Anda di halaman 1dari 23

RSUD ARIFIN ACHMAD

Fakultas Kedokteran UR
SMF/ BAGIAN SARAF
Sekretariat : SMF Saraf Irna Medikal Lantai 4
Jl. Diponegoro No. 2 Telp. (0761) 7026225

PE K AN BAR U
STATUS PASIEN
Nama Koass

Ayu Rahayu

NIM/NUK
Pembimbing
I.

0608120857
dr. Agus , Sp.S

IDENTITAS PASIEN

Nama

Ny. M

Umur

53 tahun

Jenis kelamin

Perempuan

Alamat

Bengkalis

Agama

Islam

Status perkawinan

Kawin

Pekerjaan

IRT

Tanggal Masuk RS

13 Agustus 2014

Tanggal Pemeriksaan

15 Agustus 2014

Medical Record

856050

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran

: alloanamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang


2 hari SMRS keluarga pasien mengeluhkan pasien tidak dapat dibangunkan dari
tidurnya, sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat, tangan dan kaki
pasien bagian kiri lemah, bicara pelo, mata sebelah kiri menutup, pasien masih
mengerti pembicaraan.
Pasien kemudian dibawa ke RSUD Duri, selama diperjalanan pasien mengalami
penurunan kesadaran, di RSUD Duri belum ada alat CT-Scan sehingga pasien di
rujuk ke RSUD Arifin Achmad.
Sejak 7 bulan lalu pasien di diagnosa menderita gagal ginjal kronis oleh
dr.Spesialis penyakit dalam di RSUD Duri dan disarankan cuci darah namun
keluarga menolak, 3 bulan lalu pasien telah bersedia menjalani cuci darah 1 kali
dalam 1 minggu selama 3 bulan ini.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat stroke (-)

Riwayat hipertensi (+)

Riwayat CKD (+)

Riwayat DM (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat stroke (+) ayah pasien
RESUME ANAMNESIS
Ny M, 53 tahun datang ke RSUD AA dengan keluhan utama penurunan kesadaran 2
hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri kepala (+), lemah tangan dan kaki
bagian kiri (+), bicara pelo (+), pasien mengerti jika ditanya (+), mata sebelah kiri
menutup (+). Pada riwayat penyakit dahulu ditemukan adanya riwayat hipertensi
yang tidak terkontrol (+). Pada riwayat penyakit keluarga, ayah pasien juga
mengalami stroke.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. KEADAAN UMUM
Tekanan darah

kanan : 150/100mmHg,

kiri : 150/100mmHg

Denyut nadi

kanan : 98x/mnt,teratur,

kiri : 98x/mnt,teratur

Jantung

HR

Paru

Respirasi : 32x/mnt , tipe : abdominotorakal

Suhu

36,7oC

: 96x/mnt, irama sinus

B. STATUS NEUROLOGIK
1)

KESADARAN

Sopor

GCS : E1 M4 Vterpasang gudel

2)

FUNGSI LUHUR

sulit dinilai

3)

KAKU KUDUK

tidak ada

4)

SARAF KRANIAL
1. N. I (Olfactorius )
Daya pembau

Kanan
SDN

Kiri
SDN

Keterangan
SDN

2. N.II (Opticus)
Daya penglihatan
Lapang pandang
Pengenalan warna

Kanan
SDN
SDN
SDN

3. N.III (Oculomotorius)
Kanan
Ptosis
(-)
Pupil
Bentuk
Bulat
Ukuran
3 mm
Gerak bola mata
SDN
Refleks pupil
Langsung
(+)
Tidak langsung
(+)

Kiri
SDN
SDN
SDN

Keterangan

Kiri
(-)

Keterangan
Normal

Bulat
3 mm
SDN

Normal
Normal
SDN

(+)
(+)

Normal
Normal

SDN

4. N. IV (Trokhlearis)
Gerak bola mata

Kanan
SDN

Kiri
SDN

Keterangan
SDN

5. N. V (Trigeminus)
Motorik
Sensibilitas
Refleks kornea

Kanan
SDN
SDN
(+)

