Anda di halaman 1dari 21

Step 1

- RISKESDAS

Riset Kesehatan Dasar : suatu riset kesehatan dasar masyarakat yg tujuannya untuk
mendapatkan gambaran dari masyarakat, info nya mewakili ingkat kabupaten , kota,
provinsi, maupun nasional.

- SIMKES
Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
Sistem pengolaan data dan informasi kesehatan secara sistematis data integrasi
dalam rangka peningkatan layanan kesehatan pada masyarakat
Sistem pengelolaan informasi yang mengatur bidang kesehatan pada dasarnya
sebuah sistem informasi ini diharapkan akan menghasilkan informasi yang valid dan
yang dapat dipergunakan dasar pengambilan keputusan
- ANALISIS SWOT
Metode yang digunakan utk mengevaluasi strenght, weaknesses, opportunities,
threats
Identifikasi berbagai faktor scr sistematis utk merumuskan strategi perusahaan
Teknik utk menyediakan kerangka kerja utk mengidentifikasi scr sistematis dengan
cara berhubungan eksternal serta masalah yg dihadapi.
Step 2
1. Mengapa sistem kebijakan kesehatan itupenting ?
- Karena sektor kesehatan merupaka bagian penting perekonomian untuk negara
- Kesehatan mempunyai kesehatan yg paling tinggi dibanding masalah sisial yg lainnya
- Karena kebijakan itu merupakan garis besar perencanaan dlm kepemimpinan suatu negara
- Menerangkan cara bertindak serta sebagai garis pedoman utk manajemen untuk sasaran
tertentu
- Kebijakan kesehatan sbg jaringan keputusan utk membentuk strategi dan pendekatan dalam
hubungannya dengan isu isu praktis mengenai pelayanan kesehatan
- Mampu cepat mengambil fokus pada kriteria keputusan yg paling sentral
- Mempunyai kemampuan analisis multi disiplin
- Mampu memikirkan jenis jenis tindakan kebijakan yg dapat diambil
-
2. Faktor dan aspek kebijakan kesehatan ?
- Prevalensi
- Lokasi suatu masalah terjadi
- Tingkat sosial ekonomi
- Tingkat pengetahuan
- Sarana dan prasarana kesehatan
- Peran serta masyarakat
- Faktor konstektual : ada 4
Faktor situasional : faktor yg tdk permanen atau khusus yg dpt berdampak pd
kebijakan : kekeringan
Faktor struktural : dari masyarakat yg tdk berubah
Faktor budaya : hirarki menduduki tmpt penting dan sangat sulit untuk menantang
pejabat tinggi atau senior
Faktor international atau eksogen : meningkatnya ketergantungan antar negara dan
kemandirian dan kerjasam international dalam bidang kesehatan
-
3. Mengapa memakai hasil analisis swot? Adakah analisis lain ?
- Analisis swot lebih akurat : strenght, weaknesses, opportunities, threats
- Melihat dari internal kekuatan dan kelemahan dari organisasi mereka, melihat eksternalnya
dgn analisis swot bisa melihat letaknya dimana, berjalan atau berhenti. Ada model
kuantitatif letaknya dilihat , misal di sumbu x + dijalankan saja y- tdk dijalankan , swot
meminimalisir kelemahan dan ancaman dari organisasi , memanfaatkan peluang
- Bagaimana cara mengimplementasikan sumbu kuadran ?
Sumbu + streghnt dan weakness
Sumbu opprtunities dan threath
Dilihat posisi dimana , sumbunya ada angkanya


