Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

Oleh:
SWASTIKA OKTAVIA
B1J007013

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2009
LEMBAR PENGESAHAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Lactobacillus spp. dan PEWARNAAN


BAKTERI TAHAN ASAM

Oleh
SWASTIKA OKTAVIA
B1J007013

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Responsi


Praktikum
Mata Kuliah Bakteriologi di Fakultas Biologi
Universitas jendral soedirman
Purwokerto

Diterima dan disahkan


Purwokerto, Desember 2009
Asisten

Hardi Febrianto
B1J006128
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum yang berjudul Isolasi dan
Identifikasi Lactobacillus spp. dan Pewarnaan Bakteri Tahan Asam dapat disusun
dengan baik. Laporan praktikum mata kuliah Bakteriologi ini disusun sebagai
prasyarat mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah Bakteriologi di Fakultas
Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Seluruh staf dosen pengampu mata kuliah Bakteriologi di Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman.
2. Seluruh asisten Bakteriologi yang telah memberikan waktu dan mengarahkan
pelaksanaan praktikum Bakteriologi.
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum Bakteriologi ini jauh dari
sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya
laporan ini.

Purwokerto, Desember 2009

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN . ........................................................................... i


PRAKATA ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
Acara 1. Isolasi dan Identifikasi Lactobacillus spp.
Acara 2. Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Lactobacillus spp.

Nama : Swastika Oktavia


NIM : B1J007013
Kelompok : 4
Asisten : Hardi Febrianto

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2009
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan morfologi suatu mikroba digunakan untuk menentukan

spesies yang asing atau spesies yang belum diketahui namanya. Morfologi suatu

mikroba dapat diperiksa dalam keadaan hidup maupun mati. Bagian-bagian sel

mikroba dapat dilihat dengan memberi warna terlebih dahulu, dimana warna bisa

bersifat asam, basa, maupun netral (Dwidjoseputro, 1984).

Berbagai pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperoleh

mikroorganisme dari lingkungan adalah pendekatan shotgun dan pendekatan

objectif. Pendekatan shotgun yaitu sampel mikroorganisme dapat dikoleksi dari

berbagai habitat seperti materi tanaman, hewan, tanah, limbah, aliran air, dan

habitat buatan manusia. Pendekatan objectif yaitu pengambilan sampel diarahkan

pada tempat spesifik yang sesuai untuk kehidupan mikroorganisme tertentu.

Isolat-isolat dengan sifat tertentu kemudian dipilih dan dipisahkan dari

mikroorganisme tertentu. Teknik ini disebut isolasi. Isolasi yaitu suatu usaha

untuk memisahkan suatu jenis mikroorganisme dari campurannya sehingga

diperoleh kultur murni (Ryandini et al., 2005).

Karakterisasi terbagi dalam beberapa tahap yaitu klasifikasi dan

identifikasi. Klasifikasi merupakan pengelompokan mikroba ke dalam kelompok.

Teori identifikasi bakteri merupakan perbandingan antara yang tidak diketahui

dan yang diketahui. Tingkat keakuratan dari identifikasi bergantung pada

ketelitian kerja preparasi seperti pembuatan media, pembuatan reagen dan

pewarnaan, dan ketelitian dalam melakukan, mengamati, dan menatat berbagai

uji. Ketika suatu organisme tidak dapat diidentifikasi atau seperti spesies asing,
kita dapat menduga mungkin kultur tersebut tidak murni, atau kita sudah membuat

kesalahan (error) dalam observasi dan pencatatan. Identifikasi karakteristik suatu

organisme dapat dilakukan dengan 2 metode pendekatan yaitu konvensional

(mikrobiologis) dan pendekatan molekuler. Penetapan nama ilmiah internasional

yang tepat terhadap mikroba didasarkan pada sistem penamaan ’Binomial

Nomenklatur’ Carolus Linoleus (Ketchum, 1984) .

Perbedaan antara karakterisasi untuk klasifikasi dan identifikasi tidak

terletak pada banyaknya uji yang dilakukan, tetapi pada hasil dari uji tersebut.

Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, karena kebanyakan taksonomi saat ini

mendukung konsep yang menyatakan bahwa untuk klasifikasi, bobot yang sama

harus diberikan terhadap masing-masing karakter atau ciri. Hubungan antar strain

dapat dihitung dan diekspresikan sebagai kemiripan dari karakter pisitif

(Ketchum, 1984), atau dengan menjumlahkan antara ciri-ciri yang positif dan

yang negatif. Hasil dari perbandingan ini dapat dianalisa secara laborat melalui

perhitungan atau lebih mudah dengan menggunakan komputerisasi. Namun, untuk

tujuan identifikasi kita memberikan bobot yang tinggi untuk beberapa karakter

karena mempunyai nilai perbedaan yang sangat besar, dan memberikan bobot

yang kecil untuk yang lain, atau bahkan tidak samasekali untuk karakter tertentu.

Lactobacillus spp. merupakan bakteri gram positif yang termasuk dalam

bakteri asam laktat (BAL). Habitat Lactobacillus ini sangat luas dan beragam

termasuk dalam saluran pencernaan hewan, bagian-bagian tumbuhan, dan

berbagai produk fermentasi. Ketertarikan terhadap Lactobacillus meningkat

karena produk-produk makanan yang memanfaatkan bakteri ini telah teruji dapat

bermanfaat bagi kesehatan konsumen (Tannock et al., 1999).


B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengisolasi Lactobacillus sp. dan

mengidentifikasi Lactobacillus sp. hasil isolasi dengan pendekatan mikrobiologis.


II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah pipet ukur, tabung reaksi,

petri dish, jarum ose, mikroskop, dan object glass.

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah akuades, alkohol 70%,

alkohol 95%, crystal violet, safranin, lugol iodine, pepton water, media selektif

Man Rogosa Sharpe Agar (MRSA), medium Triple Sugar Iron Agar (TSIA),

mannosa, raffinosa, galaktosa, reagen H2O2, Nitrate Broth, Nitrate Reagent A dan

B, MR-VP Broth, KOH-alfanaftol, medium Sulphide Indole Motility Agar

(SIMA), medium NR, medium VP, sulfanilic acid, alphanaphthylamine, dan

sampel.

B. Metode

a. Tahap Isolasi Lactobacillus

1. Preparasi suspensi dilakukan

2. Dilakukan pengenceran berseri hingga 10-3. Dua kali pengenceran terakhir

disebar sebanyak 0,1 ml pada medium MRSA, selanjutnya diinkubasi pada

suhu 37 C selama 2x24 jam.

b. Tahap Pemurnian dengan Metode Streak Kuadran

1. Dipilih satu koloni yang nampak terdiri dari satu tipe sel

2. Jarum ose dibakar, setelah dingin disentuhkan ke permukaan koloni bakteri

yang akan distreak pada plating MRSA

3. Streak ini dianggap sebagai streak primer pada permukaan MRSA


4. Jarum ose dibakar, angkat lalu didinginkan dan distreakan melewati streak

primer kesatu atau kedua dan kemudian dilanjutkan streak sekunder tanpa

kembali ke strek primer

5. Jarum ose dibakar, angkat lalu didinginkan dan distreakan melewati

streakan sekunder dan kemudian dilanjutkan streak tersier tanpa kembali ke

streak sekunder dan primer

6. Plating diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24 jam

c. Pengamatan Morfologi Koloni

1. Pengamatan morfologi dilakukan pada koloni tunggal yang terbentuk

setelah pemurnian dengan streak kuadran

2. Bentuk koloni, bentuk tepi, elevasi, dan lainnya diamati

d. Pembuatan Stok Lactobacillus

Koloni tunggal yang terbentuk setelah pemurnian dengan streak kuadran

ditanam pada media MRSA miring.

e. Pengamatan Morfologi Sel

1. Pengamatan morfologi sel dilakukan melalui teknik pewarnaan Gram.

2. Isolat diambil dari stok dan digoreskan di atas object glass

3. Biakan lalu difiksasi dan digenangi dengan gram A atau crystal violet,

dipanaskan di atas pembakar spirtus selama 1 menit

4. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan

5. Biakan lalu ditetesi dengan gram B atau lugol iodine dan dibiarkan selama

1 menit.

6. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan


7. Biakan lalu ditetesi dengan gram C atau alkohol 95% dan langsung dicuci

dengan air mengalir kemudian dikeringkan

8. Biakan lalu ditetesi dengan gram D atau safranin dan dibiarkan selama 45

detik

9. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan

10. Bentuk sel Lactobacillus diamati di bawah mikroskop

11. Hasilnya digambar dan difoto

f. Uji Motilitas

1. Isolat dari stok ditanam pada medium SIMA

2. Diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24 jam

3. Diamati motilitas dari pertumbuhan bakteri yang terbentuk

g. Uji Penggunaan Oksigen

1. Isolat dari stok ditanam pada MRSA tegak

2. Diinkubasi pada suhu 37 C selama 2x24 jam

3. Diamati penggunaan oksigen dari pertumbuhan bakteri yang terbentuk

h. Uji Ketahanan Suhu

1. Isolat dari stok ditanam pada MRSB di tabung

2. Diinkubasi pada suhu 45 C dan 15 C selama 2x24 jam

3. Diamati ketahanan suhu dari hasil inkubasi apakah terjadi pertumbuhan

bakteri atau tidak

i. Uji VP (Voges Proskauer)

1. Bakteri uji ditumbuhkan pada medium cair MR-VP sebanyak 1 ose

2. Bakteri uji diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 37 C

3. Bakteri uji ditetesi KOH-alfanaftol


4. Hasil positif jika terbentuk kompleks warna pink

j. Uji Katalase

1. Preparat ulas bakteri uji dibuat

2. Preparat ulas ditetesi dengan reagen H2O2

3. Perubahan diamati, hasil positif jika terbentuk gelembung gas dan hasil

negatif jika tidak terbentuk gelembung gas

k. Uji Mannosa dan Raffinosa

1. Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Galaktosa, Mannosa dan Raffinosa

2. Bakteri uji diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 37 C

3. Perubahan diamati, hasil positif jika media berubah warna dari ungu

menjadi kuning dan hasil negatif jika media tetap berwarna ungu.

l. Uji Reduksi Nitrat

1. Bakteri uji ditumbuhkan pada medium cair Nitrate Broth sebanyak 1 ose

2. Bakteri uji diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 37 C

3. Diamati terbentuknya gelembung gas pada tabung durham

4. Diamati terbentuknya gelembung gas pada tabung durham

5. Bakteri uji ditetesi 1 ml Nitrat Reagent A dan dilanjutkan 1 ml Reagent B

6. Hasil positif jika terbentuk warna merah tua

7. Jika tidak terbentuk warna merah tua selama 5 menit ditambahkan bubuk

seng dan didiamkan, jika terbentuk warna merah menandakan uji negatif

dan jika tidak terbentuk warna merah menandakan uji positif

m. Penentuan Spesies Melalui Pendekatan Homologi

Data-data yang diperoleh dibandingkan dengan data karakter dari bakteri yang

telah diketahui.
Persen homologi ditentukan dengan rumus:

% Homologi = Jumlah karakter yang sama x 100%


Jumlah karakter yang diujikan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi yaitu suatu usaha untuk memisahkan suatu jenis mikroorganisme

dari campurannya sehingga diperoleh kultur murni. Teknik isolasi dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan strain unggul yang diinginkan serta memelihara

kultur isolasi tersebut dalam metode isolasi dan pemeliharaan kultur hasil isolasi.

Langkah selanjutnya yang penting untuk mendapatkan isolat agar tetap bertahan

hidup dan stabil dalam pertumbuhannya adalah dengan metode pretreatment atau

metode penapisan khusus. Metode penapisan khusus ini adalah metode isolasi

dengan pendekatan baru berupa produk yang diinginkan. Metode isolasi lain

adalah dengan pendekatan baru berupa pencapaian atau perolehan suatu produk

yang diinginkan (Schlegel, 1994).

Identifikasi merupakan proses untuk mengetahui, menentukan dan

menempatkan suatu organisme ke dalam tingkatan taksa tertentu dengan

membandingkan karakter yang dimilikinya dengan organisme lain yang telah

diketahui. Identifikasi karakteristik suatu organisme dapat dilakukan dengan 2

metode pendekatan yaitu konvensional (mikrobiologis) dan pendekatan molekuler

misalnya analisis biokimia. Identifikasi spesies selain dengan melihat karakteristik

morfologi dan biokimiawinya, juga dapat dilihat karakteristik genetiknya.

