Anda di halaman 1dari 97

DEPRESI PASCA MELAHIRKAN DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP

KEHAMILAN DAN PERAN WANITA DALAM KELUARGA




S K R I P S I


DISUSUN OLEH :

WIDYA ANDHIKA AJI
05.40.0065



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2009
Perpustakaan Unika

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Secara mendasar dan universal, ada tiga anugerah berharga yang diberikan
Tuhan yang membedakan wanita dari pria yang biasa disebut dengan kodrat
wanita, yaitu menstruasi dan menopause, hamil dan melahirkan serta dapat
menyusui.
Ketiga proses yang dialami wanita tersebut menjadi pemicu rangkaian
proses emosional yang dialami seorang wanita dalam rentang hidupnya.
Gangguan emosional sering muncul akibat ketakutan akan rasa sakit, gangguan
pada fisik, dan kecemasan. Sebagai puncak dari rangkaian kondisi emosional yang
dialami wanita adalah proses persalinan setelah sembilan bulan mengandung.
Proses kehamilan dan persalinan ini menjadi sedemikian penting karena proses ini
dipandang sebagai puncak wujud dari feminisme seorang wanita ( Widyanti,
2007, h.2 ).
Setiap pasangan yang menikah pada umumnya mengharapkan kehadiran
buah hati di tengah-tengah mereka. Masyarakat Indonesia memandang
kelengkapan sebuah keluarga jika terdapat ayah, ibu dan anak. Hal ini menjadi
gambaran ideal sebuah keluarga ( Dagun, 1990, h. 19 ). Oleh karena itu bukan
pemandangan yang aneh bila pasangan-pasangan yang baru menikah juga
berusaha segera memiliki anak.
Perpustakaan Unika
2

Periode pasca melahirkan ( post partum ) adalah periode setelah kelahiran


bayi atau persalinan, yaitu masa ketika sang ibu menyesuaikan diri baik fisik
maupun psikis dengan proses pengasuhan anak. Periode ini berlangsung kira-kira
selama enamminggu atau hingga tubuh melakukan penyesuaian dirinya dengan
kembali ke keadaan yang dimiliki sebelumkehamilan ( Santrock, 1985, h. 127 ).
Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Pada fase ini kondisi emosional seorang ibu dapat menjadi
menyenangkan atau bahkan menjadi tidak menyenangkan.
Pengalaman baru dalam melahirkan ini biasanya menimbulkan berbagai
perasaan yang bercampur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kecemasan
menanti kelahiran sang buah hati dan merawatnya ( Sloane dan Benedict, 1997, h.
51 ). Dengan kata lain dapat dikatakan kehadiran seorang bayi dalamkeluarga
dapat memberi pengaruh positif dan negatif bagi si ibu yang melahirkannya.
Proses kelahiran ini melengkapi kehidupan rumah tangga dengan hadirnya
penerus bagi keturunan selanjutnya. Pemahaman seorang ibu tentang kelahiran
bayinya menghadirkan sensasi kebahagiaan yang tidak tergantikan oleh apapun.
Kehadiran bayi dapat pula dianggap mengganggu dan mempengaruhi
keharmonisan hubungan suami isteri yang mengubah hubungan keluarga yang
dwi tunggal ke bentuk tri tunggal ( Hurlock, 1980, h. 39 ). Dengan kehadiran
anggota baru dalamkeluarga, terkadang muncul pemahaman bahwa kelahiran
seorang anak membawa konsekuensi bertambahnya pengeluaran keluarga,
semakin penuh sesak rumah yang ditempati dan hambatan akan pengembangan
Perpustakaan Unika
3

karir ( Llewellyn dan J ones, 1994, 80 ). Belum siapnya seorang isteri menjadi ibu
juga dapat memunculkan kecemasan yang selalu menghantui mental seorang ibu
dalammenghadapi anak yang sedang dikandungnya. Pada fase selanjutnya sang
ibu menghadapi kenyataan bahwa sang ibu harus dituntut menyesuaikan diri
menjadi orang tua yang baik dan harus belajar merawat bayi dan proses emosional
yang terjadi selanjutnya bervariasi dari yang paling ringan sampai yang paling
parah.
Periode setelah melahirkan adalah periode setelah sang bayi dilahirkan.
Pada periode ini seorang ibu mengalami proses menyesuaikan diri baik fisik
maupun psikis dengan proses pengasuhan anak. Periode ini berlangsung selama
enamminggu atau hingga tubuh menyelesaikan penyesuaian dirinya dan kembali
ke keadaan yang mirip dengan sebelumkehamilan ( Santrock, 1985, h.127 ).
Menurut Clydde ( dalamRegina dkk, 2001 ), bentuk gangguan postpartum
yang umumadalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta lebih
emosional. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam
gangguan mood yang terdiri dari tiga tipe, yaitu maternity blues, postpartum
depression dan postpartum psychosis ( Ling dan Duff, 2001 ).
Uraian tersebut di atas sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Paltiel
( dalamKoblinsky, dkk., 1997, h.146 ) bahwa ada tiga golongan gangguan psikis
pasca persalinan, yaitu postpartum blues atau sering disebut juga sebagai
maternity blues, yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara.
Gangguan yang kedua adalah postpartum depression, yaitu depresi pasca
Perpustakaan Unika
4

persalinan yang berlangsung sampai berminggu-minggu atau bulan dan kadang


ada di antara mereka yang tidak menyadari bahwa sedang mengalami suatu
penyakit. Gangguan yang ketiga atau terakhir adalah postpartum psychosis, dalam
kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang sangat berat, bisa menetap sampai
setahun dan bisa selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.
Maternity blues merupakan gejala pasca melahirkan yang dialami dua per
tiga dari ibu melahirkan. Sementara itu postpartum psychosis, dari ketiga jenis
gejala pasca melahirkan merupakan jenis gangguan yang jarang dijumpai,
kejadiannya yaitu dua dari seribu ibu yang melahirkan ( Sylvia, 1998, h.7-9 )
Postpartum depression menempati urutan kedua yang yang sering dijumpai dari
ketiga kemungkinan yang ada. Namun demikian, depresi jenis inilah yang
membawa dampak paling nyata dalamkehidupan sehari-hari seorang ibu sehabis
melahirkan. Depresi jenis ini penting mengingat merupakan jembatan penghubung
antara depresi jenis ringan, sampai dengan depresi jenis yang yang paling
membahayakan diri dan bayinya. Oleh sebab itu seorang ibu yang mengalami
depresi jenis ini harus segera diberikan pertolongan sebab jika tidak dapat
membahayakan dirinya dan bayinya.
Depresi pasca melahirkan sudah dikenali sejak 460 tahun sebelumMasehi,
lewat pengungkapan seorang filsuf bernama Hipocrates dan menurut Barbara
Parry, Lektor Kepala dari bagian psikiatri Fakultas Kedokteran San Diego,
University of California, 10-15 % wanita yang baru melahirkan terkena efek
depresi. Selain itu menurut Ann Dunnewold, seorang ahli jiwa di Dallas, 10-20 %
Perpustakaan Unika
5

wanita pada periode pasca kelahiran anak mengalami depresi yang muncul dalam
beragam bentuk, bisa berupa kesedihan yang mendalam, sering menangis,
insomnia, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, dan kurang
berminat terhadap kegiatan rutin sehari-hari, dapat juga berupa perasaan takut,
hilang nafsu makan, lesu bahkan tidur berlebih. Kondisi ini berlangsung hingga 3
sampai 6 bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan ( Hadi, 2004, h. 72 ).
Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
merawat bayinya. Ia dapat kurang tenaga, tak dapat berkonsentrasi, gusar terus
menerus, dan tak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan perhatian yang
tak putus. Akibatnya penderita akan merasa bersalah, dan kehilangan rasa percaya
diri akan kemampuannya sebagai ibu, dimana perasaan ini dapat memperburuk
kondisi depresinya.
Peneliti lebih tertarik meneliti mengenai postpartum depression dibanding
dua jenis depresi setelah melahirkan yang lainnya karena bentuk depresi yang satu
ini dipandang sebagai bentuk depresi yang paling membawa dampak
berkepanjangan seperti dampak pada pertumbuhan si bayi akibat depresi yang
dialami ibunya. Selain itu, di Indonesia, kasus-kasus depresi pasca melahirkan
yang terjadi juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Berdasarkan hasil penelitian
di tiga kota besar di J awa, yaitu J akarta, Yogyakarta dan Surabaya, sudah
ditemukan bahwa 11-30% wanita setelah melahirkan mengalami depresi pasca
melahirkan ini ( Elvira, 2006, h. 4 ). Lalu bagaimana pula bila dihitung pada
seluruh kasus melahirkan yang pernah ada di Indonesia.
Perpustakaan Unika
6

Kasus terbaru yang berkaitan dengan depresi pasca melahirkan terjadi di


Tangerang, Banten pada 18 November 2008. Tersangka Neni Treeana, 30 tahun
diduga membunuh Raihan Azka Syarief, 8 bulan. Selasa malam itu ia sengaja
mencekoki anak laki-laki semata wayangnya itu dengan racun serangga yang
dimasukkan ke botol susu. Kepala Kepolisian Sektor Curug, Kabupaten
Tangerang, Ajun Komisaris Sutarlan, kepada Tempo mengatakan belum ada
kepastian motif pembunuhan, namun untuk sementara polisi menduga Neni
Treeana menderita depresi pasca melahirkan. Keterangan tersebut didapat dari
keluarga yang sampai saat ini menunggui Neni Treeana di ruang isolasi Rumah
Sakit Qodr, Tangerang, Banten. Neni berusaha bunuh diri dengan menenggak
racun serangga dan memotong urat nadinya menggunakan pecahan lampu neon
setelah anaknya sekarat di sebuah rumah kosong di Griya Karawaci I Blok A-2
Nomor 22, Desa Cijengir, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Ia tinggal di
Vila Ilhami, J alan Sinai VI Nomor 28 RT 04 RW 15, Kelapa Dua, Kabupaten
Tangerang, yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari lokasi kejadian ( Aprilia, dkk.,
2008 )
The National Womens Health Information Center ( 2009 ) yang bernaung
di bawah Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika Serikat
menyatakan bahwa para ilmuwan percaya bahwa depresi ini dapat mempengaruhi
kemampuan bayi dalam perkembangan bahasanya, dalam kedekatan
emosionalnya dengan orang lain, dalammasalah bersikap, tingkat aktifitas yang
lemah, masalah tidur dan distress.
Perpustakaan Unika
7

Postpartum depression atau depresi pasca persalinan yang dialami wanita


seusai melahirkan memang secara nyata dipengaruhi oleh ketidakseimbangan
hormonal ibu, yang merupakan efek samping kehamilan dan persalinan. Hormon
estrogen dan progesteron dalamaliran darah dan otak menurun drastis beberapa
jamsetelah kelahiran digantikan dengan peningkatan hormon prolaktin (untuk
persiapan menyusui) dan hormon yang dihasilkan kelenjar gondok dan adrenal
juga berubah. Perubahan ini mempengaruhi neutrotransmiter otak yang akhirnya
berdampak pada kondisi emosi ( Kruckman dalam Yanita dan Zamralita, 2001).
Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa depresi pasca persalinan juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis yang memicu munculnya gangguan
emosional tersebut. Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah
melahirkan adalah masamasa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami
tekanan secara emosional. Gangguangangguan psikologis yang muncul akan
mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi
hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalamdurasi yang
sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau
bertahuntahun lamanya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti sebelum mengadakan
penelitian, pada sekelompok ibu-ibu yang habis melahirkan dalampertemuan Pos
Pelayanan Terpadu ( Posyandu ), rata-rata para ibu mengeluhkan bahwa sehabis
melahirkan ada perasaan tertentu yang tidak dapat didefinisikan. Sehabis
melahirkan terasa cepat lelah, cepat marah dan sering merasa sedih tanpa sebab.
Perpustakaan Unika
8

Menurut Llewellyn dan J ones ( 1994, h. 198 ), karakteristik wanita yang


beresiko mengalami gangguan emosional pasca melahirkan adalah wanita yang
mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga
kurang harmonis, wanita yang kurang mendapat dukungan sosial baik dari suami
maupun keluarga, wanita yang kurang berkonsultasi dengan dokter misalnya
kurang komunikasi dan informasi sehingga memiliki persepsi yang keliru tentang
kehamilan dan persalinan, serta wanita yang mengalami komplikasi selama
kehamilan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Doelhadi ( 1997, h. 383 ) juga
menyebutkan bahwa salah satu faktor pencetus gangguan emosional pasca
melahirkan berasal dari faktor pribadi seorang wanita yang berupa cara berpikir
subjektif, pesimis, negatif dan tidak rasional tentang kehamilan dan persalinan.
Depresi adalah pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tampak
tidak terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih
positif, tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan. Sebagai
calon ibu, seorang wanita harus terlebih dahulu menyiapkan suatu konsep berpikir
yang benar dan positif tentang kehamilan dan persalinan. Hal ini akan membantu
seorang wanita dalam mengatasi masalah kejiwaan yang muncul pasca
persalinannya. Persepsi yang benar dan tepat tentang kehamilan diasumsikan
dapat membantu calon ibu untuk menyiapkan diri menghadapi persalinan.
Persepsi sendiri adalah suatu proses aktif yang memegang peranan dalam
membentuk aspek kognisi, afeksi dan konasi seseorang dalamhidupnya. Menurut
Irwanto, dkk. ( 1997, h. 71 ) persepsi adalah proses diterimanya rangsang ( obyek,
Perpustakaan Unika
9

kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa ) sampai rangsang itu


dimengerti dan disadari. Sementara kehamilan adalah periode yang dimulai dari
pertemuan sel telur dan sperma yang membentuk sel baru yang selanjutnya
berkembang selama 40 minggu dalamrahimseorang wanita ( Llewellyn dan
J ones, 1994, h.25 ). Proses persepsi terhadap kehamilan termasuk adanya proses
kognisi, afeksi serta konasi yang terjadi pada seorang wanita terhadap obyek
kehamilan yang dia alami ( Walgito, 2001, h.54 ).
Disadari ataupun tidak setiap wanita tentunya cukup memahami bahwa
hadirnya kehamilan sampai pada fase kelahiran sang bayi membawa perubahan
yang berarti dalamkehidupan seorang wanita baik perubahan fisik, sosial maupun
ekonomi ( Hurlock, 1980, h. 295 ). Dengan pembesaran rahimsewaktu hamil
secara otomatis akan membawa perubahan pada bentuk fisik tubuh wanita,.Selain
itu, secara sosial, wanita harus mulai memegang peran baru sebagai orang tua. Hal
ini semakin menimbulkan depresi ketika seorang wanita harus merubah dari posisi
bekerja atau berkarir menjadi seorang ibu rumah tangga demi anaknya ( Hurlock,
1980, h. 295 ). Secara ekonomi pun keluarga akan mengalami tekanan ekonomi
dengan hadirnya satu anggota baru ( Llewellyn dan J ones, 1994, h.80 ).
Adanya keterlibatan seorang wanita dalamdunia kerja akan menumbuhkan
perubahan peran pada kaumwanita tidak hanya sebagai ibu rumah tangga ( sektor
domestik ), tetapi juga di luar rumah ( sektor publik ). Peran sebagai ibu rumah
tangga biasanya diidentikkan dengan kemampuan mengatur ketatalaksanaan
keluarga, memperhatikan fisik serta emosional anak dan suami terutama anak bayi
Perpustakaan Unika
10

yang baru dilahirkan. Selain itu dengan peran gandanya wanita juga tidak lepas
dari tugas kantor dengan segala problematikanya. Pada fase ini akan ada benturan
kepentingan yang menuntut tanggung jawab yang lebih besar ( Hemas, 1992, h.
31 ). Permasalahan yang muncul nampak semakin nyata ketika seorang ibu
dihadapkan pada kenyataan harus menyusui anaknya dengan ASI minimal sampai
enambulan seperti anjuran dokter sementara pihak tempat bekerja hanya memberi
cuti melahirkan hanya sampai tiga bulan bahkan ada yang kurang. Konflik peran
ganda akan semakin reda bila individu dapat memberikan perhatian yang
seimbang pada peran dalampekerjaan dan keluarga ( Voydanoff, 1988, h. 256 ),
Dengan adanya tuntutan tanggung jawab yang lebih besar menyebabkan
seorang wanita dengan peran ganda rentan terhadap gangguan kejiwaan
dibandingkan pada wanita yang berperan tunggal, terutama pada saat pasca
melahirkan sehingga tidak menutup kemungkinan akan semakin hebatnya depresi
yang dialami setelah melahirkan. Menurut Ihromi ( 1990, h. 3 ) pada wanita yang
berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah, masalah akan
timbul terutama ketika wanita tersebut mempunyai anak yang membutuhkan
pengasuhan fisik maupun rohaniah.
Berdasarkan seluruh uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui apakah
ada hubungan antara persepsi terhadap kehamilan dengan depresi pasca
melahirkan.


Perpustakaan Unika
11

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi
terhadap kehamilan dan peran wanita dalamkeluarga dengan depresi wanita pasca
melahirkan.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini hendak menambah masukan bagi
pengembangan psikologi kesehatan dan psikologi keluarga khususnya yang
berhubungan dengan depresi wanita pasca melahirkan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis dapat digunakan sebagai acuan kaum wanita terutama
yang berperan ganda dalammempersiapkan kehamilan dan persalinan yang
akan dihadapi setelah pernikahan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk
kajian para ahli medis dalam kaitannya dengan proses kehamilan dalam
membekali calon ibu baru dalammenghadapi persalinannya.