- Analisis mata rantai ada 3
o Customer experience : contoh : customer kurang dipedulikan oleh petugas,
customer menunggu lama, kurang mendapatkan informasi
o Microsistem : prosedur kerja tidak jelas, petugas nya acuh
o Organisational konteks : jasa pelayanannya tdk di bayar, pembagian tugas tidak
jelas, sistem manajemen tdk jelas
o Environmental konteks : pemda kurang peduli terhadap pembiayaannya
4. Bagaimana langkah langkah dari analisis swot?
- Ada 4
o MENGIDENTIFIKASI STRATEGI YG TELAH ADA Sebelumnya : bertujuan utk
menghadapi gejalan perubahan eksternal yg ada
o Mengidentifikasi perubahan lingkungan yg mungkin akan tjd di masa yg akan datang
o Membuat cross tabulation antara strategi dengan perubahan lingkungan
o Menentukan kategorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian
- Analisa data ada 3 langkah
o Pengklasifikasian data apa saja kekuatan dan kelemahan organisasi, Peluang dan
ancaman sbg faktor eksternal
o Pengklasifikasian dapat menghasilkan analisa swot
o Membandingkat analisa eksternal dan , dianalisis dan dikembangkan pemilihan
strategi utk dilaksanakan, strategi yg dipilih yg paling memungkinkan dengan
ancaman yg paling kecil

5. Metodologi yg digunakan RISKES ?
- Cohort, cross sectional, melakukan penelitian datanya dari puskesmas, latar belakang
munculnya riset kesehatan dasar? Tujuan umum : menegtahui data dasar yg diukur ,
mengukur mortalitas, morbilitas,indikator biomedis dan sosial yg mempengaruhi kesehatan
masyarakat, tujuan khusus RISKESDA : mengukur prevalensi penyakit menular dan tdk
menular, mengetahui faktor penyakit menular dan tdk menular, mengetahui ketanggapan
sistem di unit pelayanan kesehatan, mengukur angka kematian dan sebab kematian
- Prinsip RISKESDAS :
o Dilaksanakan serentak di waktu yg sama scr nasional untk mewakili tingkay
kabupaten atau kota , beberapa data yg membutuhkan sampel besar
o Pengembangan RISKESDAS untuk pencapaian indikator pembangunan kesehatan
o Pengumpulan data digunakan scr ateintegrasi antara petugas kesehatan dan petugas
statistik dari tim RISKESDAS
6. Apa saja macam macam dari SIMKES ?
- Sistem informssi kewaspadaan pangan dan gizi
- Sistem informasi obat: merk dagang , kandungan.
- Sistem informasi sumberdaya kesehatan
o Sistem informasi kepegawaian kesehatan
o Sistem informasi pendidikan tenaga kesehatan
o Sistem informasi diklat kesehatan
o Sistem informasi tenaga kesehatan
- Sistem informasi kesehatan daerah
- Sistem informasi iptek dan litbang kesehatan
- Sistem informasi pelayanan terpadu
- Sistem informasi perencanaan pembangunan daerah
- Sitem informasi manajemen penanggulangan kemiskinan
-
7. Unsur unsur yang terlibat dalam RISKESDAS?
- Pengumpulan data digunakan scr ateintegrasi antara petugas kesehatan dan petugas
statistik dari tim RISKESDAS
-
8. Proses kebijakan kesehatan ?
- Perumusan masalah : 4 fase
o Pencarian masalah atau problem ssearch : dicari dari berbagai pelaku kebijakan
biasanya para analis akan menjumpai formulasi masalah yg saling terkait dan
terbentuk dari situasi soasial dan terdistribusi pd seluruh proses pembuat kebijakan,
kondisi yg dihadapi analis ini metaproblem atau kompleksitas masalah.
o Pendefinisian masalah : metamasalah harus didefinisikan dengan jelas untuk
mngetahui keterkaitan masalah dan untuk mempermudah penemuan maslah
o Spesifikasi masalah : jika masalah substantif sudah diidentifikasi maka masalah
rumit sudah dapat diindentifikasikan.
o Pengenalan masalah : harus di sampaikan pada pelaku kebijakan untk mendapatkan
umpn balik .
- Forecasting (peramalan)
- Rekomendasi kebijakan
- Implementasi kebijakan . 4 variabel
o Komunikasi : kebijakan implentasi mengisyaratkan apa yg harus dilakukan
o Sumber daya : ada 2 sumber daya manusia( kecukupan baik kualitas dan kuantitas
implementor yg dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran dan finansial
(kecukupan modal dalam pelaksanaan) kedua ini harus di perhatiakn dalam
implentasi kebijakan
o Disposisi : watak dan karakteristik yg dimiliki oleh implementor seperti komitmen,
kejujuran dan sifat demokratis
o Struktur birokrasi : bertugas untuk mengimplementeasikan memiliki pengaruh yg
signifikan trhdp implementasi kebijakan
- monitoring kebijakan
- evaluasi kebijakan

