:
:
Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka
kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dalam riwayat
lain: kepada tauhidullah-. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah
kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada setiap
siang dan malam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah yang diambil dari orang kaya
mereka lalu dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu
untuk hal tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang
yang terzhalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah (H.R Bukhari 1395 dan
Muslim 19)
Dalam hadist ini terdapat pelajaran tentang tahapan dalam berdakwah dan mempelajari ilmu,
yakni memulai dari yang paling penting kemudian dilanjutkan perkara penting yang di
bawahnya.
Hal yang paling penting dan mendesak dipelajari saat ini adalah ilmu tauhid, karena tauhidlah
sumber kebahagiaan dunia dan akherat. Selain itu, kenalilah lawan dari tauhid yaitu syirik
dengan perinciannya. Juga imu tentang aqidah yang mencukup keenam rukun iman. Demikian
pula perkara-perkara ibadah wajib maupun sunnah yang rutin dikerjakan siang dan malam, serta
perkara-perkara yang berhubungan dengan muamalah.
[Belajar dengan Bimbingan Guru]
Seseorang bisa saja belajar ilmu syari hanya dari buku yang dia baca semata. Metode ini
memiliki beberapa sisi negatif, di antaranya yaitu butuh waktu yang lama, ilmunya lemah, dan
kadang kita jumpai seseorang yang seperti ini banyak terjatuh dalam kesalahan karena lemahnya
pemahaman atau karena buku yang dibacanya sesat dan menyesatkan. Oleh karena itu, seseorang
perlu belajar dengan bimbingan guru. Dengan adanya guru, maka dialah yang akan membimbing
dan membetulkan jika ada kesalahan dan waktu yang dibutuhkan untuk belajar menjadi lebih
singkat. Belajar langsung dengan guru, memliki beberapa faedah:
1. Menempuh jalan yang lebih singkat
2. Lebih cepat dan lebih banyak dalam memahami sesuatu
3. Terjalin hubungan batin antara penuntut ilmu dengan ulama. [Diringkas dari Kitaabul
ilmi, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah]
[Perlunya Belajar Secara Tashil]
Sebagai seorang penuntut ilmu semestinya mempersiapkan dirinya untuk memberikan
sumbangsih kepada masyarakatnya dengan ilmu, amal dan dakwah. Membentengi masyarakat
dengan aqidah yang benar dan manhaj yang lurus merupakan kewajiban para penuntut ilmu di
tengah-tengah amukan badai fitnah yang menggelora. Oleh karena itu, perlu dicanangkan strategi
yang mantap dan pola belajar yang jitu untuk mencetak para penuntut ilmu yang handal.
Kesimpulannya, kita harus belajar dengan metode yang benar, secara tashil, belajar secara
bertahap dan berkesinambungan dimulai dari materi-materi ushul (dasar), yaitu bertahap dimulai
dari tahap awal kemudian meningkat ke jenjang yang lebih tinggi dan seterusnya Yang harus
dipelajari secara tashil adalah materi-materi dasar atau pokok yang akan menjadi landasan atau
pijakan seorang penuntut ilmu untuk mengembangkan kemampuan ilmiah yang dimiliki dirinya.
Dan hendaknya diusahakan agar semua pelajaran dalam bidang ilmu/kitab yang bersangkutan
diperoleh dari penjelasan langsung dari guru yang mumpuni.
Semoga uraian singkat ini bermanfaat. Kita memohon agar Allah Taala senantiasa membimbing
kita di atas jalan ilmu yang benar.
Wa shallallaahu alaa nabiyyinaa Muhammad.
Penulis: Adika Mianoki
Artikel www.muslim.or.id
Dari artikel Bertahap Dalam Belajar Islam Muslim.Or.Id by null