Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS

AKUT ABDOMEN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta










Disusun Oleh:

Sitta Grewo Liandar
20100310017



Diajukan Kepada:
dr. Sunarto, Sp. B







BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
2


LEMBAR PENGESAHAN
REFLEKSI KASUS
AKUT ABDOMEN
Telah dipresentasikan pada tanggal :

Disusun oleh :
Sitta Grewo Liandar
20100310017


Disetujui oleh :
Dokter Pembimbing


dr. Sunarto, Sp. B









3

DAFTAR ISI


HALAMAN DEPAN ............................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

DEFINISI................................................................................................................................. 4
ANATOMIABDOMEN.......................................................................................................... 4
FISIOLOGI ABDOMEN....................................................................................................... 5
KLASIFIKASI AKUT ABDOMEN...................................................................................... 6
PATOFISIOLOGI.................................................................................................................. 7
MANIFESTASI KLINIK....................................................................................................... 7
DIAGNOSIS............................................................................................................................ 7
DIAGNOSIS BANDING........................................................................................................ 9
PENATALAKSANAAN........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 11














A. Definisi
4

Akut abdomen adalah suatu keadaan nyeri perut hebat yang terjadi dalam hitungan
jam dan tidak diketahui diketahui penyebabnya, dimana dianggap sebagai keadaan darurat
bedah karena tanda dan gejala klinisnya. Akut abdomen merupakan sebuah terminologi
yang menunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan
kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan.
Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan,
peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencemaan. Peradangan bisa primer
karena peradangan alat pencernaan seperti pada appendisitis atau sekunder melalui
suatu pencemaran peritoneum karena perforasi tukak lambung, perforasi dari Payer's
patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma. Pada akut abdomen, apapun
penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-
kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma abdomen berupa vulnus abdominis
penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta
pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa observasi yang ketat.

B. Anatomi dan Fisiologi Abdomen
Secara anatomis abdomen dibagi menjadi 9 regio dan 4 kuadran. 9 regio teresebut
adalah hipokondrium dextra, epigastrium, hipokondrium sinistra, lumbalis dextra,
umbilikalis, lumbalis sinistra, inguinal dextra, suprapubic, dan inguinalis sinistra. 4 kuadran
abdomen adalah regio kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.

Organ yang terdapat pada regio hipokondrium kanan adalah hepar dan kantung
empedu. Pada regio epigastrium terdapat espphagus, gaster pars pyloricum, corpus pancreas,
5

duodenum pars cranialis. Hiponkondrium kiri terdapat lien, cauda pancreas, gaster pars
corpus dan pasr fundus. Regio lumbalis dextra terdapat colon ascenden, ren dextra. Regio
umbilikalis terdapat jejunum, ileum, omentum, dan colon transversum. Regio lumbalis
sinistra terdapat colon descenden, ren sinistra. Regio inguinal dextra terdapat caecum,
ovarium, tuba fallopi dextra, apendiks. Regio supra pubic terdapat vesica urinaria dan uterus.
Regio inguinalis sinistra terdapat colon sygmoid, dan tuba fallopi sinistra.


Perkembangan dari anatomi rongga perut dan organ-organ visera mempengaruhi
manifestasi, patogenesis dan klinis dari penyakit abdominal peritoneum, dan persarafan
sensoris viseral sangat penting untuk evaluasi acute abdominal disease.
Setelah 3 minggu perkembangan janin, usus primitif terbagi menjadi foregut, midgut, dan
hindgut. Arteri mesenterika superior menyuplai dari ke midgut (bagian keempat duodenum
sampai midtransversal kolon). Foregut meliputi faring, esofagus, lambung, dan proksimal
duodenum, sedangkan hindgut terdiri dari kolon distal dan rektum. Serabut aferen yang
menyertai suplai vaskuler memberikan persarafan sensoris pada usus dan terkait peritoneum
viseral. Sehingga, penyakit pada proksimal duodenum (foregut) merangsang serabut aferen
celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium. Rangsangan di sekum atau apendiks (midgut)
mengaktifkan saraf aferen yang menyertai arteri mesenterika superior menyebabkan rasa
nyeri di periumbilikalis, dan penyakit kolon distal menginduksi serabut saraf aferen sekitar
arteri mesenterika inferior menyebabkan nyeri suprapubik. Saraf prenikus dan serabut saraf
aferen setinggi C3, C4, dan C5 sesuai dermatom bersama-sama dengan arteri prenikus
mempersarafi otot-otot diafragma dan peritoneum sekitar diafragma. Rangsangan pada
6

diafragma menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu. Peritoneum parietalis, dinding
abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal menerima persarafan somatik sesuai dengan
segmen nerve roots (Diethelm,1997).
Persarafan organ abdominal

Peritoneum parietalis kaya akan inervasi saraf sehingga sensitif terhadap rangsangan.
Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan sensasi yang tajam dan
terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada viseral mengiritasi pada peritoneum
parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir. Banyak "peritoneal signs" yang berguna
dalam diagnosis klinis dari acute abdominal pain. Inervasi dual-sensorik dari kavum
abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf somatik menghasilkan pola nyeri yang khas
yang membantu dalam diagnosis. Misalnya, nyeri pada apendisitis akut nyeri akan muncul
pada area periumbilikalis dan nyeri akan semakin jelas terlokalisir ke kuadran kanan bawah
saat peradangan melibatkan peritoneum parietal. Stimulasi pada saraf perifer akan
menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan terlokalisir dengan baik. Rangsangan pada
saraf sensorik aferen intraperitoneal pada acute abdominal pain menimbulkan nyeri yang
tumpul (tidak jelas pusat nyerinya), nyeri tidak terlokalisasi dengan baik, dengan onset
7

gradual/ bertahap dan durasi yang lebih lama. Nervus vagus tidak mengirimkan impuls nyeri
dari usus. Sistem saraf aferen simpatik mengirimkan nyeri dari esofagus ke spinal cord. Saraf
aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central dari diafragma, kapsul lien, dan
perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai C5. Spinal cord dari T6 sampai T9
menerima serabut nyeri dari bagian diafragma perifer, kantong empedu, pankreas, dan usus
halus. Serabut nyeri dari colon, appendik, dan visera dari pelvis memasuki sistem saraf pusat
pada segmen T10 sampai L11. Kolon sigmoid, rektum, pelvic renalis beserta kapsulnya,
ureter dan testis memasuki sistem saraf pusat pada T11 dan L1. Kandung kemih dan kolon
rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 sampai S4. Pemotongan, robek, hancur, atau
terbakar biasanya tidak menghasilkan nyeri di visera pada abdomen. Namun, peregangan atau
distensi dari peritoneum akan menghasilkan sensasi nyeri. Peradangan peritoneum akan
menghasilkan nyeri viseral, seperti halnya iskemia. Kanker dapat menyebabkan
intraabdominal pain jika mengenai saraf sensorik. Abdominal pain dapat berupa viseral pain,
parietal pain, atau reffered pain. Visceral pain bersifat tumpul dan kurang terlokalisir dengan
baik, biasanya di epigastrium, regio periumbilikalis atau regio suprapubik. Pasien dengan
nyeri viseral mungkin juga mengalami gejala berkeringat, gelisah, dan mual. Nyeri parietal
atau nyeri somatik yang terkait dengan gangguan intraabdominal akan menyebabkan nyeri
yang lebih inten dan terlokalisir dengan baik. Referred pain merupakan sensasi nyeri
dirasakan jauh dari lokasi sumber stimulus yang sebenarnya. Misalnya, iritasi pada diafragma
dapat menghasilkan rasa sakit di bahu. Penyakit saluran empedu atau kantong empedu dapat
menghasilkan nyeri bahu.
Distensi dari small bowel dapat menghasilkan rasa sakit ke bagian punggung bawah.
Selama minggu ke-5 perkembangan janin, usus berkembang diluar rongga peritoneal,
menonjol melalui dasar umbilical cord, dan mengalami rotasi 180

berlawanan dengan arah


jarum jam. Selama proses ini, usus tetap berada di luar rongga peritoneal sampai kira-kira
minggu 10, rotasi embryologik menempatkan organ-oragan visera pada posisi anatomis
dewasa, dan pengetahuan tentang proses rotasi semasa embriologis penting secara klinis
untuk evaluasi pasien dengan acute abdominal pain karena variasi dalam posisi (misalnya,
pelvic atau retrocecal appendix).