ada 4:
- identifikasi masalah atau isu :
- perumusan kebijakan : siapa saja yg terlibat dalam perumusan kebijakan
- pelaksanaan kebijakan : sering dacuhkan , banyak yg mendebatkan kalo ini penting
- evaluasi kebijakan
9. Definisi kebijakan kesehatan ?
- Konsep dan garis besar rencana pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan
pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yg optimal daris eluruh
rakyat
10. Visi dan misi kebijakan kesehatan diindonesia?
- Visi : departemen kesehatan sebagai penggerak pembangun kesehatan menuju terwujudnya
indonesia sehat
- Misi :
o Memantapkan manajemen kesehatan yg dinamis dan akuntable
o Meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan
o Memberdayakan masyarakat dan daerah
o Melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional

11. Manfaat dari kebjakan keehatan ?
- Membantu memberikan informasi kepada para pembuat kebijakan dalam pengambilan
keputusan
- Untuk mengisolasi dan mengklarifikasi thd isu yg berkembang dimasyarakat
- Sebagai pedoman guna membuat alternatif kebijakan yang baru
- Metode untuk memberikan arah dalam menerjemahkan ide atau gagasan menjadi satu
kebijakan yg layak dan realistis
-
12. Unsur unsur sistem kebijakan kesehatan?
-

13. Siapa saja yang berhak menyusun kebijakan kesehatan?
- Pelaku pemerintah : menteri kesehatan, menteri tenaga kerja, menteri pendidikan .
tergantung kebijakan secara nasional, daerah, international(WHO, UNAIDS), melibatkan
orang yg berbeda. Atau kelompok terkait kebijakan kesehatan.
14. Jelaskan mengenai segitiga kebijakan kesehatan?