Karakteristik genetik suatu organisme dapat diketahui dengan mengisolasi

DNAnya. Dari hasil isolasi DNA, maka dapat dianalisis sekuens 16S DNAnya

(Ketchum, 1984).

Pendekatan yang masih banyak dan umum digunakan untuk identifikasi

mikroba yaitu dengan pendekatan konvensional (mikrobiologis) dan pendekatan

molekuler (analisis fragmen gen 16 S). Pendekatan konvensional biasanya


dilakukan dengan pendekatan morfologi, pewarnaan atau uji biokimiawi.

Pengamatan morfologi biasanya dengan menumbuhkan pada media tertentu

sehingga dapat diamati bentuk koloninya. Sedangkan metode pewarnaan seperti

pewarnaan Gram, pewarnaan endospora, pewarnaan flagella dan methylen blue

dapat sekaligus melihat bentuk sel mikroba tersebut. Hasil ujinya kemudian

dibandingkan dengan hasil uji standar, sehingga dapat diketahui genus bahkan

spesies dari mikroba uji. Pendekatan secara molekuler dilakukan dengan

mencocokkan urutan basa gen 16 S isolat uji dengan data yang ada pada

pangkalan data gen/ gen bank, kemudian dianalisis kedekatan hubungan dan

kemiripannya (homologinya) (Ketchum, 1984).

Lactobacillus termasuk golongan bakteri asam laktat yang sering dijumpai

pada makanan fermentasi, produk olahan ikan, daging, susu, dan buah-buahan.

Keberadaan bakteri ini tidak bersifat patogen dan aman bagi kesehatan sehingga

sering digunakan dalam industri pengawetan makanan, minuman dan berpotensi

sebagai produk probiotik. Sifat yang menguntungkan dari bakteri Lactobacillus

dalam bentuk probiotik adalah dapat digunakan untuk mendukung peningkatan

kesehatan. Bakteri tersebut berperan sebagai flora normal dalam sistem

pencernaan. Fungsinya adalah untuk menjaga keseimbangan asam dan basa

sehingga pH dalam kolon konstan (Hardiningsih et al., 2006)

Tabel 1. Pengamatan Morfologi Sel, Uji TSIA, Motilitas, Katalase dan Suhu

Suhu
Kelompok TSIA Motilitas Katalase Gram
45 C 15 C
1 S: Merah Motil - + + +
B: Hitam
2 Menghasilkan Non - + - -
Gas, Warna motil
Tetap
3 Pecah/terangkat Non - + + -
motil
4 S : Merah Motil - + + -
B : Hitam

Tabel 2. Uji Penggunaan O2 dan Uji Mannosa, Rafinosa, Galaktosa

Uji O2
Kelompok
Rafinosa Mannosa Galaktosa Permukaan Tengah Dalam
1 - + + - - -
2 - + + + + +
3 - + + + + +
4 - + + - - -

Tabel 3. Uji Voges Proskauer (VP) dan Nitrat Reduktase (NR)


Kelompok VP NR
1 - -
2 - -
3 - -
4 - +

Pengamatan morfologi sel dan koloni Lactobacillus

Lactobacillus merupakan kelompok bakteri dengan morfologi,

metabolisme dan fisiologi yang memiliki karakter umum. Bakteri ini termasuk

dalam kelompok gram positif, non motil, tidak membentuk spora, katalase negatif,

tanpa sitokrom, fakultatif anaerob, aerotoleran. Koloninya berbentuk bulat dengan

tepian halus, elevasi cembung, permukaan halus mengkilap, dan berwarna putih

(Paco et al., 2003). Berdasarkan praktikum pengamatan morfologi Lactobacillus

sp. adalah bentuk koloni bulat, tepian halus, elevasi cembung, permukaan halus

serta berwarna putih.

Prosedur pengamatan morfologi sel Lactobacillus sp. adalah dengan cara

pewarnaan gram. Uji pewarnaan gram bertujuan untuk mengetahui sifat bakteri

gram negatif atau gram positif. Hasil praktikum pewarnaan gram menunjukkan

bahwa bakteri uji merupakan bakteri gram positif karena selnya berwarna ungu.
Menurut Prescott (2002), Lactobacillus sp. merupakan bakteri gram positif.

Pewarnaan gram pada bakteri digunakan larutan KU (Kristal Ungu), larutan

Iodium, larutan safranin, dan alkohol 95%. Menurut Pelczar and Chan (1986)

fungsi dari masing-masing larutan tersebut adalah:

Larutan dan Reaksi dan tampang reaksi


Fungsi
urutannya Gram positif Gram negatif
Kristal Ungu (KU) Pewarnaan utama Sel berwarna ungu Sel berwarna ungu
Larutan iodium (I) Penguat Kompleks ukuran Kompleks ukuran
pewarnaan kristal yang terbentuk di yang terbentuk di
ungu dalam sel, sel dalam sel, sel
tetap berwarna tetap berwarna
ungu ungu
Alkohol 95% Membersihkan Dinding sel Lipid terekstrasi
pewarna mengalami dari dinding sel,
sebelumnya dehidrasi, pori- pori-pori
pori menciut, daya mengembang.
pembelahan Kompleks
dinding sel dan ukurannya yang
membuat sel keluar dari sel dan
menurun menjadi tidak
ukurannya, tidak berwarna
dapat keluar dari
sel, sel tetap ungu
Safranin Pewarna penutup Sel tidak Sel menyerap zat
terpengaruh tetap pewarna ini,
ungu sehingga sel
berwarna merah

Menurut Prescott (2002), Lactobacillus sp. merupakan bakteri gram positif

dan selnya berbentuk batang, namun pada pengamatan morfologi Lactobacillus

yang dilakukan hasilnya adalah selnya berbentuk coccus atau bulat.

Uji Motilitas Lactobacillus sp.

Uji motilitas yang dilakukan pada praktikum menunjukkan hasil yang

positif untuk bakteri uji, dari hasil ini diketahui bahwa bakteri uji mempunyai

kemampuan untuk motil. Pengamatan motilitas bakteri di dalam suspensi cairan

digunakan khusus untuk bakteria yang dikulturkan dalam media broth karena
tidak dapat tumbuh dengan baik pada media padat (agar). Hasil pengamatan

berbeda dengan pustaka. Menurut Lengkey et al. (2009), bakteri asam laktat

golongan Lactobacillus memiliki ciri non motil. Oleh karena itu, bakteri yang

diuji ini kemungkinan adalah bukan spesies Lactobacillus melainkan bakteri asam

laktat lainnya. Namun, kelompok 2 dan 3 mendapatkan hasil untuk bakteri yang

diuji memiliki sifat non motil, sehingga kemungkinan isolat yang didapatkan

adalah dari kelompok Lactobacillus.

Uji Penggunaan Oksigen

Faktor lingkungan yang paling sensitif dan berpengaruh terhadap

pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri adalah keberadaan Oksigen.

Contohnya, beberapa mikroorganisme dapat tumbuh hanya jika ada O2 yang

disebut aerob obligat. Fakultatif anaerob dapat tumbuh jika tidak ada O2 tetapi

dapat tumbuh lebih baik bila ada O2. Anaerob obligat dapat tumbuh tanpa

menggunakan O2, sedangkan mikroorganisme yang membutuhkan sedikit O2

disebut mikroaerofilik.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa bakteri yang diujikan

tumbuh pada permukaan medium. Oleh karena itu, bakteri yang diuji bersifat

fakultatif anaerob. Hal ini sesuai dengan pustaka bahwa bakteri spesies

Lactobacillus sp. memiliki sifat fakultatif anaerob (Paco et al., 2003).

Uji Ketahanan Suhu

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa bakteri yang diujikan dari

kelompok 4 yaitu bakteri yang diisolasi dari susu basi adalah tumbuh pada suhu

45 C. Hal ini sesuai dengan pustaka bahwa Lactobacillus sp. dapat tumbuh

optimum pada suhu 30 C hingga 40 C (Prescott, 2002).


Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

TSIA adalah uji yang dirancang untuk membedakan beberapa jenis bakteri

yang termasuk kelompok Enterobacteriaceae, yang bersifat gram negatif dan

memfermentasikan glukosa membentuk asam sehingga dapat dibedakan dengan

bakteri gram negatif intestinal lain. Perbedaan ini didasarkan pada pola fermentasi

karbohidrat dan produksi H2S pada tabung reaksi. Untuk mengamati fermentasi

karbohidrat, media TSIA mengandung laktosa dan sukrosa dengan konsentrasi

1%, dan mengandung glukosa dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,1%.

Konsentrasi ini akan berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan keadaan

asam yang terbentuk. Indikator pH (Phenol Red) ditambahkan untuk

menunjukkan adanya perubahan pH akibat fermentasi karbohidrat. Perubahan

warna menjadi kuning menandakan asam, sedangkan warna menjadi lebih merah

menendakan media menjadi basa. Warna media mula-mula adalah merah-orange.

Selain itu ditambahkan FeSO4 untuk mendeteksi adanya gas H2S. Berdasarkan

hasil praktikum diperoleh bahwa medium muncul H2S sebagai hasil samping dari

metabolisme protein karena slant berwarna merah dan butt berwarna kehitaman.

Uji VP (Voges Proskauer)

Menurut Irianto (2006), pengujian Voges-Proskauer bertujuan untuk

mengetahui apakah dalam proses pertumbuhan organisme terbentuk asetil-metil

karbitol sebagai produk-antara (intermediate product) dari proses metabolisme

karbohidrat. Bakteri yang diuji ditumbuhkan pada medium cair MR-VP,

diinkubasi pada suhu 370C selama 2x24 jam. Pengamatan dilakukan setelah

penambahan KOH sebanyak 3 tetes dan alfanaftol sebanyak 2 tetes. Setelah

penambahan KOH sebanyak 3 tetes akan terbentuk Asetoin (Asetil, metil,


karbinol) + KOH + CH3 . Alfanaftol digunakan untuk memulai proses oksidasi

yang kemudian tabung reaksi dibuka dan dimiringkan untuk memperluas

permukaan saat proses oksidasi. Media VP mengandung 2,3 butanadiol yang

apabila ditambahkan alfanaftol dan KOH akan menghasilkan warna pink yang

mengandung asetil metil karbinol. Hasil uji positif apabila pada media tersebut

terbentuk warna pink (Helmich et al., 2001). Berdasarkan hasil praktikum, isolat

bakteri yang diuji menunjukkan hasil negatif karena warnanya tetap.

Uji Katalase

Katalase merupakan enzim yang mengandung besi yang dapat

menguraikan hidrogen peroksida (H202) menjadi air dan oksigen. Hidrogen

peroksida dibentuk bakteri aerobik selama metabolisme aerobik. Uji katalase

bertujuan untuk mengetahui perbedaan kuantitas oksigen yang dilepaskan, diduga

berkaitan dengan tebal tipisnya selaput lendir yang menyelimuti permukaan sel.

Tebal tipisnya selaput lendir akan mempengaruhi penetrasi H2O2 ke dalam sel.

Isolat yang diperoleh berdasarkan praktikum menunjukkan sifat katalase negatif

yaitu ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung gas. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Lengkey et al. (2009) juga menyebutkan bahwa Lactobacillus bersifat

katalase negatif.

