Anda di halaman 1dari 2

Tuberkulosis.

Dua infeksi mikobakterium yang sering menjadi komplikasi AIDS


adalah Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium avium-intracellulare.
Tuberkulosis banyak dijumpai pada penyalah guna obat dan pasien AIDS di
negara berkembang, kejadian meningitis tuberkulosis pada pasien dengan
immunosupresi juga lebih besar dibanding populasi normal. Tidak ada perbedaan
dalam hal diagnosis dan terapi, sama seperti pasien non-AIDS. Infeksi
mikobakterium atipikal biasanya berhubungan dengan lesi destruktif serebral
lainnya dan berespon buruk terhadap terapi.

Neuroshyphilis. Syphilitic meningitis dan meningovascular syphilis meningkat
insidensinya pada pasien AIDS. Hitung jenis sel pada cairan serebrospinal
merupakan tanda yang tak reliabel untuk aktivitas luetik, diagnosis sepenuhnya
menggunakan tes serologi. AIDS tidak menyebabkan positif palsu untuk tes
syphilis.
Organisme lain yang jarang seperti Rochalimaea henselae (dari golongan
Bartonella), yang menyebabkan cat-scratch fever, ditemukan dalam jumlah yang
besar pada pasien AIDS dan dapat menyebabkan ensefalopati.

Tes Diagnosis untuk Infeksi HIV. Banyak uji penapis yang saat ini tersedia
untuk mendeteksi antibodi HIV. Sebagian besar menggunakan ELISA, yang
memiliki sensitivitas yang tinggi. Walaupun begitu masih terdapat kejadian reaksi
positif palsu, terutama saat tes digunakan untuk menapis orang dengan resiko
rendah terinfeksi HIV. Semua pasien dengan ELISA positif membutuhkan
pemeriksaan ulang.
Tes western blot mengidentifikasi antibodi protein viral spesifik, memiliki
spesifisitas lebih besar dari ELISA sehingga digunakan untuk konfirmasi jika uji
tapis positif. Tes terbaru yang sedang dikembangkan adalah menggunakan
purified antigen yang memiliki spesifitas lebih tinggi dibanding alat tes terdahulu.

Terapi. Terapi untuk infeksi HIV/AIDS sangatlah sulit, karena penyakit
berlangsung kronik dan mengancam jiwa. Pasien dan keluarganya perlu konseling
dan edukasi, dan bantuan psikologis berkala dibutuhkan selain mengkonsumsi
regimen obat. Terapi obat untuk HIV secara kontinyu berubah secara cepat.
Kombinasi tiga, terkadang empat obat, termasuk inhibitor reverse transcriptase
(AZT dan 3TC atau lamivudine, bekerja secara sinergis dan mampu menembus
sawar darah otak), juga obat baru golongan protease inhibitor (contoh indinavir)
yang pada 90% pasien mampu menghilangkan virus dalam waktu setahun. Saat
ini terapi tersebut dipercayai dapat meningkatkan harapan hidup, tetapi
peningkatan harapan hidup akan meningkatkan komplikasi neurologik AIDS,
setiap komplikasi perlu diketahui dan ditangani dengan tepat. Rujukan ke spesialis
mungkin dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai