A. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik atau biasa juga disebut transformasi geometrik citra, yang paling mendasar adalah penempatan kembali nilai-nilai piksel sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat dilihat Gambaran onyek di permukaan bumi yang terekam sensor. Perubahan bentuk kerangka liputan dari bujur sangkar menjadi jajaran genjang merupakan hasil dari transformasi ini. Ada beberapa cara untuk melakukan koreksi geometrik, yaitu rektifikasi dan registrasi geometrik, Jensen (1986). Rektifikasi adalah proses dimana citra dibuat planimetrik berdasarkan rujukan pada peta yang mempunyai proyeksi standar, cara ini dikenal dengan rektifikasi citra ke peta (image to map rectification). Cara yang kedua adalah regristrasi geometrik citra, yaitu registrasi citra ke citra (image to image registration) dengan menggunakan citra lain pada daerah yang sama yang udah dikoreksi terlebih dahulu. Koreksi ini mencakup perujukan titik-tititk tertentu pada citra ke titik-titik yang sama ke medan maupun di peta. Pasangan titik-titik kemudian digunakan untuk membangun fungsi matematis yang menyatakan hubungan antara posisi sembarang titik pada citra dengan titik onyek yang sama pada peta maupun lapangan. Posisi piksel yang dimaksud adalah posisi pusat piksel. Pada koreksi ini, telah dipertimbankan bahwa perubahan posisi piksel itu juga mencakup perubahan informasi nilai spektralnya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan interpolasi nilai spektral baru selama transformasi geometri, sehinggan dihasilkan geometri baru dengan nilai baru. Proses interpolasi nilai spektral selama transformasi geometri disebut resampling. Interpolasi spasial adalah penentuan hubungan geometrik antara lokasi piksel pada citra masukan dan peta. Pada proses ini dibutuhkan beberapa titik kontrol medan (Ground Control Point/GCP) yang dapat diidentifikasi pada citra dan peta. Apabila persamaan transformasi koordinat diterapkan pada titik-titik kontrol maka diperoleh residual x dan residual y. Residual adalah penyimpangan posisi titik yang bersangkutan terhadap posisi yang diperoleh melalui transformasi koordinat yang kemudian dinyatakan sebagai nilai Residual Means Square Error atau RMS(error). Yan Andika(1101564/2011)_Geografi
Gambar : Penentuan titik ikat (GCPs) antara peta dan citra Tingkat keberhasilan dalam tahap ini biasanya ditentukan dengan besarnya nilai ambang RMS(error) total, atau yang dikenal dengan istilah sigma. Menurut ketelitian baku peta nasional Amerika Serikat (US National Map Standard), nilai sigma citra harus lebih kecil daripada setengah resolusi spasial citra yang bersangkutan (Eastman, 1997, dalam Like Indrawati, 2001), sehingga rata-rata pergeseran posisi yang dapat diterima dari hasil koreksi ini nantinya adalah 0,5 x ukuran piksel. Dalam melakukan transformasi koordinat, terdapat beberapa macam transfromasi polinomial yang satu dengan yang lain memberikan ketelitian yang berbeda-beda (Jensen, 1996) yaitu : Transformasi affine, yaitu memerlukan minimal 4 titik kontrol untuk mengubah posisi geometrik citra sama dengan posisi geometerik referensi (peta). Transformasi ini lebih sesuai untuk daerah yang bertopografi relatif datar atau landai. Transformasi orde dua, yang dapat dijalankan minimal dengan 6 titik kontrol (atau 12 parameter), dengan ketelitian yang pada umumnya lebih akurat dibandingkan dengan transformasi affine. Transformasi orde tiga, yang dapat dijalankan minimal dengan 10 titik kontrol (20 parameter), dan lebih tepat untuk daerah dengan variasi topografi yang besar. Interpolasi intensitas dilakukan dengan proses resampling. Resampling merupakan proses penentuan kembali nilai piksel sehubungan dengan koordinat baru setelah interpolasi spasial. Secara umum terdapat tiga macam teknik untuk resampling, yaitu : Interpolasi nearest neighbor, dimana nilai baru untuk piksel dengan posisi baru diambil dari nilai piksel lama pada posisi lama yang terdekat. Yan Andika(1101564/2011)_Geografi Interpolasi bilinear, dimana nilai piksel baru pada posisi baru dihitung dengan mempertimbangkan 4 nilai piksel lama pada posisi lama yang terdekat. Interpolasi cubic-convolution, yang memperhitungkan 16 nilai piksel lama pada posisi lama terdekat. B. Langkah Kerja 1. Buka Envi terlebih dahulu. Setelah itu buka file citra yang akan dikoreksi, pada contoh ini digunakan citra landsat wilayah semarang. 2. Pada bar menu, klik Map > Registration > Select GCPs : Image to Map
3. Maka akan muncul jendela Image to Map Regeistration, tentukan system koordinat yang akan dipakai/digunakan pada proses registrasi.
4. Setelah memasukkan system koordinat yang akan digunakan, maka akan muncul jendela GCPs. Dikarenakan kita menggunakan metode Image to Yan Andika(1101564/2011)_Geografi Map, maka kita akan menggunakan peta sebagai acuan koordinat, maka perlu kita membuka file peta yang akan digunakan sebagai acuan 5. Setelah file peta dibuka maka cocokkan kedua daerah yang akan digunakan sebagai titik acuan.
Citra yang akan dikoreksi Peta yang digunakan sebagai acuan
6. Setelah menemukan lokasi yang sama di peta maupun di citra yang akan dikoreksi, klik kanan pada peta pilih Pixel Locator. Copy-kan nilai yang ada pada pixel locator dan pastekan kedalam jendela GCPs., kemudian klik Add Point. Maka titik acuan berhasil dimasukkan, Lanjutkan masukkan ke titk acuan secara menyebar di seluruh citra dengan cara yang sama.
Yan Andika(1101564/2011)_Geografi
Posisi yang sama di citra maupun di peta acuan
Jendela GCPs Pixel Locator
Contoh titik acuan yang telah dimasukkan Yan Andika(1101564/2011)_Geografi