Katalase mengkatalis pemecahan H202 membebaskan oksigen sebagai gas

dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

2H2O2 2H2O + O2

Mikroorganisme yang menghasilkan hidrogen peroksida, akumulasi senyawa

tersebut menyebabkan kematian organisme kecuali kalau organisme tersebut

mampu mendegradasi secara enzimatis. Senyawa ini dihasilkan ketika organisme


aerob, anaerob fakultatif dan mikroaerofilik menggunakan jalur respirasi aerob

dimana O2 merupakan aseptor elektron terakhir, selama degradasi karbohidrat

untuk produksi energi (Lay,1993). Proses respirasi dihasilkan H2O dan O2 yang

menerima dua pasang elektron dan NADH. Kadang-kadang elektron diterima oleh

oksigen kurang dari dua pasang yang akan menghasilkan anion superoksidasi dari

hiodrogen peroksida dalam jumlah kecil.

e- H2O- O2
- H
O2 O2 H2O H2O2
Anion radikal hidrogen peroksida
superoksida hidroperoksil

O2- + O2- 2H+


H2O2 + O2
Superoksida

H2O2 + H2O2 dismutase 2H2O + O2


Katalase

Uji Mannosa, Rafinosa, dan Galaktosa

Uji hidrolisis karbohidrat dengan medium Mannosa, Raffinosa, dan

Galaktosa yaitu untuk mengetahui bakteri mampu menggunakan substrat berupa

oligosakarida dan monosakarida pada medium untuk dipecah menjadi asam-asam

anorganik yang lebih sederhana. Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Mannosa,

Rafinosa, dan Galaktosa diberi BCP (Brom Cresol Purple) sebagai indikator.

Bakteri uji kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 370C. Uji positif jika

mampu tumbuh pada medium berubah menjadi warna kuning dan terbentuk gas

pada tabung durham (Tortora et al.,1998). Hasil praktikum bakteri uji

menunjukkan hasil positif untuk mannosa, negatif untuk raffinosa, dan positif

untuk galaktosa.
Reduksi nitrat oleh beberapa mikroba aerob dan anaerob fakultatif terjadi

pada kondisi anerob, yaitu kondisi tidak ada oksigen molekuler, pada mikroba

tersebut respirasi anaerob merupakan proses oksidatif dimana sel menggunakan

senyawa anorganik seperti nitrat atau sulfat untuk mensuplai oksigen yang

kemudian akan digunakan sebagai aseptor hidrogen akhir selama pembentukan

energi. Beberapa organisme memiliki enzim yang mampu mereduksi nitrit lebih

lanjut menghasilkan amonia atau nitrogen molekuler (Tortora et al; 1998).

Uji Reduksi Nitrat

Ion nitrat dapat diubah menjadi bahan organik oleh mikroba melalui

proses asimilasi reduksi nitrat. Sekelompok mikroba heterotrof termasuk bakteri,

jamur dan algae dapat mereduksi nitrat. Proses ini menggunakan enzim nitrat dan

nitrit reduktase, membentuk amonia yang kemudian disintesis menjadi protein.

Mikroba pereduksi nitrat mempunyai tahap reaksi reduksi yang lebih lengkap

sebagai berikut:

NO3- → NO2- → NO → N2O → N2

Determinasi reduksi nitrat yaitu menggunakan medium Nitrate Broth dengan

KNO3. Pengamatan dilakukan dengan menambahkan dua reagen yaitu larutan A

(asam sulfida) dan larutan B (alpha-naphthylamine). Bagi organisme yang tidak

menunjukan warna merah mekanisme yang mungkin terjadi adalah nitrat tidak

direduksi oleh organisme tersebut, organisme memiliki enzim reduktase nitrat

yang kuat dengan cepat mereduksi nitrat menjadi ammonia atau bahkan N

molekuler. Untuk mengetahui apakah nitrat dapat direduksi melalui fase nitrit atau

belum dapat dilakukan dengan penambahan sedikit serbuk seng terhadap biakan

yang tidak menunjukan warna merah setelah penambahan larutan A dan B. Seng
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Adanya warna merah menunjukan bahwa nitrat

tidak direduksi menjadi nitrit (uji negatif) dan jika terjadi perubahan warna

menunjukan nitrat direduksi menjadi amonia atau molekul N (uji positif). Hasil

praktikum menunjukan bahwa isolat yang ditumbuhkan pada medium NB

memberiakan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna bening

setelah ditambah katalisator seng, karena saat penambahan Nitrate Reagen A dan

B isolat tidak terbentuk warna merah yang diperkirakan NO belum bisa terdeteksi

(Sumarsih, 2003).

Uji Karakteristik Penentuan Spesies Bakteri Uji

Tabel 4. Karakteristik Lactobacillus

No. Karakteristik L yang L. L. casei L. L.


diduga plantarum salivarius brevis
15 C - + + - +
1. Suhu
45 C + - - + -
Mannosa + + + + -
2. KH Rafinosa - + - + +
Galaktosa + + + + +
3. TSIA + - - - +
4. VP -
5. NR + - - - -
6. Motilitas + - - - -
7. Penggunaan O2 + + + + +
8. Pewarnaan Gram + + + + +
9. Katalase - - - - -

%Homologi = Jumlah karakter yang sama x 100%


Jumlah karakter yang diujikan
= 7/11 x 100%
= 63,6% Lactobacillus salivarius

%Homologi = Jumlah karakter yang sama x 100%


Jumlah karakter yang diujikan
= 5/11 x 100%
= 45,5% Lactobacillus plantarum
%Homologi = Jumlah karakter yang sama x 100%
Jumlah karakter yang diujikan
= 5/11 x 100%
= 45,5% Lactobacillus casei

%Homologi = Jumlah karakter yang sama x 100%


Jumlah karakter yang diujikan
= 4/11 x 100%
= 36,4% Lactobacillus salivarius
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan uji karakteristik dari sampel yang diambil dari susu basi diperoleh

presentase homologi dengan Lactobacillus salivarius sebesar 53,84%, sehingga

bakteri tersebur memiliki hubungan dekat dengan Lactobacillus salivarius.


2.
Lactobacillus salivarius memiliki ciri-ciri yaitu bakteri gram positif, tumbuh

baik pada suhu 45 C, fakultatif anaerob dan katalase negatif.

B. Saran

Tahapan identifikasi yaitu klasifikasi, nomenklatur, dan identifikasi.

Metode yang praktis dan akurat sangat diperlukan dalam pengembangan proses

identifikasi, sehingga akan dengan mudah diperoleh identifikasi suatu bakteri.

Dalam jalannya praktikum dan pengamatan lebih baik disiapkan hasil kontrol,

sehingga praktikan dapat lebih mudah memahaminya.


DAFTAR REFERENSI

Dwijoseputro. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.


Hardiningsih, R., R. N. R. Napitupulu, dan T. Yulinery. 2006. Isolasi dan Uji
Resistensi Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH Rendah. Biodiversitas.
7 (1) : 15-17.
Hellmich, R. L., B. D. Siegfried, M. K. Sears, D. E. Stanley-Horn, M. J. Daniels,
H. R. Mattila, T. Spencer, K. G. Bidne, and L. C. Lewis. 2001. Monarch
Larvae Sensitivity to Bacillus thuringiensis Purified Proteins and Pollen.
Department of Entomology, University of Nebraska. 98 (21) : 11925–
11930.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi : Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV.
Yrama Widya, Bandung.
Ketchum, P. A. 1984. Microbiology. John wiley & sons, USA.
Lay, B. W. 1993. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Lengkey, H. A. W., R. L. Balia, I. Togoe, B. A. Tasbac, M. Ludong. 2009.
Isolation and identification of lactic acid bacteria from raw poultry meat.
Biotechnology in Animal Husbandry. 25 (5-6) : 1071-1077.
Paco, R. S., I. L. Leme, J. A. Bottino, dan A. J. P. Ferreira. 2003. Identification of
Lactobacillus spp. From Broiler Litter in Brazil. Brazilian Journal of
Microbiology. 34 : 236-237.
Pelczar, M. J and E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Universitas
Indonesia Press, Takana.
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. The McGraw-Hill
Company, USA.
Ryandini, D., H. Pramono, Sukanto. 2005 Mikrobiologi Industri. UNSOED,
Purwokerto.
Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sumarsih, S. 2003. Buku Ajar Mikrobiologi. UPN veteran. Yogyakarta.
Tannock, G. W., A. Tilsala-Timisjarvi, S. Rodtong, J. NG, K. Munro, dan T.
Alatosssava. 1999. Identification of Lactobacillus Isolates from the
Gastrointestinal Tract, Silage, and Yoghurt by 16S-23S rRNA Gene
Intergenic Spacer Region Sequence Comparisons. Applied and
Environmental Microbiology. 65 (9) : 4264 – 4267.
Tortora, E. G., B. Funice and C. D case. 1998. Microbiology an introduction.
Addison Westley Longman Inc. New York.
PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM

Nama : Swastika Oktavia


NIM : B1J007013
Kelompok : 4
Asisten : Hardi Febrianto

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2009
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TBC adalah salah satu penyakit menular yang dapat menularkan bakteri

tuberculosis kepada orang lain di sekitar penderita, penyakit ini banyak ditemukan

pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan lemah. Untuk itu

diperlukan suatu tindakan dalam membantu penderita TBC, agar kuman

tuberculosis penyebab penyakit dapat dengan segera ditemukan, dan penderita

cepat diobati dan sembuh sehingga tidak menular kepada orang lain (Girsang et

al., 2003).

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan

dunia, Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya

paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di

Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan

penderita 583.000 orang (Hiswani, 2004). WHO (2005), menyatakan bahwa

perkiraan penyakit TBC di Indonesia dengan dasar hasil pemeriksaan sputum

adalah 128 per 100.000 (2003) dengan perkiraan prevalens sebesar 295 per

100.000.

Penyebab penyakit TBC salah satunya adalah bakteri Mycobacterium

tuberculosis (Utama, 2005). Bakteri M. tuberculosis ditemukan pertama kali oleh

Robert Koch pada tahun 1882. Selanjutnya pada tahun 1819 Rene Laennec

membuktikan bahwa TBC merupakan penyakit infeksi kronik. Dilanjutkan

dengan temuan Jean Antoine Villemin pada 1865 yang membuktikan bahwa
tubercolosis adalah penyakit menular. Tubercolosis pada manusia dapat merusak

jaringan tubuh mana pun, namun paru-paru adalah yang paling umum terinfeksi.

TBC merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia selain

AIDS bahkan merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Hal

ini karena frekuensi kematian pada setiap individu-individu yang berumur 15

sampai 49 setiap tahun (Enarson et al., 2000). Oleh sebab itu diperlukan suatu

metode yang efektif untuk mencegah penularan yang lebih luas lagi dan

penanganan yang tepat terhadap pasien yang positif terserang TBC.

M. tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia dapat melalui

pernafasan, pencernaan dan kulit. Mekanisme penyerangan M. tuberculosis

melalui pernapasan awalnya bakteri tersebut masuk melalui rongga hidung lalu

masuk organ tubuh sampai ke paru-paru. Setelah memasuki organ paru-paru,

bakteri ini menyebar ke organ-organ lain pada tubuh melalui melalui aliran darah,

sistem limfa atau getah bening, dan melalui jaringan lain atau secara langsung

menyebar ke organ atau bagian badan lain. Penyakit TBC yang lebih parah lagi

mampu menyebabkan komplikasi lain, seperti radang paru-paru, pleura, sistem

limfa, nodus tulang belakang, genito urinary tract, sistem nervous atau abdomen

(Enarson et al., 2000).

Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberkulosis

akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja,

menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal

serumah, dan dapat menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan

yang paling sering diserang adalah paru - paru (95,9 %). Cara penularan melalui

ludah atau dahak penderita yang mengandung bakteri tuberkulosis paru. Pada
waktu batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang

yang sehat dan masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit

tuberkulosis paru (TB Paru). Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup

diudara kering maupun dalam keadaan dingin, atau dapat hidup bertahun-tahun

dalam lemari es. lni dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant

(tidur). Pada sifat dormant ini bakteri tuberkulosis suatu saat dimana keadaan

kemungkinkan untuk dia berkembang, bakteri ini dapat bangkit kembali (Hiswani,

2004).

B. Tujuan

Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah unuk mengetahui teknik

pewarnaan bakteri tahan asam dari sputum penderita TBC dan mengetahui tingkat

infeksi dari sputum penderita TBC.


II. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pewarnaan bakteri tahan asam ini

adalah object glass, cover glass, mikroskop, pipet pasteur steril, jarum ose,

pembakar spirtus, pinset, timer, sarung tangan, dan masker. Sedangkan bahan-

bahan yang digunakan diantaranya sputum yang mengandung BTA, akuades,

pewarna Ziehl-Nelseen (carbol fuchsin 0,3%, alkohol-asam 3%, methylen blue

0,3%), minyak imersi dan xylol.