Kiri
SDN
SDN
(+)

Keterangan
SDN
SDN
Normal

Kanan
SDN
(-)
(-)

Kiri
SDN
(-)
(-)

Keterangan
Normal
Normal

6. N. VI (Abduscens)
Gerak bola mata
Strabismus
Deviasi
7. N. VII (Facialis)
Tic
Motorik:
- sudut mulut
- mengerutkan dahi
- mengangkat alis
- lipatan nasolabial
Daya perasa
Tanda chvostek

Kanan
(-)

Kiri
(-)

Keterangan
Normal

normal
SDN
SDN
Normal

normal
SDN
SDN
normal

SDN
(-)

SDN
(-)

SDN
Normal

8. N. VIII (Akustikus)
Kanan
SDN

Kiri
SDN

Keterangan
SDN

9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan
Arkus farings
SDN
Daya perasa
SDN
Refleks muntah
SDN

Kiri
SDN
SDN
SDN

Keterangan
SDN

Kiri
SDN
SDN

Keterangan
SDN

Pendengaran

10. N. X (Vagus)
Arkus farings
Dysfonia

Kanan
SDN
SDN

11. N. XI (Assesorius)
Kanan
Motorik
M SDN
emalingkan kepala
SDN
M Eutrofi

Kiri

Keterangan

SDN
SDN
Eutrofi

Eutrofi

engangkat bahu
-

T
rofi

12. N. XII (Hipoglossus)


Motorik
Trofi
Tremor
Disartri

Kanan
SDN
SDN
SDN
SDN

Kiri
SDN
SDN
SDN
SDN

Keterangan
SDN

Kanan

Kiri

Keterangan

Normal
Eutrofi
(-)

Normal
Eutrofi
(-)

Normal
Eutrofi
(-)

Normal
Eutrofi
(-)

(-)
(-)
(+)

(-)
(-)
(+)

IV. SISTEM MOTORIK


Ekstremitas atas
Kekuatan
Distal
Proksimal
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Ekstremitas bawah
Kekuatan
Distal
Proksimal
Tonus
Trofi
Ger.involunter
Badan
Trofi
Ger. Involunter
Ref.dinding perut

Dengan rangsangan
nyeri kesan : hemiparese
sinistra

Normal
Normal
Normal

V. SISTEM SENSORIK
Raba
Nyeri
Suhu
Propioseptif (tekan, arah,
posisi)

Kanan
SDN
SDN
SDN
SDN

Kiri
SDN
SDN
SDN
SDN

Keterangan
SDN

VI. REFLEKS
Fisiologis
Biseps
Triseps
Patella

Kanan

Kiri

Keterangan

(+)
(+)
(+)

(+)
(+)
(+)

Normal

Achilles
Patologis
Babinski
Chaddock
Hoffman Tromer
Reflek primitif :
Palmomental
Snout

(+)

(+)

(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)

(-)
(-)

(-)
(-)

Kanan
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN

Kiri
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN

Refleks patologis (-)

VII. FUNGSI KORDINASI


Test telunjuk hidung
Test tumit lutut
Gait
Tandem
Romberg

Keterangan
Tidak dapat dilakukan,
pasien tidak sadar

VIII. SISTEM OTONOM


BAB (-), BAK dengan kateter
IX. PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN
a. Laseque

tidak terbatas

b. Kernig

tidak terbatas

c. Patrick

-/-

d. Kontrapatrick :

-/-

e. Valsava test

f. Brudzinski I dan II

:-

X. RESUME PEMERIKSAAN
Keadaan umum
Kesadaran

: Sopor, GCS : E1 M4 Vterpasang gudel

Tekanan darah

: 150/100 mmHg

Denyut nadi

: 98 x/mnt,teratur

Pernafasan

: 32 kali permenit

Fungsi luhur
: SDN
Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial

: Kesan dalam batas normal

Motorik

: Kesan hemiparese sinistra

Sensorik

: SDN

Kordinasi

: SDN

Otonom

: SDN

Refleks

Fisiologis

: Refleks fisiologis normal

Patologis

: Ref. Patologis (-)

D. DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIS

: Stroke + CKD

DIAGNOSA TOPIK

: Sistem Karotis Dekstra

DIAGNOSA ETIOLOGIK : Stroke Hemoragik


DIAGNOSA BANDING

: Stroke Non Hemoragik

E. USUL PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium darah rutin
Pemeriksaan laboratorium kimia darah : glukosa, kolesterol, kreatinin,
ureum, HDL, LDL.
Head CT-Scan
EKG
Rontgen thoraks
F. SARAN TERAPI
a. umum
- perawatan di ruang ICU
- bedrest total dengan posisi kepala ditinggikan 30
- NRM 10 liter/menit
- konsul gizi
- IVFD NaCl 0,9 % 22 tpm
b.khusus
- Asam traneksamat 3 x 500 mg
- Citicolin 3 X 125 gr
- Manitol 4 x 25 cc/hari
- Transfusi PRC 2 labu
G. HASIL PEMERIKSAAN

Hasil pemeriksaan penunjang:


13 Agustus 2014
Darah rutin
Hb

: 5.1 gr%

Leukosit

: 11.5/mm3

Trombosit : 112/mm3
Hematokrit: 15.8 vol%
Kimia Darah
Glu

: 103 mg/dl

Ureum

: 160.1 mg/dl

Creatinin : 18.75 mg/dl


BUN

: 74.8 mg/dl

15 Agustus 2014
Darah rutin
Hb

: 7.0 gr%

Leukosit

: 23.3/mm3

Trombosit : 120/mm3
Hematokrit: 21.4 vol%
Kimia Darah
Ureum

: 172.5 mg/dl

Creatinin : 12.32 mg/dl


BUN

: 80.6 mg/dl

pH

: 7.43

pCo2

: 20 mmHg

pO2

: 100 mmHg

Na+

: 141 mmol/L

K+
Ca++

: 3.9 mmol/L
: 0.52

Head CT-Scan tanpa kontras

Gambaran:
Tampak lesi hiperdens pada basal ganglia dexta dan intra ventrikular
Ventrikel lateral dextra terdesak
Deviasi struktur garis tengah ke sinistra
Cerrebelum dan batang otak normal
Tidak tampak gambaran SOL
Kesan :
Perdarahan itra cerebral regio basal ganglia dextra
Perdarahan intra ventrikular

Rontgen Thorax :

Gambaran :
Cor: CTR > 50%
Pulmo: corakan bronkovaskular normal
Bercak kesuraman pada kedua peri hilar dan para kardial
Diafragma dan sinus kostofreniku normal
Kesan: Cor : cardiomegali
Pulmo: suspect udema paru
DIAGNOSIS AKHIR
Stroke hemoragik intraventrikular

FOLLOW UP
Jumat, 15 Agustus 2014
S

: penurunan kesadaran
Pukul 13.00 WIB pasien hemodialisa tidak selesai karena pasien sesak
nafas.

: kesadaran: Sopor, E1M4Vgudel


TD

: 150/100 mmHg

Nadi: 98x/menit, teratur


Nafas : 32x/menit
Suhu : 37,2 C

Suhu: 36C

Fungsi luhur : SDN


Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial

: SDN

Motorik

: hemiparese sinistra

Kekuatan otot

Motorik : SDN
Sensorik: SDN
N
Koordinasi : SDN
Otonom

: BAK dengan kateter dan belum BAB

Refleks Fisiologis: (+/+)


Patologi : -/A: Stroke hemoragik + CKD
P:
-

IVFD NaCl 0,9% 20tpm

Inj. Ceftriaxon 1 x2 gr

Inj. Citicolin 3 x 125 gr

Omeprazol 2 x 40 mg

4 3 5 5

Vit K 3 x 1

Kalnex 2 x 1

Sabtu, 16 Agustus 2014


S

: penurunan kesadaran

: kesadaran: Sopor , E1M4VETT


TD

: 210/120 mmHg

Nadi: 100x/menit, teratur


Nafas : 30x/menit
Suhu : 37 C

Suhu: 36C

Fungsi luhur : SDN


Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial

: SDN

Motorik

: hemiparese sinistra

Kekuatan otot

Motorik : SDN
Sensorik: SDN
N
Koordinasi : SDN
Otonom

: BAK dengan kateter dan belum BAB

Refleks Fisiologis: (+/+)