Perpustakaan Unika
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi Pasca Melahirkan
1. Pengertian Depresi Pasca Melahirkan
Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional
setelah melahirkan. Clydde ( dalamRegina, dkk., 2001 ), mengatakan bahwa
bentuk gangguan pasca melahirkan yang umum adalah depresi, mudah marah
dan terutama mudah frustasi serta gangguan suasana hati selama periode pasca
melahirkan yang juga merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV)
mengartikan depresi sebagai suatu periode selama sedikitnya dua minggu
terjadi suasana hati (mood) yang tidak mengenakkan atau hilangnya rasa
senang dalam semua atau hampir semua aktivitas. Depresi ini diklasifikasikan
dalam gangguan suasana hati (mood disorder). Gangguan suasana hati
mengacu pada emosi yang bertahan lama, mewarnai kehidupan manusia serta
melibatkan depresi maupun kegembiraan (mania) ( 1994, h. 320 ).
Sementara itu, Beck ( 1985, h. 6 ) mendefinisikan depresi sebagai suatu
pemikiran negatif yang berupa sikap dan kepercayaan negatif tentang dirinya,
dunia dan masa depannya, adanya perasaan bersalah, dan kurang percaya
dalammenjalani kehidupan. Lebih lanjut diuraikan bahwa depresi merupakan
perubahan suasana hati seperti kesedihan, kesepian dan apati yang
Perpustakaan Unika
13

memunculkan konsep diri yang negatif seperti membenci dan menyalahkan diri
sendiri. Individu yang depresi bersikap menarik diri dari sosial, menyalahkan
diri sendiri, adanya keinginan untuk lari, menyembunyikan diri dan adanya
keinginan untuk mati. Hal ini juga diikuti adanya perubahan secara vegetatif
seperti hilangnya nafsu makan sukar tidur serta hilangnya gairah seksual.
Depresi menurut Chaplin ( 1995, h. 130 ), merupakan keadaan
kemurungan ( kesedihan, kepatahan semangat ) yang ditandai dengan perasaan
tidak pas, menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa yang akan
datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrimuntuk
mereaksi terhadap perangsang disertai menurunnya nilai diri, delusi
ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan
adalah masamasa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan
secara emosional. Gangguangangguan psikologis yang muncul akan
mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi
hubungan anak dan ibu di kemudian hari. Hal ini bisa muncul dalamdurasi
yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama berbulan
bulan atau bertahuntahun lamanya.
Menurut Paltiel ( dalam Koblinsky dkk, 1997 ), ada tiga golongan
gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering disebut juga
sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat
sementara; kemudian postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan
yang berlangsung sampai bermingguminggu atau bulan dan kadang ada di
Perpustakaan Unika
14

antara mereka yang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya


merupakan penyakit. Lalu yang ketiga adalah postpartum psychosis, yaitu
kondisi tekanan jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun
dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan di atas, Purwanto ( 2007 ),
mengatakan bahwa depresi pasca melahirkan pertama kali ditemukan oleh Pitt
pada tahun 1988, yaitu merupakan depresi yang bervariasi dari hari ke hari
dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Tingkat keparahan depresi pasca melahirkan bervariasi. Keadaan ekstremyang
paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal pasca melahirkan, ini disebut dengan
the blues atau maternity blues. Gangguan pasca melahirkan yang paling berat
disebut psikosis postpartumatau melankolia. Di antara dua keadaan ekstrem
tersebut terdapat keadaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang
yang disebut neurosa depresi atau depresi pasca melahirkan.
Menurut Reiss dan Reiss ( 2008, h. 167 ) depresi pasca persalinan atau
depresi pasca melahirkan dikategorikan sebagai kodisi stres ringan akibat
perubahan suasana hati pada ibu sehabis melahirkan. Gejala ini seringkali
terjadi tiba-tiba begitu saja dan membuat orang mengalami hal-hal seperti
malas bangun untuk mengerjakan sesuatu, tidak dapat atau susah tidur, merasa
gemetar dan panik, berpikiran obsesif seperti perasaan putus asa dan menangis
tanpa sebab jelas. J ika hal ini dibiarkan, perubahan emosi ini akan menjurus ke
Perpustakaan Unika
15

hal-hal yang lebih buruk. Beberapa wanita tak bisa menahan diri untuk
melakukan perbuatan bunuh diri atau melukai dan membahayakan bayinya.
Inwood ( dalamRegina, dkk., 2001 ) menghubungkan fenomena depresi
pasca melahirkan dengan gangguan perasaan mayor seperti kesedihan,
perasaan tidak mampu, kelelahan, insomnia dan anhedonia. Depresi
postpartummerupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan, yang memungkinkan
seorang ibu baru akan merasa benarbenar tidak berdaya dan merasa serba
kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan
keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.
Depresi pasca melahirkan dapat berlangsung sampai tiga bulan atau lebih
dan berkembang menjadi depresi lain yang lebih berat atau lebih ringan.
Gejalanya sama saja tetapi di samping itu ibu mungkin terlalu memikirkan
kesehatan bayinya dan kemampuannya sebagai seorang ibu ( Wilkinson, 1995,
h. 3 ).
Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi
pasca melahirkan adalah gangguan emosional setelah melahirkan yang dialami
seseorang berjenis kelamin wanita yang bervariasi, terjadi pada minimal dua
minggu pertama setelah melahirkan sampai hari-hari seterusnya yang berupa
perubahan suasana hati seorang wanita yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan fungsi biologis seperti kelelahan yang berlebihan, tidak dapat atau
susah tidur, hilangnya nafsu makan bahkan kehilangan libido (kehilangan
selera untuk berhubungan intimdengan suami), serta perubahan emosional dan
kemampuan kognitif seperti merasa sedih dan gemetar, mudah marah atau
Perpustakaan Unika
16

panik, berpikiran obsesif seperti perasaan bersalah dan putus asa, tidak berdaya
dan merasa serba kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab
terhadap bayi dan keluarganya. Dalampenelitian ini depresi pasca melahirkan
dibatasi pada depresi yang terjadi pada wanita pasca melahirkan dalamrentang
waktu antara dua minggu setelah melahirkan sampai dengan delapan bulan
setelah melahirkan.

2. Gejala-Gejala Depresi
Fausiah dan Widury ( 2005, h. 104-105 ) mendefinisikan depresi melalui
gejala-gejala sebagai berikut : kehilangan energi, merasa sedih, tidak berharga
dan merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, menarik diri dari orang lain,
kehilangan minat serta kesenangan dalammelakukan aktivitas sehari-hari dan
berpikiran tentang kematian dan bunuh diri. Selain itu, juga terjadi perubahan
dalamkemampuan kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif seperti tidur, selera
makan, aktivitas seksual dan ritme biologis lainnya.
Gejala-gejala depresi menurut J ensen ( Sarwono, 1994, h. 16 ), yaitu :
a. Segi perasaan : selalu sedih
b. Segi kognitif : pesimis, berpandangan negatif pada diri sendiri, dunia dan
masa depan.
c. Segi tingkah laku : cara berpakaian kurang teratur, ekspresi wajah murung
bicaranya sedikit dan perlahan dan gerak tubuhnya lamban.
d. Segi fisik : tidak nafsu makan, insomnia (sulit tidur), sakit di berbagai
bagian tubuh, siklus haid tidak teratur.
Perpustakaan Unika
17

Sementara menurut Keliat ( 1994, h. 4 ) gejala-gejala depresi ditunjukkan


dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa
tidak berharga, merasa kosong dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan
dan menuduh diri, sering disertai ide dan pikiran bunuh diri, tidak berminat
pada pemeliharaan diri dan aktivitas sehari-hari.
Skala depresi pasca melahirkan yang diukur selama periode 10 hari
setelah melahirkan dibuat berdasarkan 12 gejala depresi pasca melahirkan
menurut American Academy Of Family Physicians (1999). Gelaja-gejala
tersebut yaitu kehilangan minat akan kesenangan dalam hidup, kehilangan
nafsu makan, Kehilangan energi dan motivasi dalammelakukan segala sesuatu,
tidak dapat atau susah tidur, adanya keinginan untuk tidur terus-menerus, lebih
sering menangis daripada biasanya, merasa tidak berguna; menyalahkan diri
sendiri dan kehilangan harapan, merasa gelisah; marah atau cemas,
peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, merasa
putusa asa, berfikir untuk menyakiti diri sendiri, khawatir untuk menyakiti
bayinya.
Menurut American Psychiatric Association ( dalamDavidson dan Neale,
1990, h. 220-221 ), tanda-tanda atau gejala-gejala pada penderita depresi
adalah sebagai berikut :
a. Suasana hati sedih, murung dan putus asa.
b. Berkurangnya nafsu makan dan berat badan berkurang atau sebaliknya
nafsu makan bertambah dan berat badan bertambah.
Perpustakaan Unika
18

c. Gangguan sulit tidur, tidak dapat kembali tidur setelah terbangun tengah
malamdan pagi-pagi sudah terbangun atau adanya keinginan untuk tidur
terus-menerus.
d. Perubahan tingkat aktivitas, dari penggunaan psikomotor yang normal
menjadi retardasi psikomotor.
e. Hilangnya minat dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
f. Kehilangan energi, merasa sangat lelah.
g. Konsep diri negatif, menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berguna.
h. Sukar berkonsentrasi, lamban dalam berpikir dan tidak mampu untuk
memutuskan sesuatu.
i. Sering berpikir untuk mati atau bunuh diri.
Secara spesifik, Reiss dan Reiss ( 2008, h. 167 ) mengungkapkan bahwa
gejala depresi pasca melahirkan seringkali terjadi tiba-tiba begitu saja, dan
membuat orang mengalami hal-hal seperti :
a. Malas bangun untuk mengerjakan sesuatu,
b. Tidak dapat atau susah tidur,
c. Merasa gemetar dan panik,
d. Berpikiran obsesif seperti perasaan putus asa dan menangis tanpa sebab.
Hampir serupa dengan pendapat di atas, American Academy of Family
Physicians ( Utami, 2007, h. 259 ) menyatakan bahwa depresi pasca
melahirkan dapat diukur berdasarkan dua belas gejala-gejala depresi pasca
melahirkan, yaitu :
a. Hilangnya ketertarikan akan kesenangan hidup
Perpustakaan Unika
19

b. Kehilangan napsu makan


c. Berkurangnya tenaga dan motivasi untuk melakukan sesuatu
d. Sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak
e. Tidur lebih dari biasanya
f. Meningkatnya kesedihan atau keinginan untuk menangis
g. Merasa tidak berharga, putus asa, atau perasaan bersalah yang berlebihan
h. Merasa gelisah, cepat marah atau khawatir
i. Berat badan yang turun atau naik secara tidak jelas
j. Merasa bahwa hidup tidak berarti
k. Mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri
l. Khawatir jika menyakiti bayinya
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai gejala-gejala depresi, dapat
disimpulkan bahwa gejala-gejala depresi setelah melahirkan dapat dilihat
dengan jelas melalui gejala-gejala sebagai berikut : hilangnya ketertarikan akan
kesenangan hidup; kehilangan napsu makan; berkurangnya tenaga dan motivasi
untuk melakukan sesuatu; sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak; tidur lebih
dari biasanya; meningkatnya kesedihan atau keinginan untuk menangis; merasa
tidak berharga, putus asa, atau perasaan bersalah yang berlebihan; merasa
gelisah, cepat marah atau khawatir; berat badan yang turun atau naik secara
tidak jelas; merasa bahwa hidup tidak berarti; mempunyai pikiran untuk
menyakiti diri sendiri; khawatir jika menyakiti bayinya, seperti yang diungkap
oleh American Academy of Family Physicians ( Utami, 2007, h. 259 ).

Perpustakaan Unika
20

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Depresi Pasca Melahirkan


Reiss dan Reiss ( 2008, h. 170-172 ) menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya depresi pasca melahirkan, yaitu :
a. Perubahan hormonal
J am-jam pertama setelah bayi lahir, kadar hormon estrogen dan
progesteron dan hormon lain menurun drastis. Perubahan dramatis ini
mempengaruhi emosi dan kejiwaan ibu.
b. Kurang tidur atau susah tidur
Kurang tidur adalah faktor yang sangat berperan dalammengubah
suasana hati.
c. Kelebihan stimulasi hormon adrenalin
Melahirkan adalah proses yang sangat mendebarkan dan
menegangkansehingga memicu terbentuknya hormon lain seperti hormon
adrenalin dan inositol. Setelah bayi bertambah besar tantangan ibu semakin
besar. Apabila si ibu tidak dapat mengatur waktu istirahatnya maka hormon
adrenalin akan terus-menerus diproduksi oleh tubuh yang menyebabkan
tubuh menjadi kelelahan dan hal ini sebagai penyebab munculnya gangguan
kejiwaan.
d. Berlebihan dalammerespon tanggung jawab urusan rumah tangga
Setelah bayi dilahirkan dan dibawa pulang ke rumah , rasa tanggung
jawab yang muncul dalam diri ibu menjadi sedemikian besar dan terkadang
berlebihan. Persepsi terhadap kehamilan serta kelahiran bayi dan proses
Perpustakaan Unika
21

merawatnya penting untuk dipahami ibu dengan baik karena terkadang ibu
mempersepsi dan berharap terlalu tinggi tentang bayinya.
e. Terlalu banyak beban
Setelah melahirkan bayak hal yang harus dikerjakan ibu baru
berkaitan dengan perawatan bayi dan dirinya sendiri. Pada ibu yang bekerja
terkadang memunculkan konflik tersendiri ketika harus menyapih bayinya
( melepas ketergantungan pada ASI ), meninggalkan si bayi dengan orang
lain atau membagi tugas tanggung jawab terhadap si bayi dengan tanggung
jawabnya di kantor.
f. Dukungan dari orang terdekat
Tanpa adanya bantuan dan petunjuk manual dalammerawat bayi dari
rekan atau sanak saudara terdekat menyebabkan beban kemandirian harus
dipikul sendiri.
g. Merasa sendiri dan terisolasi
Pada hari-hari atau minggu-minggu pertama menangani urusan rumah
tangganya, ia merasa terisolir dan sendiri mengurusi segala hal yang
berkaitan dengan bayi dan tanggung jawabnya sebagai istri.
Menurut Kruckman ( dalamYanita dan Zamralita, 2001, h. 36 ) faktor-
faktor yang diduga berperan sebagai pemicu depresi pasca melahirkan adalah
sebagai berikut :
a. Faktor biologis atau hormonal seperti peningkatan sejumlah hormone
tertentu,
b. Faktor obstetrik dan ginekologik seperti riwayat kelahiran,
Perpustakaan Unika
22

c. Faktor psikis, termasuk persepsi terhadap kehamilan, ekspektasi terhadap


kehamilan,
d. Kondisi-kondisi yang menimbulkan stres selama rentang kehidupan, sejarah
psikopatologi dan kepribadian wanita yang bersangkutan,
e. Faktor latar belakang sosial seseorang,
f. Faktor hubungan interpersonal, termasuk hubungan dalamperkawinan,
g. Faktor dukungan sosial dari lingkungan selama kehamilan, saat melahirkan
dan masa pasca melahirkan.
Sementara Amiruddin ( 2003, h. 89 ) menyatakan bahwa umumnya ada
tiga komponen yang memicu depresi setelah melahirkan ini, dimulai dari
komponen biologis, pasikologis dan hubungan sosial yang meliputi :
a. Pernah mengalami depresi sebelumnya,
b. Kehidupan penuh tekanan,
c. Tidak mempunyai dukungan dari lingkungan sosial,
d. Pernikahan tidak bahagia,
e. Kehamilan tersebut tidak diinginkan,
f. Pernah mengalami pelecehan seksual,
g. Mempunyai ekspektasi yang tinggi dalamkelahiran itu.
h. Si bayi mempunyai masalah fisik,
i. Hambatan dalampenanganan masalah kesehatan.
Seperti pendapat dua tokoh di atas, Elvira ( 2006, h. 12-21 ) menjelaskan
adanya tujuh faktor yang mempengaruhi depresi pasca melahirkan, yaitu :
a. Dukungan sosial yang terutama dari suami dan keluarga.
Perpustakaan Unika
23

b. Keadaan atau kualitas bayi, termasuk problema yang dialami ibu sewaktu
masa kehamilan dan kelahiran.
c. Kesiapan melahirkan bayi dan menjadi ibu, di mana calon ibu yang siap dan
amat menantikan bayinya akan mengalami depresi pasca melahirkan lebih
rendah. Hal ini termasuk pula masalah ekonomi yang diikuti dengan
terlibatnya ibu dalamdunia pekerjaan untuk menopang suami.
d. Stresor psikososial, meliputi suatu peristiwa atau kejadian yang
mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian atau adaptasi
terhadap kondisi yang dialami. Hal ini termasuk juga persepsi seorang ibu
terhadap proses kehamilan dan kelahiran bayinya karena peristiwa ini
merupakan peristiwa yang dapat merubah kondisi stabil si ibu menjadi harus
menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
e. Riwayat depresi sebelumnya atau problememosional lainnya.
f. Faktor hormonal, namun pada banyak kasus faktor ini tidak terlalu
bermakna.
g. Faktor budaya, yang berkaitan dengan tingkat keterbukaan si ibu dalam
menyampaikan perasaannya.
Seperti yang diungkapkan oleh Elvira ( 2006, h. 18 ) bahwa persepsi
terhadap kehamilan merupakan suatu langkah awal yang dibentuk ketika
seseorang akan melewati masa kehamilannya sampai dengan melahirkan. J adi
hal ini sangatlah penting dimengerti dan dipahami agar tidak keliru di dalam
memberikan pemahaman terhadap kehamilannya yang selanjutnya dapat
menyebabkan munculnya depresi pasca melahirkan. Persepsi negatif terhadap
Perpustakaan Unika
24

kehamilan dapat meningkatkan kadar depresi seseorang pasca melahirkan,


begitupula sebaliknya, persepsi yang terbentuk secara positif pada kehamilan
akan mengurangi resiko depresi pasca melahirkan.
Lebih lanjut seperti yang diungkapkan oleh Reiss dan Reiss ( 2008, h.
171 ) bahwa pada ibu yang bekerja, akan muncul juga konflik yang dapat
mendukung munculnya depresi pasca melahirkan ketika si buah hati harus
disapih, serta melepaskan kendalinya dengan menitipkan anaknya pada
pengasuh. Permasalahan yang muncul semakin bertambah ketika beban kerja
di tempat kerja juga sedemikian berat bersamaan dengan tugasnya merawat si
buah hati sehingga memunculkan depresi pasca melahirkan. Akan berbeda
halnya pada ibu yang tidak berperan ganda dalamkeluarga yang dapat secara
total mencurahkan waktu dan perhatiannya kepada si buah hati. Hal ini
meminimalisir kemungkinan munculnya kecemasan serta kekhawatiran
terhadap bayinya sehingga depresi yang terbentuk pasca melahirkan lebih
berkurang intensitasnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan
faktor-faktor yang mempengaruhi depresi pasca melahirkan berdasarkan
pendapat dari Elvira ( 2006, h. 12-21 ) bahwa faktor-faktor yang menjadi
penyebab munculnya depresi pada wanita pasca melahirkan adalah dukungan
sosial yang terutama dari suami dan keluarga; keadaan atau kualitas bayi,
termasuk problema yang dialami ibu sewaktu masa kehamilan dan kelahiran;
kesiapan melahirkan bayi dan menjadi ibu; stresor psikososial, meliputi suatu
peristiwa atau kejadian yang mengakibatkan seseorang harus melakukan
Perpustakaan Unika
25

penyesuaian atau adaptasi terhadap kondisi yang dialami; riwayat depresi


sebelumnya atau problem emosional lainnya; faktor hormonal; dan faktor
budaya.
Pada penelitian ini faktor persepsi terhadap kehamilan masuk dalam
faktor stresor psikososial, meliputi suatu peristiwa atau kejadian yang
mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap
kondisi yang dialami. Pada faktor ini termasuk juga persepsi seorang ibu
terhadap proses kehamilan dan kelahiran bayinya karena peristiwa ini
merupakan peristiwa yang dapat merubah kondisi stabil si ibu menjadi harus
menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Ada yang menganggap kehamilan
sebagai keberuntungan atau karunia, namun di lain pihak ada yang
menganggapnya sebagai stressor karena tidak siap atau belumsiap atau sudah
tidak ingin lagi punya anak ( Elvira, 2006, h. 18 ).
Sementara itu, peran wanita dalam keluarga masuk di dalam faktor
kesiapan melahirkan bayi dan menjadi ibu. Hal ini berkaitan erat dengan
kesiapan secara ekonomi yang mengharuskan seorang ibu bekerja di luar
rumah sementara dirinya harus memiliki tanggung jawab merawat bayinya dan
membantu suami menopang perekonomian keluarga ( Elvira, 2006, h. 16 ).
Peran wanita dalam keluarga merupakan bentuk kelebihan beban atau
tanggung jawab sehingga kondisi psikis dan kognitif si ibu menjadi tidak stabil.
Bila seorang wanita harus membagi perhatian dan tanggung jawab dalamperan
gandanya antara mengurusi rumah tangganya dan menyelesaikan tugas-tugas
kerjanya, akan mempengaruhi proses kognitifnya dan secara otomatis
Perpustakaan Unika
26

membentuk kondisi psikisnya akibat konflik-konflik yang muncul dalam


peranannya dalamkeluarga tersebut. Wanita yang berperan tunggal akan lebih
fokus dalam satu bidang tugas sehingga konflik-konflik yang mempengaruhi
kondisi kognitif dan psikis dapat tereliminir.