B. Metode
1. Pembuatan Sediaan/ Preparat Apus Sputum

Ose dipanaskan diatas api spiritus sampai merah dan didinginkan.

Sputum disiapkan (hati-hati, hindari percikan sputum (droplet), diambil

sedikit pada bagian yang kental dan berwarna kuning kehijauan (purulen)

menggunaka ose.

Sputum dioleskan pada object glass secara merata dengan ukuran 2x3 cm.

Ose yang telah digunakan kemudian dibersihkan menggunakan aklohol

sampai sisa sputum hilang, lalu dibakar.

Sediaan yang telah dibuat lalu dikeringkan di udara terbuka sekitar 15-30

menit, jangan sampai terkena sinar matahari secara langsung.

Sediaan diambil menggunakan pinset dan difiksasi selama 3-5 menit.

2. pewarnaan dengan metode Ziehl-Neelsen

1. Sputum atau sediaan dahan diambil secukupnya lalu diletakkan pada gelas

obyek dan difiksasi diatas pembakar spiritus namun jangan sampai timbul

percikan aerosol.
2. Sediaan yang telah kering kemudian digenangi dengan karbol fuchsin

setelah itu dicuci dan dikeringanginkan.

3. Warna merah dilarutkan pada sediaan sampai bersih dengan 3% alkohol

asam.

4. Sediaan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.

5. Sediaan digenangi dengan larutan methylin blue selama 20-30 detik.

6. Sediaan dicuci dengan air mengalir dan keringkan.

3. Pembacaan dan Penilaian

a. Pembacaan

1. Sediaan yang telah kering ditetesi dengan minyak mersi dilihat dengan

mikroskop dengan perbesaran 400 kali.

2. Dicari adanya batang panjang atau pendek yang berwarna merah

dengan latar belakang berwarna biru.

b. Penilaian

1. BTA negatif : apabila dalam 100 LP atau selama 15 menit pengamatan

tidak dijumpai adanya BTA.

2. BTA positif : apabila dalam pengamatan dijumpai adanya BTA. Untuk

BTA positif apabila dibuat sediaan langsung dan diwarnai dengan

Ziehl Nielseen atau Kinyoun Gabbet maka dapat dilakukan penilaian

sebagai berikut :

Penilaian menurut IUAT (International Union Against Tubercolosis)

- Negatif: Tidak dijumpai adanya BTA

- Positif : Ditemukan 1-9 BTA/100 LP

- Positif 1 : Ditemukan 10-99 BTA/100 LP


- Positif 2 : Ditemukan 1-10 BTA/1 LP

- Positif 3 : Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LP


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri tahan asam adalah bakteri yang dapat mengikat karbolfuksin

(fuksin basa larut dalam campuran air-alkohol-fenol) meskipun terjadi

dekolorisasi dengan asam HCl dalam alkohol. Bakteri tahan asam kaya akan lipid,

mencakup asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78-C96), lilin dan fosfatida.

Panjangnya struktur lipid ini mempengaruhi tingkat ketebalan lpid yang

menyebabkan bakteri tahan asam. Kelompok bakteri tahan asam adalah

Mycobacterium dan Actinomycetes. Kedua kelompok ini jika diwarnai dengan

kabol fuksin berwarna merah (Brooks et al., 1996). Menurut Misnadiarly dan

Simanjuntak (1993), kelompok Mycobacterium tahan asam diantaranya adalah

M. cansai, M. gastri, M. smegmatis, M. terra complek, M. chelonei, M. Simiae,

M. scrofulaccum dan M. tuberculosis.

M. tuberculosis adalah organisme penyebab TBC manusia. Bakteri ini

sukar diwarnai dengan zat warna mikrobiologis biasa. Hal ini disebabkan karena

tingginya kadar lemak pada organisme ini sehingga warna tersebut tidak tercuci

oleh alkohol asam. Oleh sebab itulah dinamakan basil tahan asam atau bakteri

tahan asam dan tetap berwarna merah seperti warna yang diberikan pertama

(Pelczar dan Chan, 1986). Untuk mengamati bakteri tersebut, maka dilakukan

pewarnaan khusus berupa pewarnaan bakteri tahan asam yang dikenal dengan

nama metode Ziehl-Neelson dengan tujuan agar bakteri yang akan diamati dapat

dibedakan dengan organisme lainnya.

Menurut Karuniawati et al. (2005), Pewarnaan Ziehl-Neelsen dilakukan

dengan cara : larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan
sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak

sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin

selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang

mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-

ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air

mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue

0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan

dibuang dan dicuci dengan air mengalir.

Menurut Lay (1994) perlakuan pemanasan atau fiksasi sebelum ditetesi

carbol fuchsin menyebabkan carbol fuchsin dapat mudah masuk ke dalam sel

bakteri yang diliputi oleh lipid. Zat warna pertama yang berupa carbol fuchsin

merupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5%. Fenol digunakan

sebagai pelarut untuk membantu perasukan zat warna ke dalam sel bakteri

sewaktu proses pemanasan. Pada saat ini jika bakteri uji merupakan bakteri tahan

asam maka warna carbol fuchsin akan melekat kuat dan menyebabkan sel

berwarna merah. Asam alkohol memiliki fungsi sebagai pelarut terhadap fuchsin

carbol pada sediaan dahak. Sedangkan methylen blue berfungsi sebagai

pewarnaan tandingan dimana organisme lain pada sediaan tersebut akan terwarnai

biru sedangkan M. tubercolosis tetap terwarnai merah, hal ini dikarenakan

M.tubercolosis dapat menahan zat warna dengan sangat kuat dan tidak dapat

dilunturkan.

Tabel 1. Hasil pewarnaan bakteri tahan asam


Kode sputum 608 616 589 610
kelompok 1 2 3 4
- tidak ada √
+ 1-9 BTA/100LP √ √ √
+1 10-90 BTA/100LP
+2 1-10 BTA/1LP
+3 >10 BTA

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 tidak menemukan bakteri

tahan asam pada sputum, sementara kelompok 2, 3, dan 4 menemukan bakteri

tahan asam sebanyak 1-9 BTA/100 lapang pandang, sehingga hasilnya positif.