Konteks : terciptanya peraturan pemerintah





isi proses

Aktor :
individu,grup
organisasi.
- aktor : pihak yg bertanggung jawab dalam proses penyusunan kebijakan
- konteks : ada
konteksituasional
kontekstruktural
konteks budaya
konteks international
Jelas bahwa masingmasing konteks memiliki sifat yang khusus, tetapi jenis faktor
kontekstual yang mungkin akan pembaca identifikasi adalah:
Situasional
Perdana menteri atau presiden yang baru saja berkuasa dan memutuskan kebijakan AIDS
sebagai prioritas
Kematian seseorang yang terkenal karena AIDS
Struktural
Peran media atau LSM dalam mempublikasikan (atau tidak) wabah AIDS yang berkaitan
dengan tingkatan dimana sistem politik terbuka atau tertutup
Bukti meningkatnya angka kematian karena AIDS yang dipublikasikan mungkin hanya
dipublikasikan diantara kelompok tertentu seperti tenaga kesehatan
Budaya
Gerakan dari kelompok keagamaan baik yang positif maupun negative terhadap
penderita HIV/AIDS atau perilaku seksual
Internasional
Peran donor internasional sumber dana ekstra yang diperoleh melalui insentif global
seperti Global Fund untuk AIDS, TB dan Malaria.
Faktor situasional, merupakan kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat
berdampak pada kebijakan (contoh: perang, kekeringan). Halhal tersebut sering dikenal
sebagai focusing event (lihat Bab 4). Event ini bersifat satu kejadian saja, seperti: terjadinya
gempa yang menyebabkan perubahan dalam aturan bangunan rumah sakit, atau terlalu
lama perhatian publik akan suatu masalah baru. Contoh: terjadinya wabah HIV/AIDS (yang
menyita waktu lama untuk diakui sebagai wabah internasional) memicu ditemukannya
pengobatan baru dan kebijakan pengawasan pada TBC karena adanya kaitan diantara kedua
penyakit tersebut orangorang pengidap HIV positif lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, dan TBC dapat dipicu oleh HIV.
Faktor struktural, merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah. Faktor ini
meliputi sistem politik, mencakup pula keterbukaan sistem tersebut dan kesempatan bagi
warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasan dan keputusan kebijakan; faktor
struktural meliputi pula jenis ekonomi dan dasar untuk tenaga kerja. Contoh, pada saat gaji
perawat rendah, atau terlalu sedikit pekerjaan yang tersedia untuk tenaga yang sudah
terlatih, negara tersebut dapat mengalami perpindahan tenaga professional ini ke sektor di
masyarakat yang masih kekurangan. Faktor struktural lain yang akan mempengaruhi
kebijakan kesehatan suatu masyarakat adalah kondisi demografi atau kemajuan teknologi.
Contoh, negara dengan populasi lansia yang tinggi memiliki lebih banyak rumah sakit dan
obatobatan bagi para lansianya, karena kebutuhan mereka akan meningkat seiring
bertambahnya usia. Perubahan teknologi menambah jumlah wanita melahirkan dengan
sesar dibanyak negara. Diantara alasanalasan tersebut terdapat peningkatan
ketergantungan profesi kepada teknologi maju yang menyebabkan keengganan para dokter
dan bidan untuk mengambil resiko dan ketakutan akan adanya tuntutan. Dan tentu saja,
kekayaan nasional suatu negara akan berpengaruh kuat tehadap jenis layanan kesehatan
yang dapat diupayakan.
Faktor budaya, dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan. Dalam masyarakat dimana hirarki
menduduki tempat penting, akan sangat sulit untuk bertanya atau menantang pejabat tinggi
atau pejabat senior. Kedudukan sebagai minoritas atau perbedaan bahasa dapat
menyebabkan kelompok tertentu memiliki informasi yang tidak memadai tentang hakhak
mereka, atau menerima layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Di
beberapa negara dimana para wanita tidak dapat dengan mudah mengunjungi fasilitas
kesehatan (karena harus ditemani oleh suami) atau dimana terdapat stigma tentang suatu
penyakit (missal: TBC atau HIV), pihak yang berwenang harus mengembangkan sistem
kunjungan rumah atau kunjungan pintu ke pintu. Faktor agama dapat pula sangat
mempengaruhi kebijakan, seperti yang ditunjukkan oleh ketidakkonsistennya President
George W. Bush pada awal tahun 2000an dalam hal aturan sexual dengan meningkatnya
pemakaian kontrasepsi atau akses ke pengguguran kandungan. Hal tersebut mempengaruhi
kebijakan di Amerika dan negara lain, dimana LSM layanan kesehatan reproduksi sangat
dibatasi atau dana dari pemerintah Amerika dikurangi apabila mereka gagal melaksanakan
keyakinan tradisi budaya President Bush.
Faktor internasional atau exogenous, yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan
antar negara dan mempengaruhi kemandirian dan kerjasama internasional dalam kesehatan
(lihat Bab 8). Meskipun banyak masalah kesehatan berhubungan dengan pemerintahan
nasional, sebagian dari masalah itu memerlukan kerjasama organisasi tingkat nasional,
regional atau multilateral. Contoh, pemberantasan polio telah dilaksanakan hampir di
seluruh dunia melalui gerakan nasional atau regional, kadang dengan bantuan badan
internasional seperti WHO. Namun, meskipun satu daerah telah berhasil mengimunisasi
polio seluruh balitanya dan tetap mempertahankan cakupannya, virus polio tetap bisa
masuk ke daerah tersebut dibawa oleh orangorang yang tidak diimunisasi yang masuk lewat
perbatasan

