0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pajak daerah di Indonesia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan, (2) saat ini sistem pajak telah beralih ke otonomi daerah di mana daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan tarif pajaknya, dan (3) contoh jenis pajak daerah melip
Dokumen tersebut membahas tentang pajak daerah di Indonesia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan, (2) saat ini sistem pajak telah beralih ke otonomi daerah di mana daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan tarif pajaknya, dan (3) contoh jenis pajak daerah melip
Dokumen tersebut membahas tentang pajak daerah di Indonesia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) pajak daerah merupakan sumber pendapatan penting bagi pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan, (2) saat ini sistem pajak telah beralih ke otonomi daerah di mana daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan tarif pajaknya, dan (3) contoh jenis pajak daerah melip
Pajak adalah satu komponen pendapatan yang sangat penting bagi perkembangan dan pembangunan bangsa. Di sini pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk subsidi. Berdasarkan kenyataan tersebut maka pemerintah berusaha untuk mengatur dan menetapkan besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh masyarakat melalui departemen dalam negeri. Pada era reformasi ini negara Indonesia telah mengubah sistem perpajakan yang ada di Indonesia, yaitu sistem yang dulunya terpusat beralih ke sistem pemungutan pajak daerah. Dan pemerintah pusat hanya menerima beberapa persen dari total pendapatan pajak yang diperoleh dari daerah atau sering dikenal dengan istilah otonomi daerah. Di sini pemerintah daerah baik tingkat I atau tingkat II membuat rumusan besarnya tarif pajak yang dikenakan kepada masyarakat. Akan tetapi harus melalui persetujuan dari departemen dalam negeri. Departemen dalam negeri berhak menerima atau menolak rumusan pajak daerah tersebut sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar pajak daerah dapat diartikan sebagai pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Dispenda! yang digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD!. "amun dalam Pasal # $$ "o. %& tahun '((( disebutkan tentang pengertian pajak daerah. )Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran *ajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang+ undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah ). Besaran dan bentuk pajak daerah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda!. Pajak Daerah diatur dalam $ndang+undang ,epublik Indonesia "o. -. tahun -//0 sebagaimana telah diubah dengan $$ "o. %& tahun '(((. 1ontoh pajak daerah antara lain pajak tontonan, pajak reklame, P2B (Pajak 2endaraan Bermotor!, iuran kebersihan, retribusi terminal, retribusi parkir, retribusi galian pasir, Pajak 2endaraan Bermotor (P2B!, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan tontonan, pajak penerangan jalan, Bea Balik "ama 2endaraan Bermotor (BB"2B! dan sebagainya. A. Pentingnya Pajak Daerah Propinsi hanya memiliki ' macam pajak yang berarti. 2eduanya pajak diatas kendaraan bermotor. Selain itu sebagian besar propinsi di Indonesia juga memiliki pula beberapa jenis pajak kecil berdasarkan pada ketentuan dari masing+masing daerahpropinsi tersebut. 2abupaten dan daerah tingkat II memiliki berbagai macam pajak daerah. Apabila dihitung seluruhnya bisa mencapai kurang+lebih 3( jenis. Akan tetapi di sini pemerintah daerah tingkat II hanya memungut pajak daerah yang jenisnya dan jumlahnya relatif kecil jika dibandingkan banyaknya jenis pajak yang sesungguhnya. Pemerintah daerah tingkat II (kabupaten! hanya mengambil sekitar . sampai -' jenis pajak daerah. Sebagian besar dari jumlah pajak yang ditarik oleh pemerintah daerah tingkat II ini berdasar pada aturan yang ditetapkan oleh peraturan daerah, meskipun banyak juga yang berdasarkan penyerahan pajak nasional daerah tahun -/3(+an. Segala bentuk peraturan mengenai pajak, baik itu daerah tingkat I ataupun daerah tingkat II itu harus melalui persetujuan dari departemen dalam negeri. Dan dalam hal ini departemen dalam negeri berhak menilai apakah pajak itu cocok atau tidak, baik atau buruk jika dikenakan pada penduduk daerah itu. Apabila pajak itu dirasa perlu maka departemen dalam negeri mengambil langkah selanjutnya. Dan perlu diingat pula bah*a di sini yang menetapkan besarnya proporsitarif pajak adalah pemerintah melalui departemen dalam negeri. Pada tahun -/.