Menurut Misnadiarly dan Simanjuntak (1993), hasil reaksi dengan karbol fuksin

M. tuberculosis menghasilkan warna merah netral. Berikut gambar hasil

praktikum untuk pewarnaan bakteri tahan asam.

Gambar hasil praktikum kelompok 1 Gambar hasil praktikum kelompok 2


(hasil negatif) (hasil positif)

Gambar hasil praktikum kelompok 3 Gambar hasil praktikum kelompok 4


(hasil positif) (hasil positif)
M. tubercolosis merupakan bakteri yang memiliki bentuk batang

ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 m. Biasanya terdapat tunggal atau

berkelompok, tidak bergerak dan tidak membentuk spora atau kapsul (Pelczar dan

Chen, 1988). Sedangkan menurut Brooks et al. (1996), M. tubercolosis

merupakan bakteri yang berbentuk batang ramping, lurus atau sedikit bengkok

seperti kurva dengan ukuran 0,4 X 3 mikrometer dan kandungan lipidnya 20-40%

dari berat kering.

Menurut Brooks et al. (1996) mikobakteria kaya akan lipid, mencakup

asam mikolat, lilin dan fosfolipida. Dalam sel lipid sebagian besar terikat pada

protein dan polisakarida. Dipeptidamuramil (dari peptidoglikan) yang membentuk

kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan granuloma. Lipid dalam

batas-batas tertentu bertanggung jawab terhadap sifat asam bakteri. Penghilangan

zat ini dengan asam panas merusak sifat tahan asam bakteri, yang bergantug pada

keutuhan dinding sel dan adanya lipid tertentu.

Sepintas langkah kerja yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan

metode pewarnaan Gram. Namun yang berbeda antara kedua metode tersebut

adalah penggunaan jenis larutan. Pada pewarnaan Gram, larutan yang digunakan

dan sesuai urutan penggunaannya yaitu diawali dari ungu kristal (UK), larutan

yodium (Y), alkohol dan safranin. Teknik pewarnaan Gram pertama kali diuraikan

dalam suatu publikasi pada tahun 1884 oleh seorang ahli bakteriologi Denmark

yaitu Christian Gram, yang mengembangkan prosedur pewarnaan ini saat mencari

suatu metode untuk memperlihatkan bakteri pneumokokus pada jaringan paru-

paru pasien yang mati karena pneumonia.


Pewarnaan Gram merupakan salah satu prosedur yang hingga saat ini

cukup banyak digunkan untuk mencirikan banyak bakteri. Pewarnaan ini amat

berarti pada laboratorium diagnostik rumah sakit karena informasi yang diperoleh

dari pengamatan spesimen yang diwarnai dengan pewarnaan Gram dengan cepat

dapat memberi petunjuk akan organisme penyebab suatu infeksi. Namun,

pewarnaan Gram tidak dapat diaplikasikan pada bakteri M. tuberculosis karena

sebagaimana diketahui bahwa struktur dinding sel bakteri yang mengandung lipid

cukup tebal sehingga saat digenangi dengan alkohol tetap mempertahankan warna

pertama. Menurut Hanifah et al. (2001), sekarang telah dikembangkan untuk

memudahkan dalam mendiagnosis M. tuberculosis dari pasien yang terserang

TBC adalah dengan metode PCR.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. M. tuberculosis memiliki lapisan lemak yang cukup tebal sehingga ketika

dilakukan pewarnaan, sukar sekali dilarutkan atau dihilangkan oleh

alkohol asam sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam.

2. M. tuberculosis merupakan bakteri gram positif dengan bentuk batang,

muncul warna merah dengan latar belakang biru.

3. Sputum uji yang diperoleh dari penderita tuberkulosis menunjukan

mengalami tingkat infeksi .

B. Saran

Melihat resiko yang cukup besar dalam pelaksanaan praktikum

pewarnaan Ziehl-Neelsen ini, maka langkah pencegahan dan kehati-hatian perlu

diperhatikan agar tidak terjadi infeksi yang dapat membahayakan praktikan dan

lainnya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena berdasarkan pedoman

penanggulangan TBC, kegiatan pewarnaan Ziehl-Neelsen tidak bisa dilakukan

sembarangan dan perlu memperhatikan aturan yang berlaku.


DAFTAR REFERENSI

Brooks, G. F., J. S. Butel dan L. N Ornston. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.


EGC, Jakarta.

Enarson, D.A., H. L. Rieder, T. Arnadottir and A. Tebucq. 2000. Management of


tuberculosis A Guide For Low Income Countries Fifth Edition.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease68 boulevard
Saint-Michel, 75006 Paris, France

Girsang, M., Sumarti, R. Dany, Tami, I. Olii, dan G. Wahyuhono. 2003. Teknik
sentrifugasi untuk meningkatkan penemuan bakteri tahan asam (BTA)
dari sputum penderita TBC melalui metode zielh-neelsen. Media Litbang
Kesehatan XIII (4).

Hanifah, U., S. Soemohardjo, H. Achmad and M. A. Widodo. 2001. Comparative


Study Of PCR Test, Culture of M. tuberculosis, and Acid Fast Bacilli
Detection In The Pleural Fluid With The Result Of Radiological
Examination on Patients With Tuberculous Pleural Effusion In Mataram
General Hospital. Biosains 1 (3) : 13-22.

Hiswani. 2004. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi


Masalah Kesehatan Masyarakat. e-USU Repository.

Karuniawati, A., E. Risdiyani, S. Nilawati, Prawoto, Y. Rosana, B. Alisyahbana,


I. Parwati, W. Melia, T. M. Sudiro. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl
Neelsen dan Fluorokrom sebagai metode pewarnaan basil tahan asam
untuk pemeriksaan mikroskopik sputum. Makara 9 (1) : 29-33.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Misnadiarly, C dan H. Simanjuntak.1993. Frekuensi Mycobacterium Atipik di


Jakarta. www.kalbefarma.com.

Pelczar, M. J dan Chan, E. C. S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit


Universitas Indonesia, Jakarta.

Utama, A. 2005. Resistensi Bakteri TBC. www.beritaiptek.com

WHO, 2005. Global Tuberculosis Control, WHO Report, Surveillance,Planning,


Financing Geneva.

Anda mungkin juga menyukai