Anda di halaman 1dari 12

BAB III

A. PENGERTIAN JARINGAN
Pada sistem energi listrik jaringan distribusi merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
berhubungan langsung ke pelanggan, pusat pusat beban dilayani langsung melelui jaringan
distribusi. Dengan demikian secar umum kata distribusi mempunyai arti penyaluran/pengiriman
dan pembagian ke beberapa tempat. Sehingga pengertian distribusi energi listrik adalah
pengirimam dan pembagian energi listrik meleui suatu jaringan dan perlengkapannya kepada
pelanggan.
Selama ini ada pelanggan orang yang mendefinisikan distribusi berdasarkan besar
tegangannya. Bertolak dari pengertian tersebut tentulah hal tersebut tidak benar sebab yang
menetukan bentuk distribusi adalah pelayanan secar langsung ke pelanggan/ konsumen
sedangkan besarnya tegangan tergantung pada kebutuhan pelanggan. Dlam memenuhi
kebutuhan tegangan listrik haruslah disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan/konsumen.
Tegangan yang disalurkan lewat jaringan transmisi tegangannya sangat tinggi berkisar 70
kV,150 kV dan 500 kV, sedangkan kebutuhan tegangan pada pelanggan ada yang lebih kecil
dari nilai ter sebut, oleh sebab itu tegangan harus diturunkan meleui transformator step down
biasanya menjadi tegangan 20 kV. Dari tegangan 20 kV ini langsung disalurkan kepelanggan
meleui jaringan didtribusi primer selanjutnya jaringan distribusi sekunderd disalurkan ke
pelanggan dengan tegangan 220/380 V, proses ini terjadi jika beban yang dibutuhkan
pelanggan kurnag dari 30 MVA. Untuk beben diatas 30 MVA pelanggannya melalui jaringan
tegangan tinggi sehingga harus mempunyai gardu induk sendiri.

Sistem Kelistrikan
Pada umunya dalam saluran distribusi menggunakan sistem arus bolak balik (ABB) tiga
fasa. Distribusi primer yaitu tegangan menengah, biasanya menggunakan tiga fasa kawat,
sedangakan distribusi sekunder, yaitu tegangan rendah, menggunakan tiga fasa emapat kawat.

1. Sistem ABB Tiga fasa Tiga Kawat
Sistem ABB tiga fasa tiga kawat banyak dipakai pada saluran distribusi primer, yaitu
pada penggunaan tegangan menegah bahkan sistem ini juga dipakai untuk saluran transmisi
tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi. Gambar 1.2 memperlihatkan sistem ABB tiga fasa
tiga kawat sederhana.



Gambar 1.2 Sistem ABB Tiga Fasa Tiga Kawat

Beban dapat berbentuk bintang ataupun delta dengan masing masing fasa diberi
suatu tanda, yaitu R, S, T. beban dapat juga dipasang antar fasa dan fasa, akan tetapi hai ini
akan banyak berpengaruh pada keseimbangan sistem secara menyeluruh. Pada beban
seimbang maka seluruh daya adalah sama dengan tiga kali daya tiap fasa. Begitu pula rugi
rugi keseluruhan adalah tiga kali rugi rugi tiap fasa.

2. Sistem ABB Tiga Fasa Empat Kawat.
Sebagaimana dikemukakan sebelumya, sistem ABB tiga fasa empat kawat banyak
dipakai pada distribusi sekunder, yaitu pada tegangan rendah, seperti yang diperlihatkan
gambar 1.3. selain fasa fasa R, S, T, terdapat pula kawat netral atau fasa 0.karena langsung
berhubungan dengan pelanggan, yaitu masyarakat, maka untuk keamanan manusia sistem ini
dibumikan pada fasa 0.
Beban pada pemakai kecil biasanya satu fasa, yaitu antara fasa dan nol. Beban dapat
pula dihubungkan antara dua fasa, ataupun tiga fasa. Pada gambar 1.3 memperlihatkan tiga
fasa berbentuk bintang dengan titik nol atau di bumikan.