Patologi : -/A: Stroke hemoragik + CKD
P:
-

IVFD NaCl 0,9% 20tpm

Inj. Ceftriaxon 1 x2 gr

Inj. Citicolin 3 x 125 gr

Omeprazol 2 x 40 mg

Vit K 3 x 1

Kalnex 2 x 1

4 3 5 5

Minggu, 17 Agustus 2014


S

: penurunan kesadaran

: kesadaran: Sopor, E1M4VETT


TD

: 210/120 mmHg

Nadi : 90x/menit, teratur


Nafas : 32x/menit
Suhu : 36 C

Suhu: 36C

Fungsi luhur : SDN


Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial

: SDN

Motorik

: hemiparese sinistra

Kekuatan otot

Motorik : SDN
Sensorik: SDN
N
Koordinasi : SDN
Otonom

: BAK dengan kateter

Refleks Fisiologis: (+/+)


Patologi : -/A: Stroke hemoragik + CKD
P:
-

IVFD NaCl 0,9% 20tpm

Inj. Ceftriaxon 1 x2 gr

Inj. Citicolin 3 x 125 gr

Omeprazol 2 x 40 mg

Vit K 3 x 1

Kalnex 2 x 1

Senin, 18 Agustus 2014


S

: penurunan kesadaran

: kesadaran: Sopor , E1M4VETT

4 3 5 5

TD

: 140/90 mmHg

Nadi

: 100x/menit, teratur

Nafas : 30x/menit
Suhu : 38 C

Suhu: 36C

Fungsi luhur : SDN


Rangsang meningeal : (-)
Saraf kranial

: SDN

Motorik

: hemiparese sinistra

Kekuatan otot

Motorik : SDN
Sensorik: SDN
N
Koordinasi : SDN
Otonom

: BAK dengan kateter dan belum BAB

Refleks Fisiologis: (+/+)


Patologi : -/A: Stroke hemoragik + CKD
P:
-

IVFD NaCl 0,9% 20tpm

Paracetamol infus 3 x500

Inj. Ceftriaxon 1 x2 gr

Inj. Citicolin 3 x 125 gr

Omeprazol 2 x 40 mg

Vit K 3 x 1

Kalnex 2 x 1

4 3 5 5

PEMBAHASAN

Definisi
Definisi stroke menurut WHO (2006) adalah manifestasi klinis dari
gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat
dan lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyakit
selain daripada gangguan vaskular.1
Penyakit serebrovaskular dapat diklasifikasikan sebagai berikut:2
1. Penyakit oklusi: trombosis arteri atau vena yang merupakan awal terjadinya
infark serebri
2. Transient cerebral ischemic tanpa infark
3. Perdarahan: ruptur pembuluh darah, sering dikaitkan dengan hipertensi
maupun malformasi pembuluh darah
4. Malformasi pembuluh darah akibat abnormalitas pembuluh darah: aneurisma
5. Penyakit degeneratif arteri yang dapat menyebabkan oklusi atau perdarahan
6. Penyakit inflamasi dari arteri
Onset akut dari dari infark atau perdarahan pada penyakit serebrovaskuler
biasanya berkaitan dengan penyakit vaskular dan menyebabkan gangguan fungsi
otak (hemiplegi, penurunan kesadaran, dll) dan stroke merupakan salah satu
diantaranya. Jadi stroke merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan gejala
klinik yang berkembang dengan sangat cepat baik gejala fokal maupun global, yang

berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa penyebab lain
selain vaskular2.
Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan patologik pada otak, waktu
terjadi dan lokasi lesi vaskular.2
Berdasarkan kelainan patologi:
1.

Stroke Hemoragik

: Perdarahan intraserebral, perdarahan ekstraserebral

2.