- tujuan memakai keijakan
agar bisa memahami kebijakan tertentu
dan merencanakan kebijakan khusus : retrospektif : evaluasi monitoring kebijakan . prospektif :
memberi pemikiran strategis advokasi dan loby kebijakan
Kerangka yang digunakan dalam buku ini memahami pentingnya mempertimbangkan isi
kebijakan, proses penyusunan kebijakan dan bagaimana kekuatan digunakan dalam kebijakan
kesehatan. Hal tersebut mengarah ke pemaparan peran Negara secara nasional dan internasional,
serta kelompokkelompok yang membentuk masyarakat social secara nasional dan global,
memahami bagaimana mereka berinteraksi dan mempengaruhi kabijakan kesehatan. Juga berarti
pemahaman terhadap proses dimana pengaruhpengaruh tersebut diolah (contoh: dalam
penyusunan kebijakan) dan konteks dimana para pelaku dan proses yang berbeda saling
berinteraksi. Kerangka ini berfokus pada isi, konteks, proses dan pelaku. Kerangka
tersebut digunakan dalam buku karena membantu dalam mengeksplorasi secara sistematis bidang
politik yang terabaikan dalam kebijakan kesehatan dan kerangka tersebut dapat diterapkan dinegara
dengan penghasilan rendah, menengah dan tinggi.
Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang sudah sangat
disederhanakan untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks, dan segitiga ini menunjukkan kesan
bahwa keempat faktor dapat dipertimbangkan secara terpisah. Tidak demikian seharusnya! Pada
kenyataannya, para pelaku dapat dipengaruhi (sebagai seorang individu atau seorang anggota suatu
kelompok atau organisasi) dalam konteks dimana mereka tinggal dan bekerja; konteks dipengaruhi
oleh banyak faktor, seperti: ketidakstabilan atau ideologi, dalam hal sejarah dan budaya; serta
proses penyusunan kebijakan bagaimana isu dapat menjadi suatu agenda kebijakan, dan
bagaimana isu tersebut dapat berharga dipengaruhi oleh pelaksana, kedudukan mereka dalam
strutur kekuatan, norma dan harapan mereka sendiri. Dan isi dari kebijakan menunjukan sebagian
atau seluruh bagian ini. Jadi, segitiga tersebut tidak hanya membantu dalam berpikir sistematis
tentang pelakupelaku yang berbeda yang mungkin mempengaruhi kebijakan, tetapi juga berfungsi
seperti peta yang menunjukkan jalanjalan utama sekaligus bukit, sungai, hutan, jalan setapak dan
pemukiman.
Gambar 1.1 Segitiga Analisis Kebijakan; Sumber: Walt and Gilson (1994)
15. Bagaimana cara mendiskripsikan kebijakan kesehatan ?menggambarkan kebijakan
kesehatan ? kasus kebijakan yg telah diterapkan ke pemerintah , tujuan evaluasi bagaimana
? dengan contoh!!!!!!




























Konsep mapping





























Kebijakan
kesehatan
Analisa swot
Proses Penyusunan
Riskesdas
Masalah
Evaluasi Kebijakan
Pelaksanaan
Kebijakan
Perumusan
Kebijakan
Identifikasi
Masalah
ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN
Posted on May 1, 2011 | Leave a comment
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENULISAN
Dalam kehidupan kita tentu tidak lepas dari masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi tentunya
harus memiliki manajemen yang baik. Dan dalam hal ini, pemerintah turut campur tangan di bawahi oleh
Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Sebagai suatu lembaga yang mengatur jalannya sistem kesehatan di
Indonesia, Kementrian Kesehatan sangat bertanggung jawab akan hal ini. Kemenkes selaku pembuat
kebijakan kesehatan juga perlu melakukan analisis terhadap setiap kebijakan kesehatan yang dibuat supaya
derajat kesehatan di Indonesia lebih terarah untuk mencapai Indonesia Sehat. Lebih lanjut penjelasan
mengenai Analisis Kebijakan Kesehatan, akan dibahas dalam makalah ini.
1.2. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas kelompok Dasar AKK. Selain itu juga, agar
para pembaca sekalian dapat menambah pengetahuan dalam lingkup Dasar Administrasi Kebijakan
Kesehatan khususnya mengenai Analisis Kebijakan Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN
Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau dimensi yang luas, yaitu
analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian
atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya (Balai
Pustaka, 1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternative yang bermuara
kepada keputusan tentang alternative terbaik
[8]
. Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag
organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman
untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk
mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar
rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika
penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).
[8]

Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
1991), kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya (berdasar pengalaman dan
pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.
[11]
Kebijaksanaan berkenaan
dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-
alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung
makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan tertentu.
[8]

Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan ekonomi (RI,
1992).
[9]
Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO, yaitu: kesehatan
adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan hanya
terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.
[13]
Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
[12]

Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan
ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.
[5][6]

2.2. PERAN ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis kebijakan publik. Akibat
dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan analisis kebijakan dalam
bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis kebijakan kesehatan muncul.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam
pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:
Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus pada masalah yang
akan diselesaikan.
Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin kebijakan dan
kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan menggabungkan
keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah keilmuan.
Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis tindakan kebijakan
apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.
Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas suatu masalah
yang awalnya tidak pasti.
Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul kemudian akibat dari
produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan.
[1] [2]

2.3. PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi dapat
diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan masalah tergantung pada nilai
dan kebutuhan apa yang dipandang paling panting.
Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi kebutuhan), cenderung memandang
aspek imbalan dari puskesmas sebagai masalah mandasar dari pada orang yang punya komitmen pada
kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah:
1. Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi
masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah.
Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat
di piahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi, diklasifikasi dan
dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini
menimbulkan penafsiran yang beragam (a.l. gang-guan kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul
situasi problematis, bukan problem itu sendiri.
3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat menimbulkan
masalah kebijakan.
4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus menerus.
Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan
masalah lanjutan.
5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem masalah
kebijakan.
[3][10]



2.4. PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
1. Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu itu ada
(menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat dari kebijakan
publik. Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan negara untuk
kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah Penandaan.
2. Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan
penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis informasi yang
dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam kebijakan KIA
KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan
menurut etika dan konsekuensinya.
3. Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa yang
semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah problem
kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau rekomendasi.
Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadiRp.1000) merupakan
jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas. Peningkatan ini cenderung
tidak memberatkan masyarakat.
[1][3]

Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan berbagai
pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim digunakan adalah
penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif, dan anjuran) harus
dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode penelitian). Menurut Dunn (1988), dalam
Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan, antara lain:
1) Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai sebab akibat
kebijakan di masa lalu.
2) Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai akibat
kebijakan di masa depan.
3) Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa datang.
METODE ANALISIS UMUM
METODE ANALISIS
KEBIJAKAN
Deskripsi
Prediksi
Evaluasi
Preskripsi
(petunjuk)
Perumusan Masalah
Peliputan (monitoring)
Peramalan (forecasting)
Evaluasi (evaluation)
Rekomendasi
(recommendation)
Penyimpulan Praktis
(Practical inference)
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah kebijakan dapat
dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan kesimpulan yang diambil dengan nilai
dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab kesalahpahaman mengenai makna
Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang kurang operasional atau kurang praktis, masih
jauh dari fenomena yang sesungguhnya.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan anjuran, maka metode
analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:
1) Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 3
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan.
2) Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 4
jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, dan rekomendasi.
3) Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan
seluruh (6) jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, evaluasi,
rekomendasi, dan peyimpulan praktis.
[5][6]

2.5. ARGUMEN KEBIJAKAN
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi. Analisis kebijakan
juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen yang bernalar
mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik. Menurut Dunn (1988) struktur
argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan dapat menggunakan alasan dan bukti
yang menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.
Berdasarkan struktur argumen, dapat diketahui bahwa seorang analisis kebijakan dapat menempuh langkah
yang benar, dengan memanfaatkan informasi dan berbagai metode menuju kepada pemecahan masalah
kebijakan; dan tidak sekedar membenarkan alternatif kebijakan yang disukai.
[5][6]

2.6. BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan. Pilihan bentuk analisis
yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara mendalam, sebab kondisi masalah yang cenderung
menentukan bentuk analisis yang digunakan.
Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991) dapat diuraikan beberapa
bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.
2.6.1. Analisis Kebijakan Prospektif
Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum tindakan kebijakan ditentukan
dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri analisis ini adalah:
- mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat dipilih dan
dibandingkan.
- diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan keputusan kebijakan.
- secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.
2.6.2. Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)
Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya adalah penciptaan dan
pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa analisis kebijakan restropektif,
adalah:
1. Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian teori dasar dalam
disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan. Contoh: Upaya pencarian teori dan
konsep kebutuhan serta kepuasan tenaga kesehatan di Indonesia, dapat memberi kontribusi pada
pengembangan manajemen SDM original berciri Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan
sasaran kebijakan tidak terlalu dominan. Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan
memerlukan kajian tambahan agar lebih operasional.
2. Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab akibat dari kebijakan,
bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh: Pendidikan dapat meningkatkan cakupan
layanan kesehatan. Orientasi tujuan bersifat umum, namun dapat memberi variabel kebijakan yang
mungkin dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan dan sasaran khusus, seperti meningkatnya
kualitas kesehatan gigi anak sekolah melalui peningkatan program UKS oleh puskesmas.
3. Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam untuk
mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya. Informasi yang dihasilkan
dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan khusus, merumuskan masalah kebijakan,
membangun alternatif kebijakan yang baru, dan mengarah pada pemecahan masalah praktis.
Contoh: analis dapat memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar
pemecahan masalah kebijakan KIA di puskesmas.
2.6.3. Analisis Kebijakan Terpadu
Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan memindahkan informasi
gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan dilakukan. Menggabungkan bentuk prospektif
dan restropektif, serta secara ajeg menghasilkan informasi dari waktu ke waktu dan bersifat multidispliner.
Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif berbeda yang, bila ditinjau
dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan deksriptif dan normatif), yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Teori Keputusan Deskriptif, bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan tindakan dengan fokus
menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah kebijakan terjadi. Tujuan utama keputusan
adalah memahami problem kebijakan, diarahkan pada pemecahan masalah, namun kurang pada usaha
pemecahan masalah.
2) Teori Keputusan Normatif, memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan, menjadi bagian dari
metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih ditujukan pada usaha pemecahan masalah yang
bersifat praktis dan langsung.
[5][6]

2.7. PERANAN POLITIK
Analisis kebijakan merupakan proses kognitif. Pembuatan kebijakan merupakan proses Politik. Dengan
demikian Informasi yang dihasilkan belum tentu digunakan oleh pengambilan kebijakan.
Seorang analis harus aktif sebagai agen perubahan, paham struktur politik, berhubungan dengan orang
yang mempengaruhi kebijakan yang dibuat, membuat usulan yang secara politis dapat diterima pengambil
kebijakan, kelompok sasaran, merencanakan usulan yang mengarah kepada pelaksanaan.
Analis hanya satu dari banyak pelaku kebijakan, dengan pelaku kebijakan merupakan salah satu elemen
sistem kebijakan. Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu sama lain
mempunyai hubungan.
Dapat dijelaskan bahwa 3 elemen sistem kebijakan saling berhubungan:
1) Kebijakan publik, merupakan serangkaian pilihan yang dibuat atau tidak dibuat oleh badan atau
kantor pemerintah, dipengaruhi atau mempengaruhi lingkungan kebijakan dan kebijakan publik.
2) Pelaku kebijakan, adalah kelompok masyarakat, organisasi profensi, partai politik, berbagai badan
pemerintah, wakil rakyat, dan analis kebijakan yang dipengaruhi atau mempengaruhi pelaku kebijakan dan
kebijakan publik.
3) Lingkungan kebijakan, yakni suasana tertentu tempat kejadian di sekitar isu kebijakan itu timbul,
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pelaku kebijakan dan kebijakan publik.
Berdasarkan uraian di atas, maka seorang analis kebijakan dapat dikategorikan sebagai aktor kebijakan
yang menciptakan dan sekaligus menghasilkan sistem kebijakan, disamping aktor kebijakan yang
lainnya.
[5][6]


2.8. SISTEM KESEHATAN
Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai sistem
kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.