B. Persepsi terhadap Kehamilan
1. Pengertian Persepsi terhadap Kehamilan
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima, yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak
berhenti sampai di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh
syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan
proses persepsi ( Walgito, 2001, h. 45 ).
Menurut Irwanto, dkk. ( 1997, h. 71 ) persepsi adalah proses diterimanya
rangsang ( obyek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa ) sampai
rangsang itu dimengerti dan disadari. Persepsi dapat juga diartikan sebagai
suatu proses ketika seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan
menginterpretasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan
menyeluruh ( Simamora, 2002, h.102 ).
Sementara Nord ( dalam Gibson, dkk., 1995, h.56 ) berpendapat bahwa
persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.
Tiap-tiap orang memberi arti kepada stimulus. Oleh karena itu individu yang
berbeda-beda akan melihat stimulus yang sama dengan cara yang berbeda,
Perpustakaan Unika
27

maka dikatakan persepsi bersifat individual. Setiap individu mempunyai


persepsi yang berbeda-beda terhadap stimulus yang sama, dengan kata lain
individu sendirilah yang menilai atau mempersepsikan lingkungannya dan
persepsi ini mempengaruhi perilaku individu terhadap stimulus yang
diterimanya.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan persepsi adalah proses di mana seseorang memberikan arti
pada suatu stimulus yang diterima oleh alat indera, yaitu dimulai diterimanya
rangsang ( obyek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa ) sampai
rangsang itu dimengerti dan disadari.
Rangsang atau stimulus adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh
indera. Dalam penelitian ini persepsi yang diteliti adalah persepsi terhadap
kehamilan. Kehamilan merupakan sesuatu yang terjadi karena direncanakan
maupun karena tidak direncanakan, oleh karena itu persepsi seseorang terhadap
suatu kehamilan dapat berbeda-beda.
Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun
psikososial seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat
reproduksi dan janinnya. Kehamilan adalah kondisi yang ditunjukkan dengan
adanya pemeriksaan melalui gejala subyektif seperti mual dan muntah,
payudara menegangdan sensitif, berat badan bertambah, serta adanya tanda
obyektif yang diperoleh melalui uji positif kehamilan yang ditunjukkan dengan
adanya denyut jantung janin yang berbeda dengan denyut jantung ibu, gerakan
Perpustakaan Unika
28

janin yang dirasakan oleh orang lain selain ibu dan gambaran janin melalui
USG ( Susanti, 2008, h. 5 ).
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Medical Dictionary ( 1980, h.
1250 ), kehamilan diartikan sebagai kondisi berkembangnya janin di dalam
tubuh setelah terjadinya penyatuan antara ovumdan sel sperma. Hampir serupa
dengan pendapat tersebut, Hurlock ( 1997, h. 53 ) mengartikan kehamilan
sebagai kondisi yang dimulai saat pembuahan, ketika sel reproduksi wanita
yang disebut ovumdibuahi oleh sel reproduksi pria yang disebut spermatozoa.
Setelah terjadi pembuahan maka kehamilan berlangsung kira-kira 280 hari.
Mussen, dkk. ( 1988, h. 45 ) menyebutkan bahwa kehamilan terjadi pada
saat pembuahan, yaitu sperma pria menembus dinding ovumatau sel telur
wanita. Sekali dalam 28 hari ( biasanya sekitar pertengahan dari siklus
menstruasi ) sebuah sel telur matang dalam satu atau dua ovarium yang
kemudian dibawa ke tuba falopi atau saluran telur dan memulai perjalanannya
dengan lambat ke uterus didorong oleh sebuah bulu cambuk kecil sepanjang
saluran. Biasanya ovum membutuhkan tiga sampai tujuh hari untuk mencapai
uterus. Bila ovumtidak dibuahi dalamperjalanannya ia akan hancur dalam
uterus setelah beberapa hari dan sisanya yang lebih kecil dari setitik debu akan
hilang berpencar. Sebaliknya bila terjadi pembuahan maka satu dari berjuta-
juta sperma yang dilepas oleh pria akan menemukan jalannya ke dalamsaluran
telur pada saat ovum berjalan. J ika sperma menyatu dengan ovum, maka
terjadilah janin.
Perpustakaan Unika
29

Tanda-tanda untuk meramalkan suatu kehamilan setidaknya adalah


dengan adanya kenyataan tidak terjadinya atau terlambatnya menstruasi selama
satu minggu. Tanda-tanda yang lainnya dapat berupa pembesaran dan nyeri
pada payudara, mual dengan atau tanpa muntah ( morning sickness ), urinasi
yang sering dan kelelahan. Suatu diagnosis dapat dibuat sepuluh sampai
dengan lima belas hari setelah fertilisasi dengan menguji Human Chorionic
Gonadotropin ( HCG ) yang dihasilkan oleh plasenta. Diagnosis pasti
memerlukan peningkatan kadar HCG dua kali lipat serta mendengar bunyi
jantung janin. Pemeriksaan ultrasonografi dapat mengungkapkan kondisi uterus
pada kehamilan awalnya empat minggu setelah fertilisasi. ( Kaplan, 1997, h.
40 ).
Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kehamilan adalah kondisi yang diawali dengan pembuahan,
yaitu bertemunya sel telur wanita dengan sperma pria lalu membentuk janin
yang tumbuh dan berkembang selama kurang lebih 280 hari.
Persepsi terhadap kehamilan dirasa peneliti lebih berpengaruh terhadap
depresi pasca melahirkan daripada persepsi terhadap melahirkan, karena lebih
luas cakupannya. Dalam persepsi terhadap kehamilan yang dimiliki seorang
wanita telah mencakup pula persepsi terhadap melahirkan dan seluruh
pemahamann akan sebab dan akibat yang ditimbulkan dari suatu kehamilan.
Berdasarkan dua kesimpulan terdahulu mengenai persepsi dan
kehamilan, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi terhadap
kehamilan adalah proses di mana seseorang memberikan arti pada kondisi yang
Perpustakaan Unika
30

diawali dengan pembuahan, yaitu bertemunya sel telur wanita dengan sperma
pria lalu membentuk janin yang tumbuh dan berkembang selama kurang lebih
280 hari yang diterima oleh alat inderanya, yaitu dimulai diterimanya rangsang
kehamilan sampai rangsang itu dimengerti dan disadari.

2. Aspek-Aspek Persepsi terhadap Kehamilan
Pitt ( 1996, h. 7-80 ) menguraikan bahwa pada saat terjadi kehamilan
akan ada serangkaian perubahan aspek-aspek kehidupan memasuki masa
kehamilan, antara lain :
a. Fisik
Dimulai dengan adanya perubahan jasmani seperti buah dada menjadi
penuh, puting membesar dan sensitif, terjadi sembelit dan frekuensi buang
air kecil meningkat, terasa sakit pinggang, terjadi kelelahan. Rahimakan
mulai menggembung dan terjadi perubahan hormon. Pada usia kandungan
yang mulai menua akan sering terjadi kejang pada tungkai, terlebih pada
wanita yang memiliki riwayat varises dan wasir, serangan akan semakin
hebat dengan bertambanhnya usia kandungan. Pada usia kehamilan di
trisemester ketiga, akan sering terjadi kontraksi rahim dan pada akhir
kehamilan akan terjadi pengenduran otot-otot rahimdan perut.
b. Psikologis
Pada saat kehamilan terjadi seorang wanita, respon psikologis awal
yang terjadi tergantung pada kenyataan apakah kehamilan tersebut
merupakan kehamilan yang dikehendaki atau bukan. Selanjutnya akan
Perpustakaan Unika
31

muncul perasaan mendua, sikap ambivalensi selama kehamilan di mana


akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti apakah ia sungguh
menginginkan bayinya, apakah kehamilan terjadi karena kesalahannya,
apakah kehidupan suami istri akan selaras dan dapat membentuk sebuah
keluarga yang serasi saat si bayi lahir. Wanita akan berpikir tentang
bagaimana reaksi suami terhadap perubahan fisik akibat kehamilan dan
adanya pengurangan kegiatan seksual. Ia akan terus berpikir apakah suami
akan tetap setia dan menyadari dirinya akan menjadi seorang ayah. Wanita
juga memiliki perasaan ambivalen antara percaya sekaligus curiga pada
bidan atau dokter yang menangani kehamilannya. Ia juga berpikir apakah
bayinya akan lahir sehat, normal dan bagaimana bila terjadi kematian saat
melahirkan.
c. Sosial Ekonomi
Dengan kehamilannya seorang wanita akan mulai terikat dan terbatas
oleh tanggung jawabnya sebagai seorang ibu serta akan muncul tantangan
bagaimana menjadi ibu yang akan mengawasi pertumbuhan dan
perkembangan anaknya. Ia akan sering berhadapan dengan paramedis
sehubungan dengan kehamilannya. Pada wanita yang bekerja akan mulai
muncul masalah di mana ia harus meminta cuti melahirkan setelah usia
kandungan memasuki usia tujuh bulan atau sesuai dengan ketentuan
perusahaan. Pada masa cuti ini persahabatan dengan rekan sekerja akan
hilang sementara dan hidup terasa agak kosong. Pada sebagian wanita akan
merasa hidupnya akan hancur dan terbebani dengan bayi sebagai pengerem
Perpustakaan Unika
32

yang banyak menuntut. Pada masa kehamilan ini akan mulai terjadi
pengetatan keuangan karena akan adanya pengeluaran yang besar dalam
proses melahirkan dan perawatan selanjutnya.
Menurut Leifer ( dalam Utami, 2007, h.103 ) kehamilan dapat
dipersepsikan sebagai sebuah krisis terhadap kehidupan karena wanita yang
hamil berada dalamkondisi sementara yang berbeda dengan kondisi sebelum
kehamilan dan keadaan tersebut akan berubah kembali setelah melahirkan.
Kondisi tersebut berupa konsep terhadap kehamilan yang dijelaskan dalam
lima aspek; yaitu :
a. Persepsi terhadap masa depan
b. Persepsi terhadap perubahan bentuk tubuh
c. Persepsi istri terhadap perubahan penampilan
d. Persepsi pasangan suami istri terhadap relasi sosial
e. Persepsi terhadap hilangnya kendali pada kehamilan dan kelahiran
Sementara itu Utami ( 2007. h.103) dalampenelitiannya menyimpulkan
bahwa persepsi terhadap kehamilan dikelompokkan menjadi tiga aspek
persepsi yaitu, kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan, kehamilan yang
menimbulkan efek negatif, kehamilan yang menimbulkan efek positif.
Berdasarkan berbagai uraian di atas maka disimpulkan bahwa yang
menjadi aspek dalam persepsi terhadap kehamilan yaitu kehamilan bukan
sebagai krisis kehidupan, kehamilan yang menimbulkan efek negatif,
kehamilan yang menimbulkan efek positif. Aspek ini akan melihat kehamilan
dari sisi fisik, psikologis, dan sosial ekonomi.
Perpustakaan Unika
33

C. Peran Wanita dalam Keluarga


Wanita merupakan insan yang selalu menarik untuk dikaji baik
eksistensinya, karakteristiknya maupun problematikanya, yang selalu tumbuh
seiring dengan laju perkembangan masyarakat. Mengulas tentang wanita tentunya
tidak lepas dari perannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum peran
berarti perilaku atau tugas yang diharapkan dilaksanakan oleh seorang wanita
berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya.
Sementara itu pengertian peran menurut Peorwadarminta ( 1998, h. 667 )
adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki sebagai anggota
masyarakat. Peran ( role ) merupakan aspek dinamis dari kedudukan ( status ).
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalamsuatu kelompok
sosial, oleh karena itu kedudukan sosial diartikan sebagai tempat seseorang dalam
masyarakat secara umumberhubungan dengan orang lain dalamarti lingkungan
pergaulan, prestisnya dan hak serta kewajibannya sesuai dengan kedudukan maka
ia menjalankan suatu peranan ( Soekanto, 1995, h. 71 ).
Peran dan tugas wanita dalamkeluarga secara garis besar dibagi menjadi
peran wanita sebagai ibu, ibu sebagai istri, dan anggota masyarakat ( Noor,
2009 ). Banyak wanita yang memerankan perannya tidak hanya di rumah, tetapi
sudah mulai mengembangkan diri ke luar rumah dengan bekerja di luar rumah.
Banyak alasan mengapa wanita bekerja, selain karena tuntutan akan
kebutuhan kehidupan juga karena peningkatan taraf pendidikan kaum wanita.
Perjalanan peran ganda wanita di Indonesia telah berjalan puluhan tahun dan para
wanita, terutama yang berpendidikan, tidak pernah merasakan adanya suatu
Perpustakaan Unika
34

tekanan atau paksaan agar mereka bekerja sekaligus berperan sebagai ibu rumah
tangga ( Susilantini, 2007 ). Namun demikian ketika wanita diperhadapkan pada
tanggung jawabnya dalam memelihara rumah tangganya, ada lebih dari satu peran
yang harus dikerjakan.
Ibu yang bekerja tentunya harus memainkan peran ganda sebagai
konsekuensi logisnya. Wanita yang bekerja setelah menikah selalu dihadapkan
pada dilema menjadi istri dan ibu rumah tangga yang baik ataukah justru
memajukan kariernya ( Anoraga, 1992, h. 123 ).
Peran wanita dalam keluarga dapat berbentuk peran tunggal dan peran
ganda. Peran tunggal berarti wanita tersebut tidak bekerja di luar rumah dan hanya
berfokus pada urusan-urusan rumah tangga saja. Sementara peran ganda bagi
wanita adalah adanya keterlibatan seorang wanita dalam dunia kerja sehingga
akan menyebabkan perubahan peran sebagai ibu rumah tangga ( sektor domestik )
tetapi juga dapat memiliki peran lain di luar rumah ( sektor publik ) terutama
peran dalamdunia kerja ( Ihromi, 1990, h. 79 ). Pendapat ini didukung oleh
pendapat Arivia ( 1996. h. 9 ) bahwa peran ganda wanita adalah saat di mana
wanita bekerja sebagai buruh atau sebagai pegawai negeri dan pada saat yang
bersamaan harus tetap memikirkan perawatan anak serta pengaturan rumah
tangganya. Sementara menurut Barnadib ( 1982, h. 14 ) istri bekerja adalah ibu-
ibu yang bekerja di luar rumah, meninggalkan kesibukan rumah tangga minimal
empat jam.
Wanita yang bekerja di luar rumah meninggalkan keluarga dan melakukan
kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapat
Perpustakaan Unika
35

penghargaan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan


mempunyai nilai waktu ( Sobur, 1988, h. 80 ). Waktu atau jambekerja para
wanita umumnya sangat bervariasi, tergantung pada bentuk pekerjaannya.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
peran wanita dalam keluarga adalah peran yang dimiliki wanita yang sudah
menikah dalam keluarganya, baik itu berbentuk peran tunggal yang hanya
bertanggung jawab pada masalah-masalah rumah tangga saja, maupun yang
berperan ganda dalamkeluarga sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas
kesejahteraan rumah tangganya sekaligus berperan sebagai pekerja di luar rumah
untuk mendapatkan penghasilan dengan meninggalkan keluarga selama minimal
empat jamkerja.
Bagi para wanita yang berperan tunggal, menjalankan fungsinya sebagai
ibu, istri dan anggota masyarakat tentunya tidak sesulit pada mereka yang
berperan ganda. Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita sekaligus ibu
rumah tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu
dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik.
Ada yang bisa menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa kesulitan
hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit kian berkembang dalamhidup sehari-
hari ( Rini, 2002 ). Selain itu ada pula tekanan yang timbul sebagai akibat dari
pelaksanaan peran ganda itu sendiri. Memang, kemampuan manajemen waktu
dan rumah tangga merupakan salah satu kesulitan yang paling sering dihadapi
oleh para ibu bekerja. Mereka harus dapat memainkan peran mereka sebaik
mungkin baik di tempat kerja maupun di rumah. Mereka sadar, mereka harus bisa
Perpustakaan Unika
36

menjadi ibu yang sabar dan bijaksana untuk anak-anak serta menjadi istri yang
baik bagi suami serta menjadi ibu ruman tangga yang bertanggung jawab atas
keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, mereka pun mempunyai
komitmen dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan pada mereka
hingga mereka harus menunjukkan prestasi kerja yang baik. Sementara itu, dari
dalamdiri mereka pun sudah ada keinginan ideal.
Kondisi ini semakin diperparah ketika seorang wanita harus berhadapan
dengan kondisi kehamilan dan kelahiran. Hal ini berlanjut ke masalah pengasuhan
terhadap anak yang biasanya dialami oleh para ibu bekerja yang mempunyai bayi.
Semakin kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stress yang dirasakan. Rasa
bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja, merupakan persoalan
yang sering dipendamoleh para ibu yang bekerja. Apalagi jika pengasuh yang ada
tidak dapat diandalkan atau dipercaya, sementara tidak ada famili lain yang dapat
membantu ( Rini, 2002 ). Hal ini sejalan dengan pendapat Elvira ( 2006, h. 19 )
yang menyatakan bahwa adanya berbagai peran yang saling bertumpuk yang
harus dilakukan seorang wanita, baik itu di tempat kerja maupun di rumah
membuat wanita yang bekerja lebih terpicu untuk mengalami depresi pasca
melahirkan.