Stroke non hemoragik

: Thrombus, emboli, hipoperfusi sistemik

Berdasarkan penilaian terhadap waktu kejadiannya :


1. Transient Iskemik Attack (TIA)
2. Reversible Ischemic Neurolagical Deficits (RIND)
3. Stroke progresif atau stroke in evolution
4. Stroke komplit atau completed stroke
Faktor Resiko Stroke 3
Secara umum faktor resiko stroke dibagi atas :
Tidak dapat dimodifikasi
Umur

Dapat dimodifikasi
Aterosklerosis

Jenis kelamin

Hipertensi

Ras/bangsa

Diabetes

Riwayat keluarga yang pernah terkena Merokok


stroke

Konsumsi alkohol
Penggunaan antikoagulan
Kokain
Amfetamin
Malformasi arteri-vena
Vaskulitis
Dislipidemia

Manifestasi klinis3
Gejala-gejala stroke bervariasi tergantung pada jenis stroke, pembuluh
darah otak mana yang terkena, luas dan fungsi jaringan otak yang terganggu.

Gejala klinis sistem karotis:


1.Motorik: hemiparese kontralateral, disartria
2.Sensorik: hemihipestesi kontralateral, parestesia
3.Gangguan visual: hemianopsia homonym kontralateral, amaurosis fugax
4.Gangguan fungsi luhur: afasia, agnosia.
Gejala klinis sistem vertebrobasiler:
1.Motorik: hemiparese alternans
2.Sensorik: hemihipestesi alternans, parestesia
3.Gangguan visual: hemianopsia homonym, cortical blindness, black out
4.Gangguan lainnya: gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia.

Hubungan Stroke dengan CKD (cronic kidney desease)


The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) of the national
kidney foundation (NKF) mendefinisikan penyakit ginjal kronik sebagai kerusakan
pada parenkim ginjal dengan penurunan glomerular filtaration rate (GFR) kurang
dari 60 mL/min/1,73 m2 selama atau lebih dari 3 bulan dan dapat berakhir dengan
gagal ginjal.4 Selanjutnya, gagal ginjal adalah tahap akhir dari penyakit ginjal kronik

yang ditandai dengan kerusakan ginjal secara permanen dan penurunan fungsi ginjal
yang ireversibel, dengan GFR < 15 mL/min/1,73 m 2, yang memerlukan renal
replacement therapy (RRT) berupa hemodialisis atau transplantasi ginjal.5
Adapun klasifikasi berdasarkan derajat (stage)

CKD ditentukan dengan

menghitung glomerular filtaration rate (GFR) menggunakan rumus Kockroft-Gault:


GFR (ml/menit/1,73m) = (140-umur)x BB /72x kreatinin plasma (mg/dl)
* perempuan dikalikan 0,85
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan
oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai
laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit
ginjal kronik dalam lima stadium :
1.
2.
3.
4.
5.

Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal
Stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan
Stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal,
Stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan
Stadium 5 adalah gagal ginjal.6

Sindrom uremia dan gejalanya.


Pada penyakit ginjal kronis terjadi kerusakan regional glomerolus dan
penurunan GFR yang dapat berpengaruh terhadap pengaturan cairan tubuh,
keseimbangan asam basa, keseimbangan elektrolit, sistem hematopoesis dan
hemodinamik, fungsi ekskresi dan fungsi metabolik endokrin. Sehingga
menyebabkan munculnya beberapa gejala klinis secara bersamaan, yang disebut
sebagai sindrom uremia.5
Dalam kaitannya sindrom uremia dengan resiko terjadinya perdarahan intraserebral,
ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu :
1) Pengaruh sindrom uremia pada sistem hematopoesis
Kapiler peritubular endothelium ginjal menghasilkan hormon eritropoetin
yang diperlukan untuk menstimulasi sumsum tulang dalam mensintesis sel
darah merah (sistem hematopoesis). Keadaan uremia menyebabkan aktivitas
pembuatan hormon eritropoetin tertekan, sehingga menyebabkan gangguan
pada sistem hematopoesis yang berakibat pada penurunan jumlah sel darah
merah dan kadar hemoglobin. Hal ini menyebabkan terjadinya anemia yang

memicu terjadinya peningkatan cardiac output, diikuti dengan peningkatan


cerebral blood flow, sebagai kompensasi pemenuhan kebutuhan oksigen
bagi otak.7 Kondisi tersebut diperburuk oleh proses degeneratif pada
pembuluh darah otak, sehingga dapat menyebabkan munculnya aneurisme,
yang rentan terhadap terjadinya ruptur oleh karena faktor hipertensi.8