& departemen dalam negeri, dengan sebuah keputusan, menyatakan beberapa jenis pajak daerah atas barang eksport tidak sah, sedangkan beberapa jenis pajak daerah (pajak rumah tangga, pajak jalan! dihapuskan diganti dengan adanya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB! pada tahun -/.3. Dari sekitar 3( macam pajak seperti yang telah disebutkan di atas, ' pajak terbesar selain pajak kendaraan bermotor ini, pajak tontonan dan pajak hotelrestoran menghasilkan 3.4 dari total pendapatan dari pajak (untuk daerah tingkat II!. Dan ada 3 jenis pajak lainnya yang menghasilkan pendapatan pajak daerah tingkat II. B. Tujuan Perubahan Site! Pajak Daerah 5erdapat % tujuan pokok yang hendak dicapai setiap perubahan pada sistem pajak daerah, yaitu6 -. 7enyederhanakan sistem pajak daerah, karena pada umumnya sekarang ini tampaknya memilki )nilai pengganggu8 (nuinsance value) yang sangat besar dibandingkan dengan penerimaan yang dihasilkan. Perubahan semacam ini bertujuan menyingkirkan )bobot mati8 (dead-weight burden) pajak daerah, sesuai dengan berbagai macam perubahan di bidang pajak yang dilakukan pada akhir+akhir ini, dan akan kekha*atiran mengenai )ekonomi biaya tinggi8. Perubahan ini juga bertujuan me*ujudkan sistem pajak yang lebih adil. '. 7enaikkan penerimaan dari pajak daerah, agar daerah tidak terlalu banyak bergantung pada bantuan dari pemerintah pusat. Dalam hal ini sekarang dirasa amatlah sangat penting, karena penerimaan pemerintah pusat dari eksport minyak sudah berkurang. Akan tetapi menaikkan pajak (penerimaan! bukanlah hal yang gampang segampang menaikkan bendera, hal itu karena hampir semua lahan subur dikuasai pemerintah. "amun demikian, mungkin ada peluang untuk menaikkan penerimaan dari jenis+jenis tertentu dari pajak daerah dan menyerahkan *e*enang sumber pajak baru kepada pemerintah daerah. %. Perubahan sistem pajak juga mungkin ada yang menyangkut pemerintah daerah. Sekarang ini pemerintah daerah (setidaknya dalam teori! memiliki *e*enang yang sangat luas untuk menetapkan tarif pajak jika dibandingkan tahun -/.(+an. 9alaupun demikian, pemerintah masih harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat melalui departemen dalam negeri yang menetapkannya. Apabila )otonomi daerah8 yang nyata benar+benar ter*ujud, maka itu akan menambah penghasilan pemerintah daerah setempat dan tentunya juga akan memba*a dampak yang kurang baik bagi pemerintah pusat, karena hasil pajak akan beralih ke daerah masing+masing dan hanya sebagian saja yang akan disetorkan ke perintah pusat. ". T#$ak %kur %ntuk &eni$ai Pajak Daerah 5olak ukur untuk menilai pajak daerah, yaitu 6 : ;asil (yield! + 7emadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan dengan beerbagai macam layanan yang dibiayai oleh pemerintah yang menarik pajak tersebut. + Stabilitaas mudah tidaknya memperkirakan hasil itu. + <lastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebagainya. + Perbandingan hasil pajak dengan biaya yang dipungut. : 2eadilan (equity! + Dasar pajak dan ke*ajiban membayar harus jelas dan tidak se*enang+*enang. + Pajak bersangkutan harus adil secara horisontal. Artinya 6 beban pajak haruslah sama benar dengan antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama. + ;arus adil secara =ertikal Artinya6 kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar memberikan sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak memiliki sumber daya ekonomi. + ;arus adil dari tempat ke tempat dalam arti tidak ada perbedaan dalam arti se*enang+ *enangan kepada *ajib pajak dalam hal *ajib pajak dari satu daerah ke daerah lain, kecuali jika perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan masyarakat. '. JENIS DAN (BJEK PAJAK DAERAH Sebagai salah satu *ujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber+sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masing+masing. Sumber+sumber penerimaan tersebut dapat berupa pajak daerah atau retribusi. ;al itu karena pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Sesuai dengan amanat $ndang+$ndang Dasar -/&3, setiap pungutan yang membebani masyarakat baik berupa pajak atau retribusi harus diatur dengan $ndang+ $ndang ($$!. DASAR HUKUM -. $$ "o. %& 5ahun '((( yang merupakan penyempurnaan dari $$ "o. -. 