TINGKAT: 1-B POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 1 2013-2014
1. Kendala demokrasi di Indonesia!
Latar Belakang Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Berbicara mengenai demokrasi adalah memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab. Itu merupakan sistem manajemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat manusia. Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini selalu diatas namakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga proses demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu agar siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melanggar hak-hak itu. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokrasi yang berwatak anti- feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis.Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang perkembangan dan penerapan demokrasi di Indonesia.
Tujuan Untuk mengetahui kendala demokrasi di Indonesia
Pembahasan Dari segi teknis atau prosedur, demokrasi di Indonesia sesungguhnya sudah terlaksana. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlaksananya pemilu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009 untuk pemilihan calon legislatif (Pileg) dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden (Pilpres). Bahkan, pemilu Indonesia tahun 1999 mendapat apresiasi dari dunia internasional sebagai Pemilu pertama di era Reformasi yang telah berlangsung secara aman, tertib, jujur, adil, dan dipandang memenuhi standar demokrasi global dengan tingkat partisipasi politik ketika itu adalah 92,7%. Namun sesungguhnya pemilu 1999 yang dipandang baik ini mengalami penurunan partisipasi politik dari pemilu sebelumnya yaitu tahun 1997 yang mencapai 96,6 %. Menurunnya angka partisipasi politik di Indonesia dalam pelaksanaan pemilu ini berbanding terbalik dengan angka golput (golongan putih) yang semakin meningkat. Tingginya angka golput ini menunjukkan apatisme dari masyarakat di tengah pesta demokrasi, karena sesungguhnya pemilu merupakan wahana bagi warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dalam memilih orang-orang yang dianggap layak untuk mewakili masyarakat, baik yang akan duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), maupun Presiden dan Wakil Presiden. Yang kedua adalah demokrasi dipandang dari segi etika politiknya. Walaupun dalam konteks politik berkaitan erat dengan masyarakat, bangsa dan negara, Etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya. Bagaimanakah etika politik dari para aktor dalam pemilihan umum, khususnya calon pemerintah dan calon wakil rakyat di Indonesia ? Pemilihan umum di Indonesia merupakan arena pertarungan aktor-aktor yang haus akan popularitas dan kekuasaan. Sebagian besar petinggi pemerintahan di Indonesia adalah orang-orang yang sangat pandai mengumbar janji untuk memikat hati rakyat. Terakhir atau yang ketiga adalah permasalahan demokrasi dipandang dari segi sistemnya secara keseluruhan, mencakup infrastruktur dan suprastruktur politik di Indonesia. Infrastruktur politik adalah mesin politik informasl berasal dari kekuatan riil masyarakat, seperti partai politik (political party), kelompok kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure group), media komunikasi politik (political communication media), dan tokoh politik (political figure). Disebut sebagai infrastruktur politik karena mereka termasuk pranata sosial dan yang menjaid konsen masing- masing kelompok adalah kepentingan kelompok mereka masing-masing. Sedangkan suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik formal di suatu negara sebagai penggerak politik formal. Kehidupan politik pemerintah bersifat kompleks karena akan bersinggungan dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi, dan wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, partai politik telah beralih fungsi dari lembaga demokrasi menjadi lembaga yang yang mirip dengan perusahaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Partai politik juga menjadi rumah bagi orang-orang tertentu yang mengejar popularitas dan kekuasaan, serta untuk menguasai sumber daya alam tertentu. Komersialisasi partai politik ini juga terlihat dalam kaderisasinya, dimana banyak anggota partai politik yang direkrut adalah pengusaha-pengusaha, yang sebenarnya hanya dijadikan tunggangan agar partai politik tersebut dapat dengan mudah memperoleh dana, misalnya dari adanya proyek-proyek. Permasalahan-permasalahan demokrasi yang terjadi di Indonesia ini harus segera ditangani karena sudah mencapai titik kritis. Apabila dibiarkan tanpa ada upaya penyelesaian, demokrasi di Indonesia akan mati, dan negara Indonesia justru mengarah pada negara dengan pemerintahan yang otoriter. Kedaulatan rakyat tidak lagi berlaku, aspirasi rakyat melalui kebebasab pers terlalu dibatasi. Bahkan lembaga yang bertugas sebagai penyampai aspirasi rakyat seperti DPR dan partai politik telah beralih fungsi menjadi lembaga yang menjadi rumah bagi pihak-pihak yang menginginklan popularitas, kekuasaan, dan kekayaan.
2. Konsep dan Ciri-ciri Negara Hukum!
Latar Belakang Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu pertama: hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah; kedua: norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum 1. Demi kepastian hukum 2. Tuntutan perlakuan yang sama 3. Legitimasi demokrasi 4. Tuntutan akal budi Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.