2.) Pengaruh pada sistem hemodinamik


Penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan kelainan vaskular berupa
hipertensi. Hal ini disebabkan oleh adanya iskemia relatif karena kerusakan
regional

yang

merangsang

sistem

Renin-Angiotensinogen-Aldosteron

(RAA). Selain itu hipertensi pada penyakit ginjal kronis juga dapat
disebabkan oleh retensi natrium, peningkatan aktivitas saraf simpatis akibat
kerusakan ginjal, hiperparatiroidisme sekunder dan pemberian eritropoetin
rekombinan sebagai penatalaksanaan anemia.9
Sindrom uremia yang memerlukan hemodialisa
Indikasi pemberian hemodialisa pada sindrom uremia, terlihat pada laju GFR
yang hanya tersisa sebesar 15% dari normal atau kurang dari 15 mL/mnt/1,73m 2.
Kemudian dalam pemeriksaan laboratorium, ditandai dengan peningkatan kadar
ureum hingga lebih dari 200 mg/dL, kreatinin serum > 6 meq/L, pH < 7,1 dan
ditambah dengan timbulnya gejala-gejala klinis yang nyata seiring dengan
perburukan fungsi ginjal.5
Hemodialisa adalah suatu proses pembersihan darah dengan menggunakan
ginjal buatan (dialyzer), dari zat-zat yang konsentrasinya berlebihan di dalam tubuh.
Zat-zat tersebut dapat berupa zat yang terlarut dalam darah, seperti toksin ureum
dan kalium, atau zat pelarutnya, yaitu air atau serum darah. 5 Selama proses
hemodialisis, darah yang kontak dengan dialyzer dan selang dapat menyebabkan
terjadinya pembekuan darah. Hal ini dapat mengganggu kinerja dialyzer dan proses
hemodialisis. Untuk mencegah terjadinya pembekuan darah selama proses
hemodialisis, maka perlu diberikan suatu antikoagulan agar aliran darah dalam
dialyzer dan selang tetap lancar.

Komplikasi hemodialisa dapat disebabkan oleh karena penyakit yang


mendasari terjadinya penyakit ginjal kronik tersebut atau oleh karena proses selama
menjalani hemodialisa itu sendiri. Sedangkan komplikasi akut hemodialisa adalah
komplikasi yang terjadi selama proses hemodialisis berlangsung.6
Komplikasi hemodialisa sebagai berikut :10
a.) Komplikasi yang sering terjadi
- Hipotensi
- Kram otot.
b.) Komplikasi yang jarang terjadi
- Dialysis disequilibrium syndrome (DDS)
- Aritmia dan angina
- Perdarahan. Dipengaruhi oleh trombositopenia yang disebabkan oleh karena
sindrom uremia, efek samping penggunaan antikoagulan heparin yang lama dan
pemberian anti-hypertensive agents.
- Hipertensi
Dasar diagnosis
1. Dasar diagnosis klinis
Stroke : Dari anamnesis diketahui bahwa gejala yang dialami pasien yaitu nyeri
kepala, kelemahan anggota gerak kiri, bicara pelo, mata sebelah kiri menutup,
penurunan kesadaran timbul mendadak. Hal ini sesuai dengan definisi WHO
menjelasan gejala klinis dari stroke yaitu gangguan serebral, baik fokal maupun
global dengan serangan yang timbul mendadak dan gejala klinis tersebut
berlangsung dalam 24 jam atau lebih, tanpa ditemukannya penyakit selain
daripada gangguan vaskular. Pada pasien didpatkan faktor resiko berupa
hipertensi yang tidak terkontrol dan riwayat CKD.
CKD : Dari anamnesis diketahui pasien riwayat hemodialisa yg telah dijalani
selama 7 bulan yang lalu, dari pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis,
edema. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hasil kreatinin serum tgl
13/08/2014 yaitu 18.75 mg/dL, dengan GFR = 140 umur x BB x 0,85 = 2.94
72 x creatinin
Dengan nilai GFR (Glomerular Filtration Rate) 2.94 mL/min artinya pasien
tergolong CKD stadium 5.
2. Dasar diagnosis topik