8


C. Etiologi
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun penyebabnya gejala
utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Secara garis besar, akut
abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau inflamasi, oklusi obstruksi, dan perdarahan.
Keadaan infeksi atau peradangaan misalnya pada kasus apendisitis, kolesistitis, atau penyakit
Crohn. Keadaan oklusi obstruksi misalnya pada kasus hernia inkaserata atau volvulus.
Sedangkan keadaan perdarahan misalnya pada kasus trauma organ abdominal, kehamilan
ektopik terganggu, atau rupture tumor.
Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir pasien dengan
nyeri akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%), obstruksi usus halus (4%),
keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis akut (3%), colic renal (3%), perforasi ulkus peptic
(2,5%) atau diverticulitis akut (1,5%) (Scaglione, 2012).

D. Patofisiologi
Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga
perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut
dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau pemotongan.
Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada
pasien. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi
yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang
pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya
9

tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh
telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut juga
nyeri sentral.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional organ
yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum, sistem
hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagian
saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus besar sampai pertengahan kolon
transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang
lainnya adalah hindgut yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid
yang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan
peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif
bergerak
Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan
seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat dengan jari lokasi nyeri.
Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses
radang
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum dan
dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum
dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri
kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik gerakan tubuh maupun
gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah intensitas nyeri sehingga
penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan
batuk (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa
embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan
dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung
belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada
permukaan limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik
pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia mayora pada
wanita atau testis pada pria.
10

Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibat
cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom setelah amputasi,
atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster. Radang saraf pada herpes zooster dapat
menyebabkan nyeri yang hebat di dinding perut sebelum gejala tau tanda herpes menjadi
jelas.

Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada
rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis
setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat
terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya,
dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan
peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit setempat. Nyeri
yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri kontinyu atau nyeri kolik.
Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus menerus
karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan
penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan
defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meraadang dan menghindari
gerakan atau tekanan setempat.
Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu
empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami
oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul.
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan, penderita sangat
gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut yang hilang timbul
mual atau muntah dan gerak paksa.
Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan
tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang jelek dan syok
karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
11


E. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan nyerinya,
letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanya dan faktor yang mempengaruhinya.
Adakah riwayat keluhan serupa. Muntah sering didapatkan pada pasien akut abdomen. Pada
obstruksi usus tinggi, muntah tidak akan berhenti dan bertambah berat. Konstipasi didapatkan
pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri tekan didapatkan pada iritasi
peritoneum. Jika ada radang peritoneum setempat ditemukan tanda rangsang peritoneum
yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan
gejala lain seperti keadaan sebelum serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam
anamnesis.
Letak nyeri perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal organ
tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan organ
sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya. Nyeri pada anak presekolah
sulit ditentukan letaknya karena mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat bila ditanya
tentang nyerinya. Anak yang lebih besar baru dapat menentukan letak nyeri (Sjamsuhidajat,
dkk., 2004).
Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang
diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu menegakkan
diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat, nyeri pankreatitis
dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan
pada diafragma (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Permulaan nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan sumber
nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah menjadi hebat, tetapi dapat pula
bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ berongga, rangsangan
peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses inflamasi.
Demikian juga intensitas nyerinya. Sesorang yang sehat dapat pula tiba-tiba langsung
merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan oleh adanya sumbatan, perforasi atau pluntiran.
12

Nyeri yang bertahap biasanya disebabkan oleh proses radang, misalnya pada kolesistitis atau
pankreatitis.
Posisi pasien
Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada pankreatitis akut
pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang belakang, panggul dan lutut.
Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut. Pasien dengan
abses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan menekan daerah perut bagian atas
seakan-akan menggendong absesnya. Appendisitis akut yang letaknya retrosaekum
mendorong penderitanya untuk berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sehingga
melemaskan otot psoas yang teriritasi. Akut abdomen yang menyebabkan diafragma teritasi
akan menyebabkan pasien lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang memudahkan
bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupun umum tidak dapat bergerak karena nyeri,
sedangkan pasien dengan kolik terpaksa bergerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat, dkk.,
2004).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi,
pernafasan, suhu badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok
dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila
orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus (Darm-steifung). Tanda-tanda khusus
pada trauma daerah abdomen. Keadaan nutrisi penderita. Cullens sign (daerah kebiruan pada
periumbilical) dan grey turners sign (daerah kebiruan pada bagian flank) merupakan tanda
pancreatitis
13



Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps omentum atau usus.
Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka
harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat
distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang
terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/ defense
musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat palpasi sehingga dikenal
14

gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah
peradangan dan daerah penekanan dinding abdomen. defense musculaire/ muscular rigidity
ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan rangsangan palpasi bertambah sehingga
terjadi defense musculaire.
Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan nyeri tekan.
Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi dalam di perut bagian kanan atas
menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis, rovsing sign
(nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri) pada
appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri lepas di hampir
seluruh bagian perut pada kasus peritonitis. Palpasi pada kasus akut abdomen memberikan
rangsangan peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum
tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba lunak, atau ca
liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di daerah epigastrik dapat berupa
kanker lambung atau pancreas.
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri oleh
ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani karena meteorismus
disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena ileus obstruksi letak rendah. Pekak hati
yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya perforasi (tanda pneumoperitoneum,
udara menutupi pekak hati).
Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran pencernaan dan
sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan kualitasnya. Data ini kemudian
dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan dievaluasi untuk konsistensi.
Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba untuk menipu dokter mereka, beberapa mungkin
melebih-lebihkan keluhan rasa sakit mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau dianggap
enteng. Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput medusa pasien
dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena umbilical dengan aliran balik dari vena
porta.
Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan
pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum atau keadaan ampulla recti
apakah berisi faeces atau teraba tumor.
15

Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus karena pada
paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampulanya
kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi kemungkinan kelainan di organ
ginekologis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan terjadinya perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau
perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.

b. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk
menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pada thoraks.
Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus
dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika.

Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.

16

Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut abdomen.


F. Diagnosis banding
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut dengan
kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada anamnesis nyata
bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau disertai dengan mual atau muntah. Kelainan
perut umumnya tidak mulai dengan panas tinggi atau menggigil (kecuali pada apendisitis dan
tifus abdominalis), sedangkan panas tinggi yang disertai menggigil lazim ditemukan sebagai
tanda awal kelainan akut toraks seperti pleuritis. Pada pemeriksaan perut pun tidak ditemukan
tanda rangsangan peritoneum. Nyeri perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin
dan saluran kemih. Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau
gumpalan darah) mungkin menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.

G.
H.
I.
Kwandran kanan atas:
1. Cholecystitis acute
2. Perforasi tukak duodeni
3. Pancreatitis acute
4. Hepatitis acute
5. Acute congestive hepatomegaly
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Abses hepar

Kwandran kiri atas:
1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak lambung
3. Pancreatitis acute
4. Ruptur aneurisma aorta
5. Perforasi colon (tumor/corpus
alineum)
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Infark miokard akut

Paraumbilical:
1. Ileus obstruksi
2. Appendicitis
3. Pancreatitis acute
4. Trombosis A/V mesentrial
5. Hernia Inguinalis strangulata
6. Aneurisma aorta yang pecah
7. Diverculitis (ileum/colon)

Kwandran kanan bawah:
1. Appendicitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Diverticulitis Meckel
7. Ileus regionalis
8. Psoas abses
9. Batu ureter (kolik)

Kwandran kiri bawah:
1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Perforasi colon descenden (tumor,
corpus alineum)
7. Psoas abses
8. Batu ureter (kolik)

17

J. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan Akut abdomen antara lain, adalah :
1) Penyelamatan jiwa penderita
2) Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat pencemaan
penderita.
Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
1) Tindakan penanggulangan darurat
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan
kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Bila sistim
vital penderita sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.

2)Tindakan penanggulangan definitif Tujuan pengobatan di sini adalah :
a) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
b) Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
o menghilangkan sumber kontaminasi.
o meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga
peritoneum.
o mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin
usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat fisiologis.
Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga
abdomen yang dinamakan laparotomi.
Laparotomi eksplorasi darurat
a) Tindakan sebelum operasi
1) Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus stabil. Bila
ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat besar, dilaksanakan
operasi langsung untuk menghentikan sumber perdarahan.
2) Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3) Pemasangan dauer-katheter
4) Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan persangkaan perforasi
usus, shock berat atau trauma multipel.
18

5) Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga, haemothoraks atau
pneumothoraks.
b) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median panjang.
c) Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1) Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2) Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan berasal dari
organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon abdomen untuk
sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem
vaskuler. Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung.
3) Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads
anestesi untuk memperbaiki volume darah.
4) Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi atau
reseksi usus dengan anastomosis.
5) Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
6) Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari
seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan
memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
7) Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis serta
kutis dibiarkan terbuka.


K. Referensi
Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke-
9. Jakarta : EGC
Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica . Yogyakarta : Tosca Enterprise.
pp : 32-26.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi
2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai