Anda di halaman 1dari 12

FRAKTUR DAN PENYEMBUHANNYA

Dr. Adi Rizka, SpB


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
Etiologi:
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh
namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan
tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh
Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.
Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan
kaki terlalu jauh.
Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada
fraktur patologis.
B. Klasifikasi fraktur :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris
dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang).
Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang
berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan
sebagainya).

4. Berdasarkan posisi
fragmen :
a. Undisplaced (tidak
bergeser) / garis patah
komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser.
b. Displaced (bergeser) /
terjadi pergeseran
fragmen fraktur
5. Berdasarkan hubungan
fraktur dengan dunia luar
a. Tertutup
b. Terbuka (adanya perlukaan
dikulit).

6. Berdasar bentuk garis fraktur dan
hubungan dengan mekanisme trauma :
a. Garis patah melintang.
b. Oblik / miring.
c. Spiral / melingkari tulang.
d. Kompresi
e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada
insersinya. Missal pada patela.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
- At axim : membentuk sudut.
- At lotus : fragmen tulang berjauhan.
- At longitudinal : berjauhan memanjang.
- At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan
memendekk.

Penanganan fraktur
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi,
imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan
normal dengan rehabilitasi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen
tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi
dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih
bergantung sifat fraktur
Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling
behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.


Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen
tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus
di imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan
kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan.
Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau
inernal.
Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui,
pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.
Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan
sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur.
PENYEMBUHAN FRAKTUR
Proses penyembuhan fraktur
terdiri dari beberapa fase,
sebagai berikut :
1. Fase Reaktif
Fase hematom dan inflamasi
Pembentukan jaringan
granulasi
2. Fase Reparatif
Fase pembentukan callus
Pembentukan tulang lamellar
3. Fase Remodelling
Remodelling ke bentuk tulang
semula

Ada 3 persyaratanuntuk
remodeling Haversian
pada tempat fraktur
adalah:
1. Pelaksanaan reduksi
yang tepat
2. Fiksasi yang stabil
3. Eksistensi suplay darah
yang cukup
Proses penyembuhan Fraktur Primer
Penyembuhan cara ini terjadi internal remodelling yang
meliputi upaya langsung oleh korteks untuk membangun
kembali dirinya ketika kontinuitas terganggu
Tidak ada hubungan dengan pembentukan kalus. Terjadi
internal remodelling dari haversian system dan
penyatuan tepi fragmen fraktur dari tulang yang patah
Proses Penyembuhan Fraktur Sekunder.
Penyembuhan sekunder meliputi respon dalam periostium
dan jaringan-jaringan lunak eksternal.
Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar
dibedakan atas 5 fase, yakni fase hematom (inflamasi),
fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan remodelling


1. Fase Inflamasi:
Tahap inflamasi berlangsung beberapa
hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri.
Hipoksia dan inflamasi yang menginduksi
ekpresi gen dan mempromosikan
pembelahan sel dan migrasi menuju
tempat fraktur untuk memulai
penyembuhan
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat
fraktur terjadi sampai
2 3 minggu.
2. Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami
organisasi, terbentuk benang-benang fibrin
dalam jendalan darah, membentuk jaringan
untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast
dan osteoblast
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 3
setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada
minggu ke 4 8


3. Fase pembentukan kalus (Fase
union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan
seluler yang tumbuh dari setiap
fragmen sel dasar yang berasal dari
osteoblast dan kemudian pada
kondroblast membentuk tulang
rawan.
Bentuk tulang ini disebut moven
bone. Pada pemeriksaan radiolgis
kalus atau woven bone sudah
terlihat dan merupakan indikasi
radiologik pertama terjadinya
penyembuhan fraktur.

4. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur
lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 8 dan berakhir pada minggu ke 8
12 setelah terjadinya fraktur.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian
yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis.
Pada fase remodeling ini perlahan lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik
dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan
lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak
dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami
peronggaan untuk membentuk susmsum.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 12 dan berakhir sampai
beberapa tahun dari terjadinya fraktur.

Anda mungkin juga menyukai