstanta dan e bilangan l"garitma alami yang besarnya 2351020.. &enggunaan
bilangan dasar e yang ditemukan "leh 6eonhard 7!ler (1585 2 150)
dimaksudkan untuk mempermudah pembi*araan turunan dan integral dari $ungsi
tersebut
39
1ambar .A.1 Kur0a (igm"id pada +ernak
&ertumbuhan hewan yang diukur dalam berat tubuh atau berat karkas maupun
"rgan, jaringan atau bagaian tubuh tertentu, bila dipl"t pada kertas gra$ik terhadap
umurnya, merupakan suatu kur0a berbentuk sigm"id, dengan persamaan %
A _________
kt
be 1
t
W

+
=
Kur0a pertumbuhan ini dibagi menjadi dua $ase,
yaitu% $ase pertama self accelerating phase ($ase per*epatan diri), yang pada $ase
ini ke*epatan tumbuh meningkat, dengan persamaan 1
t
+ 1
8
e
kt
3 disini

1
8
ukuran tubuh pada saat lahir atau menetas dan k adalah ke*epatan pertumbuhan.
/ase kedua self inhibiting phase ($ase penghambatan sendiri), yang pada $ase ini
pertambahan ukuran tubuh per unit waktu turun sampai pertambahan ukuran
tubuh tersebut menjadi n"l atau men*apai ukuran maksimum, dan dalam keadaan
A _________
kt
be 1
t
W

+
=
A
Self accelerating phase
W
t
= W
0
e
kt
Self inhibiting phase W
t
=
A be
-kt
.
40
ini ukuran tubuh dewasa telah ter*apai dengan persamaan 1
t
+ A 4 &e
2kt
. +itik
antara kedua $ase ini disebut titik balik (<in$le*ti"n p"int=). 8adi %
[
kt -
be - A
A
kt
e
0
W
_________
kt
be 1
t W =

+
=
Bentuk sigm"id untuk semua jenis ternak ternak dan gambaran pr"ses
pertumbuhan yang terus menerus dan perkembangan ternak dari lahir hingga
men*apai dewasa, rata-rata pertumbuhannya lebih *epat pada pertengahan atau
saat in$leksi (A*ker, 19A4). (ampurna (199) mendapatkan bahwa p"la
pertumbuhan "rgan dan bagaian tubuh ayam Br"iler berbentuk sigm"id. Ayam
jantan men*apai titik in$leksi pada umur yang lebih dewasa dibandingkan ayam
betina, disamping itu ayam jantan men*apai ukuran maksimum yang lebih berat
daripada ayam betina. (edangkan pl"t data berat dan panjang bayi pada manusia
dengan umurnya berbentuk l"gistik (:ars"n dan F"wrey, 19@). (ampurna et al.
(611) melap"rkan bahwa p"la pertumbuhan panjang dan lingkar tubuh babi
Fandra*e berbentuk l"gistik
2.9 :aktor2'aktor ;an. <empen.ar!hi Pert!m&!han Ternak.
&ertumbuhan dipengaruhi "leh $akt"r eksternal dan internal, $akt"r
e;ternal yang paling berperan adalah pakan, $akt"r internal yang paling d"minan
mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik dan end"krin atau sekresi h"rm"n
(/irman, 611)
+umbuh-kembang dipengaruhi "leh $akt"r genetik, pakan, jenis kelamin,
h"rm"n, lingkungan dan manajemen. Beberapa $akt"r utama yang mempengaruhi
pertumbuhan sebelum lepas sapih adalah gen"tipe, b"b"t lahir, pr"duksi susu
41
induk, jumlah anak per kelahiran, umur induk, jenis kelamin anak dan umur sapih.
Faju pertumbuhan setelah disapih ditentukan "leh beberapa $akt"r, antara lain
p"tensi pertumbuhan dari masing-masing indi0idu ternak dan pakan yang
tersedia . &"tensi pertumbuhan dalam peri"de ini dipengaruhi "leh $akt"r bangsa,
heter"sis (hybrid vigour) dan jenis kelamin. &"la pertumbuhan ternak tergantung
pada sistem manajemen (pengel"laan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang
tersedia, kesehatan dan iklim ((inaga, 669)
+ernak yang kurang mendapat pakan baik selama menyusu yang
disebabkan "leh karena induk kurang mempr"duksi susu, *enderung akan
dik"mpensasi pada saat lepas menyusu sepanjang pakan yang diberikan kualitas
dan kuantitasnya baik. Kebalikannya anak yang menyusu pada induk yang
pr"duksi susunya melimpah, pada saat disapih dan setelah mendapat makanan
lain pada saat lepas sapih maka pertumbuhannya akan kurang memuaskan, tidak
seperti pada saat anak tersebut masih menyusu. Meskipun anak yang pakannya
kurang baik pada saat menyusu akan mengalami pertumbuhan k"mpensasi,
namun tidak akan men*apai berat yang n"rmal seperti anak yang menerima
pakan yang baik pada saat menyusu (/irman, 611).
&er$"rman seek"r ternak merupakan hasil dari pengaruh $akt"r keturunan
dan pengaruh k"mulati$ dari $akt"r lingkungan yang dialami "leh ternak
bersangkutan Bardj"subr"t" (199#) dan Astuti (1999). (elanjutnya menyatakan
bahwa $akt"r genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki "leh seek"r
ternak sedang $akt"r lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk
42
menampilkan p"tensi genetiknya. 3itegaskan pula bahwa seek"r ternak tidak
akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung "leh lingkungan
yang baik yang didalamnya ternak tersebut hidup atau dipelihara, sebaliknya
lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki
mutu genetik yang baik. Kuliant" dan (uparint" (616) menyatakan baha $akt"r
ekternal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu % iklim, musim, lahan pakan,
kerusakan lingkungan dan k"ndisi pakan yang ada dilingkungannya

Anda mungkin juga menyukai