5ahun -//0 tentang Pajak Daerah dan ,etribusi Daerah> '. PP "o. #3 5ahun '((- tentang Pajak Daerah> dan %. PP "o. ## 5ahun '((- tentang ,etribusi Daerah. &. $$ "o '. tahun '((/ tentang Pajak dan ,etribusi Daerah A. JENIS PAJAK DAERAH DAN RETRIB%SI DAERAH )PDRD* 1. Pajak Daerah Pajak Pr#+ini Pajak Kabu,aten-K#ta -. Pajak 2endaraan Bermotor dan 2endaraan di Atas Air> '. Bea Balik "ama 2endaraan Bermotor dan 2endaraan di Atas Air> %. Pajak Bahan Bakar 2endaraan Bermotor> dan &. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Ba*ah 5anah dan Air Permukaan. -. Pajak ;otel> '. Pajak ,estoran> %. Pajak ;iburan> &. Pajak ,eklame> 3. Pajak Penerangan ?alan> #. Pajak Pengambilan Bahan @alian @olongan 1> dan 0. Pajak Parkir. ?enis Pajak Propinsi bersifat limitatif yang berarti Propinsi tidak dapat memungut pajak lain selain yang telah ditetapkan, dan hanya dapat menambah jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam $$. Adanya pembatasan jenis pajak yang dapat dipungut oleh Propinsi terkait dengan ke*enangan Propinsi sebagai daerah otonom yang terbatas yang hanya meliputi ke*enangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas daerah 2abupaten2ota dan ke*enangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah 2abupaten2ota, serta ke*enangan bidang pemerintahan tertentu. "amun demikian, dalam pelaksanaannya Propinsi dapat tidak memungut jenis pajak yang telah ditetapkan tersebut jika dipandang hasilnya kurang memadai. Berkaitan dengan besarnya tarif, berlaku definiti=e untuk Pajak Propinsi yang ditetapkan secara seragam di seluruh Indonesia dan diatur dalam PP "o.#3 5ahun '((-. ?enis pajak 2abupaten2ota tidak bersifat limitatif, artinya 2abupaten2ota diberi peluang untuk menggali potensi sumber+sumber keuangannya selain yang ditetapkan secara eksplisit dalam $$ "o.%& 5ahun '(((, dengan menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam $$ tersebut. Besarnya tarif definitif untuk pajak kabupatenkota ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda!, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam $$. Dengan adanya pemisahan jenis pajak yang dipungut oleh Propinsi dan yang dipungut oleh 2abupaten2ota diharapkan tidak adanya pengenaan pajak berganda. '. Retribui Daerah ,etribusi daerah terdiri atas % golongan, yaitu6 a. ,etribusi ?asa $mum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah (pemda! untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan> b. ,etribusi ?asa $saha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor s*asta> dan c. ,etribusi PeriAinan 5ertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemda dalam rangka pemberian iAin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan penga*asan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. ?enis+jenis ,etribusi ?asa $mum, ,etribusi ?asa $saha, dan ,etribusi PeriAinan 5ertentu sebagaimana dimaksud di atas sebagai berikut 6 Retribui Jaa %!u! Retribui Jaa %aha Retribui Peri.inan Tertentu -. ,etribusi Pelayanan 2esehatan> '. ,etribusi Pelayanan Persampahan2ebersihan> %. ,etribusi Penggantian Biaya 1etak 2artu 5anda Penduduk dan Akte 1atatan Sipil> &. ,etribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan 7ayat> 3. ,etribusi Pelayanan Parkir di 5epi ?alan $mum> #. ,etribusi Pelayanan Pasar> 0. ,etribusi Pengujian 2endaraan Bermotor> .. ,etribusi Pemeriksaan Alat Pemadam 2ebakaran> /. ,etribusi Penggantian Biaya 1etak Peta> dan -(. ,etribusi Pengujian 2apal Perikanan. -. ,etribusi Pemakaian 2ekayaan Daerah> '. ,etribusi Pasar @rosir danatau Pertokoan> %. ,etribusi 5empat Pelelangan> &. ,etribusi 5erminal> 3. ,etribusi 5empat 2husus Parkir> #. ,etribusi 5empat Penginapan PesanggrahanBilla> 0. ,etribusi Penyedotan 2akus> .. ,etribusi ,umah Potong ;e*an> /. ,etribusi Pelayanan Pelabuhan 2apal> -(. ,etribusi 5empat ,ekreasi dan Clah ,aga> --. ,etribusi Penyeberangan di Atas Air> -'. ,etribusi Pengolahan Dimbah 1air> dan -%. ,etribusi Penjualan Produksi $saha Daerah. -. ,etribusi IAin 7endirikan Bangunan> '. ,etribusi IAin 5empat Penjualan 