D. Hubungan antara Persepsi terhadap Kehamilan dengan Depresi Pasca
Melahirkan
Seorang wanita pada umumnya menerima proses kehamilan sampai
melahirkan pada dirinya sebagai suatu kelengkapan akan kodratnya menjadi kaum
Perpustakaan Unika
37

hawa di dunia. Sudah sewajarnya wanita menganggap kelahiran anaknya sebagai


suatu berkah dari Tuhan dan sudah sepatutnya disyukuri. Namun penerimaan akan
kehamilan dan proses melahirkannya tidak semudah yang dibayangkan. Pada
kenyataan yang sering dijumpai bahwa pada wanita setelah melahirkan akan
mengalami depresi dari tingkat teringan sampai yang terberat.
Beck ( dalam Atkinson, 1994, h. 264-265 ) mengungkapkan bahwa
seseorang yang mudah terkena depresi telah mengembangkan sikap umumuntuk
menilai peristiwa dari segi negatif dan kritik diri. Individu dengan kecenderungan
depresif ini lebih mengharapkan kegagalan daripada keberhasilan, membesar-
besarkan kegagalan dan mengecilkan arti keberhasilan dalam menilai arti
penampilannya. Menurutnya depresi pada awalnya adalah gangguan yang terjadi
dalam pemikiran seseorang yang selanjutnya menjadi gangguan suasana hati.
Pikiran-pikiran dalam diri seorang wanita yang melahirkan secara otomatis
muncul setelah individu mempersepsikan suatu stimulus atau setelah individu
membayangkan beberapa stimulus tertentu, yaitu kehamilan yang menjadi awal
suatu proses melahirkan.
Menurut Kruckman ( dalamYanita dan Zamralita, 2001, h. 36 ) salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya depresi setelah melahirkan adalah proses
psikis dan kognitif selama kehamilan, termasuk bagaimana seorang wanita
mempersepsi kehamilannya, apakah muncul ekspektasi yang tinggi terhadap
kehamilan. Selain itu terkadang seorang wanita terlalu mengangggap besar dan
negatif tanggung jawabnya sebagai seorang ibu sehingga akhirnya terasa sebagai
sebuah beban.
Perpustakaan Unika
38

Lebih lanjut Doelhadi ( 1997, h. 383 ) mengungkapkan bahwa salah satu


faktor pencetus gangguan emosional pasca melahirkan adalah berasal dari faktor
pribadi seorang wanita yang berupa cara berpikir subjektif, pesimis, negatif dan
tidak rasional tentang kehamilan dan persalinan. Ketika seorang wanita
melahirkan persepsi yang positif terhadap kehamilannya ia akan mampu
menghadapi masa persalinannya sehingga depresi pasca melahirkan yang
umumnya selalu dihadapi wanita pasca melahirkan dapat diminimalisir, dan
begitu pula sebaliknya, ketika persepsi negatif yang terjadi maka muncul pula
konsep-konsep negatif terhadap kehamilan yang terbawa pada proses setelah
melahirkannya. Ketidakmampuan wanita untuk mengendalikan perubahan fisik,
psikologis, dan sosial ekonomi membuat keadaan depresi semakin mungkin untuk
berkembang sampai dengan sekian waktu setelah melahirkan.
Menurut Utami ( 2007. h.103) dalam penelitiannya tentang persepsi
terhadap kehamilan, menyatakan bahwa persepsi terhadap kehamilan
dikelompokkan menjadi tiga pola persepsi yaitu, kehamilan yang menimbulkan
efek positif; kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan; dan kehamilan yang
menimbulkan efek negatif.
Setiap wanita memiliki beragamrespon terhadap kehamilannya. Individu
yang mampu menghadapi perubahan selama proses kehamilan dengan tenang dan
bahagia merupakan individu yang mampu mempersepsikan berbagai perubahan
tersebut dengan positif sehingga tidak merasakan adanya krisis kehidupan yang
berakibat depresi setelah proses kehamilan berlangsung.
Perpustakaan Unika
39

Cara wanita mempersepsikan berbagai perubahan tersebut dalamdirinya


adalah dengan menerima keadaan tersebut. Hal ini diperkaya oleh pemahaman
yang lebih mendetail terhadap proses kehamilan secara menyeluruh, baik
perubahan fisik, psikologis maupun sosial ekonomi. Wanita yang
mempersepsikan kehamilannya secara positif akan mampu memahami bahwa
adanya perubahan jasmani seperti buah dada menjadi penuh, puting membesar
dan sensitif, terjadi sembelit dan frekuensi buang air kecil meningkat, terasa sakit
pinggang, terjadi kelelahan sudah wajar dan akan kembali normal saat proses
kehamilan tersebut selesai. Sama halnya dengan kemampuaan mengatasi perasaan
mendua atau sikap ambivalensi selama kehamilan. Wanita yang mempersepsikan
kehamilan sebagai suatu hal yang positif akan dengan mudahnya mampu
mengatasi pikiran ambivalen yang mengandung kecurigaan kecurigaan yang
berkaitan dengan kehamilannya.
Perubahan kondisi sosial ekonomi pada individu yang mampu
mempersepsikan kehamilannya dengan positif akan dijadikan sebagai tantangan
baru dalamhidupnya dan bukan sebagai beban. Menurut Pitt ( 1996, h. 7-80 )
dengan kehamilannya seorang wanita akan mulai terikat dan terbatas oleh
tanggung jawabnya sebagai seorang ibu serta akan muncul tantangan bagaimana
menjadi ibu yang akan mengawasi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Secara sosial dia akan merawat dan mendidik anaknya berdasarkan kemampuan-
kemampuan sosial yang dimilikinya dan tentunya secara ekonomi dia akan
berusaha sekuat tenaga memenuhi kebutuhan dan keperluan hidup si buah hati.
Perpustakaan Unika
40

Berbeda halnya ketika seorang wanita mempersepsikan kehamilannya


secara negatif, kehamilan dipandang sebagai pengubah kehidupannya ke dalam
hal-hal yang bermasalah. Kondisi fisiknya akan berubah dan tidak akan dapat
kembali normal, menghilangkan identitasnya sebagai wanita bertubuh ideal,
bahkan ada beberapa wanita yang beranggapan keliru dan memutuskan tidak ingin
menyusui anaknya setelah melahirkan demi mempertahankan keindahan
payudaranya. Kondisi ini akan berlanjut pada perasaan-perasaan terganggu,
gelisah dan khawatir dalam melewati masa kehamilannya sampai dengan
melahirkan.
Wanita dengan persepsi yang negatif terhadap kehamilan merasakan
tanggung jawab yang semakin berat dengan adanya kehamilan dan kelahiran
anaknya. Beban ekonomi bertambah berat, disertai dengan keterbatasan diri dalam
menjalin relasi sosial dengan orang lain akibat dari perhatian, waktu dan tenaga
yang harus dicurahkan selama masa kehamilan dan terlebih setelah melahirkan di
mana harus merawat dan menjaga si buah hati sepanjang waktu. Wanita dengan
persepsi negatif tidak mampu membuka peluang adanya unsur-unsur positif yang
dapat diraih dengan kehamilan dan kehadiran bayinya.
J adi persepsi yang dibentuk terhadap kehamilan diasumsikan akan
mempengaruhi depresi seseorang pasca melahirkan. Persepsi yang positif terhadap
kehamilan akan mengindikasikan rendahnya depresi pasca melahirkan sementara
persepsi negatif pasca melahirkan mendorong semakin tingginya depresi pasca
melahirkan.

Perpustakaan Unika
41

E. Perbedaan Depresi Pasca Melahirkan Ditinjau Dari Peran Wanita Dalam


Keluarga
Adanya berbagai latar belakang hidup seorang wanita, sebagai calon ibu,
juga akan mempengaruhi bagaimana ia memiliki persepsi terhadap kehamilan.
Bekal pengetahuan seputar perubahan fisik, maupun psikologis pada ibu yang
melahirkan tidak akan cukup untuk menghadapi perubahan sosial ekonomi
terlebih pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah.
Sementara pada wanita dengan sosial ekonomi menengah ke atas tetap akan
mengalami konflik setelah melahirkan ketika dia tetap mempertahankan eksistensi
dirinya sebagai wanita pekerja atau wanita karier.
Benturan kepentingan yang memunculkan konflik pada wanita yang bekerja
akan mereda, seperti yang diungkapkan oleh Voydanoff ( 1988, h. 256 ) bahwa
konflik peran ganda akan semakin reda bila individu dapat memberikan perhatian
yang seimbang pada peran dalam pekerjaan dan keluarga. J adi harapan dari
masing-masing peran yang dapat diselaraskan akan jarang menimbulkan masalah
yang berarti sementara harapan peran yang saling bertentangan akan membawa
dampak pada kondisi psikis ibu pasca melahirkan yang dapat berakhir pada
depresi berkepanjangan.
Pada sebagian keluarga, seorang wanita tidak hanya berperan tunggal
sebagai ibu rumah tangga di rumah melainkan mungkin juga berperan sebagai
pencari nafkah. Pada masyarakat dengan golongan ekonomi menengah ke bawah,
kemungkinan bekerja dilakukan seorang wanita untuk membantu sang suami
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari lebih besar. Pada masa kehamilan ini
Perpustakaan Unika
42

akan mulai terjadi pengetatan keuangan karena akan adanya pengeluaran yang
besar dalam proses melahirkan dan perawatan selanjutnya. Keharusan untuk
mencukupi kebutuhan finansial keluarga mengharuskan ibu yang bekerja untuk
kembali pada rutinitasnya sebelummelahirkan, sementara harus meninggalkan si
bayi di rumah tanpa penjagaan dari ibu. Hal ini dapat memicu adanya depresi
pasca melahirkan.
Sementara pada masyarakat menengah ke atas dengan struktur pendidikan
dan cara pandang yang lebih modern, seorang wanita mungkin bekerja karena
alasan karier, aktualisasi diri di dunia kerja seiring dengan perkembangan
munculnya emansipasi wanita. Dengan hamil dan memiliki seorang anak, secara
otomatis seorang wanita yang bekerja tidak akan sebebas dulu dalam
mempergunakan waktunya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya..
Wanita yang memiliki peran ganda dituntut untuk berhasil dalamdua peran
yang bertentangan. Tugas seorang wanita yang berperan ganda akan semakin
berat dibandingkan wanita yang hanya terfokus mengurusi suami dan anak-
anaknya tanpa bekerja. Wanita dengan peran ganda harus dapat mengatur waktu
bagi keluarganya, sekaligus harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
J ika ia menitikberatkan pada perannya sebagai ibu maka besar kemungkinan
kondisi ekonomi runah tangganya kurang memperoleh dukungan. Sebaliknya jika
ia menggunakan sebagian besar waktunya untuk bekerja di luar rumah, perannya
sebagai seorang istri atau ibu akan terabaikan ( Wirawan, dkk., 2004, h. 12 ).
Pada wanita yang tidak bekerja atau berperan tunggal secara otomatis
perannya dalam keluarga dapat dicurahkan seoptimal mungkin termasuk
Perpustakaan Unika
43

mengasuh dan membesarkan bayi yang baru dilahirkan. Sementara pada wanita
yang bekerja atau berperan ganda, pembagian waktu dan perhatian harus
dilakukan sehingga pengasuhan dan perawatan bayi setelah melahirkan tidak
menyeluruh, yang biasanya diakhiri dengan pelimpahan perawatan sang bayi
kepada orang lain, namun seringkali seorang ibu akan diliputi kekhawatiran saat
bekerja mengingat bayinya yang masih membutuhkan dirinya dirawat oleh orang
lain.
Ketika seorang wanita menghadapi kenyataan bahwa dirinya harus berperan
ganda di rumah maupun di tempat pekerjaannya, akan muncul serangkaian
permasalahan yang menyertai masing-masing perannya itu. Menurut Hemas
(1992, h. 31), pada fase ini akan ada benturan kepentingan yang menuntut
tanggung jawab yang lebih besar. Permasalahan yang muncul dimulai saat harus
mengambil cuti kerja karena melahirkan, lalu permasalahan nampak semakin
nyata muncul ketika seorang ibu dihadapkan pada kenyataan harus menyusui
anaknya dengan ASI minimal sampai enam bulan seperti anjuran dokter
sementara pihak tempat bekerja hanya memberi cuti melahirkan hanya sampai
tiga bulan bahkan ada yang kurang. Secara otomatis pula perannya sebagai ibu
bagi bayinya harus digantikan oleh orang lain ketika harus kembali bekerja. Pada
saat-saat klimaks terjadi benturan kepentingan ini dan tampak tidak ada solusi dari
permasalahan yang dihadapi maka akan membuat wanita mengalami depresi yang
semakin hebat setelah ia melahirkan. Berbeda dengan wanita yang tidak bekerja
dan tidak harus berperan ganda dalam keluarga maka jarang muncul konflik
kepentingan yang menambah parahnya depresi yang dialami.
Perpustakaan Unika
44

Perbedaan antara status seorang wanita sebagai ibu yang berperan ganda
dalamkeluarga dan yang berperan tunggal sebagai ibu rumah tangga saja dalam
keluarga diasumsikan akan mempengaruhi depresi yang muncul pasca
melahirkan.
Seorang ibu yang berperan ganda dalamkeluarganya dengan bekerja di luar
rumah lebih dari empat jamdalamsehari akan meningkatkan resiko depresi pasca
melahirkan. Sementara ibu yang berperan tunggal dalam keluarga atau tidak
bekerja lebih dari empat jamper hari di luar rumah, kemungkinan akan semakin
rendah depresi pasca melahirkannya.

F. Hipotesis
Dalampenelitian ini, hipotesis yang dikemukakan yaitu :
a. Ada hubungan yang negatif antara persepsi kehamilan dengan depresi pasca
melahirkan. Semakin positif persepsi seseorang terhadap kehamilannya maka
depresi pasca kehamilannya akan semakin rendah, begitupula sebaliknya di
mana semakin negatif persepsi seseorang terhadap kehamilannya maka
semakin tinggi depresi pasca melahirkannya.
b. Ada perbedaan depresi pasca melahirkan yang dialami wanita yang berperan
ganda dan yang berperan tunggal dalamkeluarga, di mana pada wanita yang
berperan ganda dalamkeluarga akan lebih tinggi depresi pasca melahirkannya
daripada depresi pasca melahirkan pada wanita yang berperan tunggal dalam
keluarga.
Perpustakaan Unika
45
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada dasarnya metode penelitian bermaksud untuk memberikan kemudahan
dan kejelasan tentang bagaimana peneliti melakukan suatu penelitian, maka
selanjutnya akan diuraikan berbagai hal yang berkaitan dengan bagaimana peneliti
melakukan suatu penelitian.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala-gejala atau segala sesuatu yang menjadi sarana
penyelidikan dan sesuatu itu menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun
tingkatannya ( Hadi, 2000, h. 224 ). Adapun variabel-variabel yang akan diteliti
dan menjadi fokus penelitian ini adalah :
a. Variabel tergantung (Y) : depresi pasca melahirkan
b. Variabel bebas (X) : i. persepsi terhadap kehamilan
ii. peran wanita dalam keluarga

B. Definisi Operasional Variabel
Salah satu unsur yang diperlukan untuk menghindari timbulnya
kesalahpahaman data yang dikumpulkan serta mencegah timbulnya kesesatan
dalam menentukan alat pengumpul data diperlukan penjelasan mengenai batasan
operasional masing-masing variabel terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan
batasan operasional sebagai berikut :

Perpustakaan Unika
46

a. Depresi Pasca Melahirkan


Depresi pasca melahirkan didefinisikan sebagai gangguan emosional
setelah melahirkan yang terjadi pada minimal dua minggu pertama setelah
melahirkan sampai hari-hari seterusnya yang berupa perubahan suasana hati
seorang wanita. Pada penelitian kali ini` depresi pasca melahirkan dibatasi
dari dua minggu setelah melahirkan sampai dengan delapan bulan setelah
melahirkan.
Depresi pasca melahirkan akan diungkap menggunakan skala depresi
pasca melahirkan yang disusun berdasarkan gejala-gejala depresi setelah
melahirkan yang dapat dilihat dengan jelas melalui gejala-gejala sebagai
berikut : hilangnya ketertarikan akan kesenangan hidup; kehilangan napsu
makan; berkurangnya tenaga dan motivasi untuk melakukan sesuatu; sulit
untuk tidur atau sulit tidur nyenyak; tidur lebih dari biasanya; meningkatnya
kesedihan atau keinginan untuk menangis; merasa tidak berharga, putus asa,
atau perasaan bersalah yang berlebihan; merasa gelisah, cepat marah atau
khawatir; berat badan yang turun atau naik secara tidak jelas; merasa bahwa
hidup tidak berarti; mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri; khawatir
jika menyakiti bayinya. Semakin tinggi nilai skala depresi pasca melahirkan
yang diperoleh maka berarti semakin tinggi depresi pasca melahirkannya,
demikian juga sebaliknya makin rendah nilai skala depresi pasca melahirkan
yang diperoleh, maka berarti semakin rendah depresi pasca melahirkannya.


