Contoh kasus: Penayangan korban bom Hotel JW Mariott di televisi
Media massa dalam memberitakan kejadian teroris dikritik kurang patut, khususnya ketika sejumlah stasiun televisi menayangkan secara telanjang dan mengeksploitasi gambar mengenaskan para korban bom di Hotel JW Marriott, pekan lalu. Meskipun secara prinsip pemberitaan hal itu tidak salah, penayangan tersebut telah mengabaikan etika jurnalistik. nstitusi media seharusnya menyadari bah!a ketika "akta hendak disampaikan kepada publik, strategi pengemasan berita harus dilakukan dengan berpegang pada etika, juga estetika. #idak adanya pedoman etika menyebabkan persoalan tersebut berpulang kepada hati nurani insan pers. Eksploitasi rasa takut Pengemasan berita bernuansa kekerasan secara telanjang tersebut dapat dikatakan turut mengeksploitasi rasa takut dan kengerian publik. Meskipun hal itu tidak disadari publik itu sendiri, yang kerap hanya menelan mentah$mentah apa saja yang ditayangkan televisi. Meskipun sebagian publik menyukai tayangan vulgar kekerasan. Hal yang terpenting dilakukan jurnalis sebenarnya adalah bagaimana jurnalis melakukan investigasi, bukan mengeksploitasi gambar$gambar mengerikan para korban bom. %amun, ketika era dunia telah menjadi era media massa, tindakan para teroris tersebut seperti mendapat &kendaraan& yang tepat. #erlebih ketika sebuah teror memang merupakan pesan yang harus tersebar luas secara masi". 'endaraan yang paling mampu mendistribusikan pesan itu adalah media massa. Persoalan Etika dalam Media Massa (pa biang keladi persoalan komunikasi de!asa ini) *agi Haryatmoko, penulis buku +,tika 'omunikasi: Manipulasi Media, 'ekerasan, dan Pornogra-., ja!abannya adalah /tekanan0 pasar dan determinisme teknologi. Pelakunya adalah media dan pemerintah /negara, state0. 1ementara korbannya adalah publik. Mari kita lihat persoalan apa yang terjadi dalam !ilayah komunikasi, ketika tekanan pasar mendominasi: 20 #ekanan pasar mengakibatkan media massa berlomba$lomba mendekati konsumennya dengan pelbagai cara: mereorganisasi hakikat, sistem dan modus komunikasi. 30 #ayangan media massa mereduksi makna dan "ungsi komunikasi sosial: yang tadinya ber"okus pada keindahan pesan dan perekat publik, kini menjadi komoditi pasar yang terjebak dalam logika !aktu pendek, perangkap mimetisme dan epigonisme. nilah yang terjadi ketika produk jurnalisme, misalnya, terperangkap dalam hukum persaingan yang menuntut in"ormasi ditampilkan serba cepat /bukan serba benar0. 40 Muncul berita$berita yang sensasional, namun kebenarannya tak bisa dipertanggungja!abkan. 'emasan berita pun digarap seheboh mungkin5karena sekadar mengin"ormasikan tak cukup membuat khalayak tertarik untuk menontonnya. Maka horor kriminalitas dalam siaran berita pun dikemas menjadi sebentuk entertainment6 'onsekuensi besar yang harus ditanggung bukan sekadar menguatnya konstruksi pasar. Pada tahap trans"er o" kno!ledge, kompetensi jurnalisme kini semata$mata diarahkan untuk mendukung pasar. 1ementara di sisi lain, masyarakat 7diturunkan8 derajatnya menjadi konsumen yang tak lepas dari upaya eksploitasi produsennya. 90 :eterminisme teknologi. #eknologi komunikasi, di satu sisi, menyelesaikan persoalan komunikasi dalam aspek ruang dan !aktu. #eknologi dianggap demokratis, membuka sekat$sekat dan sumber in"ormasi yang tadinya hanya dimonopoli satu pihak, janjinya adalah menjadikan komunikasi semakin transparan6 'enyataannya, teknologi memunculkan kultus teknologi. ;ang terakhir ini semakin memacu rasionalitas instrumental di mana sarana lebih menjadi prioritas daripada tujuan. Presentasi atau penyutradaraan makna in"ormasi menjadi lebih penting daripada pesan in"ormasi itu sendiri. 'ultus teknologi akhirnya mengalahkan tujuan dan idealisme media. Monopoli tak terhindarkan lagi 5hak monopoli berpindahtangan dipegang oleh penguasa teknologi. 