gambar 1.3 Sistem ABB Tiga Fasa Empat Kawat.
Sebagaimana juga berlaku pada sistem tiga fasa tiga kawat, bila beban seimbang, maka
daya seluruh sistem adalah tiga kali daya per fasa. Disebabkan distribusi sekunder para
pemakai terbanyak merupakan pelanggan satu fasa, maka beban biasanya tidak begitu
seimbang dan perusahaan listrik harus senantiasi berusaha untuk secara berkala
menyesuaikan penyambungan para pelanggan agar mendekati seimbang.

a. Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik atau biasa disebut dengan kata sistem merupakan gabungan
mulai pusat pembangkit tenaga listrik, transmisi, gardu induk dan distribusi seperti pada
gambar 1.1.
Adapun perkembangan sistem tenaga listrik dimulai dari pembangkit untuk
keperluan satu pedesaan sehingga hanya merupakan generator tegangan rendah
langsung saluran distribusi tegangan rendah lihat gambar 1.2 dengan tegangan
115/200 V dan 127/220 V yang kemudian diubah menjadi 220/380 V. Sistem ini
merupakan fase tiga, empat kawat pentanahan langsung merupakan pengaman
sekering atau MCB.
Dengan peningkatan pedesaan menjadi kota maka keperluan tenaga listrik juga
meningkat, disamping itu luas daerahnya juga meningkat, dengan demikian penyaluran
tenaga listrik tidak mungkin menggunakan tegangan rendah lagi tetapi harus
ditingkatkan menjadi tegangan menegah seperti gambar 1.3. hal ini untuk mengurangi
rugi rugi jaringan dan jatuh tegangan terlalu besar. Sebelum kemerdekaan tegangan
yang digunakan bermacam macam yaitu 6kV, 7kV, 12kV dengan sistem pentanahan
mengambang yang menggunakan relai aryus lebih untuk gangguan antar fase dan volt
meter untuk mendetekti gangguan tanah. Sistem distribusi tegangan menengah ini
kemudian distandarkan menjadi 20 kV dengan pentanahan langsung, tahanan, untuk
gangguan antar fase dengan pengaman relai arus lebih sedang untuk gangguan tanah
dapat menggunakan relai arus lebih atau relai gangguan tanah terarah ataupun,
tegangan sistem pentanahannya.

Gambar 1.2 Sistem T.R


Gambar 1.3 Sistem Tegangan Menengah.
Dengan perkembangan kota dan adanya pusat pembangkit yang letaknya
terpaksa jauh dari kota atau pusat beban misalnya pusat listrik tenaga air (PLTA), maka
penyaluran tenaga listrik tidak mungkin lagi menggunakan tegangan menengah tetapi
menggunakan tegangan tinggi, penyaluran dengan tegangan tinggi ini yang lazim
disebut transmisi lihat gambar 1.4. Saluran transmisi ini juga untuk menghubungkan
dari satu kota ke kota lain dalam satu wilayah jawa timur menggunakan saluran
transmisi 70 kV dan 30 kV, jawa barat adalah sistem 30 kV untuk daerah Bandung
sedang sistem 70 kV untuk Jakarta dan Bogor. Sistem pentanahannya kumparan
peterson dengan sistem pengaman untukgangguan antar fase relai jarak atau relai
selektif (diferensial) antar 2 penghantar paralel) dan relai arus lebih, dan volt meter
untuk mendeteksi gangguan tanah.
Adapun diluar jawa karena kota kotanya sangat berjauhan dan penduduknya
tidak padat maka pada umumnya sistemnya terpIsah dan tidak menggunakan saluran
transmisi ataupun transmisi 15 kV( sistem menado).
Dengan perkembangan kebutuhan tenaga listrik yang meningkat dan
perkembangan pusat pembangkit yang semakin besar maka tegangan pada saluran
transmisi juga meningkat setelah kemerdekaan. Seperti kita ketahui untuk dijawa
menjadi 150 kV dan diluar jawa pada saat ini 70 kV dan 150 kV dan 275 kV. Supaya
pengusahaan dari sistem tenaga listrik ini lebih ekonomis dan andal antara beberapa
wilayah diinterkomeksikan menjadi satu, sebagai contoh ialah di jawa antara jawa barat,
jawa tengah dan jawa timur diinterkoneksikan dengan saluran transmisi ekstra tinggi
500 kV.

Gambar 1.4 Sistem Tegangan Tinggi

Sistem pentanahan 70 kV diubah menjadi tahanan rendah, tahanan tinggi dan
pentahan langsung, pengaman cadangan relai arus lebih, dan gangguan tanah dengan
relai jarak atau selektif gangguan tanah atau relai gangguan tanah terarah.
Sistem 150 kV ditanahkan langsung dengan relai jarak sebagai pengaman
gangguan antar fase maupun gangguan tanah dengan intern triping dan pengaman
cadangan relai arus lebih.
Sistem 275 kV dan 500 kV pentanahan langsung yang menggunakan pengaman
ganda relai jarak dengan intertriping untuk gangguan antar fase maupun gangguan
tanah dan pengaman cadangan relai arus lebih berarah dengan inter triping.
Mengingat keterbatasan tegangan yang dibangkitkan pada generator yang pada
saat ini maksimum hanya sampai sekitar 22 kV sedang sistem transmisi dari 30 kV
sampai 500 kV untuk di indonesia dan 700 kV diluar negeri, tegangan generator dengan
trasformator daya dinaikan menjadi tegangan transmisi. Sedang pada gardu induk
dengan transformator daya, tegangan transmisi ekstra tinggi diturunkan menjadi
tegangan tinggi dan dari tegangan tinggi di turunkan menjadi tegangan menengah.
Untuk menyalurkan tegangan menengah ke konsumen tegangan tersebut diturunkan
menjadi tegangan rendah dengan transformator didtribusi. Untuk konsumen industri
dapat langsung dari transmisi atau dari tegangan menengah.
Saluran transmisi pada umumnya menggunakan saluran udara dan hanya untuk
saluran transmisi di kota besar digunakan kabel tanah, sedang untuk jaringan tegangan
menengah dapat menggunakan saluran udara atau kabel tanah atau kabel udara.
Adapun untuk jaringan tegangan rendah saluran udara, kabel udara atau kabel
tanah untuk di kota kota besar.

B. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik.
Pada dasarnya suatu sistem tenaga listrik harus dapat beroperasi secara terus
menerus secara normal, tanapa terjadi gangguan.
Gangguan dapat disebabkan oleh bebrapa hal yaitu :
Gangguan karena kesalahan manusia diantaranya ialah kelalaian pada saat
mengubah jaringan sistem, lupa membuka pentanahan setelah perbaikan dsb.
Gangguan dari dalam misalnya gangguan gangguan yang berasal dari sistem
atau gangguan dari alat itu sendiri, misalnya : faktor ketuaan, arus lebih,
tegangan lebih keausan dan lain lain sehingga merusakan isolasi peralatan.
Gangguan dari luar : yaitu gangguan yang berasal dari alam diantaranya cuaca,
gempa bumi, petir dan banjir, gangguan karena binatang diantaranya gigitan
tikus, burung, kelelawar ular, pohon atau dahan/ranting dan sebagainya.
Jadi jelas gangguan tersebut tidak dapat dihindarkan secara keseluruhan.