Perpustakaan Unika
47

b. Persepsi terhadap Kehamilan


Persepsi terhadap kehamilan merupakan proses di mana seseorang
memberikan arti pada kondisi yang diawali dengan pembuahan, yaitu
bertemunya sel telur wanita dengan sperma pria lalu membentuk janin yang
tumbuh dan berkembang selama kurang lebih 280 hari yang diterima oleh alat
inderanya, yaitu dimulai diterimanya rangsang kehamilan sampai rangsang itu
dimengerti dan disadari.
Persepsi terhadap kehamilan dalam penelitian ini akan diungkap
menggunakan skala persepsi terhadap kehamilan yang memuat aspek-aspek
kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan, kehamilan yang menimbulkan
efek negatif, kehamilan yang menimbulkan efek positif. Aspek ini akan
melihat kehamilan dari sisi fisik, psikologis dan sosial ekonomi. Semakin
tinggi skor nilai skala persepsi terhadap kehamilan yang diperoleh maka
berarti semakin positif persepsinya terhadap kehamilan, demikian juga
sebaliknya makin rendah skor nilai skala persepsi terhadap kehamilan yang
diperoleh, maka berarti semakin negatif persepsi terhadap kehamilannya.

c. Peran Wanita dalam Keluarga
Peran ganda wanita dalam keluarga adalah peran yang dimiliki wanita
yang sudah menikah dalam keluarganya, baik itu berbentuk peran tunggal
yang hanya bertanggung jawab pada masalah-masalah rumah tangga saja,
maupun yang berperan ganda dalam keluarga sebagai seseorang yang
bertanggung jawab atas kesejahteraan rumah tangganya sekaligus berperan
Perpustakaan Unika
48

sebagai pekerja di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan dengan


meninggalkan keluarga selama minimal empat jam kerja.
Dalam penelitian ini, subyek penelitian nantinya akan dibedakan atas
wanita yang berperan ganda dalam keluarga dan yang berperan tunggal dalam
keluarga. Data yang menjelaskan peran ganda pada wanita akan didapatkan
berdasarkan pengisian data diri pada skala.

C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Pada penelitian sosial yang dimaksud dengan populasi adalah
kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian ( Azwar,
2003:77 ). Hampir setiap penelitian ilmiah dilakukan terhadap sebagian dari
hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian dilakukan terhadap sampel
bukan terhadap populasi.
Sebagai suatu populasi, kelompok subyek dalam penelitian harus
memiliki ciri atau karakteristik yang bersama yang membedakannya dari
kelompok subyek yang lain. Semakin banyak karakteristik subyek yang
diisyaratkan sebagai populasi, maka semakin spesifik karakteristik populasinya
dan semakin homogen pulalah karakteristiknya. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wanita yang telah menikah dan baru saja
melahirkan, tidak terbatas pada kelahiran anak pertama dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Berdomisili di kota Semarang.
Perpustakaan Unika
49

b. Baru saja melahirkan anaknya dalam rentang waktu kurang dari delapan
bulan, tetapi lebih dari dua minggu.
c. Tidak bekerja sama sekali atau bekerja di luar rumah selama lebih dari
empat jam.
d. Bagi wanita yang bekerja, sudah tidak berada dalam masa cuti melahirkan.

2. Sampel Penelitian
Sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh
sampel yang benar-benar mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik Incidental Sampling, di mana
sampel yang diambil adalah individu-individu atau kelompok-kelompok yang
kebetulan dijumpai atau yang dapat dijumpai saja yang diteliti ( Hadi, 2000, h.
80 ). Peneliti berniat menemukan subyek penelitian di tempat-tempat yang
banyak dikunjungi wanita-wanita pasca melahirkan seperti di rumah bersalin,
tempat praktek bidan atau tempat praktek dokter kandungan. Jadi, subyek
penelitian yang nantinya mengisi skala penelitian adalah yang kebetulan dapat
dijumpai di tempat-tempat tersebut.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
memperoleh data yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data yang digunakan
Perpustakaan Unika
50

untuk mengumpulkan data yaitu dengan menggunakan alat ukur berupa skala,
yang meliputi skala persepsi terhadap kehamilan serta skala depresi pasca
melahirkan. Skala ini diberi skor satu sampai lima dalam bentuk pernyataan yang
mendukung atau bernilai positif ( favourable ).
Berdasarkan karakteristik skala sebagai alat ukur psikologis tersebut di
atas maka selanjutnya dapat disusun skala persepsi terhadap kehamilan dan skala
depresi pasca melahirkan dalam penelitian ini.
1. Skala Depresi Pasca Melahirkan
Skala depresi pasca melahirkan digunakan untuk mengungkap gejala-
gejala depresi pasca melahirkan yang meliputi :
a. Hilangnya ketertarikan akan kesenangan hidup
b. Kehilangan napsu makan
c. Berkurangnya tenaga dan motivasi untuk melakukan sesuatu
d. Sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak
e. Tidur lebih dari biasanya
f. Meningkatnya kesedihan atau keinginan untuk menangis
g. Merasa tidak berharga, putus asa, atau perasaan bersalah yang berlebihan
h. Merasa gelisah, cepat marah atau khawatir
i. Berat badan yang turun atau naik secara tidak jelas
j. Merasa bahwa hidup tidak berarti
k. Mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri
l. Khawatir jika menyakiti bayinya

Perpustakaan Unika
51

Selanjutnya kisi-kisi tentang skala depresi pasca melahirkan dapat dilihat


pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Kisi-Kisi Skala Depresi Pasca Melahirkan

No. ASPEK J
1. Hilangnya ketertarikan akan kesenangan hidup 2
2. Kehilangan napsu makan 2
3. Berkurangnya tenaga dan motivasi untuk melakukan sesuatu 2
4. Sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak 2
5. Tidur lebih dari biasanya 2
6. Meningkatnya kesedihan atau keinginan untuk menangis 2
7.
Merasa tidak berharga, putus asa, atau perasaan bersalah yang
berlebihan
2
8. Merasa gelisah, cepat marah atau khawatir 2
9. Berat badan yang turun atau naik secara tidak jelas 2
10. Mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri 2
11. Merasa bahwa hidup tidak berarti 2
12. Khawatir jika menyakiti bayinya 2
JUMLAH 24

Skala ini diberi skor satu sampai lima. Dalam skala ini, responden
diminta memberi nilai secara independen berdasarkan rentang skor sangat
sesuai ( 1 ) sampai dengan sangat tidak sesuai ( 5 ). Pemberian skor pada
masing masing item jawaban disesuaikan dengan nilai yang ditulis responden
pada lembar kuesioner.

2. Skala Persepsi terhadap Kehamilan
Skala ini digunakan untuk mengungkap aspek-aspek persepsi terhadap
kehamilan, yaitu : kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan, kehamilan yang
menimbulkan efek negatif, kehamilan yang menimbulkan efek positif. Aspek
persepsi ini nantinya akan digabungkan dengan adanya perubahan aspek-aspek
Perpustakaan Unika
52

hidup selama kehamilan, yaitu aspek fisik, psikologis dan sosial ekonomi. Kisi-
kisi atau rancangan skala persepsi terhadap kehamilan dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Kisi-Kisi Skala Persepsi Terhadap Kehamilan

No. ASPEK F P S & E J
1. kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan 2 2 2 6
2. kehamilan yang menimbulkan efek negatif 2 2 2 6
3. kehamilan yang menimbulkan efek positif 2 2 2 6
JUMLAH 6 6 6 18

Keterangan :
F : Fisik
P : Psikologi
S & E : Sosial dan Ekonomi

Skala ini diberi skor satu sampai lima. Pemberian skor pada skala ini
melalui dua tahap pemberian skor, yaitu pertama, pemberian skor dari subyek
penelitian dan yang kedua pemberian skor dari peneliti. Dalam pemberian skor
yang dilakukan subyek penelitian, responden diminta memberi nilai secara
independen berdasarkan rentang skor sangat sesuai ( 1 ) sampai dengan sangat
tidak sesuai ( 5 ). Pemberian skor dari peneliti pada item persepsi terhadap
kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan disesuaikan dengan nilai yang
ditulis responden pada lembar kuesioner. Pemberian skor pada aspek persepsi
terhadap kehamilan berefek positif disesuaikan dengan nilai yang ditulis
responden pada lembar kuesioner, hanya saja dikali dua. Sementara pada item
skala persepsi terhadap kehamilan berefek negatif, pemberian skor dibalik,
dimulai dari sangat sesuai mendapat skor 1 sampai dengan sangat tidak sesuai
mendapat skor 5.

Perpustakaan Unika
53

E. Validitas dan Reliabilitas


Validitas dan reliabilitas merupakan dua syarat dalam menentukan kualitas
alat ukur, sedangkan kualitas akan menentukan baik atau tidaknya suatu
penelitian. Bertolak dari dua syarat tersebut, maka alat ukur yang baik dapat
mencerminkan keadaan sesungguhnya dari permasalahan yang sedang diteliti.
1. Validitas
Azwar ( 2003, h.5 ) berpendapat bahwa validitas alat ukur adalah
seberapa cermat alat tes atau alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat
ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi bila alat ukur tersebut
menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Dalam penelitian ini teknik korelasi yang dipergunakan adalah teknik
korelasi Product Moment untuk menguji kesahihan dari alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini. Azwar ( 2003, h. 100 ) menjelaskan bahwa
untuk mengetahui apakah skala yang digunakan mampu menghasilkan data
yang sesuai dengan tujuan pengukuran maka diperlukan pengujian validitas.
r
xy
=
( ) ( )( )
( ) ( ) { } ( ) ( ) { }
2 2 2 2


Y Y N X X N
Y X XY N


Keterangan :
r
xy
: koefisien korelasi antar skor item dengan skor total
X : jumlah skor setiap item
Y : jumlah skor total
XY : jumlah perkalian skor item dan skor total
N : jumlah subjek
Setelah hasil korelasi Product Moment diketahui, maka angka korelasi
tersebut perlu dikoreksi dengan korelasi Part Whole, karena angka korelasi
Perpustakaan Unika
54

Product Moment yang diperoleh lebih besar. Hal ini disebabkan karena skor
item yang dikorelasikan dengan skor total ikut sebagai komponen skor total.
Untuk mengkoreksi angka korelasi yang kelebihan bobot tersebut digunakan
rumus statistik Part Whole sebagai berikut ( Azwar, 2003, h.62 ) :
r
pq
=
( )( ) ( )
( ) ( ) ( )( )( )
y x tp x y
x y tp
SD SD r SD SD
SD SD r
. 2
2 2
+


Keterangan :
r
pq :
Koefisien korelasi Part Whole
r
tp
: Koefisien korelasi Product Moment sebelumnya
SD
x
: Standar Deviasi skor item
SD
y
: Standar Deviasi skor total


2. Reliabilitas
Reliabilitas dari suatu alat pengukuran menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten, dapat dipercaya atau dapat diandalkan
apabila dilakukan pengukuran terhadap gejala-gejala yang sama dengan alat
ukur yang sama ( Azwar, 2003, h. 4 ). Untuk mengukur keandalan skala atau
reliabilitasnya maka digunakan rumus Koefisien Alpha Cronbach yang
dikembangkan oleh Cronbach yang disebut dengan teknik Alpha.
Adapun rumus dasar reliabilitas Alpha Cronbach adalah ( Azwar, 2003,
h. 87 ) :

=
2
2
1
1
tot
x
S
S
k
k


Keterangan:
: koefisien Reliabilitas Alpha
k : jumlah butir
2
x
S : varians butir soal
2
tot
S : varians total

Perpustakaan Unika
55

F. Metode Analisis Data


Di dalam penelitian, data yang diperoleh harus diolah lebih lanjut karena
data tersebut tidak dapat digunakan begitu saja. Guna menguji hipotesis dalam
rangka penarikan kesimpulan, maka dilakukan analisis data. Pada penelitian ini
dilakukan uji secara kuantitatif dengan metode statistik. Analisis statistik
menuntut adanya perhitungan yang tepat dan teliti sehingga memerlukan alat
pengukuran yang tepat dan teliti pula, yang mampu memberikan informasi sejauh
mungkin sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh data empiris
mengenai korelasi antara persepsi terhadap kehamilan dengan depresi pasca
kehamilan, serta untuk mengetahui perbedaan depresi pasca melahirkan yang
dialami wanita yang berperan ganda dan yang berperan tunggal dalam keluarga.
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap kehamilan
dan depresi pasca melahirkan digunakan teknik korelasi Product Moment dari
Pearson dengan rumus : ( Azwar, 2003, h. 100 ).
r
xy
=
( ) ( )( )
( ) ( ) { } ( ) ( ) { }
2 2 2 2


Y Y N X X N
Y X XY N


Keterangan :
r
xy
: Koefisien korelasi antarapersepsi terhadap kehamilan dan depresi
pasca melahirkan
N : Jumlah subjek
X : Jumlah skor persepsi terhadap kehamilan
Y : Jumlah skor depresi pasca melahirkan
XY : Jumlah perkalian skor antara persepsi terhadap kehamilan dengan
depresi pasca melahirkan.

Perpustakaan Unika
56

Sementara itu untuk mengetahui perbedaan depresi pasca melahirkan


yang dialami wanita yang berperan ganda dan yang berperan tunggal dalam
keluarga digunakan rumus uji-t sebagai berikut :
bm
A A
A A
SD
X X
t
2 1
2 1

=



Keterangan :
X
A1
: nilai rata-rata skala depresi pasca melahirkan wanita yang berperan
ganda dalam keluarga
X
A2
: nilai rata-rata skala depresi pasca melahirkan wanita yang berperan
tunggal dalam keluarga
SD
bm
: standart deviasi perbedaan mean/rata-rata

Sebelum menghitung t, terlebih dahulu menghitung SD
bm
dengan rumus :
1
2 2
2 1

=
+ =
N
SD
SD
SD SD SD
m
m m bm


Keterangan :
SD
bm
: standar deviasi beda mean
SD
m1
: standar deviasi beda mean depresi pasca melahirkan wanita yang
berperan ganda dalam keluarga
SD
bm2
: standar deviasi beda mean depresi pasca melahirkan wanita yang
berperan tunggal dalam keluarga
SD
m
: standar deviasi antar mean
N : jumlah subyek

Selain menggunakan uji-t, analisis data selanjutnya dilakukan dengan
menggunakan analisis kovarian ( anakova ) agar diperoleh hasil yang lebih jelas
mengenai hubungan dan perbedaan peran wanita dalam keluarga dengan depresi
pasca melahirkan.
Perpustakaan Unika
57
BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah
Tempat yang menjadi kancah penelitian adalah beberapa daerah di wilayah
kota Semarang yaitu tempat-tempat yang memungkinkan ditemuinya subyek
penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan. Tempat tersebut yaitu
pemukiman penduduk di wilayah kota Semarang, tepatnya di daerah Cinde, di
daerah Sadewa, di daerah Poncowolo, RS Elisabeth Semarang dan RS Telogorejo
Semarang dengan asumsi bahwa tempat-tempat tersebut mampu
merepresentasikan populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Populasi yang
digunakan dalampenelitian ini adalah wanita yang telah menikah dan baru saja
melahirkan, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Berdomisili di kota Semarang.
Bagi peneliti, kota Semarang dianggap mampu mewakili gambaran populasi
yang diinginkan peneliti, yaitu ibu-ibu di daerah perkotaan dengan
kemungkinan terdapatnya wanita bekerja yang merupakan representasi dari
wanita yang berperan ganda dalamkeluarga.
b. Baru saja melahirkan anaknya dalam rentang waktu kurang dari delapan bulan,
tetapi lebih dari dua minggu. Rentang waktu kelahiran digunakan sebagai tolak
ukur rentang waktu terjadinya depresi pasca melahirkan sebab dalambeberapa
teori, waktu dua minggu setelah melahirkan menjadi batasan terjadinya
sindrombaby blues sehingga waktu selanjutnya dapat dikategorikan sebagai
Perpustakaan Unika
58

waktu yang memungkinkan terjadinya depresi pasca melahirkan. Pembatasan
rentang waktu sampai delapan bulan dimaksudkan sebagai periode di mana
diasumsikan sebagai puncak terjadinya depresi dengan perkembangan serta
pertumbuhan anak yang makin kompleks terlebih diikuti dengan habisnya
masa cuti kehamilan bagi wanita yang bekerja.
c. Tidak bekerja sama sekali atau bekerja di luar rumah selama lebih dari empat
jam. Status pekerjaan merupakan indikator peran yang dijalankan dalam
keluarga, apakah berperan ganda atau tunggal.
d. Bagi wanita yang berkerja, sudah tidak berada dalammasa cuti melahirkan.
Saat subjek tidak lagi berada dalam masa cuti setelah melahirkan maka
memungkinkan adanya konflik peran ganda dalamkeluarga sehingga dapat
diteliti tingkat depresi pasca melahirkannya.
Pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan teknik incidental
sampling , yaitu sampel yang diambil adalah individu-individu atau kelompok-
kelompok yang kebetulan dijumpai atau yang dapat dijumpai saja yang diteliti
( Hadi, 2000, h. 80 ). Selanjutnya metode yang diterapkan dalammenemukan
subyek penelitian adalah dengan sistem snowball sampling, yaitu subyek
penelitian yang akan diteliti selanjutnya diperoleh berdasarkan keterangan atau
informasi dari subyek penelitian sebelumnya.