1 <antas, apa sesungguhnya idealisme komunikasi yang mestinya ada5kalau bentuk$bentuk yang menggejala sekarang ini dianggap menyimpang dari yang seharusnya) Media mestinya memberikan in"ormasi yang benar. - Jika media mampu mem"ungsikan diri sebagai sarana pendidikan yang e"ekti", maka pemirsa, pembaca, dan pendengar akan semakin memiliki sikap kritis, kemandirian, dan kedalaman berpikir. - n"ormasi yang benar akan mencerahkan kehidupan, karena membantu menjernihkan pertimbangan. Pun, membuka peluang memperbaiki nasib seseorang atau kelompok. n"ormasi yang benar menghindarkan salah paham dan menjadi sarana penting untuk menciptakan perdamaian. - ,tika komunikasi sendiri ada, bukan hanya untuk menjamin hak akan in"ormasi yang benar. <ebih dari itu, etika komunikasi dimaksudkan untuk menjamin hak berkomunikasi di ruang publik. Wujudnya, antara lain, pada etika pro"esi, etika institusional, dan regulasi publik. ,tika komunikasi dapat membantu terciptanya regulasi publik, yang bukan pertama$tama untuk membatasi kebebasan berekspresi, tetapi juga memperkuat deontologi pro"esi, mengangkat kredibilitas media, dan pada akhirnya menjamin masyarakat untuk memenuhi haknya akan in"ormasi yang benar. Media Massa dalam Masyarakat Point Utama masalah etika 'etika media massa berada dalam konteks sosial dan dikonsumsi oleh khalayak maka pada saat itu media massa berhadapan dengan masalah etika. :engan demikian dapat dikatakan bah!a media massa pada dasarnya tidak bebas nilai. 1eluruh proses produksi, distribusi dan konsumsi pesan komunikasi merupakan hasil interaksi para pelaku, konsumen dan distributor komunikasi. nteraksi inilah yang mau tidak mau menempatkan proses komunikasi dalam kerangka tindakan manusia. Mana tindakan yang baik, mana tindakan yang buruk. PEMIKIRAN ETIS ,tika adalah lini arahan atau aturan moral dari sebuah situasi di mana seseorang bertindak dan mempengaruhi tindakan orang atau kelompok lain. :e-nisi etika ini juga berlaku untuk kelompok media sebagai subjek etis yang ada. 1etiap arahan dan aturan moral mempunyai nilai dan level kontekstualisasi pada tingkat individu, kelompok, komunitas atau sistem sosial yang ada. :apat dikatakan bah!a etika pada level tertentu sangat ditentukan oleh arahan sistem sosial yang disepakati. PRINSIP-PRINSIP ETIS Prinsip$prinsip etis adalah dasar rasional dalam setiap pilihan tindakan yang etis. Prinsip$prinsip etis yang bisa diperlihatkan adalah aturan nilai tengah (ristoteles /(ristotle =olden Mean0 yang mempunyai makna bah!a tindakan etis yang baik adalah: - Prinsip tindakan di antara dua nilai ekstrim yang berla!anan. - Prinsip imperati" kategoris mmanuel 'ant yang menyatakan bah!a kita harus bertindak berdasarkan prinsip nilai yang universal /misalnya prinsip kebaikan, kejujuran, tidak boleh membunuh0, - Prinsip situasional adalah prinsip bah!a tindakan manusia selalu bersi"at kontekstual dan relati" didasarkan pada situasi tertentu, - prinsip utilitas adalah prinsip yang menyatakan bah!a tindakan selalu mendasarkan pada prinsip kegunaan dan prinsip .membahagiakan. semua orang, - prinsip pragmatis yang menyatakan bah!a tindakan yang baik adalah tindakan yang bisa dilakukan atau bisa diaplikasikan. KODE ETIK 2 ,tika dalam level tertentu adalah etika dalam pro"esi. 'etika berada dalam konteks situasional selalu juga memperhatikan pro"esionalisme. %ilai etis dalam konteks pro"esionalisme akan menghasilkan kode etik. (rahan etika dalam kode etik didasarkan dalam dua dasar utama, yaitu prinsip tanun !a"a# sosial dan kese!ahteraan #ersama. Pola dua dasar utama ini akan berbenturan dengan nilai atau prinsip nilai yang berkembang sampai sekarang. Mana yang harus didahulukan etika personal atau etika perusahaan, mana yang harus diutamakan kepentingan publik atau kepentingan individual. :ilema$dilema etis dalam perusahaan modern semakin juga diperumit dengan masalah tekanan ekonomi yang memang menjadi arahan pokok etika perusahaan yang ada sekarang. Perkembangan etika aplikati" tentunya selalu harus memperhatikan aspek komunitas atau kepentingan publik. (khirnya tidak mengherankan apabila sekarang berkembang model tanggung ja!ab perusahaan. ISU-ISU ETIS (da beberapa isu etis yang berkembang sampai sekarang. 1etidaknya ada etika jurnalisme, etika hiburan media, etika P>, etika periklanan, etika penelitian komunikasi, etika konsumen. 20 Etika !urnalisme adalah arahan nilai etika yang diaplikasikan dalam dunia jurnalisme yang berkembang sampai sekarang. #erdapat beberapa isu etis di dalamnya, yaitu: - keterbatasan etika dalam kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi dalam media, isu akurasi dalam dunia jurnalisme adalah masalah klasik yang berhubungan dengan hubungan antara produksi, proses dan konsumsi berita yang nantinya berkaitan dengan masalah pembingkaian realitas yang ada, - isu lainnya adalah isu "airness yang memuat derajad keseimbangan dan kejujuran dalam produksi dan proses berita, isu berikut adalah isu kon-densialitas yang memuat asumsi perlindungan atas masalah kerahasiaan sumber berita, - isu sensasionalitas adalah isu yang berkembang ketika media massa berhadapan dengan tekanan ekonomi /sejauh mana berita tidak melebih$ lebihkan realitas sedemikian rupa0, - isu komersialisasi berita adalah isu klasik tentang desakan bisnis dalam jurnalisme /di mana sering terjadi tabrakan etis antara kepentingan publik dan kepentingan bisnis, lihat juga masalah integrasi dan konsentrasi bisnis di dalamnya0, - isu jurnalisme press release adalah isu hubungan antara jurnalis dengan kelompok yang memakai press release sebagai alat advokasi, isu terakhir adalah isu privasi di mana jurnalisme mempunyai kemampuan untuk melakukan invasi berlebihan pada !ilayah privat seseorang. 30 ,tika dunia hiburan mempunyai beberapa isu pokok, yaitu: pertama, siapa yang bertanggung ja!ab terhadap e"ek media) :unia hiburan mempunyai nilai$nilai anti sosial yang bisa dikembangkan oleh masyarakat. Padahal di satu sisi, media hiburan menempatkan diri sebagai re?ektor kehidupan masyarakat. su kedua adalah isu payola. Payola adalah proses penyisipan pesan$pesan anti sosial dalam media hiburan yang dikonsumsi oleh khalayak. su plugola adalah isu iklan semu yang disisipkan dalam konteks hiburan. 40 ,tika Humas adalah etika yang mengatur perilaku humas yang bisa bermuka dua. :i satu sisi, P> ber"ungsi sebagai institusi yang melayani kepentingan publik dan di sisi lain, P> ber"ungsi sebagai mata dan mulut perusahaan yang terkait. 'eduanya mempunyai kepentingan yang berbeda. 'edua kepentingan tersebut juga bisa bertabrakan satu sama lain. Masalahnya adalah bagaimana praktisi P> bisa menempatkan diri dalam konteks kepentingan yang berbeda tersebut) 90 ,tika periklanan adalah etika yang mengatur pro"esionalis periklanan. (da beberapa isu yang muncul dalam kerangka etika periklanan, yaitu sejauh mana iklan bisa dipertanggungja!abkan ketika produk yang dita!arkan adalah produk yang berbahaya, sejauh mana praktisi periklanan mampu menjadi .pengarah tersembunyi. yang dimungkinkan dalam dunia periklanan, bagaimana pertanggungja!aban etis pada konteks periklanan yang mendorong labelisasi atau stereotip yang muncul dalam dunia periklanan, bagaimana praktisi periklanan mampu melaksanakan dan konsisten dalam melaksanakan privasi 3 konsumen, isu lainnya adalah isu intrusiveness dalam periklanan yang mampu .menodong. konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai pilihan selain tindakan mengkonsumsi, isu lainnya adalah isu iklan subliminal dan iklan yang mengelabui konsumen. @0 ,tika penelitian komunikasi lebih mau melihat posisi dan tindakan peneliti dalam ilmu komunikasi terhadap responden atau in"orman dalam sebuah penelitian ilmu komunikasi. (da kode$kode etik tertentu yang berlaku lurus dalam sebuah penelitian komunikasi. Perlakuan terhadap in"orman atau responden, asas kon-densialitas, asas kejujuran dalam penelitian merupakan isu$isu yang berkembang dalam penelitian komunikasi. A0 ,tika konsumen lebih mau menyatakan bah!a konsumen punya hak untuk mendapatkan kompensasi yang memadai dalam seluruh hasil komunikasi atau media massa modern. Masalah ini berkembang seturut perkembangan teknologi komunikasi yang ada di dunia global sendiri. Masalah !eb sur-ng yang memuat isu$isu yang rentan bagi konsumen harus menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Penghargaan yang benar atas aspek subjek dan objek komunikasi menjadi relevan dalam hal ini. 1elain itu masih banyak hal yang berhubungan dengan masalah sharing data yang sudah jamak di dunia maya. Hal itu juga membuka peluang atas terjadinya praktek pencurian, hacking dan manipulasi data yang sekarang sedang marak di dunia internet. Penghargaan dan pengakuan terhadap hak kekayaan intelektual adalah penghargaan dan pengakuan yang diperlukan. 1ehingga konsumen sendiri tidak dihadapkan pada masalah etika, terutama ketika mereka sedang mendengar, menonton dan bahkan menjalankan program komputer. 1istem keamanan yang menjamin konsumen sebagai subjek pokok harus diperhatikan. 4