Tujuan a. Mengetahui tentang konsep negara hukum b. Mengetahui ciri-ciri negara hukum
Pembahasan A. Konsep Negara Hukum
Prinsip pokok Konsep Negara Hukum menurut Jimly : a. Supremasi hukum b. Persamaan dalam hukum c. Asas legalitas d. Pembatasan kekuasaan e. Organ - organ eksekutif independent f. Peradilan bebas dan tidak memihak g. Peradilan tata usaha negara h. Peradilan tata negara i. Perlindungan HAM j. Bersifat demokratis k. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan negara l. Transparansi dan kontrol sosial
B. Ciri Negara Hukum
Diawali pendapat dari Immanuel Kant yang mengartikan Negara Hukum adalah Negara Hukum Formal ( negara berada dalam keadaan statis atau hanya formalis yang biasa disebut dengan Negara Penjara Malam / Nachtwakestaat ). F. J. Stahl, kalangan ahli hukum eropa kontinental memberikan ciri - ciri negara hukum ( rechstaat ) sebagai berikut : a) Pengakuan terhadap hak - hak asasi manusia b) Pemisahan kekuasaan negara c) Pemerintahan berdasarkan undang - undang d) Adanya peradilan administrasi
Perumusan ciri - ciri negara hukum yang dilakukan oleh F. J. Stahl kemudian ditinjau ulang oleh International Commision Of Juriust pada konferensi yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang memberikan ciri - ciri sebagai berikut : a) Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak - hak individu konstitusi harus pula menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak - hak yang dijamin b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak c) Pemilihan umum yang bebas d) Kebebasan menyatakan pendapat e) Kebebasan berserikat / berorganisasi dan beroposisi f) Pendidikan kewarganegaraan
3. HAM di Indonesia!
Latar Belakang Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1 Dalam kaitannya dengan itu, maka HAM yang kita kenal sekarang adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan yang hak-hak yang sebelumnya termuat, misal, dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai konsekuensinya, negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan warga negaranya. Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab, utamanya terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam jurisdiksinya, termasuk orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat salah untuk mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak yang dimiliki warga negara. HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut sebagai manusia. Contoh pelanggaran HAM: 1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-wenang. 2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi hak rakyat dan oposisi. 3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi. 4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa dan partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi. 5. Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan kekerasan/anarkis terhadap rakyat dan oposisi di manapun.
Tujuan Untuk mengetahui tentang pelaksanaan HAM di Indonesia
Pembahasan Peranan HAM di Indonesia di masa sekarang , sudah banyak pihak yang menyalahgunakan hak nya untuk memenuhi keinginannya sendiri atau dalam arti lain melanggar HAM orang lain . Di era globalisasi ini , pelanggaran sudah menjadi adat ( kebiasan ) bagi pihak pihak tertentu . Pelanggaran HAM juga sudah menjadi berita yang banyak dicari oleh media massa .
Contoh : pelanggaran HAM yang sepertinya tidak pernah tercium oleh masyarakat : A. Jika di tinjau dari aspek kehidupan sosial Para kaum pria mengagap derajat para kaumnya lebih tinggi dari dejat para kaum wanita ,meski sudah ada kesetaraan gender ( kesamaan derajat ) , sikap seperti itu akan atau dapat memicu kekerasan dan tindakan asusila kepada kaum yang dianggap rendah. B. Jika di tinjau dari aspek politik Ketika suatu lembaga peradilan menggadili seorang pejabat atau para kalangan dengan kasus yang berat dan sudah terbukti bersalah serta sudah ada bukti yang identik , dia dihukum ringan . Sedangkan sebaliknya jika kalangan rendah jika kalangan rendah tersebut melakukan pelanggaran HAM yang ringan dan bukti bukti yang terkumpul hanya sedikit , dia malah dihukum berat . Itu sudah menunjukan bahwa kurangnya kesadaran atau kejujuran masyarakat Indonesia akan pentingnya HAM itu sendiri . Maka kita sebagai masyarakat Indonesia wajib ikut serta dalam upaya penegakkan HAM Di Indonesia. Pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia baru pada tahap kebijakan belum menjadi bagian dari sendi-sendi dasar kehidupan berbangsa untuk menjadi faktor integrasi atau persatuan. Problem dasar HAM yaitu penghargaan terhadap martabat dan privasi warga negara sebagai pribadi juga belum ditempatkan sebagaimana mestinya. Pelaksanaan HAM di Indonesia masih maju mundur. Namun itu tidak menjadi soal karena dalam proses. Di luar negeri bidang-bidang politik, ekonomi selalu dihubungkan dengan masalah HAM. Sedangkan di Indonesia, HAM baru merupakan satu kebijakan belum merupakan bagian dari sendi-sendi dasar dari kehidupan berbangsa. Sebenarnya HAM bisa menjadi faktor integrasi atau pemersatu bangsa.