Perpustakaan Unika
59

B. Persiapan Penelitian
1. Penyusunan Skala
Penyusunan skala meliputi prosedur pembuatan skala, penentuan skor
item, jumlah item, dan variasi sebaran item. Proses penyusunan skala dimulai
dari pembuatan definisi operasional dan penentuan aspek-aspek atau gejala-
gejala dari skala depresi pasca melahirkan dan skala persepsi terhadap
kehamilan. Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka
alat pengumpul data yang digunakan adalah dua buah skala, yaitu :
a. Skala Depresi Pasca Melahirkan
Skala depresi pasca melahirkan digunakan untuk mengungkap gejala-
gejala depresi pasca melahirkan yang meliputi :
1) Hilangnya ketertarikan akan kesenangan hidup
2) Kehilangan napsu makan
3) Berkurangnya tenaga dan motivasi untuk melakukan sesuatu
4) Sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak
5) Tidur lebih dari biasanya
6) Meningkatnya kesedihan atau keinginan untuk menangis
7) Merasa tidak berharga, putus asa, atau perasaan bersalah yang
berlebihan
8) Merasa gelisah, cepat marah atau khawatir
9) Berat badan yang turun atau naik secara tidak jelas
10) Merasa bahwa hidup tidak berarti
11) Mempunyai pikiran untuk menyakiti diri sendiri
Perpustakaan Unika
60

12) Khawatir jika menyakiti bayinya
Selanjutnya sebaran nomor itemskala depresi pasca melahirkan dapat
dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Sebaran Item Skala Depresi Pasca Melahirkan

No. Gejala Nomor Item J umlah
1.
Hilangnya ketertarikan akan kesenangan
hidup
1, 13 2
2. Kehilangan napsu makan 2, 14 2
3.
Berkurangnya tenaga dan motivasi untuk
melakukan sesuatu
3, 15 2
4. Sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak 4, 16 2
5. Tidur lebih dari biasanya 5, 17 2
6.
Meningkatnya kesedihan atau keinginan
untuk menangis
6, 18 2
7.
Merasa tidak berharga, putus asa, atau
perasaan bersalah yang berlebihan
7, 19 2
8. Merasa gelisah, cepat marah atau khawatir 8, 20 2
9.
Berat badan yang turun atau naik secara
tidak jelas
9, 21 2
10.
Mempunyai pikiran untuk menyakiti diri
sendiri
10, 22 2
11. Merasa bahwa hidup tidak berarti 11, 23 2
12. Khawatir jika menyakiti bayinya 12, 24 2
J umlah 24 24


Skala ini diberi skor satu sampai lima. Dalamskala ini, responden
diminta memberi nilai secara independen berdasarkan rentang skor sangat
sesuai ( 1 ) sampai dengan sangat tidak sesuai ( 5 ). Pemberian skor pada
masing masing item jawaban disesuaikan dengan nilai yang ditulis
responden pada lembar kuesioner.


Perpustakaan Unika
61

b. Skala Persepsi terhadap Kehamilan
Skala ini digunakan untuk mengungkap aspek-aspek persepsi terhadap
kehamilan, yaitu : kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan, kehamilan
yang menimbulkan efek negatif, kehamilan yang menimbulkan efek positif.
Aspek persepsi ini nantinya akan digabungkan dengan adanya perubahan
aspek-aspek hidup selama kehamilan, yaitu aspek fisik, psikologis dan
sosial ekonomi. Sebaran nomor-nomor itempada skala persepsi terhadap
kehamilan dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4
Sebaran Item Skala Persepsi Terhadap Kehamilan

No. Aspek F P S & E J umlah
1. kehamilan bukan sebagai
krisis kehidupan
1, 10 2, 11 3, 12 6
2. kehamilan yang
menimbulkan efek negatif
4, 13 5, 14 6, 15 6
3. kehamilan yang
menimbulkan efek positif
7, 16 8, 17 9, 18 6
J umlah 6 6 6 18
Keterangan :
F : Fisik
P : Psikologi
S & E : Sosial dan Ekonomi


2. Perizinan Penelitian
Pada awal penelitian, subyek berniat melakukan penelitian di dua rumah
sakit swasta besar yang ada di kota Semarang. Namun setelah melalui
serangkaian proses perizinan yang ternyata cukup memakan waktu dan belum
adanya respon dari pihak rumah sakit atas izin yang diberikan maka peneliti
memutuskan untuk melakukan penelitian dari rumah-ke rumah ( door to door ).
Perpustakaan Unika
62

Sebelummengisi skala penelitian, masing-masing subyek penelitian atau
responden menerima satu formulir kesanggupan atau kesediaan untuk mengisi
skala, dan selanjutnya formulir kesediaan yang telah diisi oleh calon subyek
penelitian inilah yang sekaligus juga menjadi surat pernyataan yang
menyatakan bahwa peneliti telah melakukan penelitian atau dengan kata lain
sebagai surat bukti telah melakukan penelitian.
Sementara untuk RS Elisabeth dan RS Telogorejo Semarang, subyek
melalui serangkaian proses perizinan dengan terlebih dahulu mendapat surat
pengantar dari fakultas psikologi universitas katolik Soegijapranata Semarang
dengan surat yang bernomor 846/B.7.3/FP/VI/2009 pada tanggal 29 J uni 2009
Setelah mendapatkan respon dari RS Elisabeth dan R.S Telogorejo peneliti
meneruskan penelitian dengan menyebar skala di unit KIA (Klinik Ibu dan
Anak) di mana banyak dijumpai subjek dengan populasi yang dibutuhkan.
Serangkaian penelitian yang dilakukan berdasarkan surat izin dari pihak RS
Elisabeth yang bernomor 380/KJ S.04 tertanggal 18 J uni 2009 dan surat izin
penelitian dari pihak RS Telogorejo Semarang yang bernomor
818/HM.054/GA-HR/K/09 per tanggal 27 J uli 2009.

C. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur dan Penelitian
Pelaksanaan uji coba alat ukur pertama-tama dilakukan pada taraf pre-
eliminer, di mana alat ukur diujicobakan pada skala kecil populasi (10 subjek)
untuk mengetahui item mana yang masih perlu diperbaiki tata bahasanya dan
untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut sudah layak untuk digunakan dalam
Perpustakaan Unika
63

penelitian. Dari uji coba pre-eliminer tersebut didapati validitas muka atau face
validity yang menunjukkan bahwa skala tersebut sudah dimengerti dan dipahami
para pembacanya.
Sementara itu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur maka
dilakukan uji coba atau try out sehingga diketahui item-itemmana saja yang harus
gugur serta itemmana yang dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya. Uji
coba penelitian dilakukan pada tanggal 27 April sampai dengan tanggal 12 J uni
2009. Uji coba penelitian dilakukan dengan cara mencari informasi mengenai
beberapa wanita yang baru melahirkan di sekitar rumah peneliti, atau di sekitar
rumah kerabat atau teman peneliti. Dengan cara tersebut telah terkumpul sebanyak
50 orang pengisi skala yang selanjutnya dilakukan tabulasi oleh peneliti dan diuji
untuk mendapatkan informasi mengenai construct validity dan reliabilitasnya.
Itemitem dalam alat ukur disesuaikan dengan penelitian Utami (2007,
h.103) yang menyimpulkan bahwa persepsi terhadap kehamilan dikelompokkan
menjadi tiga pola persepsi yaitu, kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan,
kehamilan yang menimbulkan efek negatif, kehamilan yang menimbulkan efek
positif,sehingga didapatkan content validity-nya.
1. Skala Depresi Pasca Melahirkan
Setelah dilakukan uji validitas, terdapat 4 itemyang gugur dari jumlah
keseluruhan 24 item yang diujicobakan. Itemyang valid mempunyai koefisien
validitas antara 0,277 sampai 0,743 dengan nilai r =0,244 karena jumlah
subyek sebesar 67 orang dengan p <0,05 (Hadi, 1992, h. 359 ). Nomor-nomor
itemyang gugur meliputi itemnomor 5, 10, 19, dan 23. Sementara koefisien
Perpustakaan Unika
64

reliabilitas yang diperoleh melalui perhitungan dengan teknik reliabilitas dari
Cronbach sebesar 0,855 yang berarti sudah realibel. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
Sebaran item skala depresi pasca melahirkan yang valid dan yang gugur
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5
Sebaran Item Skala Depresi Pasca Melahirkan Yang Valid Dan Gugur

NO. Gejala Valid Gugur J ml.
1. Hilangnya ketertarikan akan kesenangan
hidup
1, 13 2
2. Kehilangan napsu makan 2, 14 2
3. Berkurangnya tenaga dan motivasi untuk
melakukan sesuatu
3, 15 2
4. Sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak 4, 16 2
5. Tidur lebih dari biasanya 17 5 2
6. Meningkatnya kesedihan atau keinginan
untuk menangis
6, 18 2
7. Merasa tidak berharga, putus asa, atau
perasaan bersalah yang berlebihan
7 19 2
8. Merasa gelisah, cepat marah atau khawatir 8, 20 2
9. Berat badan yang turun atau naik secara
tidak jelas
9, 21 2
10. Mempunyai pikiran untuk menyakiti diri
sendiri
22 10 2
11. Merasa bahwa hidup tidak berarti 11 23 2
12. Khawatir jika menyakiti bayinya 12, 24 2
J umlah 20 4 24
Keterangan :
Nomor di dalam( ) : nomor itemyang gugur.

Selanjutnya sebaran item-itemvalid ini akan dipakai untuk perhitungan
hasil penelitian selanjutnya. Adapun sebaran skala depresi pasca melahirkan
akhirnya sebagai berikut.


Perpustakaan Unika
65

Tabel 6
Sebaran Item Skala Depresi Pasca Melahirkan Untuk Penelitian

NO. Gejala Nomor Item J ml.
1. Hilangnya ketertarikan akan kesenangan
hidup
1, 13 2
2. Kehilangan napsu makan 2, 14 2
3. Berkurangnya tenaga dan motivasi untuk
melakukan sesuatu
3, 15 2
4. Sulit untuk tidur atau sulit tidur nyenyak 4, 16 2
5. Tidur lebih dari biasanya 5(17) 1
6. Meningkatnya kesedihan atau keinginan
untuk menangis
6, 17(18) 2
7. Merasa tidak berharga, putus asa, atau
perasaan bersalah yang berlebihan
7 1
8. Merasa gelisah, cepat marah atau khawatir 8, 18(20) 2
9. Berat badan yang turun atau naik secara tidak
jelas
9, 19(21) 2
10. Mempunyai pikiran untuk menyakiti diri
sendiri
10(22) 1
11. Merasa bahwa hidup tidak berarti 11 1
12. Khawatir jika menyakiti bayinya 12, 20(24) 2
J umlah 20 20
Keterangan :
Nomor di dalam( ) : nomor itemlama.
2. Skala Persepsi terhadap Kehamilan
Setelah dilakukan uji validitas pada skala persepsi terhadap kehamilan
maka terdapat 3 item yang gugur dari jumlah keseluruhan 18 item yang
diujicobakan. Hasil skala persepsi terhadap kehamilan diukur berdasarkan
masing-masing aspeknya karena tidak dapat dianalisa keseluruhan. Bila hal
tersebut dipaksakan akan terdapat banyak butir itemyang gugur. Oleh karena
itu pengukuran dilakukan pada tiap aspeknya, yaitu aspek netral atau
kehamilan bukan sebagai krisis kehidupan, kehamilan yang menimbulkan efek
negatif, serta kehamilan yang menimbulkan efek positif.
Perpustakaan Unika
66

Pada butir itemskala persepsi terhadap kehamilan bukan sebagai krisis
kehidupan, didapati satu butir item yang gugur yaitu butir nomor 2, sehingga
koefisien validitas itemvalid yang dihasilkan berkisar dari 0,292 sampai 0,523.
Reliabilitas yang dihasilkan sebesar 0,574. Pada pengukuran skala persepsi
terhadap kehamilan yang menimbulkan efek negatif menunjukkan bahwa
terdapat dua butir itemgugur, yaitu butir nomor 13 dan 15 sehingga tertinggal
empat butir itemvalid dengan koefisien korelasi antara 0,303 sampai 0,479.
Reliabilitas pada butir-butir item skala persepsi terhadap kehamilan yang
menimbulkan efek negatif menunjukkan koefisien sebesar 0,592.
Sementara pengukuran pada skala persepsi terhadap kehamilan yang
menimbulkan efek positif tidak terdapat satu pun itemyang gugur. Koefisien
korelasi yang didapat pada butir-butir item valid mulai dari 0,328 sampai
0,705. Hasil koefisien reliabilitasnya sebesar 0,746. Hasil uji validitas ini lebih
baik daripada uji validitas yang diperoleh terhadap alat ukur penelitian Utami
( 2007, h.103), di mana didapatkan koefisien korelasi yang pada butir-butir
itemvalid mulai dari 0,20 sampai 0,55. Hasil koefisien reliabilitasnya sebesar
0,68
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Sebaran
itemskala persepsi terhadap kehamilan yang valid dan yang gugur dapat dilihat
pada tabel berikut.



Perpustakaan Unika
67

Tabel 7
Sebaran Item Skala Persepsi Terhadap Kehamilan yang Valid dan Gugur

No. Aspek F P S & E J
1. kehamilan bukan sebagai
krisis kehidupan
1, 10 (2),
11
3, 12 6
2. kehamilan yang menimbulkan
efek negatif
4, (13) 5, 14 6,
(15)
6
3. kehamilan yang menimbulkan
efek positif
7, 16 8, 17 9, 18 6
J umlah 6 6 6 18
Keterangan :
F : Fisik
P : Psikologi
S & E : Sosial dan Ekonomi
Nomor di dalam( ) : nomor itemyang gugur.

Selanjutnya sebaran item-itemvalid ini akan dipakai untuk perhitungan
hasil penelitian selanjutnya. Sebarannya adalah sebagai berikut.
Tabel 8
Sebaran Item Skala Persepsi Terhadap Kehamilan Untuk Penelitian

No. Aspek F P S & E J
1.
kehamilan bukan sebagai
krisis kehidupan
1, 10 2(11)
3,
11(12)
6
2.
kehamilan yang
menimbulkan efek negatif
4
5,
12(14)_
6 6
3.
kehamilan yang
menimbulkan efek positif
7,
13(16)
8,
14(17)
9,
15(18)
6
J umlah 6 6 6 18
Keterangan :
F : Fisik
P : Psikologi
S & E : Sosial dan Ekonomi
Nomor di dalam( ) : nomor itemlama

Pada skala penelitian untuk persepsi terhadap kehamilan ini, itemnomor
10 mengalami perubahan kata dari kalimat semula dikarenakan kemungkinan
munculnya kerancuan atau salah tafsir terhadap maksud pernyataan yang
Perpustakaan Unika
68

disampaikan akibat adanya sebuah kata yang ambigu yang bisa ditangkap
berbeda oleh tiap subyek yang mengisi skala nantinya.

Perpustakaan Unika
69
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Asumsi
Data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, sebelum dianalisis lebih
lanjut terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dengan tujuan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh memenuhi asumsi analisis untuk uji normalitas, uji
homogenitas dan uji linieritas.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran
data, uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung linier atau tidak, sementara uji homogenitas
dilakukan untuk melihat perbedaan-perbedaan dari variabel yang ada pada subyek
penelitian.
1. Uji Normalitas
Data setiap variabel diuji normalitas sebenarnya dengan menggunakan
teknik Kolmogorov Sminov Z ( K-S Z ). Hasil yang diperoleh dari uji
normalitas adalah :
a. Variabel Persepsi terhadap Kehamilan
Uji normalitas variabel persepsi terhadap kehamilan ditunjukkan
melalui K-S Z dengan hasil sebesar 0,951 dengan p 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa data variabel persepsi terhadap kehamilan berdistribusi
normal. Hasil perhitungan uji normalitas variabel persepsi terhadap
kehamilan dapat dilihat pada lampiran E.
Perpustakaan Unika
70

b. Variabel Depresi Pasca Melahirkan
Uji normalitas variabel depresi pasca melahirkan ditunjukkan melalui
K-S Z dengan hasil sebesar 0,865 dengan p 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa data variabel depresi pasca melahirkan berdistribusi normal. Hasil
perhitungan uji normalitas variabel depresi pasca melahirkan dapat dilihat
pada lampiran E.
2. Uji Linieritas
Hasil uji linieritas dari hubungan antara persepsi terhadap kehamilan
dengan depresi pasca melahirkan ditunjukkan dengan nilai Flin =8,02 dengan
nilai p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel persepsi terhadap
kehamilan dengan depresi pasca melahirkan berkorelasi linier. Hasil
perhitungan statistik uji linieritas hubungan antara variabel persepsi terhadap
kehamilan dengan variabel depresi pasca melahirkan dapat dilihat pada
lampiran E.
3. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas depresi pasca melahirkan pada wanita yang
berperan tunggal dan yang berperan ganda dalam keluarga dengan
menggunakan Levenes test menunjukkan hasil nilai F sebesar 1,127 dengan p
0,05 yang berarti data tersebut homogen. Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran E



Perpustakaan Unika
71

B. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan dengan bantuan komputer menggunakan
programSPSS dengan menggunakan :
1. Teknik Korelasi Product Moment dari Pearson
Korelasi persepsi terhadap kehamilan dengan depresi pasca melahirkan
dengan menggunakan teknik product moment diperoleh hasil nilai rxy sebesar
-0,331 dengan nilai p 0,01. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa hipotesis
pertama penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang negatif dan
sangat signifikan antara persepsi terhadap kehamilan dengan depresi pasca
melahirkan. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa semakin positif
persepsi terhadap kehamilan maka semakin rendah depresi pasca
melahirkannya. Begitu pula sebaliknya, bila semakin negatif persepsi terhadap
kehamilan maka akan semakin tinggi depresi pasca melahirkannya.
Perhitungan analisis korelasi product moment ini dapat dilihat pada lampiran F.
2. Uji-t
Hasil uji hipotesis dengan uji-t menunjukkan bahwa perolehan nilai t
sebesar 0,056 dengan nilai p >0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan antara depresi pasca melahirkan pada wanita yang berperan ganda
dan wanita yang berperan tunggal. Dengan ini hipotesis kedua dari penelitian
ini ditolak.
3. Analisis Kovarian
Hasil analisis dengan anakova diperoleh bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara peran ganda dan peran tunggal dengan depresi pasca
Perpustakaan Unika
72

melahirkan. dengan F hitung sebesar 4.169 dengan p <0,05. Perbedaan rerata
antara wanita yang berperan tunggal atau tidak bekerja dengan wanita yang
berperan ganda dalamkeluarga atau bekerja menunjukkan bahwa pada wanita
yang berperan tunggal atau tidak bekerja memiliki depresi pasca melahirkan
yang lebih tinggi daripada wanita berperan ganda atau yang bekerja. Dengan
ini berarti hipotesis kedua ditolak, namun terbukti bahwa ada kaitan antara
peran wanita dalamkeluarga dengan depresi pasca melahirkan pada wanita.

C. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan teknik
korelasi product moment didapatkan korelasi sebesar -0,331 dengan p 0,01. Hal
ini menyatakan bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi kehamilan
dengan depresi pasca melahirkan. Semakin positif persepsi seseorang terhadap
kehamilannya maka depresi pasca kehamilannya akan semakin rendah, begitupula
sebaliknya di mana semakin negatif persepsi seseorang terhadap kehamilannya
maka semakin tinggi depresi pasca melahirkannya. Berdasarkan hasil yang sudah
diperoleh ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang telah diajukan peneliti
bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap kehamilan dengan
depresi pasca melahirkan dapat diterima.
Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Kruckman ( dalam
Yanita dan Zamralita, 2001, h. 36 ) bahwa salah satu dari sekian banyak faktor-
faktor yang diduga berperan sebagai pemicu depresi pasca melahirkan adalah
persepsi seseorang terhadap kehamilannya. Hal ini dimungkinkan karena persepsi
Perpustakaan Unika
73

terhadap kehamilan yang dimiliki seorang wanita lebih luas cakupan dampaknya
kelak di kemudian hari, terlebih di saat-saat setelah melahirkan. Dalampersepsi
terhadap kehamilan yang dimiliki seorang wanita telah mencakup pula persepsi
terhadap melahirkan dan seluruh pemahaman akan sebab dan akibat yang
ditimbulkan dari suatu kehamilan.
Perbedaan reaksi antar individu terhadap stimulus yang sama merupakan
hasil persepsi, yaitu pengalaman mengenai obyek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan peran
(Rahkmat, 2001, h. 51). Berbagai hal inilah yang akan membentuk persepsi
terhadap kehamilan seorang wanita yang akhirnya membawa perubahan pada
tingkat depresinya setelah ia melahirkan.
Setiap wanita memiliki beragamrespon terhadap kehamilannya. Individu
yang mampu menghadapi perubahan selama proses kehamilan dengan tenang dan
bahagia merupakan individu yang mampu mempersepsikan berbagai perubahan
tersebut dengan positif sehingga tidak merasakan adanya krisis kehidupan yang
berakibat depresi setelah proses kehamilan berlangsung. Hal ini diperkaya oleh
pemahaman yang lebih mendetail terhadap proses kehamilan secara menyeluruh,
baik perubahan fisik, psikologis maupun sosial ekonomi sehingga individu
terbuka terhadap persepsi positif pada kehamilannya.
Semakin bertambahnya informasi tentang kehamilan yang diperoleh para
wanita sebagai calon ibu, baik itu didapat dari rekan-rekan, anggota keluarga yang
lain bahkan melalui berbagai media massa yang semakin mudah diakses,
setidaknya mempengaruhi persepsinya tentang kehamilan sehingga kesiapan
Perpustakaan Unika
74

menjadi seorang ibu lebih matang lagi. Selain itu dengan berkembangnya dunia
medis membuat kehamilan dan kelahiran sebagai suatu proses yang wajar yang
tidak perlu ditakuti lagi. Setelah seorang wanita mempersepsikan secara positif
kehamilannya, dengan berkembangnya pengetahuan yang dimiliki, berkembang
pula pemikiran akan hal-hal yang turut meliputi di setiap proses kelahiran, yaitu
akan adanya masa-masa pasca melahirkan yang harus dipersiapkan.
Dengan kesiapan cara berpikir tentang hal-hal yang positif, menyebabkan
seorang wanita menghadapi masa-masa setelah melahirkan juga sebagai suatu
proses yang harus dilalui dan harus dialami oleh seorang ibu muda. Hal ini
berlanjut pada masa pasca melahirkan sehingga persepsi yang telah mereka miliki
menjadi bekal dalam menghadapi depresi yang umumnya muncul pasca
melahirkan. Hal-hal yang seharusnya dipersiapkan ketika seseorang memiliki bayi
akan lebih dahulu dilakukan oleh para wanita yang berpengetahuan luas, termasuk
antisipasi terhadap datangnya depresi pasca melahirkan.
Berbeda halnya ketika seorang wanita mempersepsikan kehamilannya
secara negatif, kehamilan dipandang sebagai pengubah kehidupannya ke dalam
hal-hal yang bermasalah. Wanita dengan persepsi yang negatif terhadap
kehamilan merasakan tanggung jawab yang semakin berat dengan adanya
kehamilan dan kelahiran anaknya. Perubahan drastik pada fisik yang kemudian
mengubah persepsi wanita sehingga menghilangkan identitasnya sebagai wanita
bertubuh ideal, bahkan ada beberapa wanita yang beranggapan keliru dan
memutuskan tidak ingin menyusui anaknya setelah melahirkan demi
mempertahankan keindahan payudaranya, beban ekonomi bertambah berat,
Perpustakaan Unika
75

disertai dengan keterbatasan diri dalammenjalin relasi sosial dengan orang lain
akibat dari perhatian, waktu dan tenaga yang harus dicurahkan selama masa
kehamilan dan terlebih setelah melahirkan di mana harus merawat dan menjaga si
buah hati sepanjang waktu. Wanita dengan persepsi negatif tidak mampu
membuka peluang adanya unsur-unsur positif yang dapat diraih dengan kehamilan
dan kehadiran bayinya sehingga nantinya akan sulit untuk mampu menghadapi
depresi yang umumnya muncul pasca melahirkan.
Pada uji hipotesis mengenai perbedaan tingkat depresi pasca melahirkan
mununjukkan tidak adanya perbedaan antara wanita yang berperan tunggal dalam
keluarga dengan wanita yang berperan ganda dalamkeluarga sehingga hipotesis
kedua dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ada perbedaan depresi pasca
melahirkan yang dialami wanita yang berperan ganda dan yang berperan tunggal
dalamkeluarga, di mana pada wanita yang berperan ganda dalamkeluarga akan
lebih tinggi depresi pasca melahirkannya daripada depresi pasca melahirkan pada
wanita yang berperan tunggal dalam keluarga ditolak. Hal ini dikarenakan hasil
nilai uji-t yang diperoleh hanya sebesar 0,056 dengan nilai p >0,05.
Peneliti beranggapan bahwa memang tidak terjadi perbedaan tingkat depresi
yang signifikan pasca melahirkan namun tetap terjadi konflik peran antara wanita
yang berperan tunggal dan yang berperan ganda dalam keluarga. Menurut
Wirawan, dkk. ( 2004, h. 14 ) konflik antar peran akan muncul berupa konflik
emosional, terlebih muncul dalam bentuk rasa bersalah. Perasaan ini muncul
karena wanita yang berperan ganda merasa kurang memberi perhatian pada anak
dan suami, kurang memiliki waktu berkumpul bersama keluarga.
Perpustakaan Unika
76

Kemampuan setiap wanita dalam menjalankan kedua peran tersebut
sekaligus tidaklah sama. Peran ganda pada wanita yang bekerja memungkinkan
munculnya dampak stres dan kelelahan karena sulit membagi waktu antara
keluarga dan pekerjaan sekaligus yang akhirnya dapat memunculkan
ketidakberdayaan. Wanita yang berperan ganda akan mengalami kecemasan,
kesedihan dan kebingungan mengenai hubungannya dengan anak-anaknya.
Konflik konflik yang terjadi pada wanita berperan ganda terlihat lebih komplek
dengan permasalahan yang cenderung bersifat emosional dimana wanita berperan
ganda merasa sulit untuk menyeimbangkan kepentingan rumah tangga dan
kepentingan pekerjaan. Saat kedua hal tersebut bersinggungan maka wanita
berperan ganda akan sulit untuk dapat mengatasi depresi yang terjadi setelah
melahirkan. Sedangkan bagi wanita berperan tunggal ketiadaan konflik yang
terjadi di dunia pekerjaan memberikan kesempatan untuk meminimalisir konflik
yang terjadi setelah melahirkan dan kecenderungan untuk mengalami depresi
setelah melahirkan.
Berdasarkan pendapat Voydanoff ( 1988, h. 256 ) dalam konflik peran
ganda akan semakin reda bila individu dapat memberikan perhatian yang
seimbang pada peran dalampekerjaan dan keluarga. J adi harapan dari masing-
masing peran yang dapat diselaraskan akan jarang menimbulkan masalah yang
berarti sementara harapan peran yang saling bertentangan akan membawa dampak
pada kondisi psikis ibu pasca melahirkan yang dapat berakhir pada depresi
berkepanjangan.
Perpustakaan Unika
77

Melalui penelitian ini nampaknya peneliti menyadari adanya faktor
eksternal yang mempengaruhi hasil penelitian sehingga tidak ada perbedaan
antara depresi pasca melahirkan pada wanita yang berperan tunggal dan yang
berperan ganda. Sebagian besar subyek penelitian yang berperan tunggal dalam
keluarga peneliti temukan pada sebaran subyek di daerah pemukiman yang rata-
rata memiliki tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Pada subyek yang
berperan tunggal, karena rata-rata memiliki tingkat sosial ekonomi rendah maka
harus tetap berpikir bagaimana mencukupkan diri dengan bertambahnya satu
anggota keluarga. Hal ini dapat memicu adanya depresi pasca melahirkan, yaitu
konflik antara harus mengolah ekonomi keluarga agar tercukupi, namun tidak
dapat membantu suami dengan bekerja karena harus menjaga si buah hati ataupun
pada kondisi sebelumnya memang karena tidak atau belum mendapatkan
pekerjaan yang sesuai. jadi dapat dikatakan bahwa terlepas dari konflik pada
pekerjaan, wanita berperan tunggal dengan status sosial ekonomi menengah ke
bawah cenderung dihadapkan dengan konflik yang terjadi akibat kondisi sosial
ekonomi yang lemah, dimana wanita berperan tunggal dalamkeluarga merasa
terbebani dengan minimnya penghasilan dan bertambahnya anggota keluarga
yang harus dinafkahi dan berakhir pada ketidakmampuan mengatasi depresi pasca
melahirkan yang mungkin terjadi setelah melahirkan.
Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi tidak adanya perbedaan ini
adalah berbagai kemungkinan peluang dan kesempatan yang didapat wanita yang
berperan ganda. Para wanita yang bekerja di luar rumah hampir setiap hari
bertemu dengan individu-individu yang berbeda yang manimbulkan jalinan
Perpustakaan Unika
78

komunikasi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berbagai kemungkinan
dengan masuknya beragaminformasi yang lebih luas semakin menguatkan para
wanita dalam hari-harinya menjalani peran ganda dalamkeluarganya. Pada tahap
selanjutnya, wanita yang berperan ganda atau wanita yang bekerja memiliki
pengalaman yang lebih banyak, pandangan yang lebih luas dalammencari solusi
atas depresi yang dirasakan sehingga dapat diminimalisir sedini mungkin.
Sementara sebaran subyek wanita yang berperan ganda dalam keluarga
peneliti temukan pada subyek-subyek yang diambil dari dua rumah sakit swasta di
kota Semarang yang rata-rata memiliki tingkat sosial ekonomi menengah ke atas
sehingga kemungkinan konflik peran ganda yang muncul dapat teratasi dengan
menyewa seorang babby sitter karena mereka mampu membayar berapapun
harganya. Selain itu kebanyakan dari mereka yang bekerja tidak memiliki
keharusan untuk mencukupi kebutuhan finansial keluarga melainkan untuk
sekedar mengejar karier atau mengisi waktu dengan aktivitas yang bermanfaat.
J adi kurang adanya tekanan yang berarti selain harus membagi waktu karena ibu
yang bekerja harus kembali pada rutinitasnya sebelum melahirkan, sementara
merasa berat harus meninggalkan si bayi di rumah berjauhan dengan dirinya
membuat kondisi wanita berperan ganda dapat mengatasi depresi pasca
melahirkan yang mungkin terjadi.
Hasil tambahan yang didapatkan dalampenelitian ini adalah depresi pasca
melahirkan pada subyek penelitian tergolong rendah bila dilihat berdasarkan
perhitungan perbandingan mean kelompok dengan standar deviasi empirik sebesar
14,595 dan skor mean empirik sebesar 44,54. Pada persepsi terhadap kehamilan
Perpustakaan Unika
79

subyek penelitian tergolong sedang yang dapat dilihat dari hasil mean empirik
sebesar 88,12 dengan klasifikasi rentang berdasarkan norma standar antara mean
empirik dikurangi setengah standar deviasi sampai dengan mean empirik
ditambah setengah dari standar deviasi empirik sebesar 12,070.
Berdasarkan hasil analisis dengan anakova diperoleh hasil bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara peran tunggal dan peran ganda dengan depresi
pasca melahirkan dengan F hitung sebesar 4.169 dengan p <0,05. Rerata depresi
pasca melahirkan pada wanita yang berperan tunggal sebesar 44,6452 yang
nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan rerata depresi pasca melahirkan
pada wanita yang berperan ganda, yaitu sebesar 44,4444.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pada wanita berperan tunggal atau
yang tidak bekerja memiliki depresi pasca melahirkan yang lebih tinggi daripada
wanita yang berperan ganda atau yang bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis yang telah disusun sebelumnya bahwa pada wanita yang berperan ganda
dalamkeluarga akan lebih tinggi depresi pasca melahirkannya daripada depresi
pasca melahirkan pada wanita yang berperan tunggal dalamkeluarga. Namun
demikian dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa sesungguhnya memang ada
keterkaitan antara peran wanita dalam keluarga dengan depresi pasca melahirkan
pada wanita.
Hasil di atas dimungkinkan terjadi karena peneliti kurang memperhatikan
faktor sosial ekonomi yang seharusnya mendapat kontrol tersendiri. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Ibrahim( 2004, h. 147, h.149 ) ) bahwa faktor yang paling
berperan dalam menyebabkan gangguan jiwa postpartum adalah faktor
Perpustakaan Unika
80

psikososial dan faktor psikososial yang sering dihadapi wanita pasca melahirkan
sehingga mengalami depresi pasca melahirkan adalah karena masalah ekonomi
dan masalah keluarga.
Lebih lanjut dari penelitian ini diketahui sumbangan efektif (SE) dari
persepsi terhadap kehamilan terhadap depresi pasca melahirkan sebesar 10,96 %.
Sementara peran wanita dalamkeluarga pada penelitian kali ini tidak memberikan
sumbangan terhadap depresi pasca melahirkan. Hal ini menunjukkan bahwa
sumbangan efektif dari faktor lain adalah sebesar 89,04 % yang diperkirakan
berasal dari faktor lain seperti tingkat sosial ekonomi, dukungan sosial, latar
belakang pendidikan serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan terjadinya
depresi pasca melahirkan dalamdiri seseorang ( Kruckman dalam Yanita dan
Zamralita, 2001, h. 36 ).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dirangkum dan dibahas sebelumnya,
peneliti menemukan adanya beberapa kelemahan dalampenelitian kali ini. Dalam
penyusunan skala persepsi terhadap kehamilan terdapat kekurangcermatan
pembuatan kalimat sehingga harus diubah sebelum dilakukan penelitian, yaitu
pada itemskala nomor sepuluh karena terkesan memiliki kata-kata yang ambigu.
Selain itu jumlah itemdalamtiap skala dirasa kurang banyak untuk mendukung
lebih akuratnya hasil uji validitas dan reliabilitas skala.
Perbedaan karakteristik subyek penelitian yang sepertinya juga kurang
menjadi pertimbangan peneliti sebelumnya. Hal ini terjadi karena sebelumnya
peneliti berencana melakukan penelitian secara keseluruhan di beberapa rumah
sakit di kota Semarang. Namun ternyata birokrasi yang harus ditempuh cukup
Perpustakaan Unika
81

memakan waktu dan rumit sehingga untuk mengantisipasi kemungkinan
tertolaknya izin penelitian di rumah sakit, peneliti menyebarkan skala penelitian di
daerah pemukiman penduduk sejauh yang bisa peneliti jangkau. Ketika penelitian
sudah setengah jalan, ternyata justru pihak rumah sakit memberikan izin
penelitian sehingga subyek memakai seluruh subyek penelitian yang telah didapat
tanpa melihat adanya faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Seharusnya peneliti perlu untuk mempersiapkan lebih jauh dan lebih
cermat calon subyek penelitian. Terlebih metode pengambilan sampel dengan cara
incidental sampling merupakan metode yang paling lemah atau seperti tidak
menunjukkan persiapan sebelumnya dalampengambilan sampel, hanya memakai
sampel dari subyek penelitian yang kebetulan dijumpai peneliti saja. Sebaiknya
peneliti bisa menggunakan metode lain yang sekiranya dapat sungguh-sungguh
mewakili karakteristik populasi yang diharapkan.

Perpustakaan Unika
82
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang
telah disampaikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap kehamilan dengan depresi
pasca melahirkan.
2. Sumbangan efektif (SE) dari persepsi terhadap kehamilan terhadap depresi
pasca melahirkan sebesar 10,96 %.
3. Tidak ada perbedaan antara depresi pasca melahirkan pada wanita yang
berperan ganda dan wanita yang berperan tunggal.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan adalah :
1. Bagi para wanita yang akan melahirkan agar selalu memiliki pengetahuan yang
benar dan persepsi positif terhadap kehamilan karena hal ini dapat
mempengaruhi depresi yang akan dialami setelah melahirkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mencari sumber informasi dan dukungan dari berbagai
pihak, serta menyiapkan diri sebaik mungkin sebagai seorang ibu seperti
mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang kehamilan, melakukan persiapan
kehamilan sebaik mungkin.
Perpustakaan Unika
83

2. Bagi para wanita yang berperan tunggal maupun berperan ganda mengingat
tidak adanya perbedaan antara keduanya dalamhubungannya dengan depresi
pasca melahirkan maka setiap wanita dalamkeluarga diharapkan agar tetap
memahami perannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya sehingga tidak
akan memunculkan suatu kondisi depresi yang berlebih setelah melahirkan
anak mereka dengan mengatasi konflik peran yang terjadi dalam dirinya
dengan bijaksana.
3. Bagi semua pihak yang akan atau ingin mengadakan penelitian dengan tema
yang searah dengan penelitian ini, maka peneliti memberikan saran agar
memperluas variabel penelitian seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dukungan sosial dan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh.