Topik sistem karotis dekstra dipikirkan karena pada pasien ditemukan adanya
hemiparase sinistra, dimana sistem karotis dekstra memberikan gejala defisit
neurologis yang bersifat kontralateral.
3. Dasar diagnosis etiologis
Diagnosis stroke hemoragik dipikirkan karena berdasarkan anamnesis
ditemukan onset yang mendadak, penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek
patologis (-). Maka berdasarkan Algoritma Stroke Gajah Mada, stroke pada
pasien ini adalah stroke hemoragik.
4. Dasar diagnosa banding
Stroke iskemik, karena defisit neurologis mendadak dan serangan muncul pada
saat istirahat.
Diagnosis akhir
Diagnosis akhir pasien ini adalah stroke hemoragik ec perdarahan intra ventrikel.
Ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang Head CT-Scan, yang mana
merupakan gold standar untuk menentukan penyebab stroke yang terjadi. Hasil
Head CT-Scan menunjukkan adanya perdarahan intra serebral.
Dasar usulan pemeriksaan
1. Darah rutin: Untuk mengetahui viskositas darah dan keadaan umum pasien.
2. Kimia darah: Untuk menemukan faktor risiko yang mungkin sebagai penyebab
seperti DM, hiperkolesterolemia dan berguna untuk penatalaksanaannya.
3. CT-Scan: Sebagai gold standard dalam menegakkan diagnosis stroke,
menentukan patologi stroke (hemoragik atau nonhemoragik), lokasi dan luas
lesi.
4. Foto toraks: untuk melihat apakah ada pembesaran dari jantung sebagai akibat
penyakit hipertensi
5. EKG: untuk mencari apakah ada kelainan pada jantung.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf
RSUD Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
2. Rumantir CU. Pola penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
periode 1984-1985. Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter
Spesialis Bidang Ilmu Saraf. 1986.
3. Toole JF.Cerebrovascular disease. 3th ed. New York: Raven. 1984: 187-192
4. Verelli,

Mauro.

2006.

Chronic

Renal

Failure

.http

//

www.emedicine.com/med/topic374.htm
5. Suwitra

K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid I ed 5. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI.2009.


6. Raharjo P, Susalit E, Shardjono. Hemodialisis. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I.2006;4:490-491.
7. Haktanir, Alpay et al. 2005. Doppler Sonographic Evaluation of Cerebral
Blood Flow in Anemia Resulting from Chronic Renal Failure. J Ultrasound
Med 24:947-952 http : // www. jultrasoundmed.com.htm
8. Liebeskind,

S.David.

2006.

Intracranial

Hemorrhage.

http

//

www.emedicine.com/neuro/topic503.htm
9. Tessy, Agus. Hipertensi pada Penyakit Ginjal. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 2006. Jilid I, Edisi IV, Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 615-617
10. Himmelfarb, Jonathan. 2005. Core Curriculum In Nephrology Hemodialysis
Complications.National Kidney Foundation. N Eng J M. Doi : 10.1053 http :
// www.nejm.org/content/full article.htm

11. Warlow C, Van Gijn J, Dennis M, et al. What Caused This Transient Or
Persisting Ischaemic Event? In Stroke-Practical Management, 3th Ed. United
States of America: Blackwell Publishing. 2008. 39-41, 278-290.
Krhisna Rama P, Naresh P, et al. Stroke in chronic kidney disease. Indian J Nephrol.
Jan 2009 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2845195/

Anda mungkin juga menyukai