7inuman Beralkohol> %. ,etribusi IAin @angguan> &. ,etribusi IAin 5rayek. Peryaratan Pajak Daerah /an Retribui Daerah 1. Kriteria Pajak Daerah0 a/a$ah1 a. Bersifat pajak, dan bukan retribusi> b. Cbyek pajak terletak atau terdapat di *ilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di *ilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan> c. Cbyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum> d. Potensinya memadai. ;asil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya pemungutan> e. 5idak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak mengganggu alokasi sumber+sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor+impor> f. 7emperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat> dan g. 7enjaga kelestarian lingkungan, yang berarti bah*a pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada pemda atau Pemerintah atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan. '. Kriteria Retribui Daerah Retribui Jaa %!u! Retribui Jaa %aha Retribui Peri.inan Tertentu -. ,etribusi ?asa $mum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan ,etribusi ?asa $saha atau ,etribusi PeriAinan 5ertentu> '. ?asa yang bersangkutan merupakan ke*enangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi> %. ?asa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar ,etribusi, -. ,etribusi ?asa $saha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan ,etribusi ?asa $mum atau ,etribusi PeriAinan 5ertentu> dan '. ?asa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogianya disediakan oleh sektor s*asta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah -. PeriAinan tersebut termasuk ke*enangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi> '. PeriAinan tersebut benar+ benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum> dan %. Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan iAin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum> &. ?asa tersebut layak untuk dikenakan ,etribusi> 3. ,etribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya> #. ,etribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial> dan 0. Pemungutan ,etribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat danatau kualitas pelayanan yang lebih baik. Daerah. negatif dari pemberian iAin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari ,etribusi periAinan. B. (BYEK PAJAK DAERAH 2. H%B%NGAN PAJAK DAERAH DENGAN PAJAK P%SAT ?enis pajak menurut lembaga pemungutnya dibedakan menjadi ' yaitu pajak negara atau pajak pusat, dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat ?enderal Pajak! guna membiayai rumah tangga pemerintahan pusat dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja "egara (APB"!. Besaran pajak pusat ditetapkan melalui undang+undang dan PPPerpu. Sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pendapatan DaerahDispenda! yang digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD!. Besaran dan bentuk pajak daerah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda!. ;ubungannya adalah apabila terjadi perbedaan penerimaan pajak yang mencolok antara pajak pusat dengan pajak daerah dimana penerimaan pajak Pemda tingkat I apalagi Pemda tingkat II sangat kecil jika dibandingkan dengan pajak yang diterima oleh pemerintah pusat, maka akan memba*a dampak yang buruk (negatif! bagi kehidupan ekonomi. 3I. KESI&P%4AN Setelah membaca kutipan di depan mengenai pajak daerah baik untuk daerah tingkat I (Dati I! ataupun (Dati II! terutama dalam penarikan dan besarnya tarif pajak (prosentase! yang ditetapkan pemerintah, diharapkan pemerintah dapat menyikapi terhadap arti penting penarikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah. Dan pajak itu jugas berguna bagi masyarakat itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bah*a kesadaran penduduk baik itu kotamaupun desa masih sangat rendah. Dengan makalah ini penulis mengharapkan yang membaca makalah ini tergugah hatinya akan membayar pajak untuk pembangunanmasyarakat itu sendiri dan masyarakat Indonesia pada umumnya. 3II. DA5TAR P%STAKA 7oedjiono 2artoprariyono, )Sanksi Perpajakan dan Penerapannya8. "icks DeEas, )keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia8. 7ardiasmo, Akt, )Perpajakan8. http://taufqnugroho.blogspot.com/2009/02/hukum-pajak.html