Perpustakaan Unika
84

DAFTAR PUSTAKA


Amiruddin, M.. 2003. Kesehatan dan Hak Reproduksi Perempuan-Panduan
Untuk Jurnalis. J akarta : Penerbit Yayasan J urnal Perempuan ( YJ P )

Anoraga, P. 1992. Psikologi Remaja. J akarta : Rineka Cipta

Aprilia, E.U., J oniansyah, S. J obpie. 2008. Neni Tersangka Pembunuh Bayinya.
http://www.korantempo.com/korantempo/cetak/2008/11/22/Metro/krn.20
081122.148818.id.html

Arivia G. 1996. Mengapa Wanita Disiksa?. Jurnal Perempuan. Agustus /
September 1996. Hal. 9-11

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Hilgard, E.R.. 1994. Pengantar Psikologi Jilid II.
Alih Bahasa : Nurdjanah Taufiq dan Rukmini Barhana. J akarta :
Erlangga

Beck, A. 1985. Depression, Causes and Treatment. Philadelphia : University of
Pannsylvania Press

Barnadib, S.I.. 1982. Pengantar Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Yogyakarta
: Institute Press IKIP Yogyakarta

Chaplin, J .P.. 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono.
J akarta : PT. Raja Grafindo Persada

Dagun, S.M..1990. Psikologi Keluarga. Alih Bahasa : S. Soetitoe. J akarta : Rineka
Cipta

Davidson, G.C. dan Neale, J .M.. 1990. Abnormal Psychology. New York : J ohn
Wiley and Sons

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV. 1994. Washington DC :
American Psychological Association

Doelhadi, E.M.A.. 1997. Strategi Dalam Pengendalian dan Pengelolaan Stres.
Anima. Vol. XII. No. 48. Hal. 378 - 386

Elvira, S.D.. 2006. Depresi Pasca Persalinan. J akarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Fausiah, F. dan Widury, J .. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. J akarta :
Universitas Indonesia

Perpustakaan Unika
85

Gibson, J .L., Ivancevich, J .M., Donnely, J .H.. 1995. Organisasi dan Manajemen,
Perilaku, Struktur, Proses. Alih Bahasa : Djarkasih. J akarta : Erlangga

Hadi, P.. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta : Tugu

Hadi, S.. 1992. Statistik. Jilid 2. Yogyakarta : Andy Offset

Hadi, S.. 2000. Metodologi Riset. Jilid I. Yogyakarta : Andy Offset

_______. 2000. Metodologi Riset. Jilid II. Yogyakarta : Andy Offset

_______. 2000. Metodologi Riset. Jilid III. Yogyakarta : Andy Offset

Hemas, G.K.R.. 1997. Wanita Indonesia Suatu Konsepsi dan Obsesi. Yogyakarta :
Liberty

Hurlock, E.B.. 1980. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa : Istiwidayanti. J akarta
: Erlangga

Hurlock, E.B.. 1997. Psikologi Anak Jilid I. Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa.
J akarta : Erlangga

Ibrahim, A.S.. 2004. Manik Depresi, Gangguan Alam Perasaan. J akarta : Dua As-
As Dua

Ihromi, T.O.. 1990. Para Ibu Yang Berperan Tunggal dan Yang Berperan Ganda.
Laporan Penelitian. J akarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

Indrawijaya, A. I.. 1983. Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Irwanto, Elia, H., Hadisoepadma, A., Retnopriyani, M.J ., Wismanto, Y.B.,
Fernandes, C.. 1997. Psikologi Umum. J akarta : Gramedia Pustaka
Utama

Kaplan, H.I., Sadock, Benjamin J ., Grebb, J ack A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih
Bahasa : Widjaja Kusuma. J akarta : Binarupa Aksara

Koblinsky, M., J udith, T., J ill, G.. 1997. Kesehatan Wanita : Sebuah Perspektif
Global. Alih Bahasa : Adi Utarini. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Koran Tempo. 2008. Neni Tersangka Pembunuh Bayinya.
http://www.korantempo.com/korantempo/cetak/2008/11/22/Metro/krn.20
081122.148818.id.html

Perpustakaan Unika
86

Leifer, M. (1980). Psychological Effect of Motherhood, A Study Of First


Pregnancy. New York : Preager Publisher

Llewellyn D. dan J ones. 1994. Ginekologi dan Kesehatan Wanita. Alih Bahasa:
Kartono Mohamad. J akarta : Gaya Favorit Press

Ling, F. W, dan Duff, P.. 2001. Obstetrics and Gynecology. New York : Mc Graw
Hill Companies.

Medical Dictionary. 1980. Twenty Fifth Edition. Philadelphia : WB. Saunders
Company

Mussen, P.H., Conger, J .J ., Kagan, J .. 1988. Child Development and Personality :
London : WilliamHelneman

Noor, S.R.. 2009. Peran Perempuan Dalam Keluarga Islami.
http://74.125.153.132/search?q=cache:ztot8uEm7oIJ :sofia-psy.staff.ugm.
ac.id/files/peran_perempuan_dalam_keluarga_islami.doc+pengertian+per
an+wanita+dalam+keluarga&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefo
x-a

Pitt, B.. 1996. Kehamilan dan Persalinan : Menikmati Tugas Sebagai Ibu. Alih
Bahasa : Bosco Carvallo. J akarta : Arcan

Poerwadarminta, S.J .S.. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. J akarta : Balai
Pustaka

Purwanto, S.. 2007. Depresi Postpartum. http://klinis.wordpress.com/2007/12/29/
depresi-postpartum/

Rini, J .F.. 2002. Wanita Bekerja. http://www.e-psikologi.com/keluarga/280502.htm

Reiss, U. dan Reiss, Y.. 2008. Menjadi Ibu Bahagia Pasca Persalinan. Alih Bahasa
: Heri S. Handayani. Yogyakarta : Luna Publisher

Regina, Pudjibudojo, J . K dan Malinton, P. K. 2001. Hubungan Antara Depresi
PostpartumDengan Kepuasan Seksual Pada Ibu Primipara. Anima. Vol.
16. No. 3. h. 300314.

Saifuddin, A.. 2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. J akarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sarwono, S.W.. 1994. Psikologi Remaja. J akarta : PT. Raja Grafindo Persada

Santrock, J .W., 1985. Life-Span Development. Edisi kelima. Alih Bahasa : Chusairi
dan J uda Damanik. J akarta : Erlangga
Perpustakaan Unika
87

Sears, D., Freedman, J ., Peplau, L.. 1994. Psikologi Sosial. J ilid Dua. J akarta :
Erlangga

Setiyo P. 2007. Depresi Postpartum. http://klinis.wordpress.com
/2007/12/29/depresi-postpartum/

Seputar Indonesia. 2008. Ibu Stress Berisiko Tingkatkan Asma Pada Anak.
http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/17/196/76095
/196/ibu-stres-berisiko-tingkatkan-asma-pada-anak

Simamora, B.. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : YKPN

Sloane, P.D. dan Benedict, S.. 1997.Petunjuk Lengkap Kehamilan, Buku
Penuntun Untuk Calon Ibu dan Ayah. Alih Bahasa : Dra. Mislichah
Zakarsih. J akarta : Mitra Utama

Sobur, A.. 1985. Butir-Butir Mutiara Rumah Tangga ( Kumpulan Tulisan
Mengenai Pendidikan Anak ). Yogyakarta : Rake Sarasin

Soekanto. 1995. Kamus Sosiologi. J akarta : PT. Raja Grafindo

Susanti, N.N.. 2008. Psikologi Kehamilan. J akarta : Penerbit Buku Kedokteran

Susilantini, E.. 2007. Peran Ganda Wanita Indonesia. http://aligufron.multiply.
com/journal/item/156/Peran_Ganda_Wanita_Indonesia

The National Womens Health Information Center. 2009. Depression During and
After Pregnancy. http://www.womenshealth.gov/faq/depression-
pregnancy.cfm

Utami. M.S.S., 2007. Pregnancy and Giving Birth in Couples FromCentral J ava :
Contribution from Psychological to Save Motherhood. Dissertation.
Unpublish. The Netherlands. Radboud University

Voidanoff, P. 1988. Work Role Characteristics, Family structure Demans and Work /
Family Conflict. Journal of Marriage and The Family. Vol. 5. (August
1988 ). 749 - 761

Walgito, B.. 2001. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Widyanti. 2007. Hubungan Antara Depresi Setelah Kelahiran Anak Pertama dan
Dukungan Sosial. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Semarang : Fakultas
Psikologi Universitas Soegijapranata

Wilkinson, G.. 1995. Depresi. Alih Bahasa : Meichati Tjandrasa. J akarta : Arcan
Perpustakaan Unika
88

Wirawan, H.E., Satiadarma, M.P., Suryadi, D.. 2004. Gambaran Konflik Emosional
Perempuan DalamMenentukan Prioritas Peran Ganda. Arkhe. J akarta.
Th.9.No.1.( 11-22 )

Yanita A. dan Zamralita. 2001. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan
Suami Dalam Usaha Menanggulangi Gejala Depresi Pasca Salin.
Phronesis. J akarta : Universitas Tarumanegara. Vol. 3. No. 5 ( 350-360 )

Perpustakaan Unika
Form A
No. Pernyataan Nilai
( 1 - 5 )
1. Keinginan untuk kembali menekuni hobi seketika lenyap
2. Semua makanan kesukaan saya terasa hambar
3. Perjuangan karier selama bertahun tahun rasanya percuma
4. Saya sulit memejamkan mata saat ingin tidur
5. Saya ingin tidur lagi meskipun sudah tidur nyenyak cukup lama
6. Saya sering merasa sedih
7. Seringkali saya takut dan panic saat mendengar anak saya menangis
8. Saya sering gelisah tanpa sebab
9. Berat badan saya naik dan turun tidak menentu
10. Saya kecewa akan kehidupan saya saat ini
11. Saya pernah ingin bunuh diri
12. Saya takut asi atau susu yang saya berikan justru meracuni bayi saya
13. Saya malas bergaul dengan teman-teman
14. Saya selalu merasa kenyang sebelum makan
15. Saya mudah lelah tanpa alasan yang jelas
16. Saya sering terjaga saat tidur
17. Saya mudah menangis tiba-tiba tanpa sebab
18. Saya mudah jengkel dan tersinggung akan sesuatu
19. Dalam waktut singkat pakaian saya terasa longgar atau sangat sempit
20. Setiap kali memandikan bayi saya, saya takut menyakiti tubuhnya yang mungil
NO :
TANGGAL PENGISIAN :
DOMISILI :
TANGGAL LAHIR BAYI :
STATUS PEKERJAAN : A. Bekerja lebih dari 4 jam di luar rumah
( ) Masih Menjalani Cuti Pasca Melahirkan
( ) Tidak Berada Dalam Masa Cuti
B. Bekerja kurang dari 4 jam di luar rumah
C. Bekerja di rumah
D. Tidak bekerja
Setelah melahirkan, kehidupan terasa bagaikan langit. Kadang terang kadang mendung. Perubahan - perubahan ini
dirasakan setiap saat oleh Ibu setelah melahirkan. Saya, Widya Andhika Aji dari fakultas Psikologi Universitas Kato-
lik Soegijapranata berusaha memahami keadaan tersebut melalui penelitian ini, apa saja yang dirasakan dan dialami
Ibu setelah Ibu melahirkan. Ibu diminta untuk memberi nilai pada tiap pernyataan dibawah ini menurut keadaan
Ibu, dari sangat tidak sesuai (1) sampai dengan sangat sesuai (5). Rentang angka jawaban berdasarkan urutan 1,2,3,4
dan 5.
Dalam form ini, saya ingin mengetahui bagaimana keadaan ibu setelah melahirkan, jadi berilah nilai pada masing
masing pernyataan dibawah ini menurut keadaan ibu setelah melahirkan, dari sangat tidak sesuai (1) sampai dengan
sangat sesuai (5). Rentang angka jawaban berdasarkan urutan 1,2,3,4 dan 5. Selamat mengisi, dan terimakasih.
Perpustakaan Unika
Form B
No. Pernyataan Nilai
( 1 - 5 )
1. Bentuk tubuh berubah saat kehamilan adalah hal yang wajar
2. Dalam masa kehamilan, menjadi tegang dan cemas menanti si bayi adalah wajar
3. Hubungan saya dengan lingkungan selama kehamilan biasa-biasa saja
4. Dengan kehamilan saya, berpenampilan seksi serasa tidak mungkin lagi
5. Kehamilan saya membuat saya selalu curiga dengan orang lain
6. Beban hidup keluarga semakin bertambah berat dengan adanya biaya kehamilan
7. Selama masa kehamilan, tubuh saya terasa lebih segar
8. Saya merasa bahagia dengan anugerah kehamilan ini
9. Saya meyakini dengan hamilnya saya, bertambah pula rejeki dari Tuhan
10. Setelah hamil kondisi fsik saya tetap baik
11. Setelah hamil sudah sewajarnya biaya hidup keluarga kami akan bertambah untuk
satu orang
12. Saat hamil saya lebih cepat marah dan mudah curiga
13. Saya merasa utuh sebagai seorang ibu setelah bentuk tubuh saya berubah karena
kehamilan
14. Saya merasa lega dengan kehamilan yang saya sudah saya tunggu-tunggu selama
ini.
15. Menjadi hamil dan memiliki bayi membuat saya bisa saling bertukar pendapat
dengan teman-teman sesama ibu-ibu.
Dalam form ini, saya ingin mengetahui bagaimana keadaan dan perasaan ibu saat masih hamil, jadi
berilah nilai pada masing masing pernyataan dibawah ini menurut keadaan ibu dan perasaan ibu
saat masih hamil, dari sangat tidak sesuai (1) sampai dengan sangat sesuai (5). Rentang angka jawaban
berdasarkan urutan 1,2,3,4 dan 5. Selamat mengisi, dan terimakasih.
Ibu, hanya kau yang mempunyai waktu untuk mencintaiku
Ibu, hanya air matamu yang mengalir untukku
Ibu, hanya engkau yang menyerahkan nyawamu untuk menyelamatkanku
Hanya ada uluran tanganmu ketika aku menangis
Hanya ada senyummu ketika aku bersedih
Hanya ada tawamu ketika aku senang
Ibu, seandainya aku bisa menggantikan kesedihan ibu dengan tawaku
Seandainya aku bisa memberikan nyawa ini walau hanya separuh dari nyawaku
Seperti yang ibu lakukan ketika melahirkan aku
Ibu, aku mencintaimu dengan sepenuh hati dan jiwaku
Hanya untuk ibu
seorang
(Nissa)
Perpustakaan Unika
Uji Normalitas

NPar Tests


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

TOTALP TOTALDEP
N
67 67
Normal Parameters(a,b) Mean
88.12 44.54
Std. Deviation
12.070 14.595
Most Extreme
Differences
Absolute
.116 .106
Positive
.109 .106
Negative
-.116 -.065
Kolmogorov-Smirnov Z
.951 .865
Asymp. Sig. (2-tailed)
.326 .442
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.




Curve Fit



I ndependent : TOTALP


Dependent Mt h Rsq d. f . F Si gf b0 b1 b2 b3

TOTALDEP LI N . 110 65 8. 02 . 006 79. 8426 - . 4007
TOTALDEP QUA . 132 64 4. 89 . 011 22. 7412 1. 1060 - . 0096
9 TOTALDEP CUB . 138 64 5. 12 . 009 45. 4330 . 0070 - 8. E- 05

Not es:
9 Tol er ance l i mi t s r eached; some dependent var i abl es wer e not ent er ed.



Perpustakaan Unika
Uji Linieritas

TOTALDEP
TOTALP
110
100
90
80
70
60
50
40
90
80
70
60
50
40
30
20
Undefined error #605
64 - Cannot open text file "C:\ProgramFiles\SPSS\en
Undefined error #605
51 -
Undefined error #605
54 -
Undefined error #605
55 -

Perpustakaan Unika
Univariate Analysis of Variance


Between-Subjects Factors

Value Label N
st.pkr 1
tidak bekerja 31
2
bekerja 36


Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: totd
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model
1620.487(a) 2 810.243 4.169 .020
Intercept
7736.202 1 7736.202 39.806 .000
totp
1619.816 1 1619.816 8.335 .005
st.pkr
77.051 1 77.051 .396 .531
Error
12438.170 64 194.346
Total
146958.000 67
Corrected Total
14058.657 66
a R Squared =.115 (Adjusted R Squared =.088)



T-Test
Group Statistics

st.pkr N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
totd tidak bekerja
31 44.6452 15.86095 2.84871
bekerja
36 44.4444 13.63911 2.27319

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
totd Equal
variances
assumed
1.127 .292 .056 65 .956 .20072 3.60338 -6.99573 7.39717
Equal
variances
not
assumed
.055 59.642 .956 .20072 3.64452 -7.09031 7.49174
Perpustakaan Unika
Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N
st.pkr 1
tidak bekerja 31
2
bekerja 36

Tests of Between-Subjects Effects



Dependent Variable: totd
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis
7736.202 1 7736.202 40.248 .000
Error
12440.052 64.720 192.213(a)
totp Hypothesis
1619.816 1 1619.816 8.335 .005
Error
12438.170 64 194.346(b)
st.pkr Hypothesis
77.051 1 77.051 .396 .531
Error
12438.170 64 194.346(b)
a .018 MS(st.pkr) +.982 MS(Error)
b MS(Error)

Expected Mean Squares(a,b)



Source
Variance Component
Var(st.pkr) Var(Error)
Quadratic
Term
Intercept
.582 1.000 Intercept
totp
.000 1.000 totp
st.pkr
32.005 1.000
Error
.000 1.000
a For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components,
plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell.
b Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Perpustakaan Unika
Correlations

Correlations

TOTALP TOTALDEP
TOTALP Pearson Correlation
1 -.331(**)
Sig. (1-tailed)
. .003
N
67 67
TOTALDEP Pearson Correlation
-.331(**) 1
Sig. (1-tailed)
.003 .
N
67 67
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).




T-Test

Group Statistics

ST.PKR N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
TOTALDEP tidak bekerja
31 44.65 15.861 2.849
bekerja
36 44.44 13.639 2.273



Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
totd Equal
variances
assumed
1.127 .292 .056 65 .956 .20072 3.60338 -6.99573 7.39717
Equal
variances
not
assumed
.055 59.642 .956 .20072 3.64452 -7.09031 7.49174

Perpustakaan Unika
T-Test


Group Statistics

ST.PKR N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
TOTALP tidak bekerja
31 90.68 10.157 1.824
bekerja
36 85.92 13.248 2.208



Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
TOTALP Equal
variances
assumed
.357 .552 1.630 65 .108 4.76 2.921 -1.073 10.594
Equal
variances
not assumed
1.662 64.194 .101 4.76 2.864 -.961 10.482

Perpustakaan Unika

Anda mungkin juga menyukai