2.9. KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA
2.9.1. Isu strategis
Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum optimal
Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum optimal
Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang memadai
Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan masih terbatas.
2.9.2. Strategi kesehatan di Indonesia
Mewyjudkan komitmen pembangunan kesehatan
Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan
2.9.3. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda
Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
2.9.4. Kebijakan program lingkungan sehat
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
Pengembangan wilayah sehat
2.9.5. Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya
Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan,
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana
Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
2.9.6. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS
Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif
Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit
Pengadaan obat dan perbekalan RS
Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga
Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
2.9.7. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
Peningkatan imunisasi
Penemuan dan tatalaksana penderita
Peningkatan surveilans epidemologi
Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
2.9.8. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat
Peningkatan pendidikan gizi
Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat gizi mikro
lainnya
Penanggulangan gizi lebih
Peningkatan surveilans gizi
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
2.9.9. Kebijakan program sumber daya kesehatan
Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin
Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
2.9.10. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Pengkajian dan penyusunan kebijakan
Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan
penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan
Pengembangan sistem informasi kesehatan
Pengembangan sistem kesehatan daerah
Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
2.9.11. Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan
Penelitian dan pengembangan
Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian
Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan
[4][7]

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan
ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam
pelaksanaannya.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah Interdepensi
(saling tergantung), Subjektif, Artifisial, Dinamis dan Tidak terduga.
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Metode analisis kebijakan, yaitu Metode peliputan (deskripsi), Metode peramalan (prediksi) dan Metode
evaluasi. 3 jenjang Metode analisis kebijakan, yaitu Pendekatan modus operandi, Pendekatan modus
evaluative dan Pendekatan modus anjuran.
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi. Analisis kebijakan
juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen yang bernalar
mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik. Menurut Dunn (1988) struktur
argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan dapat menggunakan alasan dan bukti
yang menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.
Bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan, yaitu Analisis Kebijakan Prospektif, Analisis Kebijakan
Restropektif (AKR) dan Analisis Kebijakan Terpadu.
Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu sama lain mempunyai
hubungan, yaitu Kebijakan public, Pelaku kebijakan dan Lingkungan kebijakan.
Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai sistem
kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.
Kebijakan kesehatan di Indonesia, yaitu Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, Kebijakan program lingkungan sehat, Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan
kesehatan, Kebijakan program upaya kesehatan perorangan, Kebijakan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit, Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat, Kebijakan program sumber daya
kesehatan, Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan Kebijakan program
penelitian dan pengembagan kesehatan.
3.2.SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam masalah kesehatan, disarankan dilakukan dahulu
analisis kebijakan kesehatan. Dengan demikian, dapat memberikan keputusan yang fokus pada masalah
yang akan diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
AnneAhira.com. Konsep dan Implementasi Analisis Kebijakan
Kesehatan(online) http://www.AnneAhira.com/artikel/analisis-kebijakan-kesehatan.html. Minggu, 13
Maret 2011 pkl 18.52
[2]
Arif Kurniawan. Kebijakan
Kesehatan (online)http://images.albadroe.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Rt5PkgoKCsAAABj
74Sc1/kebijakan%20kesehatan.ppt?nmid=56606948. Minggu, 13 Maret 2011 pkl 14.45
[3]
Ayun Sriatmi. Sejarah analisis kebijakan dan kerangka analisis
kebijakan(online) http://eprints.undip.ac.id/6256/1/Kerangka_analisis_kebijakan_-
_ayun_sriatmi.pdf Senin, 14 maret 2011 pukul 14.01
[4]
Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
[5]
Dunn WN. 1988. Analisa Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta : PT. Hanindita
[6]
Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
[7]
Juanita. Kesehatan dan Pembangunan
Nasional (online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3737/1/fkm-juanita2.pdfJumat, 4 Maret
2011 pkl 18.59
[8]
Pasolong Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
[9]
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan. Penerbit Sinar
Grafika 1992
[10]
Siagian SP. 1985. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi Organisasi. Jakarta : PT.
Gunung Agung
[11]
Surya Utama. Dasar-Dasar Analisis Kebijakan
Kesehatan (online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3765/1/fkm-surya4.pdf. Jumat, 11
Maret 2011 pkl 15.31
[12]
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Undang-Undang Kesehatan dan Rumah Sakit 2009. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Yustisia
[13]
Tulchinsky Ted., Varavikova Elena. The New Public Health (text book)

Anda mungkin juga menyukai