C. Jenis Gangguan.
Jenis gangguan bila ditinjau dari sifatnya dan penyebabnya dapat dikelompokan
sebagai berikut :
a. Beban lebih.
Beban lebih pada suatu sistem tenaga listrik dapat disebabkan karena memang
keadaan pembangkit kurang dari kebutuhan bebannya atau salah satu
komponen pada sistem tersebut terganggu, dengan demikian lainnya dapat
terjadi beban lebih ataupun pada salah satu komponen misalnya motor derek
mengangkat beban melebihi kemampuannya.
Ciri dari beban lebih ialah terjadinya arus lebih pada komponen yang berbeban
lebih. Arus ini dapat menimbulkan pemanasan, dan berdasarkan ilmu fisika
panas yang ditimbulkan sebanding dengan arus kwadrat kali tahanan peralatan
kali waktu terjadinya arus lebih atau dalam rumus dapat ditulis panas yang timbul
ini dapat mengakibatkan kerusakan isolasi peralatan tersebut.
b. Hubung Singkat.
Semua komponen dari peralatan listrik selalu di isolasi terhadap tanah disamping itu
antar fase juga di isolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas (S F 6) ataupun
campuran campurannya.
Sebagai contoh ialah :
Liltan generator atau motor di isolasi terhadap stator /rotor dengan menggunakan
bahan isolasi mica atau kertas.
Tarfo di isoalsi dengan kertas dan minyak trafo.
Kabel diisolasi dengan kertas yang di impregnated dengan minyak atau di isolasi
dengan bahan jenis polyethelen ( PE ) XLPE ataupun karet.
Bagian bertegangan pada pemutus beban di isolasi terhadap metal badannya
ataupun terhadap fase lainnya dengan minyak atau sf6.
Konduktor terbuka yang digunakan pada saluran udara dan rel di isolasi
terhadap tanah dengan isolator sedang antar fase dengan udara atau sf6 khusus
untuk kubikel.
Bahan isolasi tersebut karena umur, sebab mekanis, tegangan lebih yang
melebihi kekuatan isolasi ataupun binatang, benang layang layang, dahan pohon
serta sebab lain kemampuannya menurun atau tidak mampu sehingga terjadi
pelepasan muatan listrik yang mengakibatkan kerusakan pada isolasi dan terjadi
loncatan bunga api yang segera diikuti busur api sehingga terjadi hubung singkat dan
akan mengalir arus hubung singkat yang besar dan tegangannya sangat turun.

Apabila arus hubung singkat kemudian berhenti, busur api akan padam. Bila
busur api ini menimbulkan kerusakan yang tetap misalnya pada bahan isolasi padat
atau cair maka gangguan ini disebut gangguan permanen. Tetapi bila bisir api ini
setelah oadam tidak menimbulkan kerusakan misalnya pada isolasi udara yaitu yang
umum terjadi pada saluran udar tegangan menengah atau tinggi maka gangguan ini
disebut gangguan temporer.
c. Tegangan lebih.
Gangguan tegangan lebih dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
Petir.
Karena terkumpulnya muatan listrik yang sama yaitu muatan positif atau negatif
maka akan terjadi beda tegangan antara awan dengan muatan positif dengan
awan bermuatan negatif atau awan bermuatan positif/negatif dengan tanah. Bila
beda tegangan ini cukup tinggi maka akan terjadi loncatan muatan listrik dari
awan ke awan atau dari awan ke tanah. Karena menara (tiang) listrik ini cukup
tinggi maka awan bermuatan yang menuju ke bumi ini ada kemungkinannya
akan menyambar menara atau kawat tanah dari saluran transmisi dan mengalir
ke tanah melalui menara dan tahahan pentanahan menara. Bila arus petir ini
besar dan tahanan tahanan tanah menara kurang baik maka akan timbul
tegangan tinggi pada menaranya, dalam hal ini dapat terjadi loncatan muatan
dari menara ke penghantar fase. Dalam hal ini pada penghantar fase ini akan
terjadi tegangan tinggi dan gelombang tegangan tinggi petir yang sering disebut
surya petir ini akan merambat atau berjalan menuju ke peralatan di gardu induk
dan mungkin akan membahayakan isolasi dari peralatan di gardu induk tersebut.
Surja hubung .
Membuka atau menutupnya kontak pada pemutus beban umunya pada sistem
tegangan tinggi atau ekstra tinggi dapat menimbulkan tegangan transient yang
tinggi dan ini dapat menimbulkan kerusakan isolasi peralatan.
Pengaruh feranti.
Pada jaringan sistem teganngan tinggi bila tanpa beban atau bebannya kecil
karena adanya beban kapasitif penghantar maka tegangan diujung saluran akan
lebih tinggi dari pada tegangan sisi pengirimnya. Pada salurannya panjang
ditambah adanya kabel tanah ataupun kabel laut ataupun pada sistem tegangan
ekstra tinggi bila tegangan disisi pembangkit pada tegangan pengenal maka
daerah yang jauh ataupun diujung saluran dapat terjadi tegangan lebih yang
dapat membahayakan bagi peralatan.
Pengaturan tegangan otomatis.
Pada pelepasan beban yang cukup besar akan terjadi tegangan lebih, pengatur
tegangan otomatis segera mengembalikan tegangan peralatan kekeadaan
normal. Tetapi bila pengatur tegangan otomatis ini terganggu atau rusak maka
tegangan lebih ini akan tetap dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan isolasi.
d. Gangguan Stabilitas.
Generator yang tersambung pada sistem ( bekerja paralel ) bekerja serempak satu
sama lainnya. Karena salah satu sebab misalnya terjadinya perubahan beban besar
yang mendadak, terjadinya hubung singkat yang terlalu lama, maka akan terjadi ayunan
putaran rotor sebagian dari generator pada sistem tersebut (lebih cepat atau lebih
lambat dari putaran sinkron). Hal ini dapat mengakibatkan sebagian generator menjadi
motor dan sebagian berbeban lebih dan hal ini berayun (bergantian), gangguan ini
disebut gangguan stabilitas. Kejadian ini akan terjadi pada sistem tegangan tinggi atau
ekstra tinggi yang telah luas misalnya pada sistem di jawa. Gangguan ini harus segera
diatasi, dengan cara melepas generator yang terganggu ataupun melepas daerah yang
terjadi hubung singkat secepat mungkin, karena dapat membahayakan generator itu
sendiri atau membahayakan sistemnya.

D. Statistik Gangguan
Sebagai gambaran sehubungan dengan gangguan yang terjadi pada komponen
instalasi sistem tenaga disini akan diberikan secara statistik frekwensi terjadinya gangguan
untuk macam macam peralatan utama dalam sistem tenaga seperti terlihat pada tabel I,
sehingga dapat membantu pertimbangan untuk perencanaan pengaman.
Tabel I
Frekwensi gangguan untuk macam macam peralatan utama
Peralatan % Terhadap Total
1. S.U.T.T
2. Kabel Tanah
3. Switchargear
4. Transformator daya
5. Trafo Arus & Trafo tegangan
6. Peralatan Kendali
7. Lain lain
50
10
15
12
2
3
8

Dari tabel I diatas terlihat bahwa gangguan pada saluran udara tegangan tinggi ( SUTT)
mempunyai frekwensi gangguan tertinggi yaitu 50% dari total gangguan. Adapun jenis
gangguan pada SUTT dapat dilihat pada tabel II.
Gangguan satu fase ini pada umumnya dimulai dengan adanya loncatan busur api
karena petir yang kemudian mengalir arus gangguan dari sistem ke tanah. Gangguan ini pada
umumnya merupakan gangguan yang temporer. Sedang besarnya arus gangguan sangat
tergantung pada sistem pentanahannya.
Gangguan fase dua pada umumnya karena kawat putus dan mengenai fasa lainnya.






Tabel I
Frekwensi macam gangguan pada SUTT
Jenis Gangguan % Terhadap Total
1. Fase ke tanah
2. Fase ke fase
3. Fase fase ke tanah
4. Fase tiga
85
8
5
2

Gangguan fase tiga biasanya merupakan gangguan fase tiga yang simetris dan
umumnya disebabkan kesalahan operasi dari petugas, misalnya waktu pemeliharaan atau
perbaikan jaringan untuk pengamanannya ketiga fasenya yang akan diperbaiki diketanahkan.
Setelah selesai perbaikan atau pemeliharaan sipetugas lupa melepas pentanahan tersebut
sehingga waktu diberi tegangan kembali terjadi hubung singkat fase tiga.

Anda mungkin juga menyukai